Anda di halaman 1dari 63

BALAI PEMERINTAHAN DESA DI YOGYAKARTA

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA


2018
BIODATA

Heni Setyowati, SH.MH


Sleman, 13 November 1976
Jl. Turi Jogokerten Trimulyo
Sleman DIY
DASAR HUKUM

1. Undang undang No. 12 Tahun 2011 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

2. Undang-undang No. 6 tahun 2014 tentang


Desa
3. Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 2015
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
4. Permendagri No. 111 Tahun 2015 tentang
Pedoman Teknis Peraturan Di Desa
PENGERTIAN
PERATURAN DESA

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG


DITETAPKAN OLEH KEPALA DESA SETELAH
DIBAHAS DAN DISEPAKATI BERSAMA BADAN
PERMUSYAWARATAN DESA
JENIS PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN DI DESA

1. PERATURAN DESA
2. PERATURAN BERSAMA KEPALA
DESA
3. PERATURAN KEPALA DESA
Materi Muatan Peraturan Desa

MATERI PELAKSANAAN
KEWENANGAN DESA DAN
PENJABARAN LEBIH LANJUT DARI
PERATURAN PERATURAN PERUNDANG-
DESA UNDANGAN YANG LEBIH TINGGI

PERATURAN BERISI MATERI KERJASAMA


BERSAMA
DESA.
KEPALA DESA

PELAKSANAAN PERATURAN DESA


PERATURAN DAN PERATURAN DI DESA
KEPALA PERUNDANG-UNDANGAN YANG
DESA LEBIH TINGGI
MATERI MUATAN PERDES

MATERI YANG DIATUR HARUS MEMPERHATIKAN DASAR-


DASAR DAN KAIDAH-KAIDAH SEPERTI :

LANDASAN HUKUM
LANDASAN FILOSOFIS,
LANDASAN SOSIOLOGIS,
LANDASAN POLITIS,
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
 JenisPeraturan Perundang-undangan selain diatas
mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung,
Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan,
Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan,
lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk
dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah
Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau
yang setingkat.
 Peraturan
Perundang-undangan dimaksud diakui
keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum
mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk
berdasarkan kewenangan.
AZAS PEMBENTUKAN PERATURAN DESA
1. KEJELASAN TUJUAN
2. KELEMBAGAAN ATAU PEJABAT PEMBENTUK YG
TEPAT
3. KESESUAIAN ANTARA JENIS, HIRARKI, DAN MATERI
MUATAN
4. DAPAT DILAKSANAKAN
5. KEDAYAGUNAAN DAN KEHASILGUNAAN
6. KEJELASAN RUMUSAN
7. KETERBUKAAN
PRINSIP PEMBUATAN
PERATURAN DESA

PERATURAN DESA DILARANG BERTENTANGAN


DENGAN KEPENTINGAN UMUM DAN/ATAU KETENTUAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
YANG LEBIH TINGGI.
( PASAL 69 AYAT 2 UU NO. 6 TAHUN 2014)
TAHAP PERENCANAAN, PENYUSUNAN, PEMBAHASAN,
PENETAPAN,PENGUNDANGAN DAN PERDES

PERENCANAAN Kepala
Desa
PENYUSUNAN
Bpd
PEMBAHASAN

EVALUASI
APBDes
SOTK,
PUNGUTAN,
PENETAPAN TATA RUANG

PENGUNDANGAN

PENYEBARLUASAN
KLARIFIKASI
Penyusunan PerDes APB Desa
Bupati/
Walikota
Rancangan
Camat PerDes
APBDesa 9

Kepala Rancangan
3 PerDes
BPD
RancanganRancangan
Desa APBDesa

PerKaDes PerDes
Pedoman
APBDesa APBDesa 4
Penyusunan
8 Musyawara
h
Rancangan
PerDes
APBDesa
RKP Des A

1
SekDes 2
5
Rancangan Rancangan Penyelengaraan
Y O Tid
PerDes 6 6 PerKaDes Pemerintahan
7 a K ak
APBDesa a b APBDesa Pagu tahun lalu
?
Penyusunan PerDes APB Desa
Pedoman
Evaluasi

Bupati/ 1 >20hr Tidak 11


O
K
Tida 13
Kerja?
Walikota
0 b k b
?
Ya 13
Ya
a
11 SK Bupati/
a Walikota

14 14
PerKaDes a b
APBDesa

PerDes 12 Kepala Musyawara


APBDesa
h BPD
Desa 15

Media
PERENCANAAN

Perencanaan penyusunan rancangan


Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala
Desa dan BPD dalam rencana kerja
Pemerintah Desa
Lembaga kemasyarakatan, lembaga adat
dan lembaga desa lainnya di desa dapat
memberikan masukan kepada Pemerintah
Desa dan atau BPD untuk rencana
penyusunan rancangan Peraturan Desa.
 PENYUSUNAN

OLEH KEPALA DESA


OLEH BPD
BPD dapat menyusun dan
Peraturan Desa diprakarsai oleh
mengusulkan rancangan Peraturan
Pemerintah Desa.
dikonsultasikan kepada Desa.
kecuali untuk rancangan
masyarakat desa dan dapat
Peraturan Desa tentang rencana
dikonsultasikan kepada camat
pembangunan jangka menengah
untuk mendapatkan masukan.
kepada masyarakat atau Desa, rancangan Peraturan Desa
tentang rencana kerja
kelompok masyarakat yang terkait
Pemerintah Desa, rancangan
langsung dengan substansi materi
Peraturan Desa tentang APB
pengaturan.
Masukan dari masyarakat desa Desa dan rancangan Peraturan
Desa tentang laporan
dan camat untuk tindaklanjut
pertanggungjawaban realisasi
proses penyusunan rancangan
pelaksanaan APB Desa.
Peraturan Desa.
Rancangan Peraturan Desa dapat
Rancangan Peraturan Desa yang
diusulkan oleh anggota BPD kepada
telah dikonsultasikan
pimpinan BPD untuk ditetapkan
disampaikan Kepala Desa kepada
sebagai rancangan Peraturan Desa
BPD untuk dibahas dan disepakati
usulan BPD.
bersama.
PEMBAHASAN
PENETAPAN

• Rancangan Peraturan Desa yang telah


dibubuhi tanda tangan disampaikan kepada
Sekretaris Desa untuk diundangkan.
• Dalam hal Kepala Desa tidak menandatangani
Rancangan Peraturan Desa , Rancangan
Peraturan Desa tersebut wajib diundangkan
dalam Lembaran Desa dan sah menjadi
Peraturan Desa.
PENGUNDANGAN

Sekretaris Desa mengundangkan


peraturan desa dalam lembaran desa.
Peraturan Desa dinyatakan mulai
berlaku dan mempunyai kekuatan
hukum yang mengikat sejak
diundangkan.
 
PENYEBARLUASAN

 Penyebarluasan dilakukan oleh Pemerintah


Desa dan BPD sejak penetapan rencana
penyusunan rancangan Peraturan Desa,
penyusunan Rancangan Peratuan Desa,
pembahasan Rancangan Peraturan Desa,
hingga Pengundangan Peraturan Desa.

 Penyebarluasan dilakukan untuk memberikan


informasi dan/atau memperoleh masukan
masyarakat dan para pemangku kepentingan.
 
EVALUASI PERATURAN DESA

 Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa, pungutan,


tata ruang, dan organisasi Pemerintah Desa yang telah
dibahas dan disepakati oleh Kepala Desa dan BPD,
disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota
Melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga)
hari sejak disepakati untuk dievaluasi.
 Dalam hal Bupati/Walikota tidak memberikan hasil
evaluasi dalam batas waktu, Peraturan Desa tersebut
berlaku dengan sendirinya.
 Hasil evaluasi rancangan Peraturan Desa diserahkan oleh
Bupati/Walikota paling lama 20 (dua puluh) hari kerja terhitung
sejak diterimanya rancangan Peraturan tersebut oleh
Bupati/Walikota.
 Dalam hal Bupati/Walikota telah memberikan hasil evaluasi
Kepala Desa wajib memperbaikinya.
 Kepala Desa memperbaiki rancangan peraturan desa paling
lama 20 (dua puluh) hari sejak diterimanya hasil evaluasi.
 Kepala Desa dapat mengundang BPD untuk memperbaiki
rancangan peraturan desa .

KLARIFIKASI PERATURAN DESA

• Peraturan Desa yang telah diundangkan disampaikan oleh


Kepala Desa kepada Bupati/Walikota paling lambat 7 (tujuh)
Hari sejak diundangkan untuk diklarifikasi.
• Bupati/Walikota melakukan klarifikasi Peraturan Desa dengan
membentuk tim klarifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sejak diterima.
• Hasil klarifikasi dapat berupa:
1. hasil klarifikasi yang sudah sesuai dengan kepentingan
umum, dan/atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan
yang lebih tinggi; dan
2. hasil klarifikasi yang bertentangan dengan kepentingan
umum dan/atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan
yang lebih tinggi.
• Peraturan Desa tidak bertentangan dengan kepentingan umum,
dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi Bupati/Walikota menerbitkan surat hasil klarifikasi yang
berisi hasil klarifikasi yang telah sesuai.
• hasil klarifikasi bertentangan dengan kepentingan umum,
dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa tersebut
dengan Keputusan Bupati/Walikota.
KERANGKA STRUKTUR PERATURAN DESA,
PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA,
PERATURAN KEPALA DESA DAN KEPUTUSAN KEPALA
DESA

1.PENAMAAN/JUDUL
2. PEMBUKAAN
3. BATANG TUBUH
4. PENUTUP
5. LAMPIRAN (BILA DIPERLUKAN )
1. PENAMAAN/JUDUL
1. Setiap Peraturan Desa, Peraturan Bersama Kades
peraturan kepala Desa, keputusan kepala Desa
mempunyai penamaan/judul

2. Penamaan/ judul memuat mengenai jenis, nomor,


tahun dan tentang nama peraturan atau Keputusan
yang diatur

3. Penamaan dibuat singkat dan mencerminkan isi


Peraturan Desa , Peraturan Kepala Desa, bersama
kepala desa dan keputusan kepala Desa

4. Judul ditulis dengan huruf kapital tanpa diakhiri


tanda baca.
Contoh :

 Jenis Peraturan Desa :

PERATURAN DESA TRIMULYO


NOMOR 13 TAHUN 2015
TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

 Jenis Peraturan Kepala Desa :

PERATURAN KEPALA DESA TRIMULYO


NOMOR 22 TAHUN 2015
TENTANG
IURAN PEMBANGUNAN JEMBATAN DESA
.
Contoh :

 Jenis Peraturan Bersama Kepala Desa :

PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA TRIMULYO


DAN DESA TRIHARJO
NOMOR 10 TAHUN 2015
NOMOR 8 TAHUN 2015

TENTANG
KERJASAMA PENGELOLAAN AIR BERSIH

 Jenis Keputusan Kepala Desa :


KEPUTUSAN KEPALA DESA TRIMULYO
NOMOR 11 TAHUN 2015
TENTANG
TIM PENYUSUNAN RPJMDESA
PEMBUKAAN
PEMBUKAAN PADA PERATURAN DESA TERDIRI DARI :

a. FRASA “ DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA


ESA “
b. JABATAN PEMBENTUK PERATURAN DESA
c. KONSIDERANS
d. DASAR HUKUM
e. FRASA “ DENGAN KESEPAKATAN BERSAMA BADAN
PERMUSYAWARATAN DESA DAN KEPALA DESA “
f. MEMUTUSKAN DAN
g. MENETAPKAN
2. PEMBUKAAN PADA PERATURAN KEPALA DESA
a. Frasa “ Dengan Rahmat Tuhan Yang
Maha Esa “
b. Jabatan pembentuk Paraturan Kepala
Desa
c. Konsiderans
d. Dasar Hukum
e. Memutuskan; dan
f. Menetapkan
PEMBUKAAN
PEMBUKAAN PADA PERATURAN BERSAMA KEPALA
DESA TERDIRI DARI :

a. FRASA “ DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA


ESA “
b. JABATAN PEMBENTUK PERATURAN DESA
c. KONSIDERANS
d. DASAR HUKUM
e. MEMUTUSKAN DAN
f. MENETAPKAN
PEMBUKAAN PADA KEPUTUSAN KEPALA DESA

a. Frasa “ Dengan Rahmat Tuhan Yang


Maha
Esa “
b. Jabatan pembentuk Paraturan Kepala
Desa
c. Konsiderans
d. Dasar Hukum dan
e. Memutuskan;
PENJELASAN

a. Frasa ” Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa ”,


Kata frasa yang berbunyi ” Dengan Rahmat
Tuhan Yang Maha Esa” merupakan kata yang
harus ditulis dalam Peraturan Desa, cara
penulisannya seluruhnya huruf kapital dan tidak
diakhiri tanda baca.

Contoh :
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Jabatan

b. Jabatan pembentuk Peraturan Desa, Peraturan


Bersama Kepala Desa dan Peraturan Kepala Desa
ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda
baca koma ( , )

Contoh :
KEPALA DESA KUSUMANEGARA,
KONSIDERANS

Konsiderans harus diawali dengan kata ” Menimbang ”


yang memuat uraian singkat mengenai pokok-pokok
pikiran yang menjadi latar belakang, alasan-alasan serta
landasan yuridis dibentuknya Peraturan Desa, Peraturan
bersama Kepala Desa dan Peraturan Kepala Desa
Jika konsideran terdiri dari lebih satu pokok pikiran, maka
tiap-tiap pokok pikiran dirumuskan pengertian, dan tiap-
tiap pokok pikiran diawali dengan huruf a,b,c dst. Dan
diakhiri dengan tanda titik koma ( ; )

Contoh :
Menimbang: a. ........................................................................... ;
b. ............................................................................ ;
c. ............................................................................ ;
DASAR HUKUM

1. DASAR HUKUM DIAWALI DENGAN KATA ” MENGINGAT ”


YANG HARUS MEMUAT DASAR HUKUM BAGI PEMBUATAN
PRODUK HUKUM.
2. PADA BAGIAN INI PERLU DIMUAT PULA JIKA ADA
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG
MEMERINTAHKAN DIBENTUKNYA PERATURAN DESA,
PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA DAN PERATURAN
KEPALA DESA ATAU YANG MEMPUNYAI KAITAN LANGSUNG
DENGAN MATERI YANG AKAN DIATUR.
DASAR HUKUM DIBAGI 2 :

a. LANDASAN YURIDIS KEWENANGAN


MEMBUAT REGULASI DESA,
b. LANDASAN YURIDIS MATERI YANG
DIATUR

YANG DAPAT DIPAKAI SEBAGAI DASAR HUKUM JENIS PERATURAN


PERUNDANG-UNDANGAN YANG TINGKAT DERAJATNYA SAMA
ATAU LEBIH TINGGI DARI PRODUK HUKUM YANG DIBUAT.
3. PENULISAN DASAR HUKUM HARUS LENGKAP DENGAN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, TAMBAHAN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA , LEMBARAN
DAERAH, DAN TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH ( KALAU ADA )

4. JIKA DASAR HUKUM LEBIH DARI SATU PERATURAN


PERUNDANG-UNDANGAN, MAKA TIAP DASAR HUKUM DIAWALI
DENGAN ANGKA ARAB 1,2,3 DST DAN DIAKHIRI DENGAN
TANDA BACA TITIK KOMA ( ; )
5. DASAR HUKUM PERUNDANG-UNDANGAN TERSEBUT
DIRUMUSKAN SECARA KRONOLOGIS SESUAI DENGAN
HIERARKI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN, ATAU
APABILA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERSEBUT
SAMA TINGKATANNYA, MAKA DITULISKAN BERDASARKAN
URUTAN TAHUN PEMBENTUKANNYA, ATAU APABILA
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERSEBUT DIBENTUK
PADA TAHUN YANG SAMA, MAKA DITULISKAN BERDASARKAN
NOMOR URUTAN PEMBUATAN PERATURAN
contoh : Penulisan Dasar Hukum

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011


tentang Pembentukan Peraturan perundang-
undangan ( Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5234 );
2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang Peraturan Pelaksana Undang-
undang Nomor 6 2014 tentang Desa
( Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 123 ,Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5539);
3. Peraturan menteri ....... Nomor ........
tentang .....;
4. Peraturan Daerah Nomor...Tahun ......
Tentang ......
( Lembaran Daerah Tahun ..... Nomor .... );
FRASA
Frasa ” Dengan Kesepakatan bersama Badan
Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa ” Kata frasa yang
berbunyi ” dengan Kesepakatan bersama Badan
Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa”, merupakan
kalimat yang harus dicantumkan dalam Peraturan Desa,
dan cara penulisannya dilakukan sebagai berikut :

1. Ditulis sebelum kata MEMUTUSKAN;


2. Kata ” Dengan Kesepakatan Bersama ” hanya huruf
awal kata ditulis huruf kapital.
3. Kata ” antara ” serta ” dan ”, semuanya ditulis dengan
huruf kecil;
4. Kata ” Badan Permusyawaratan Desa ” dan ” Kepala
Desa “ seluruhnya ditulis huruf kapital.
Contoh :
Dengan Kesepakatan Bersama
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
TRIMULYO
dan
KEPALA DESA TRIMULYO
1. MEMUTUSKAN
KATA ” MEMUTUSKAN ” DITULIS DENGAN HURUF
KAPITAL, DAN DIAKHIRI DENGAN TANDA BACA TITIK DUA
( : ). PELETAKAN KATA MEMUTUSKAN ADALAH DI TENGAH
MARGIN.

2. MENETAPKAN
KATA ” MENETAPKAN ” DICANTUMKAN SESUDAH KATA
MEMUTUSKAN YANG DISEJAJARKAN KE BAWAH DENGAN
KATA ” MENIMBANG” DAN ” MENGINGAT ”. HURUF AWAL
KATA ” MENETAPKAN ” DITULIS DENGAN HURUF KAPITAL
DAN DIAKHIRI DENGAN TANDA BACA TITIK DUA ( : )

3. NAMA DAN JENIS PERATURAN DITULIS DGN HURUF


KAPITAL DAN DIAKHIRI DGN TANDA BACA TITIK (.)
Contoh :

Jenis Peraturan Desa :

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DESA TRIMULYO
TENTANG RENCANA
PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH
DESA.
BATANG TUBUH
Batang tubuh memuat semua materi yang
dirumuskan dalam pasal-pasal atau diktum-diktum.
Batang tubuh yang dirumuskan dalam pasal-pasal
adalah jenis Peraturan Desa yang bersifat mengatur (
Regelling ),
1. Batang Tubuh Peraturan Desa
- Ketentuan Umum
- Materi yang diatur
- Ketentuan Peralihan ( kalau ada )
- Ketentuan Penutup
2. Pengelompokan materi dalam bab, bagian dan
paragraf
tidak merupakan keharusan.
JIKA PERATURAN DESA MEMPUNYAI MATERI YG
RUANG LINGKUPNYA SANGAT LUAS DAN
MEMPUNYAI BANYAK PASAL, MAKA PASAL -
PASAL TERSEBUT DAPAT DIKELOMPOKKAN
MENJADI BAB, BAGIAN DAN PARAGRAF.

PENGGOLONGAN ITU DILAKUKAN ATAS DASAR


KESAMAAN KATEGORI ATAU KESATUAN
LINGKUP ISI MATERI
URUTAN PENGGUNAAN
KELOMPOK
1. Bab dengan pasal-pasal tanpa bagian
dan paragraf
2. Bab dengan bagian dan pasal-pasal
tanpa paragraf
3. Bab dengan bagian dan paragraf yang
terdiri dari pasal-pasal
TATA CARA PENULISAN BAB, BAGIAN,PARAGRAF ,
PASAL DAN AYAT.

1. Bab diberi nomor urut dengan angka


romawi dan judul bab semua ditulis
dengan huruf kapital.

Contoh :
BAB I
KETENTUAN UMUM
2. BAGIAN DIBERI NOMOR URUT DENGAN BILANGAN
BILANGAN YANG DITULIS DENGAN HURUF KAPITAL DAN
DIBERI JUDUL. HURUF AWAL KATA BAGIAN, URUTAN
BILANGAN, DAN JUDUL BAGIAN DITULIS DENGAN HURUF
KAPITAL, KECUALI HURUF AWAL DARI KATA PARTIKEL YG
TIDAK TERLETAK PADA AWAL FRASA.

Contoh :
BAB II
(……… JUDUL BAB……….)
Bagian Kedua
……………………………….
3. PARAGRAF DIBERI NOMOR URUT DENGAN ANGKA ARAB
DAN DIBERI JUDUL.
HURUF AWAL DALAM JUDUL PARAGRAF, DAN HURUF
AWAL JUDUL PARAGRAF DITULIS DENGAN HURUF
KAPITAL, SEDANGKAN HURUF LAINNYA SETELAH HURUF
PERTAMA DITULIS DENGAN HURUF KECIL
CONTOH :

Bagian Kedua
(…….. Judul Bagian ………..)

Paragraf Kesatu
( Judul Paragraf )
PASAL ADALAH: SATUAN ATURAN YANG MEMUAT SATU
NORMA DAN DIRUMUSKAN DALAM SATU
KALIMAT.
Contoh :
Pasal 5
Materi Peraturan Desa lebih baik dirumuskan dalam
banyak pasal yang singkat dan jelas dari pada dalam
beberapa pasal yang panjang dan memuat beberapa ayat,
kecuali materi yg menjadi pasal itu merupakan satu
rangkaian yg tidak dapat dipisahkan.
AYAT ADALAH
MERUPAKAN RINCIAN DARI PASAL, PENULISANNYA DIBERI
NOMOR URUT DENGAN ANGKA ARAB DI ANTARA TANDA
BACA KURUNG TANPA DIAKHIRI TANDA BACA. SATU AYAT
HANYA MENGATUR SATU HAL DAN DIRUMUSKAN DALAM
SATU KALIMAT

Contoh :
Pasal 22
(1)
……………………………………………………………….
(2)
……………………………………………………………….
(3)
……………………………………………………………….
PENUTUP

1. RUMUSAN TEMPAT DAN TANGGAL PENETAPAN,


DILETAKKAN DI SEBELAH KANAN
2. NAMA JABATAN DITULIS DGN HURUF KAPITAL,
DAN PADA AKHIR KATA DIBERI TANDA BACA
KOMA
3. NAMA LENGKAP PEJABAT YG MENANDATANGANI
DITULIS DGN HURUF KAPITAL TANPA GELAR DAN
PANGKAT
4. PENETAPAN PERDES, PERATURAN BERSAMA
KEPALA DESA DANPPERATURAN KEPALA DESA
HANYA DITANDATANGANI OLEH KEPALA DESA
PENJELASAN
HAL-HAL YG PERLU DIPERHATIKAN DLM PENJELASAN :

1. PEMBUAT PERATURAN DESA, PERATURAN BERSAMA KEPALA


DESA DAN PERATURAN KEPALA DESA AGAR TDK
MENYANDARKAN ARGUMENTASI PD PENJELASAN. TETAPI
HRS BERUSAHA MEMBUAT PERATURAN DESA YG DPT
MENIADAKAN KERAGU-RAGUAN.
2. NASKAH PENJELASAN DISUSUN BERSAMA-SAMA DENGAN
RANCANGAN PERATURAN DESA YG BERSANGKUTAN
3. PENJELASAN BERFUNGSI SEBAGAI TAFSIRAN ATAU MATERI
TERTENTU
4. PENJELASAN TDK DAPT DIPAKAI SBG DASAR HUKUM UTK
MEMBUAT PERATURAN

Anda mungkin juga menyukai