Anda di halaman 1dari 7

VII.

ILMU DAN KEBUDAYAAN

E. B. Taylor pada tahun 1871


Dalam bukunya Primitive Culture di mana kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang
diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
 
Nilai-nilai budaya ini adalah jiwa dari kebudayaan dan menjadi dasar dari segenap wujud kebudayaan
yang diwujudkan dalam bentuk tata hidup yang merupakan kegiatan manusia yang mencerminkan nilai
budaya. Disamping itu maka nilai budaya dan tata hidup manusia ditopang oleh perwujudan kebudayaan
berupa sarana kebudayaan. Sarana kebudaayan itu sendiri ialah produk atau alat dari kebudayaan itu
sendiri untuk memberikan kemudahan dalam kehidupan.
 
Masalah pertama yang dialami oleh pendidikan adalah menetapkan nilai-nilai budaya apa saja yang
harus dikembangkan dalam diri anak. Masalah tesebut harus dikaji karena ada hal-hal yang
disebabkan oleh, Pertama, nilai-nilai budaya yang harus dikembangkan dalam diri anak didik kita
haruslah relevan dengan kurun zaman dimana anak itu akan hidup kelak dan Kedua, usaha
pendidikan yang sadar dan sistematis mengharuskan kita untuk lebih eksplisit dan definitif tentang
hakikat nilai-nilai budaya tersebut.

Nilai-nilai yang patut mendapatkan perhatian kita adalah dengan cara memperkirakan skenario
masyarakat kita di masa yang akan datang, yaitu:
Memperhatikan tujuan dan strategi pembangunan nasional kita maka masyarakat Indonesia akan
beralih dari masyarakat tradisonal menjadi masyarakat modern yang urban dan bersifat industri.
Pengembangan kebudayaan kita ditunjukkan ke arah perwujudan peradaban yang bersidat khas
berdasarkan filsafat dan pandangan hidup bangsa Indonesia yakni Pancasila
ILMU DAN PERKEMBANGAN
KEBUDAYAAN NASIONAL

Kebudayaan di sini merupakan seperangkat sistem nilai, tata hidup dan sarana bagi manusia dalam
kehidupannya, Kebudayaan nasional merupakan kebudayaan yang mencerminkan aspirasi dan cita-cita suatu
bangsa yang diwujudkan dengan kehidupan bernegara. Ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi yang saling
tergantung dan saling mempengaruhi. « Pertama, ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung
terselenggaranya pengembangan kebudayaan nasional. Kedua, ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi
pembentukan watak suatu bangsa.

Ilmu Sebagai Asas Moral


Ilmu merupakan kegiatan berpikir untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, atau secara lebih
sederhana, ilmu bertujuan untuk mendapatkan kebenaran. Kriteria kebenaran dalam ilmu adalah jelas
sebagaimana yang dicerminkan oleh karakteristik berpikir.
Artinya dalam menetapkan suatu pernyataan apakah itubenaratautidak makaseorang ilmuwan akan men-dasar
kan penarikan kesimpulannya kepada argumentasi yang terkan-dung dalam pernyataan itu dan bukan kepada
pengaruh yang berbentuk kekua saan dari kelembagaan yang mengeluarkan pernyataan itu.
Di samping itu kebenaran bagi kaum ilmuwan mempunyai kegunaan khusus yakni kegunaan yang
universal bagi umat manusia dalam me-ningkatkan martabat kemanusiaannya. sejak tahap
perkembangan ilmu yang sangat awal kegiatan ilmiah ini dipengaruhi oleh struktur kekuasaan dari
luar.
Sampailah kita kepada tujuh nilai yang terpancar dari hakikat keilmuan yakni kritis, rasional, logis,
obyektif, terbuka, menjunjung kebenaran dan pengabdian universal.

Dua pola kebudayaan


Perbedaan ilmu ilmu sosial dan ilmu ilmu alam hanyalah bersifat teknis yang tidak menjurus kepada
perbedaan yang fundamental.
Ilmu-ilmu alam mempelajari dunia fisik yang relatif tetap dan mudah dikontrol. Obyek obyek
penelaah ilmu ilmu alam dapat dikatakan tidak pernah mengalami perubahan baik dalam perspektif
waktu maupun tempat.
Perbedaan tersebut tidaklah mengubah apa yang menjadi tujuan penelaahan ilmiah. Ilmu bukan
bermaksud mengumpulkan berbagai fakta. Tujuan ilmu adalah mencari penjelasan dari gejala-gejala
yang kita temukan yang memungkinkan kita mengetahui sepenuhnya hakikat obyek yang kita hadapi.
Demikian juga tingkat generalisasi antara ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu alam, bedanya hanya terletak dalam soal
gradasi, dimana tingkat keumuman suatu teori sosial harus lebih jauh diperinci dengan memperhitungkan faktor-
faktor yang bervariasi.
Ilmu sosial menghadapi dua masalah:
1. Sukarnya melakukan pengukuran karena mengukur aspirasi atau emosi seorang manusia adalah tidak semudah
mengukur panjang sebuah logam.
2. Banyaknya variabel yang mempengaruhi tingkah laku manusia.

Adanya dua kebudayaan yang terbagi dalam ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial ini sayangnya masih terdapat di
Indonesia. Argumentasi yang sering dikemukakan sebagai raison d’etre ada dua asumsi:
1. Mengemukakan bahwa manusia mempunyai bakat yang berbeda dalam pendidikan matematika yang
mengharuskan kita mengembangkan pola pendidikan yang berbeda pula.
2. Menganggap ilmu-ilmu sosial kurang memerlukan pengetahuan matematika dapat menjuruskan keahliannya di
bidang keilmuan ini.
Adanya dua pola kebudayaan dalam bidang keilmuan bukan saja merupakan sesuatu yng regresif melainkan juga
destruktif, tak ada pilihan lagi; tembok pemisah itu harus dirubuhkan.
 
ILMU, ILMU PENGETAHUA DAN SAINS?
DUA JENIS KETAHUAN

Terminologi ketahuan ini adalah terminologi artifisial yang bersifat sementara sebagai alat analisis yang pada pokoknya
diartikan sebagai keseluruhan bentuk dari produk kegiatan manusia dalam usaha untuk mengetahui sesuatu. Apa yang kita
peroleh dalam proses mengetahui tersebut tanpa memperhatikan obyek, cara, dan kegunaannya kita masukkan ke dalam
kategori yang disebut ketahuan ini. Dalam bahasa Inggris sinonim dari ketahuan ini adalah knowledge.
Ketahuan knowledge ini merupakan terminologi generik yang mencakup segenap bentuk yang kita tahu seperti filsafat,
ekonomi, matematika, seni, bela diri, cara menyulam, dan biologi itu sendiri.
Untuk membedakan tiap-tiap bentuk dari anggota kelompok ketahuan (knowledge) yang spesifik ini terdapat 3 kriteria
yakni:
1. Obyek Ontologis
Obyek ontologis adalah obyek yang ditelaah dan membuahkan ketahuan (knowledge) tersebut.
2. Landasan Epistemologis
Landasan epistemologis adalah cara yang dipakai untuk mendapatkan ketahuan (knowledge) tersebut.
3. Landasan Aksiologis
Landasan aksiologis adalah adalah nilai kegunaan dari suatu ketahuan (knowledge) tersebut.
Ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial termasuk humaniora (seni, filsafat, bahasa, dan sebagainya) termasuk
ke dalam pengetahuan yang merupakan terminologi generik. Kata sifat dari ilmu adalah ilmiah atau
keilmuan: metode yang dipergunakan dalam kegiatan ilmiah (keilmuan) adalah metode ilmiah (keilmuan).
Ahli dalam bidang keilmuan adalam ilmuwan.

Politik Bahasa Nasional


Bahasa pada hakikatnya mempunyai dua fungsi utama yakni:
1. Fungsi komunikatif, sebagai sarana komunikasi antarmanusia.
2. Fungsi kohesif atau inegratif, sebagai sarana yang mempersatukan kelompok manusia yang
mempergunakan bahasa tersebut.
Selaku alat komunikasi pada pokoknya bahasa mencakup tiga unsur yakni:
1. Bahasa selaku alat komunikasi untuk menyampaikan pesan yang berkonotasi perasaan (emotif).
2. Bahasa selaku alat komunikasi untuk menyampaikan pesan yang berokonotasi sikap (afektif).
3. Bahasa selaku alat komunikasi untuk menyampaikan pesan yang berokonotasi pikiran (penalaran).
Perkembangan bahasa pada dasarnya adalah pertumbuhan ketiga fungsi tersebut agar mampu
mencerminkan perasaan, sikap, dan pikiran suatu kelompok masyarakat yang mempergunakan bahasa
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai