Anda di halaman 1dari 47

Gangguan

Aktivitas pada
Fraktur
Keperawatan Medikal Bedah II
Disusun oleh kelompok
3
Andhika Rachman (192303101013)
Mazidatur Rizky Amalia (192303101024)
Shofia Lailatul Mukaromah (192303101108)
Hesty Dwi Puspitasari (192303101117)
Siti Hartina (192303101148)

2
Konsep Penyakit
Definisi

Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu


tulang. Jika terjadi fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga
sering kali terganggu. Radiografi (sinar-x) dapat menunjukkan
keberadaan cedera tulang, tetapi tidak mampu menunjukkan otot
atau ligamen yang robek, saraf yang putus, atau pembuluh darah
yang pecah sehingga dapat menjadi komplikasi pemulihan klien
( Black dan Hawks, 2014).

4
Lanjutan…….
Penyebab fraktur menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010)
dapat dibedakan menjadi:
a. Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
1) Cedera langsung adalah pukulan langsung terhadap tulang
sehingga tulang patah secara spontan
2) Cedera tidak langsung adalah pukulan langsung berada jauh
dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur
sehingga menyebabkan fraktur klavikula
3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak

5
Lanjutan…….
b. Fraktur patologik
Kerusakan tulang akibat proses penyakit dengan trauma
minor mengakibatkan :
1) Tumor tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali
2) Infeksi seperti ostemielitis dapat terjadi sebagai akibat
infeksi akut atau dapat timbul salah satu proses yang
progresif
3) Rakhitis
4) Secara spontan disebabkan oleh stress tulang yang terus
menerus.
6
Manifestasi Klinis
1. Deformitas (pembengkaan dari perdarahan lokal dapat
menyebabkan deformitas pada lokasi fraktur)
2. Pembengkakan (akibat dari akumulasi cairan serosa pada lokasi
fraktur serta ekstravasasi darah ke jaringan sekitar)
3. Memar (terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi fraktur)
4. Spasme otot involuntar
5. Nyeri (terjadi karena spasme otot, fragmen fraktur yang bertindihan
atau cedera pada struktur sekitarnya)
6. Ketegangan diatas lokasi fraktur (disebabkan oleh cedera yang
terjadi)

7
Lanjutan…….
7. Kehilangan fungsi (disebabkan fraktur atau karena hilangnya fungsi
pengungkit lengan pada tungkai yang terkena)
8. Gerakan abnormal dan krepitasi (terjadi karena gerakan dari bagian
tengah tulang atau gesekan antar fragmen fraktur)
9. Perubahan neurovaskular (terjadi akibat kerusakan saraf perifer atau
struktur vaskular yang terkait)

8
Klasifikasi
Fraktur dapat diklasifikasikan menjadi
fraktur tertutup dan fraktur terbuka.
Fraktur tertutup memiliki kulit yang
masih utuh diatas lokasi cedera,
sedangkan fraktur terbuka dicirikan oleh
robeknya kulit diatas cedera tulang.
Kerusakan jaringan dapat sangat luas pada
fraktur terbuka, yang dibagi berdasarkan
keparahannya (Black dan Hawks, 2014) :

9
Lanjutan…….

a. Derajat 1 : Luka kurang dari 1 cm, kontaminasi minimal


b. Derajat 2 : Luka lebih dari 1 cm, kontaminasi sedang
c. Derajat 3 : Luka melebihi 6 hingga 8 cm, ada kerusakan luas
pada jaringan lunak, saraf, tendon, kontaminasi banyak. Fraktur
terbuka dengan derajat 3 harus sedera ditangani karena resiko
infeksi.

10
Lanjutan…….
Menurut Wiarto (2017) fraktur dapat dibagi kedalam tiga jenis antara
lain:
a. Fraktur terutup adalah jenis fraktur yang tidak disertai dengan luka
pada bagian luar permukaan kulit sehingga bagian tulang yang patah
tidak berhubungan dengan bagian luar.
b. Fraktur terbuka adalah suatu jenis kondisi patah tulang dengan
adanya luka pada daerah yang patah sehingga bagian tulang
berhubungan dengan udara luar, biasanya juga disertai adanya
pendarahan yang banyak.

11
Lanjutan…….

c. Fraktur kompleksitas terjadi pada dua keadaan yaitu pada bagian


ekstermitas terjadi patah tulang sedangkan pada sendinya terjadi
dislokasi.

12
Lanjutan…….
Menurut Wiarto (2017) jenis fraktur berdasarkan radiologisnya antara
lain:
a. Fraktur transversal adalah frktur yang garis patahnya tegak lurus
terhadap sumbu panjang tulang.
b. Fraktur kuminutif adalah terputusnya keutuhan jaringan yang terdiri
dari dua fragmen tulang.
c. Fraktur oblik adalah fraktur yang garis patahnya membuat sudut
terhadap tulang.

13
Lanjutan…….

d. Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang


yang menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya.
e. Fraktur impaksi atau fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang
menumbuk tulang yang berada diantara vertebra.
f. Fraktur spiral timbul akibat torsi ekstermitas.

14
Patofisiologi
Ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan
metabolic, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik
yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan
mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP
menurun maka terjadi peubahan perfusi jaringan. Hematoma akan
mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka
penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan
mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan ganggguan rasa
nyaman nyeri.

15
Lanjutan…….
Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral vaskuler yang
menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau.
Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan
mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang,
biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik, patologik yang
terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan
mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa
nyaman nyeri.

16
Lanjutan…….
Selain itu dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler
yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu,
disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar.
Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan
dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen
yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh. (Sylvia,
1995 : 1183)

17
Pathway

18
Pemeriksaan Penunjang
1. X-ray : untuk menentukan luas/lokasi fraktur.
2. Scan tulang untuk memperlihatkan fraktur lebih jelas,
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Arteriogram, dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan
vaskuler.
4. Hitung darah lengkap, homokonsentrasi mungkin meningkat,
menurun pada perdarahan : peningkatan leukosit sebagai respon
terhadap peradangan.
5. Kretinin : trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens
ginjal.
19
Lanjutan…….
6. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
tranfusi atau cedera hati (Doengoes, 2000 dalam Wijaya & Putri,2013 :
241).

20
Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan fraktur ada 4 R yaitu :
1. Recognition, tujuannya untuk mengetahui dan menilai keadaan
fraktur dengan anannesis, pemeriksaan klinis dan radiologi.
2. Reduction, tujuannya untuk mengembalikan panjang & kesegarisan
tulang.
3. Retention, imobilisasi fraktur tujuannya mencegah pengeseran
fregmen dan mencegah pergerakan yang dapat mengancam union.
4. Rehabilitation, mengembalikan aktiftas fungsional seoptimal
mungkin

21
Lanjutan…….

Penatalaksanaan fraktur mengacu kepada empat tujuan utama yaitu:


1. Mengurangi rasa nyeri.
2. Mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.
3. Membuat tulang kembali menyatu
4. Mengembalikan fungsi seperti semula

22
Konsep Asuhan
Keperawatan :
Gangguan
Aktivitas pada
Fraktur
Pengkajian
Anamnesa
1. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.
Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan.
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien
digunakan:
P : Provoking Incident : apakah ada peristiwa yang menjadi yang
menjadi faktor presipitasi nyeri
Q : Quality of Pain : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.

24
Lanjutan…….

R : Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
S : Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa
jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
T : Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari.

25
Lanjutan…….

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari
fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan
terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut
sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian
tubuh mana yang terkena.

26
Lanjutan…….

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan
memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.
Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s
yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk
menyambung.

27
Lanjutan…….
4. Pengkajian primer
1) Airways
Bagaimana jalan nafas, bisa berbicara secara bebas
Adakah sumabatan jalan nafas? (darah, lendir, makanan, sputum)
2) Breathing
Bagaimana frekuensi pernafasan, teratur atau tidak, kedalamannya
Adakah sesak nafas, bagaimana bunyi nafas?
Apakah menggunakan otot tambahan?
Apakah ada reflek batuk?

28
Lanjutan…….

3) Circulation
Bagaimana nadi, frekuensi, teratur atau tidak, lemah atau kuat
Berapa tekanan darah?
Akral dingin atau hangat, capillary refill < 3 detik atau > 3 detik, warna
kulit, produksi urin

29
Lanjutan…….
5. Pengkajian Sekunder
1) Kepala : bagaimana bentuk kepala, rambut mudah dicabut/tidak, kulit
kepala bersih/tidak
2) Mata : konjungtiva anemis +/-, sclera icterik +/-, besar pupil, refleks
cahaya +/-
3) Hidung :bentuk simetris atau tidak, discharge +/-, pembauan baik
atau tidak.
4) Telinga : simetris atau tidak, discharge +/-
5) Mulut : sianotik +/-, lembab/kering, gigi caries +/-
6) Leher : pembengkakan +/-, pergeseran trakea +/-

30
Lanjutan…….

7) Dada
Paru
- Inspeksi : simetris atau tidak, jejas +/-, retraksi intercostal
- Palpasi : fremitus kanan dan kiri sama atau tidak
- Perkusi : sonor +/-, hipersonor +/-, pekak +/-
- Auskultasi : vesikuler +/-, ronchi +/-, wheezing +/-, crekles +/-

31
Lanjutan…….
Jantung
- Inspeksi : ictus cordis tampak atau tidak
- Palpasi : dimana ictus cordis teraba
- Perkusi : pekak +/-
- Auskultasi : bagaimana BJ I dan II, gallops +/-, mur-mur +/-
8) Abdomen
- Inspeksi : datar +/-, distensi abdomen +/-, ada jejas +/-
- Auskultasi : bising usus +/-, berapa kali permenit
- Palpasi : pembesaran hepar / lien
- Perkusi : timpani +/-, pekak +/-

32
Lanjutan…….
9) Genetalia : bersih atau ada tanda – tanda infeksi
10) Ekstremitas :
Adakah perubahan bentuk: pembengkakan, deformitas, nyeri,
pemendekan tulang, krepitasi ?
Adakah nadi pada bagian distal fraktur, lemah/kuat
Adakah keterbatasan/kehilangan pergerakan
Adakah spasme otot, ksemutan
Adakah sensasi terhadap nyeri pada bagian distal fraktur
Adakah luka, berapa luasnya, adakah jaringan/tulang yang keluar

33
Lanjutan…….
11) Psikologis :
- Cemas
- Denial
- Depresi

34
Lanjutan…….
6. Pemeriksaan Penunjang
- Sinar Rontgent : menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma
- Scan tulang,CT Scan, MRI : memperlihatkan fraktur,
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
- Arteriogram ; Dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
- Hitung darah lengkap : Ht ↑ / ↓, leukosit ↑
- Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens
ginjal
- Profil koagulasi : pada keadaan kehilangan darah banyak, transfuse
multiple, atau cedera hati
35
Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.
b. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran darah
(cedera vaskuler, edema, pembentukan trombus)
c. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli,
perubahan membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti)
d. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri,
terapi restriktif (imobilisasi)

36
Lanjutan…….
e. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi
(pen, kawat, sekrup)
f. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan
kulit, taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)
g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap
informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi
yang ada (Doengoes, 2000)

37
Planning/Rencana Tindakan

a. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema,


cedera jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.
Tujuan: Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang dengan
menunjukkan tindakan santai, mampu berpartisipasi dalam
beraktivitas, tidur, istirahat dengan tepat, menunjukkan
penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas trapeutik sesuai
indikasi untuk situasi individual

38
Intervensi Keperawatan
1. Pertahankan imobilasasi bagian yang sakit dengan tirah baring,
gips, bebat dan atau traksi
2. Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena.
3. Lakukan dan awasi latihan gerak pasif/aktif.
4. Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan (masase,
perubahan posisi)
5. Ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri (latihan napas dalam,
imajinasi visual, aktivitas dipersional)
6. Lakukan kompres dingin selama fase akut (24-48 jam pertama)
sesuai keperluan.
7. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
39
Planning/Rencana Tindakan

b. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran darah


(cedera vaskuler, edema, pembentukan trombus)
Tujuan : Klien akan menunjukkan fungsi neurovaskuler baik dengan
kriteria akral hangat, tidak pucat dan syanosis, bisa bergerak secara
aktif

40
Intervensi Keperawatan
1. Dorong klien untuk secara rutin melakukan latihan menggerakkan
jari/sendi distal cedera.
2. Hindarkan restriksi sirkulasi akibat tekanan bebat/spalk yang terlalu
ketat.
3. Pertahankan letak tinggi ekstremitas yang cedera kecuali ada
kontraindikasi adanya sindroma kompartemen.
4. Berikan obat antikoagulan (warfarin) bila diperlukan
5. Pantau kualitas nadi perifer, aliran kapiler, warna kulit dan
kehangatan kulit distal cedera, bandingkan dengan sisi yang normal.

41
Planning/Rencana Tindakan

c. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli,


perubahan membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru,
kongesti)
Tujuan : Klien akan menunjukkan kebutuhan oksigenasi terpenuhi
dengan kriteria klien tidak sesak nafas, tidak cyanosis analisa gas
darah dalam batas normal

42
Intervensi Keperawatan
1. Instruksikan/bantu latihan napas dalam dan latihan batuk efektif
2. Lakukan dan ajarkan perubahan posisi yang aman sesuai keadaan
klien.
3. Kolaborasi pemberian obat antikoagulan (warvarin, heparin) dan
kortikosteroid sesuai indikasi.
4. Analisa pemeriksaan gas darah, Hb, kalsium, LED, lemak dan
trombosit
5. Evaluasi frekuensi pernapasan dan upaya bernapas, perhatikan
adanya stridor, penggunaan otot aksesori pernapasan, retraksi sela
iga dan sianosis sentral.

43
Planning/Rencana Tindakan

d. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler,


nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)
Tujuan : Klien dapat meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada
tingkat paling tinggi yang mungkin dapat mempertahankan posisi
fungsional meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan
mengkompensasi bagian tubuh menunjukkan tekhnik yang
memampukan melakukan aktivitas.

44
Intervensi Keperawatan
1. Pertahankan pelaksanaan aktivitas rekreasi terapeutik (radio, koran,
kunjungan teman/keluarga) sesuai keadaan klien.
2. Bantu latihan rentang gerak pasif aktif pada ekstremitas yang sakit
maupun yang sehat sesuai keadaan klien.
3. Berikan papan penyangga kaki, gulungan trokanter/tangan sesuai
indikasi.
4. Bantu dan dorong perawatan diri (kebersihan/eliminasi) sesuai
keadaan klien.
5. Ubah posisi secara periodik sesuai keadaan klien.
6. Dorong/pertahankan asupan cairan 2000-3000 ml/hari
7. Evaluasi kemampuan mobilisasi klien dan program imobilisasi.
45
Evaluasi

 Nyeri berkurang atau hilang


 Tidak terjadi disfungsi neurovaskuler perifer
 Pertukaran gas adekuat
 Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
 Infeksi tidak terjadi
 Meningkatnya pemahaman klien terhadap penyakit yang dialami

46
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai