Anda di halaman 1dari 11

KRITIK SASTRA

FEMINIS
Sumartini, M.A.
Dyah Prabaningrum, M.Hum.
 Apa sih yang ada dipikiran teman-teman terkait feminisme?
 Apakah sudah sesuai dengan perjuangan kaum feminis dengan
adanya gerbong kereta api khusus perempuan?
 Bagaimana menurut Anda, bahwa saat ini banyak perempuan
HMMM….. memiliki pekerjaan ganda? Beberapa mencibir saat melihat
perempuan tidak bekerja di luar rumah, tetapi saat bekerja di luar
rumah beberapa lelaki menganggap mereka juga memiliki
kewajiban penuh atas kerja domestik (rumah tangga)?
 Bagaimana peranan laki-laki dan perempuan yang ideal?
 Feminisme berbicara tentang keadilan hak perempuan
 Emansipasi berbicara tentang partisipasi perempuan tanpa
mempermasalahkan keadilan.
 Feminisme memandang perempuan memiliki aktivitas dan
Feminisme vs inisiatif sendiri untuk mempergunakan hak dan kepentingan
tersebut dalam berbagai gerakan.Showalter (dalam Sugihastuti
Emansipasi dan Suharto, 2005: 18)

 Pertanyaannya: Bagaimana bila perempuan yang dianggap


tercedarai haknya oleh kaum feminis, justru menikmati itu? Mari
berdiskusi…
 Kritik sastra feminis: kegiatan memandang baik buruknya karya sastra
menggunakan prespektif feminisme. (Wiyatmi, 2012)
 Sasaran penting dalam analisis feminis menurut Endaswara (2011: 146)
adalah sedapat mungkin berhubungan dengan:
(1) mengungkap karyakarya penulis wanita masa lalu dan masa kini; (2)
mengungkap berbagai tekanan pada tokoh wanita dalam karya sastra yang
ditulis oleh pengarang pria;
Kritik Sastra (3) mengungkap ideologi pengarang wanita dan pria, bagaimana mereka
Feminis memandang diri sendiri dalam kehidupan nyata;
(4) mengkaji aspek ginokritik, memahami proses kreatif kaum feminis; dan
(5) mengungkap aspek psikoanalisa feminis, mengapa wanita lebih suka hal
yang halus, emosional, penuh kasih dan lain sebagainya.

Ct:ginokritik merupakan teori yang dirancang khusus untuk menganalisis


karya tentang perempuan dan dihasilkan oleh penulis perempuan.
 Situasi ini mulai mengalami perubahan ketika datangnya era
Liberalisme di Eropa dan terjadinya Revolusi Perancis di abad ke-
Sejarah XVIII yang gerakannya kemudian melanda Amerika Serikat dan ke
seluruh dunia.
Kelahiran  Seperti dikemukakan oleh Abrams (1981) bahwa feminisme
Feminisme sebagai aliran pemikiran dan ge rakan berawal dari kelahiran era
Pencerahan di Eropa yang dipelopori oleh Lady Mary Wortley
Montagu dan Marquis de Condorcet.
 Hubertine Auclort adalah pendiri perjuangan politik perempuan
yang pertama di Perancis. Salah satu publikasinya (1910an)
menggunakan kata feminisme dan feministe. Sejak itulah,
feminisme tersebar diseluruh Eropa dan sampai AS. Tahun 1900an
New York diwarnai oleh perjuangan menuntut hak-hak perempuan
sebagai warga negara, hak perempuan di bidang sosial, politik dan
ekonomi (Murniati, 2014).
Sejarah
Kelahiran  Perkumpulan masyarakat ilmiah untuk perempuan pertama kali
Feminisme didirikan di Middelburg, sebuah kota di selatan Belanda pada 1785.
 Menjelang abad 19 feminisme lahir menjadi gerakan yang cukup
menda patkan perhatian dari para perempuan kulit putih di Eropa.
 Perempuan di negara-negara penjajah Eropa memperjuangkan
apa yang mereka sebut sebagai universal sister hood
(persaudaraan perempuan yang bersifat universal) (Abrams, 1981:
88; Arivia, 2006: 18–19).
 Perkembangan dan penye baran femi nisme tersebut telah memuncul kan
istilah feminisme gelombang pertama, feminisme gelom bang kedua,
feminisme ge lombang keti ga, pos fe minisme, bahkan juga feminisme Islam
dan feminisme dunia ketiga.
 Gelombang pertama pada dasarnya adalah ragam feminisme liberal abad
ke-19
 Gelombang pertama feminisme di Ame rika berkisar dalam kurun 1840–1920.
Gelombang Ge lombang perta ma ini ditandai dengan adanya Konvensi Hak-hak
Perempuan yang diadakan di Seneca Falls, New York pada 1848.
Pertama  Pertemuan tersebut diprakarsai oleh Eliza beth Cady Stanton dan dihadiri oleh
300 perempuan dan lakilaki (Madsen, 2000: 3–7; Tong, 2006: 31). Pertemuan
Feminisme tersebut menghasilkan pernya taan sikap (Declaration­of­Senti­ments) dan dua
belas resolusi.
 Deklarasi pernyataan sikap tersebut menekankan isu yang sebelumnya telah
dicanangkan oleh Mill dan Taylor di Inggris, yang terutama berhu bungan
dengan kebutuhan untuk merefor masi hu kum perkawinan, perceraian, hak
milik, dan pengasuhan anak (Madsen, 2000: 6; Tong, 2006: 31).
 Kedua belas resolusi menekankan pada hak-hak perempuan untuk
mengutarakan pendapatnya di depan umum (Tong, 2006: 32).
 Feminisme Amerika gelombang kedua ditandai dengan berdirinya
beberapa kelompok hak-hak perempuan, yaitu NationalOr­ga­nization­for­
Women­(NOW),­the­National­Women’s­PoliticalCaucus (NWPC), dan the­
Women’s­Equity­Action­League­(WEAL).
 Tujuan utama dari organisasi tersebut adalah untuk meningkatkan
status perempuan dengan menerapkan tekanan legal, sosial, dan lain-
lain terhadap berbagai lembaga mulai dari Bell­Telephone Company
Gelombang hingga jaringan televisi dan partai-partai politik utama (Tong, 2006: 34).

kedua  Kelompok-kelompok tersebut lebih dikenal dengan sebutan Kelompok


Pembebasan Perempuan (Tong, 2006: 34) atau Gerakan Pembe basan
Feminisme Perempuan (Women’s­Liberation Movement (WLM) (Humm, 1992: 3),
dengan tujuan meningkatkan kesadaran perem puan mengenai opresi
terhadap perem puan.
 Menurut Tong (2006: 34) semangat yang mereka miliki adalah
semangat revolusioner kiri, yang tujuannya untuk menciptakan
dengan sistem yang egaliter, sosialistis, kooperatif, komuniter, dan
berdasarkan pada gagasan sisterhood is powerfull (persaudaraan
perempuan yang kuat).
 Feminis Amerika gelombang kedua ada beberapa nama yang
dianggap cukup penting dalam merumuskan gagasan feminisme
yaitu Betty Freidan, melalui The Feminine Mistique (1977), Shu
lamith Firestone melalui The­Dialectic­of­Sex, Kate Millett melalui
Sexual­Politics, dan Gloria Steinem melalui Outrageous­Acts­and­
Gelombang Every­day­Reb­ellions (Madsen, 2000: 2; Humm, 1992: 4).
Dua  Perkembangan feminisme Amerika gelombang kedua, selanjutnya
ditandai oleh kritik terhadap arus ‘white’ feminisme (feminisme
kulit pulih) yang dilakukan oleh Angela Davis melalui Women,­Race,­
and­Class­(1981) dan Ain’t­I­a­Woman? (1981), serta feminis lesbian
seperti Adrienne Rich dan Audre Lorde (Madsen, 2000:2).
 Setelah feminisme bergerak dalam dua ge lombang tersebut,
muncullah feminism ge lombang ketiga, yang lebih dikenal
sebagai feminisme posmodern atau feminisme Prancis.
 Beberapa feminis posmodern, seperti Cixous, misalnya menolak
Feminisme meng gunakan istilah “feminis” dan “lesbian,” karena menurutnya
kata-kata tersebut ber sifat parasit dan menempel pada pemikiran
Gelombang falogosentrisme.
Tiga/Postmod  Menurut nya, kedua kata ter sebut berkonotasi “penyimpangan
dari suatu norma dan bukannya merupakan pilihan seksual yang
ern bebas atau sebuah ru ang untuk solidaritas perempuan (Tong,
2006: 284).
 Beberapa tokoh penting feminisme gelombang ketiga ini ada lah
Helena Cixous, Luce Irigaray, dan Julia Kristeva (Tong, 2006: 284).
 Postfeminis dalam praktiknya menantang asumsi-asumsi
hegemonik yang dipegang oleh feminis gelombang kedua, yang
mengatakan bahwa penindasan patriarki dan imperialisme adalah
pengalaman penindasan yang universal (Brooks, 2005: 3). Kelak
Postfeminisme memunculkan istilah feminism multicultural dan global.

(?)
Pertanyaan: Menurut Anda, apabila postfeminisme memunculkan
feminisme multicultural dan global, tepatkah disebut
postfeminisme? Atau lebih tepat dimasukkan dalam feminism
gelombong ke-3?

Anda mungkin juga menyukai