Anda di halaman 1dari 30

OM SWASTYASTU

A. DEFINISI HARGA POKOK VARIABEL

Harga pokok variable merupakan metode penentuan


harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya
produksi variabel ke dalam harga pokok produksinya.
Perhitungan harga pokok variabel sering disebut sebagai
perhitungan biaya langsung (direct costing) atau
perhitungan biaya marginal (marginal costing).

Dalam metode variable costing biaya produk mencakup


Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja langsung
Biaya overhead variabel
Variabel Costing
Perhitungan harga pokok produksi pada
metode variabel costing dilakukan dengan
membuat sebuah laporan keuangan yang terdiri
dari hal-hal berikut ini:

2. Biaya Tenaga Kerja langsung: balas jasa yang


1. Biaya Bahan Baku: biaya yang dikeluarkan diberikan kepada kariawan pabrik yang
untuk membeli bahan baku yang dipakai dalam manfaatnya dapat diidentifikasi atau diikuti
pengolahan produk jejaknya pada produk tertentu yang dihasilkan
perusahaan
Contoh : upah buruh pabrik

3. Biaya Overhead Pabrik Variabel: biaya produksi


selain biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung 4. Biaya Pokok Produksi: Biaya produksi yang
yag sifatnya variable dibutuhkan untuk membuat barang yang dihitung
Contoh : biaya bahan penolong, biaya listrik atau per unit.
air pabrik
Perbandingan Variabel Costing Dengan Absorption Costing / Full
Costing

Full costing merupakan suatu metode


Variable costing merupakan metode akuntansi yang bertujuan untuk menunjukan
penentuan harga pokok produksi yang harga pokok produk yang membebankan
hanya memperhitungkan biaya seluruh biaya produksi seperti biaya tetap,
produksi variabel ke dalam harga biaya langsung, biaya variable, biaya tidak
pokok produksinya. langsung, investasi, dan biaya lainnya yang
digunakan untuk keperluan proses produksi
sebagai alat untuk menghitung harga pokok
produksi bisnis.
Berikut adalah Data Terkait dengan Laporan Laba Rugi PT A Tahun 2017

(12.000 x 70.000)
(12.000 x 20.000)
Tabel Laporan Laba Rugi dengan Metode Absorption Costing dan
Variabel Costing (dalam ribuan Rupiah)
– Pada absorption costing, persediaan yang belum terjual pada akhir tahun (persediaan
akhir) menjadi pengurang harga pokok penjualan. Dengan kata lain, persediaan akhir
masih tercatat pada nilai persediaan yang tercantum dalam aset. Padahal, dalam
angka persediaan akhir tersebut terkandung dua unsur nilai yaitu
biaya produksi variabel sebesar Rp270.000.000 (Rp90.000 × 3.000 unit) dan biaya
produksi tetap sebesar Rp108.000.000 (Rp36.000 × 3.000 unit).
– Pengakuan biaya produksi tetap sebesar Rp108.000.000 sebagai persediaan ini dirasa
tidak bermanfaat karena biaya ini sudah terjadi dan akan terjadi pula pada periode
selanjutnya.
– Pada variable costing, karena yang menjadi pengurang pendapatan hanyalah biaya
yang bersifat variabel, maka persediaan akhir yang dikeluarkan
dari harga pokok penjualan adalah senilai biaya produksi variabelnya saja. Semua
biaya yang bersifat tetap akan tetap mengurangi margin kontribusi untuk
menghasilkan laba operasi.
– Dari ilustrasi Laporan Laba Rugi yang disusun berdasarkan variable
costing pada Tabel diatas menunjukkan bahwa biaya produksi tetap
sebesar Rp432.000.000 akan mengurangi margin kontribusi
sehingga laba operasi yang disusun berdasarkan variable costing lebih
kecil dari laba operasi yang disusun berdasarkan absorption costing.
– Selisih sebesar Rp108.000.000 (Rp36.000 × 3.000 unit) ini merupakan
biaya produksi tetap pada persediaan akhir yang dibebankan pada
periode terjadinya di periode terjadinya di laporan laba rugi pada
metode variable costing, namun dicatat sebagai komponen persediaan
akhir di laporan posisi keuangan pada metode absorption costing.
Tabel Perbedaan Perlakuan Biaya Produksi Tetap dan Variabel pada
Metode Absorption Costing dan Metode Variable Costing
C. Kelemahan dan Kelebihan Absorption Costing dan Variabel
Costing
Kelebihan Absorption Costing Kelebihan Metode Variable Costing

Menampilkan jumlah biaya overhead dengan Cocok untuk mendapatkan laba dalam jangka


sangat komprehensif sebab mengandung dua waktu yang pendek.
jenis biaya, yaitu overhead tetap dan variable.

Metode ini mampu melakukan penundaan dalam Biasa dipakai untuk pengendalian biaya
beban biaya overhead ketika produk belum laku sebab variable costing membagi biaya tetap
terjual di pasaran. menjadi dua golongan, yaitu discretionary fixed
cost dan committed fixed cost.

Pembebanan biaya overhead atas barang yang Dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan


belum terjual bisa dialihkan untuk mengurangi dalam pengambilan keputusan untuk order
atau menambah harga pokok. pesanan yang sifatnya khusus.
Kelemahan Absorption Costing Kelemahan Metode Variable Costing

Dalam metode absorption costing, harga • Walaupun bisa membagi biaya, tetapi untuk
jual akan menjadi lebih tinggi daripada melakukannya terbilang sulit.
menggunakan metode variable costing. • Variable costing sering dianggap tidak sesuai
Hal tersebut dikarenakan, metode full dengan prinsip akuntansi sehingga bisa
costing menganggap konsumen rela menyebabkan turun naiknya laba jika terjadi
membayar berapa pun untuk membeli perubahan dalam penjualan.
barang yang diinginkannya.Metode ini • Variable costing tidak akan cocok jika
cocok untuk bisnis yang bergerak dalam diaplikasikan di perusahaan musiman.
bidang produksi bahan pokok masyarakat • Biaya overheadnya tidak bisa dimasukkan
umum. sehingga nilai persediaan akan menjadi lebih
rendah bersamaan dengan modal kerjanya.
DISKUSI
SOAL 1
Manakah yang lebih baik menggunakan variable costing atau full
costing ?
Tergantung kebutuhan dari perusahaan. Apabila perusahaan tersebut
membutuhkan analisa yang lebih mendalam dan mengetahui kondisi
sesungguhnya dari perusahaan, ada baiknya perusahaan menggunakan
variable costing untuk mengambil keputusan. Tetapi ketika yang
dibutuhkan oleh perusahaan adalah untuk pelaporan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku perusahaan wajib menggunakan absorption
costing karena telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang
berlaku.
SOAL 1
Jelaskan persamaan dan perbedaan variable costing dan full
costing !
SOAL 2
Berikut disajikan data dari PT.ABC, berdasarkan data dibawah ini susunlah laporan laba rugi dengan
metode variable costing dan metode full costing
Keterangan lain :
1. Penjualan Rp110
2. Beban pemsaran variable Rp2
3.Beban pemasaran tetap Rp3
4. Beban adm dan umum variable Rp2
5 Beban adm dan umum tetap Rp3
6. Beban pajak Rp3
Laporan laba rugi

Anda mungkin juga menyukai