Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS KASUS

KAP PURWANTONO,
SUNGKORO, & SURJA
DAN PT HANSON
INTERNASIONAL
Kelompok 3 :

DINA NUR ALFIANTI (1814190022)


MONIC PUTRI AJI (1814190025)
NABILA RAHMA (1814190035)
ADELIA SETYORINI (1814190042)
ALIFIA MAHARANI HAKIM (1814190047)
KAP PURWANTONO, SUNGKORO, DAN SURJA

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenakan sanksi kepada kantor akuntan publik partner dari Ernst and Young (EY)
karena dinilai tak teliti dalam penyajian laporan keuangan PT Hanson International Tbk (MYRX). Atas kesalahan ini
OJK memberikan sanksi membekukan Surat Tanda Terdaftar (STTD) selama satu tahun. Deputi Komisioner Pengawas
Pasar Modal I Djustini Septiana dalam suratnya mengatakan Sherly Jokom dari Kantor Akuntan Publik (KAP)
Purwantono, Sungkoro dan Surja terbukti melanggar udang-undang pasar modal dan kode etik profesi akuntan publik
dari Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).

Sherly terbukti melakukan pelanggaran Pasal 66 UUPM jis. paragraf A 14 SPAP SA 200 dan Seksi 130 Kode Etik
Profesi Akuntan Publik - Institut Akuntan Publik Indonesia. OJK menilai KAP ini melakukan pelanggaran karena tak
cermat dan teliti dalam mengaudit laporan keuangan tahun PT Hanson International Tbk. (MYRX) untuk tahun buku 31
Desember 2016.
KAP PURWANTONO, SUNGKORO, DAN SURJA

Kesalahan yang dilakukan perusahaan adalah tak profesional dalam pelaksanaan prosedur audit terkait apakah laporan
keuangan tahunan perusahaan milik Benny Tjokro mengandung kesalahan material yang memerlukan perubahan atau
tidak atas fakta yang diketahui oleh auditor setelah laporan keuangan diterbitkan. Kesalahan yang dimaksud OJK adalah
adanya kesalahan penyajian (overstatement) dengan nilai mencapai Rp 613 miliar karena adanya pengakuan pendapatan
dengan metode akrual penuh (full acrual method) atas transaksi dengan nilai gross Rp 732 miliar.
Selain itu, dalam laporan keuangan tersebut juga tak mengungkapkan adanya Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB)
atas kavling siap bangun (KASIBA) tertanggal 14 Juli 2019 yang dilakukan oleh Hanson International sebagai penjual.

Sumber : CNBC Indonesia (Jumat, 9 Agustus 2019 10:09 WIB)


Website :
https://www.cnbcindonesia.com/market/20190809100011-17-90855/lagi-lagi-kap-kena-sanksi-ojk-kali-ini-
partner-ey
PT HANSON INTERNASIONAL

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjatuhkan sanksi denda sebesar Rp5 miliar kepada Benny Tjokrosaputro karena
terbukti melakukan manipulasi laporan keuangan PT Hanson International Tbk (MYRX) tahun 2016. Saat itu, ia
menjabat sebagai Direktur Utama Hanson Internasional. Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal I Djustini Septiana
menjelaskan perseroan terbukti melanggar Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 44 tentang Akuntansi Aktivitas
Real Estat (PSAK 44). Hal itu terutama dalam penjualan Kavling Siap Bangun (Kasiba) senilai Rp732 miliar. Ia
menjelaskan perusahaan properti itu mengakui pendapatan tersebut dengan metode akrual penuh pada laporan keuangan
tahun 2016. Namun, perseroan tidak mengungkapkan Perjanjian Pengikatan Jual Beli Kavling Siap Bangun di
Perumahan Serpong Kencana tertanggal 14 Juli 2016 (PPJB 14 Juli 2016) terkait penjualan Kasiba pada laporan
keuangan 2016.

Atas perbuatan itu, OJK menyatakan Benny Tjokrosaputro melanggar Pasal 107 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal (UUPM). "Saudara Benny Tjokrosaputro, selaku Direktur Utama PT Hanson Internasional Tbk,
terbukti melakukan pelanggaran Pasal 107 UUPM dan bertanggung jawab atas kesalahan penyajian Laporan Keuangan
Tahunan (LKT) PT Hanson International Tbk per 31 Desember 2016," kata Djustini dikutip Jumat (9/8).
PT HANSON INTERNASIONAL

Perseroan tidak menyampaikan PPJB 14 Juli 2016 kepada auditor yang mengaudit laporan keuangan Hanson
International. Akibatnya pendapatan pada laporan keuangan Hanson International per 31 Desember 2016 menjadi
overstated dengan nilai material sejumlah Rp613 miliar. "Perseroan juga tidak menyampaikan PPJB 14 Juli 2016
kepada OJK sehingga menyebabkan OJK menjadi tersesatkan dan tidak dapat menggunakan kewenangan untuk
memerintahkan PT Hanson International Tbk melakukan koreksi atas pengakuan pendapatan pada laporan keuangan per
31 Desember 2016," katanya.

Tak hanya kepada Benny Tjokro, OJK juga menjatuhkan denda kepada PT Hanson International Tbk sebesar Rp500
juta. Perseroan juga wajib melakukan perbaikan dan penyajian kembali atas laporan keuangan per 31 Desember 2016
paling lambat 14 hari setelah ditetapkannya surat sanksi. OJK juga menjatuhkan denda kepada Direktur Hanson
Internasional Adnan Tabrani sebesar Rp100 juta. Sementara itu, Sherly Jokom selaku Akuntan Publik yang mengaudit
laporan keuangan perseroan dikenakan sanksi administratif berupa Pembekuan Surat Tanda Terdaftar (STTD) selama 1
tahun terhitung setelah ditetapkannya surat sanksi.
PT HANSON INTERNASIONAL

Bayar Lunas

Dalam perkembangannya, Benny Tjokrosaputro melunasi denda sebesar Rp5 miliar terkait pelanggaran manipulasi laporan
keuangan tahun 2016. Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II OJK Fakhri Hilmi mengatakan Hanson International dan
Direktur Hanson Internasional Adnan Tabrani juga telah memenuhi dendanya. "Dendanya mereka sudah bayar, ini Pak Benny
sudah bayar, Hanson International juga sudah bayar. Direkturnya juga sudah bayar," katanya, Jumat (9/8).

Namun demikian, ia menyebut perusahaan properti itu meminta perpanjangan waktu penyajian ulang (restatement) laporan
keuangan. Sebelumnya, dalam sanksi yang dijatuhkan perusahaan wajib melakukan perbaikan dan penyajian kembali atas
laporan keuangan per 31 Desember 2016 paling lambat 14 hari setelah ditetapkannya surat sanksi, atau tanggal 22 Agustus 2019.
"Akhirnya mereka mengajukan pengunduran (restatement) kami setujui. Paling lambat nanti 31 Agustus kami sudah menerima
laporan keuangan baru dari mereka," tuturnya.

Sumber : CNN Indonesia (Jumat, 09/08/2019 15:33 WIB)


Website :
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190809145515-92-419879/sulap-lapkeu-mantan-dirut-hanson-international-didenda-rp5-
m
01. Etika dalam Kantor 03. Ukuran Moralitas dalam
Akuntan Publik (KAP) Bisnis
• Etika Bisnis Akuntan Publik
• • Hati Nurani
Tanggung Jawab Sosial Akuntan Publik
• • Kaidah Emas
Akuntan Publik sebagai Entitas Bisnis
• Penilaian Umum
• Krisis Profesi Akuntansi
• Regulasi dalam Penegakan Etika Kantor
Akuntan Publik
04. Prinsip Dasar Etika
02. Prinsip – Prinsip Etika untuk Akuntan
Bisnis
• Integritas
• Prinsip Otonomi • Objektivitas
• Prinsip Kejujuran • Kompetensi dan Kehati – hatian Profesional
• Prinsip Keadilan • Kerahasiaan
• Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual • Perilaku Profesional
Benefit Principle)
• Prinsip Integritas Moral
01

Etika dalam
Kantor Akuntan
Publik (KAP)
Etika bisnis akuntan publik sangat diperlukan untuk mengatur perilaku para akuntan dalam melakukan
profesinya. Dalam menjalankan profesinya, seorang akuntan di Indonesia diatur oleh suatu kode etik
profesi dengan nama kode etik Ikatan Akuntan Indonesia yang merupakan tatanan etika dan prinsip
moral yang memberikan pedoman kepada akuntan untuk berhubungan dengan klien, sesama anggota
seprofesi, dan masyarakat. Selain itu, kode etik juga digunakan oleh para pengguna jasa akuntan untuk
menilai kualitas dan mutu jasa yang diberikan akuntan publik melalui pertimbangan etika. Oleh karena
itu, jika seorang akuntan melanggar atau tidak melakukan profesinya sesuai kode etik, maka akan
menimbulkan kerugian. Kode etik akuntan meliputi :

• Tanggung jawab profesi


• Kepentingan public
• Integritas
• Objektivitas
• Kompentensi dan kehati hatian
• Kerahasiaan
• Perilaku professional

—ETIKA BISNIS AKUNTAN PUBLIK


Pada kasus ini, Sherlu Jokom selaku akuntan publik PT Hanson
Internasional tidak menerapkan etika bisnis akuntan publik yaitu
integritas, kompetensi dan kehati-hatian, dan perilaku profesional karena
ketidakcermatannya dalam melakukan audit LKT PT Hanson
Internasional per 31 Desember 2016 atas penjualan KASIBA dan tidak
mengetahui adanya PPJB KASIBA 14 Juli 2016.

—ETIKA BISNIS AKUNTAN PUBLIK


Bentuk tanggung jawab Akuntan Publik bukanlah pemberian sumbangan atau pemberian layanan
gratis, tetapi meliputi ciri utama dari profesi akuntan publik terutama sikap altruism yaitu
mengutamakan kepentingan publik dan juga memperhatikan sesama akuntan publik dibanding
mengejar laba.

Pada kasus ini, akuntan publik dari KAP Purwantono, Sungkoro, dan Surja bertanggung jawab
sosial untuk kepentingan publik atas ketidakcermatannya dalam mengaudit LKT PT Hanson
Internasional. Oleh karena itu, OJK memberikan sanksi administratif berupa Pembekuan STTD
selama 1 tahun kepada Sherly Jokom selaku akuntan publik yang mengaudit LKT PT Hanson
Internasional.

—Tanggung Jawab Sosial Akuntan Publik


Sebagai entitas bisnis layaknya entitas-entitas bisnis lain, Akuntan Publik juga dituntut untuk
peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk “uang” dengan jalan memberikan
sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi.

Pada kasus ini, Sherly Jokom selaku akuntan publik dari KAP Purwantono, Sungkoro, dan Surja
sudah menerapkan akuntan publik sebagai entitas bisnis, karena telah bertanggung jawab dengan
menjalani sanksi yang diberikan oleh OJK atas ketidakcermatannya menemukan kesalahan dalam
mengaudit LKT PT Hanson Internasional, yang menyebabkan para nasabah merasa dibohongi
oleh LKT PT Hanson Internasional yang telah diaudit olehnya.

—Akuntan Publik sebagai Entitas Bisnis


Krisis profesi akuntan publik dapat terjadi karena kurangnya minat generasi muda terhadap
profesi ini, padahal apabila melihat pertumbuhan industri di Indonesia jasa profesi ini sangat
dibutuhkan dan apabila kondisi ini terjadi maka akan mengancam eksistensi profesi ini.

Pada kasus ini, apa yang telah dilakukan oleh pihak direktur utama dan direktur PT Hanson
Internasional, serta akuntan publik yang mengaudit LKT perusahaan merupakan penyebab salah
satu timbulnya krisis profesiakuntansi. Alasannya adalah karena dengan adanya peristiwa ini
dapat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan publik.

—Krisis Profesi Akuntansi


Regulasi bertujuan untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terkait dengan penegakkan etika
terhadap kantor akuntan publik. Hal ini dilakukan sejalandengan regulasi yang dilakukan oleh
asosiasi profesi terhadap anggotanya. IAI menetapkan kode etik Ikatan Akuntan Indonesia. Kode etik
tersebut dibuat untuk menentukan standar perilaku bagi para akuntan, terutama akuntan publik.

Pada kasus ini, sebagai bentuk regulasi dalam penegakan etika KAP, OJK memberikan sanksi
administratif berupa Pembekuan STTD selama 1 tahun kepada Sherly Jokom dari KAP Purwantono,
Sungkoro, dan Surja selaku akuntan publik yang mengaudit LKT PT Hanson Internasional.
Tujuannya agar memberikan efek jera kepada KAP dan akuntan publik agar tidak melakukan
kesalahan yang sama kedepannya

—Regulasi dalam Penegakan Etika Kantor Akuntan Publik


02
Prinsip-prinsip
Etika Bisnis
Sony Keraf, 1998.
Prinsip Otonomi

Prinsip otonomi adalah prinsip kemandirian, kebebasan, dan tanggung jawab. Ini berkaitan dengan
kemampuan untuk mengambil keputusan mandiri, melakukan tindakan sesuai dengan apa yang diyakini,
bebas dari tekanan, hasutan, ataupun ketergantungan kepada pihak lain. Singkatnya, prinsip otonomi
merupakan sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan
kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.

Pada kasus ini, Benny Tjokro selaku direktur utama, Adnan Tabrani selaku direktur dari PT Hanson
Internasional tidak menerapkan prinsip otonomi karena telah terbukti melakukan kesalahan penyajian LKT
PT Hanson Internasional tahun 2016 terkait penjualan Kavling Siap Bangun (KASIBA) dengan nilai gross
Rp732 M atau bisa dikatakan melanggar standar akuntansi keuangan 44 tentang akuntansi aktivitas real estat
dan tidak menyampaikan PPJB KASIBA 14 Juli 2016 kepada akuntan publik, sehingga mengakibatkan
pendapatan perusahaan naik tajam. Serta, Sherly Jokom selaku auditor PT Hanson Internasional dari KAP
Purwantono, Sungkoro, dan Surja juga tidak menerapkan prinsip otonomi karena tidak cermat dalam
melakukan audit LKT PT Hanson Internasional.
Prinsip Kejujuran

Prinsip kejujuran menanamkan sikap bahwa apa yang dilakukan harus sesuai dengan apa yang dijanjikan atau
dikatakan dan mendorong kepatuhan dalam melaksanakan berbagai komitmen, kontrak, ataupun perjanjian
yang telah disepakati. Oleh karena itu, kegiatan bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil jika tidak
didasarkan atas kejujuran, seperti:
● Jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak.
● Jujur dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding.
● Jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.

Pada kasus ini, pihak direktur utama dan direktur PT Hanson Internasional tidak menanamkan prinsip kejujuran
karena mengetahui kesalahan penyajian LKT PT Hanson Internasional tahun 2016 terkait penjualan Kavling
Siap Bangun (KASIBA) dengan nilai gross Rp732 M atau bisa dikatakan melanggar standar akuntansi
keuangan 44 tentang akuntansi aktivitas real estat dan tidak menyampaikan PPJB KASIBA 14 Juli 2016 kepada
akuntan publik, sehingga dapat dikatakan perbuatan mereka tersebut merupakan salah satu bentuk untuk
membohongi atau menipu pihak lain (seperti akuntan publik maupun nasabah yang memberikan pinjaman uang
kepada PT Hanson Internasional) sebagai kepentingan perusahaannya.
Prinsip Saling Menguntungkan

Prinsip saling menguntungkan menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan
semua pihak.
Oleh karena itu, dalam berbisnis perlu ditanamkan prinsip saling menguntungkan atau win-win solution,
atau dengan kata lain, setiap keputusan atau tindakan yang diambil harus bisa membuat semua pihak merasa
diuntungkan.
 
Pada kasus ini, pihak direktur utama dan direktur PT Hanson Internasional tidak menerapkan prinsip saling
menguntungkan, karena mereka memberikan LKT perusahaan yang terdapat kesalahan kepada para nasabah
agar mendapatkan pinjaman uang, serta mereka juga tidak memberitahukan kesalahan yang terjadi dalam
LKT perusahaan tersebut dan PPJB KASIBA kepada akuntan publik selaku auditor PT Hanson
Internasional. Sehingga dapat dikatakan direktur utama dan direktur dari PT Hanson Internasional
merugikan nasabah dan akuntan publik atas perbuatan yang telah mereka lakukan.
Prinsip Integritas Moral

Prinsip integritas moral digunakan sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar
perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan, karyawan, maupun perusahaannya.
Oleh karena itu, prinsip integritas moral menekankan untuk tidak merugikan orang lain dalam segala tindakan
bisnis yang diambil dan menekankan bahwa setiap orang memiliki harkat dan martabat yang harus dihormati.

Pada kasus ini, pihak direktur utama dan direktur PT Hanson Internasional telah melakukan penyimpangan
prinsip integritas moral, karena menganggap bahwa dengan tidak memberitahukan PPJB KASIBA dan
kesalahan yang terjadi pada LKT PT Hanson Internasional tahun 2016 akan menghasilkan keuntungan besar.
Namun, mereka mengabaikan konsekuensi yang akan terjadi. Pada akhirnya, perbuatan yang dilakukan oleh
direktur utama dan direktur PT Hanson Internasional diketahui oleh OJK. Atas perbuatannya, OJK
memberikan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp5 M kepada Benny Tjokrosaputro selaku diretur
utama PT Hanson Internasional dan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp100 Juta kepada Adnan
Tabrani selaku direktur PT Hanson Internasional.
03
Ukuran Moralitas
dalam Bisnis
Bertens, 2013.
Hati Nurani

Hati nurani merupakan norma moral yang penting, tetapi sifatnya subyektif, sehingga tidak terbuka
untuk orang lain. Pertanyaan apakah hati nurani mengizinkan atau tidak, hanya bisa dijawab oleh
orang bersangkutan.

Pada kasus ini, baik pihak para direktur utama dan direktur PT Hanson Internasional yang telah
mengetahui kesalahan pada Laporan Keuangan Tahunan (LKT) PT Hanson Internasional dan tidak
memberitahu atas PPJB KASIBA 14 Juli 2016 kepada pihak akutan publik dan OJK, maupun pihak
akuntan publik yang melanggar beberapa etika bisnis akuntan publik dinilai perbuatan yang buruk
menurut hati nurani. Alasannya adalah mereka telah mengambil keputusan yang bertentangan
dengan hati nurani karena tergiur oleh keinginan mereka terkhususnya bagi para direktur utama dan
direktur PT Hanson Internasional, sehingga mengakibatkan mereka menghancurkan integritas
mereka sendiri.
Kaidah Emas

Cara lebih obyektif untuk menilai baik buruknya perilaku moral adalah mengukurnya dengan Kaidah
Emas yang berbunyi:
"Hendaklah memperlakukan orang lain sebagaimana Anda sendiri ingin diperlakukan".

Perilaku saya bisa dianggap secara moral baik, bila saya memperlakukan orang tertentu sebagaimana
saya sendiri ingin diperlakukan. Mengapa begitu? Karena saya (dan setiap orang) tentu menginginkan
agar saya diperlakukan dengan baik. Nah, saya harus memperlakukan orang lain dengan cara demikian
pula. Kalau begitu, saya berperilaku dengan baik (dari sudut pandang moral). Kaidah Emas dapat
dirumuskan dengan cara positif maupun negatif. Tadi diberikan perumusan positif.
Bila dirumuskan secara negatif, Kaidah Emas berbunyi: "Janganlah melakukan terhadap orang lain, apa
yang Anda sendiri tidak ingin akan dilakukan terhadap diri Anda". Saya kurang konsisten dalam
tingkah laku saya, bila saya melakukan sesuatu terhadap orang lain, yang saya tidak mau akan
dilakukan terhadap saya sendiri. Kalau begitu, saya berperilaku dengan cara tidak baik (dari sudut
pandang moral).
Kaidah Emas

Pada kasus ini, pihak marketing PT Hanson Internasional telah melakukan peminjaman kepada
nasabah, tetapi mereka memberikan jaminan tanah atau rumah atau bunga dengan kisaran 9 – 10%
sebagai pengembalian atas peminjaman kepada nasabah dinilai perbuatan yang baik (secara positif)
menurut kaidah emas. Alasannya adalah karena mereka ingin diperlakukan dengan baik oleh nasabah
mereka. Oleh karena itu, mereka memperlakukan nasabah dengan baik.

Akan tetapi, pihak para direktur utama dan direktur PT Hanson Internasional yang telah mengetahui
kesalahan pada Laporan Keuangan Tahunan (LKT) PT Hanson Internasional dan tidak memberitahu
atas PPJB KASIBA 14 Juli 2016 kepada siapapun, sehingga telah mengakibatkan akuntan publik tidak
mengetahui hal tersebut dan juga menanggung risiko atas kecurangan yang dilakukan oleh mereka
dinilai perbuatan yang tidak baik (secara negatif) menurut kaidah emas. Alasannya adalah seandainya
direktur utama dan direktur PT Hanson Internasional diperlakukan yang sama seperti mereka
memperlakukan perbuatan mereka terhadap akuntan publik, mereka pasti tidak menginginkan hal
tersebut.
Penilaian Umum

Cara ketiga dan barangkali paling ampuh untuk menentukan baik buruk-nya suatu perbuatan
atau perilaku adalah menyerahkannya kepada masyarakat umum untuk dinilai. Cara ini bisa
disebut juga "audit sosial". Sebagaimana melalui "audit" dalam arti biasa sehat tidaknya
keadaan finansial suatu perusahaan dipastikan, demikian juga kualitas etis suatu perbuatan
ditentukan oleh penilaian masyarakat umum. Di dini perlu digarisbawahi secara khusus
pentingnya kata "umum'. Tidak cukup, bila suatu masyarakat terbatas menilai kualitas etis
suatu perbuatan atau perilaku. Sebab, mungkin mereka mempunyai vested interests, sehingga
cenderung membenarkan saja perilaku yang menguntungkan mereka, sambil menipu dirinya
sendiri tentang kualitas etis-nya.
Penilaian Umum

Pada kasus ini, masyarakat umum pasti akan menilai atas apa yang dilakukan baik oleh direktur utama dan
direktur PT Hanson Internasional maupun akuntan publik sebagai perbuatan yang buruk. Karena sudah
merugikan banyak pihak termasuk juga membuat mereka menjadi tidak percaya lagi terhadap integritas pelaku
jasa keuangan. Sedangkan masyarakat perusahaan (karyawan) PT Hanson Internasional mungkin menilai
terhadap apa yang dilakukan oleh direktur utama dan direktur perusahaan sebagai perbuatan yang baik.
Hal itu disebabkan, karena mereka berfikir bahwa hal tersebut mungkin akan memberikan keuntungan untuk
perusahaannya yang akan berimbas kepada mereka juga atau mungkin mereka terpaksa menilai hal tersebut
sebagai perbuatan baik karena unsur kesepakatan atau kekuasaan dan ancaman. Atau bisa saja masyarakat
perusahaan (karyawan) PT Hanson Internasional menilai terhadap apa yang dilakukan oleh direktur utama dan
direktur perusahaan sebagai perbuatan yang buruk.
Hal itu disebabkan, karena mereka berfikir bahwa hal tersebut akan merugikan banyak pihak, termasuk mereka.
Alasannya adalah karena jika perbuatan direktur utama dan direktur perusahaan diketahui oleh pihak yang
berwenang seperti OJK, maka perusahaan diberi sanksi atau bahkan bisa saja usaha perusahaan diberhentikan,
sehingga masyarakat perusahaan (karyawan) akan sulit mencari sumber keuangan mereka.
04
Prinsip Dasar
Etika untuk
Akuntan
Pada kasus ini, pihak akuntan publik dari KAP
Purwantono, Sungkoro, dan Surja yang merupakan
salah satu partner Ernst & Young tidak menerapkan
prinsip integritas. Alasannya adalah karena selama
mengaudit Laporan Keuangan Tahunan (LKT) PT
Integritas Hanson Internasional, Sherly Jokom memberikan
pendapat wajar tanpa pengecualian, meskipun pada
realitanya dia tidak mengetahui mengenai Perjanjian
Integritas artinya bersikap lugas dan jujur Pengikatan Jual Beli Kaveling Siap Bangun (PPJB
dalam semua hubungan profesional dan KASIBA) tanggal 14 Juli 2020 dan kondisi LKT PT
bisnis Hanson Internasional yang terdapat kesalahan atas
penjualan KASIBA dengan nilai gross sebesat Rp732
M oleh pihak direktur dan direktur utama PT Hanson
Internasional atau bisa dibilang pihak akuntan publik
tidak mempunyai itikad buruk.
Objektivitas
Objektivitas merupakan suatu kualitas yang
memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota.
mengharuskan anggota bersikap adil, tidak Pada kasus ini, sebenarnya pihak akuntan
memihak, jujur secara intelektual, tidak publik menerapkan objektivitas karena
berprasangka serta bebas dari benturan kepentingan akuntan publik tidak memihak kepada PT
atau di bawah pengaruh pihak lain. Hanson, walaupun dia tidak dapat mendeteksi
kesalahan pada LKT PT Hanson Internasional
Pada objektivitas, tidak mengompromikan dan tidak mengetahui adanya PPJB KASIBA
pertimbangan professional atau bisnis karena 14 Juli 2016 yang dilakukan oleh para
adanya bias, benturan kepentingan, atau pengaruh direktur utama dan direktur PT Hanson
yang tidak semestinya dari pihak lain. Internasional.
Kompetensi dan Kehati-
hatian Professional
Artinya mencapai dan mempertahankan Pada kasus ini, akuntan publik telah melanggar
pengetahuan dan keahlian profesional pada level prinsip kompetensi dan kehati – hatian
yang disyaratkan untuk memastikan bahwa klien professional karena dia tidak cermat dalam
atau organisasi tempatnya bekerja memperoleh jasa menggunakan kemahiran profesionalisme
profesional yang kompenten, berdasarkan standar terkait pelaksanaan audit SA 560 yang
profesional dan standar teknis terkini serta menentukan apakah LKT PT Hanson
ketentuan peraturan perundang-undangan yang Internasional per 31 Desember 2016 terdapat
berlaku. Kompetensi dan kehati – hatian kesalahan material yang memerlukan
professional juga merupakan tindakan dengan perubahan atau tidak atas fakta yang diketahui
sungguh – sungguh dan sesuai standar profesional oleh akuntan publik setelah laporan keuangan
dan standar teknis yang berlaku. diterbitkan.
Pada kasus ini, pihak para direktur utama dan direktur
PT Hanson Internasional merahasiakan kepada berbagai
pihak bahwa mereka mengetahui kesalahan LKT PT
Hanson Internasional per 31 Desember 2016 atas
penjualan KASIBA dan juga tidak menyampaikan PPJB
Kerahasiaan KASIBA 14 Juli 2016 kepada akuntan publik, sehingga
mengakibatkan pendapatan pada LKT PT Hanson
Artinya menjaga kerahasiaan informasi Internasional menjadi overstated dengan nilai material
yang diperoleh dari hasil hubungan sejumlah Rp613 M dan membuat OJK menjadi tersesat
profesional dan bisnis. dan tidak dapat menggunakan kewenangannya untuk
memerintah PT Hanson Internasional melakukan koreksi
  atas pengakuan pendapatan pada LKT PT Hanson
Internasional. Oleh karena itu, akuntan publik bisa
dikatakan telah menerapkan prinsip kerahasiaan kepada
kliennya.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai