Praktisi HSE
Praktisi HSE
MENJADI
SEORANG
PRAKTISI
HSE
Ir. Anang Setyo Pramudiyanto
PRAKTISI HSE
Tugas dan tanggung jawab seorang praktisi HSE sesuai dengan perannya di
dalam struktur organisasi HSE (Organization Chart HSE).
Bagan Struktur Organisasi HSE Sederhana di Proyek
PROJECT
PROJECT
MANAGER
MANAGER
MANAGER
MANAGER
SHE
SHE
SHE SHE
SHE
SHE SHE
SHE Inspector MEDIVAC
Inspector MEDIVAC
ADMIN
ADMIN OFFICER
OFFICER
PRAKTISI HSE
Job Desk HSE Manager:
1. Mengikuti Kick Of Meeting dengan rekanan kerja/ sub kontraktor
2. Membuat, melaksanakan dan memantau implementasi SHE Plan oleh bawahan dan seksi lainnya.
3. Memonitor implementasi dari HIRARC kegiatan rutin.
4. Melakukan pemantauan RAB seksi SHE
5. Melakukan pemantauan pelaksanaan SHE Program rutin secara bulanan.
6. Melakukan monitoring laporan SHE ke eksternal.
7. Melakukan pemantauan hasil inspeksi lapangan dan tindak lanjutnya setiap hari.
8. Memimpin dalam rapat SHE eksternal dan Memimpin kegiatan SHE Patrol.
9. Mengkoordinir aktifitas SHE personil dan melaksanakan pembinaan (membuat training need analysis) sesuai dengan
arah perkembangan perusahaan.
10. Melaksanakan penyuluhan / pelatihan SHE di tingkat proyek.
11. Mereview spesifikasi peralatan SHE dalam proses pengadaan dan memonitor distribusi dan ketersediaan peralatan
SHE di gudang.
12. Membuat, mereview dan mensosialisasikan prosedur, instruksi kerja dan format-format terkait SHE.
13. Menyelenggarakan pengarsipan dokumen-dokumen sistem manajemen mutu dalam lingkup tanggung jawabnya
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
14. Memelihara dan memonitor terus-menerus kesiapan tim tanggap darurat termasuk pelaksanaan latihan tanggap
darurat minimal sekali setahun.
15. Melakukan inspeksi area kerja secara rutin dan mengevaluasi pelaksanaan inspeksi lapangan yang dilakukan SHE
Officer / Inspector.
16. Memonitoring dan memastikan bahwa program laporan keselamatan “kondisi tidak aman dan perilaku tidak aman”
berjalan di lingkungan proyek (OK3).
17. Sosialisasi terhadap issue tentang K3 di lingkungan proyek.
18. Memonitoring dan memastikan semua temuan kondisi tidak aman dan perilaku tidak aman sudah diperbaiki.
19. Melakukan pengarahan, pelatihan dan penerapan SMK3 kepada semua vendor/subkontraktor.
20. Melakukan penilaian terkait kualifikasi subkontraktor / vendor / suplier
21. Memonitoring, memastikan peralatan kerja terkait SHE baik dan terjaga.
22. Memonitoring dalam mengembangkan Job Safety Analysis
23. Memonitoring dan evaluasi terhadap penyimpangan standar prosedure K3LL di Lingkungan proyek dan peraturan
perundang-undangan.
24. Berpartisipasi aktif dalam penyelidikan kejadian / kecelakaan
25. Monitoring terhadap temuan klinik, audit internal, dan audit eksternal.
PRAKTISI HSE
Job Desk HSE Admin:
1. Membuat notulen SHE Meeting Weekly dan Monthly.
2. Membuat laporan mingguan dan bulanan SHE ke pemilik.
3. Membuat notulen SHE Committee.
4. Membuat notulen SHE Patrol.
5. Merekap dan monitoring registrasi Surat Izin Kerja
6. Membuat laporan dan monitoring kegiatan SHE seperti SHE Morning Talk, Toolbox Meeting, Taisho, SHE Induction, SHE
Meeting, SHE Training, General Housekeeping, dan lain-lain.
7. Monitoring SHE Performance.
8. Monitoring pada papan informasi K3 setiap bulannya.
9. Membuat dan merekap Risk Assesment seperti HIRARC dan JSA.
10. Membuat dan Merekap laporan bulanan SHE dan mengirim laporan SHE ke departemen.
11. Membuat laporan P2K3 ke Disnaker setempat.
12. Merekap, menyusun, monitoring laporan inspeksi K3 dilingkungan proyek
13. Merekap,dan menyusun data – data hasil dari klinik, audit internal dan eksternal.
14. Memonitoring dan memastikan bahwa program laporan keselamatan “kondisi tidak aman dan perilaku tidak aman” berjalan di
lingkungan proyek (Observasi K3/ OK3).
15. Membuat laporan temuan dan closing OK3 pemilik.
16. Menangani dan menanyakan semua kebutuhan safety yang telah di Request ( SPP )
17. Merekap laporan penerimaan dan monitoring APD
18. Menyimpan dokumentasi sertifikat asli dan salinannya yang terkait dengan Sistem manajemen teritegrasi
19. Mengelola pendistribusian dokumen SHE di area proyek
20. Melakukan dokumentasi terhadap hasil inspeksi pada peralatan kerja, tenaga kerja, kesehatan tenaga kerja serta lingkungan kerja.
21. Melakukan pengkinian data kondisi (checklist) peralatan keselamatan yang berada di proyek.
22. Monitoring 5R di area office, gudang, dan pabrikasi.
23. Membuat undangan kegiatan SHE ke internal.
24. Membuat dan menindak lanjuti hasil temuan klinik, audit internal, dan audit eksternal.
25. Monitoring isi pada dokumen dan rekaman aktif.
PRAKTISI HSE
Job Desk HSE Officer:
1. Memberikan SHE Induction bagi seluruh pekerja dan karyawan yang baru serta Tamu(Visitor).
2. Mengarahkan SHE Man untuk melakukan pengawasan di area yang sudah ditentukan.
3. Mengarahkan personil 5R (Carpenter & Waste disposal) untuk melakukan pekerjaan – pekerjaan yang mendukung
operasional K3LL dan 5R
4. Memimpin kegiatan SHE Morning Talk dan Memimpin kegiatan SHE Patrol
5. Memimpin kegiatan general house keeping
6. Menyediakan materi SHE Morning Talk
7. Memonitoring dan memastikan penanganan limbah dilingkungan area proyek aman, bersih dan rapi
8. Memonitoring dan memastikan bahwa program laporan keselamatan “kondisi tidak aman dan perilaku tidak aman”
berjalan di lingkungan proyek (OK3)
9. Memonitor dan memastikan alat pelindung diri (APD) yang sesuai digunakan pekerja saat bekerja
10. Mengikuti rapat koordinasi dengan pemilik apabila Manajer SHE berhalangan
11. Monitoring dan memastikan Surat Izin Kerja sudah terlampir sebelum pekerjaan dimulai
12. Monitoring, Koordinasi dan mengecek dokumen dengan SHE inspector untuk kelayakan operasi terhadap alat
angkat & angkut serta lainnya sebelum di operasikan.
13. Memonitoring dan memastikan tentang kondisi lingkungan area proyek bersih, aman, rapi, dan terhindar dari
penyakit akibat kerja (PAK) dan penyakit hubungan kerja (PHK)
14. Memonitor dan memastikan rambu-rambu SHE dilapangan tersedia, bersih, rapi dan aman
15. Melakukan, dan memonitoring implementasi 5R di site
16. Melakukan, dan monitoring peralatan dan perlengkapan SHE di area proyek
17. Melakukan, dan monitoring peralatan dan perlengkapan bantu kerja di area proyek
18. Membuat dan memonitoring prosedur/SOP pengeporasian peralatan kerja dan SHE.
19. Melakukan tindak lanjut hasil dari klinik, audit internal, dan audit eksternal
20. Berpartisipasi aktif dalam penyelidikan kejadian / kecelakaan
21. Sebagai Investigator terhadap nearmiss, NLTI, LTI, dan Fatality.
22. Melakukan tindak lanjut hasil dari SHE Patrol dan OK3 pemilik di lapangan.
23. Monitoring sertifikasi peralatan kerja dan Monitoring sertifikasi pekerja sesuai dengan jenis pekerjaan.
24. Melakukan inspeksi K3 harian di lapangan.
25. Melakukan pengecekan laporan inspeksi peralatan kerja dan SHE setiap bulannya.
26. Melakukan pemilihan terhadap performa pekerja terbaik untuk mendapatkan reward
PRAKTISI HSE
Job Desk HSE Inspector:
1. Melakukan inspeksi pre mob sebelum alat kerja di mobilisasi ke site
2. Melakukan inspeksi pre use sebelum alat kerja di gunakan di site
3. Memonitoring Pre Trip Inspeksi terhadap operator dan maintenance
4. Monitoring Surat Izin Alat (SIA) dan Surat Izin Operator (SIO).
5. Monitoring sertifikasi peralatan.
6. Melakukan inspeksi bulanan terhadap peralatan dan perlengkapan kerja
7. Melakukan inspeksi bulanan terhadap peralatan dan perlengkapan SHE
8. Melakukan inspeksi bulanan terhadap tabung bertekanan
9. Melakukan inspeksi bulanan terhadap mesin kerja dan genset
10. Melakukan inspeksi bulanan terhadap peralatan dan perlengkapan listrik
11. Melakukan inspeksi bulanan terhadap peralatan lifting rigging
12. Melakukan inspeksi bulanan terhadap fire protection
13. Melakukan inspeksi bulanan terhadap mobil operasional
14. Melakukan inspeksi scaffolding dan APD untuk bekerja diketinggian
15. Memonitoring dan memastikan bahwa program laporan keselamatan “kondisi tidak aman dan perilaku tidak aman” berjalan
di lingkungan proyek (OK3).
16. Sosialisasi terhadap issue tentang K3 di lingkungan proyek
17. Memonitoring dan memastikan semua temuan kondisi tidak aman dan perilaku tidak aman sudah diperbaiki.
18. Melakukan inspeksi K3 harian di lapangan.
19. Melakukan pengelolaan limbah B3 dan non B3
20. Membuat dan memonitoring prosedur/SOP pengeporasian peralatan kerja dan SHE.
21. Monitoring kelayakan operasi terhadap alat angkat & angkut serta lainnya sebelum di operasikan.
22. Memberikan SHE Induction bagi seluruh pekerja dan karyawan yang baru.
23. Memberikan SHE Re Induction untuk pekerja dan karyawan.
24. Memberikan SHE Induction untuk visitor.
25. Melakukan tindak lanjut hasil dari SHE Patrol dan OK3 pemilik di lapangan
PRAKTISI HSE
Inspeksi Crane
Inspeksi Crane
Inspeksi Crane
SAFETY MANAGEMENT
3. Penilaian Risiko (hirach) SYSTEM
Penilaian risiko membantu Anda melindungi pekerja dan karyawan dari potensi bahaya
serta bagaimana mengidentifikasi potensi bahaya dan kemudian bagaimana
memberikan solusi pengendalian bahaya tersebut supaya tercapai Zero Accident.
PENILAIAN RESIKO
Penilaian Resiko ULANG
IDENTIFIKASI BAHAYA Resiko Resiko
peraturan perundang-
DITINJAU DARI 5 ASPEK Dpt Dpt
No. Kegiatan undangan dan peraturan
(MAN, MACHINE, MATERIAL, lainya Diterima
PENGENDALIAN RESIKO PIC
TINGKAT Diterima
METHODE, ENVIRONMENT) TINGKAT (Y/N) AKIBAT PELUANG RESIKO
AKIBAT PELUANG (Y/N)
RESIKO
Permukaan tanah dilapisi dengan
Enviro: Kondisi tanah tidak stabil Bab V pasal 98 base plate, Hentikan pekerjaan E
/ lunak , Angin kencang, 1 L Y Pelaksana
pada saat terjadi gelombang tinggi
Gelombang tinggi 2 C M N dan angin kencang
PENILAIAN RESIKO
Penilaian Resiko ULANG
IDENTIFIKASI BAHAYA Resiko Resiko
peraturan perundang-
DITINJAU DARI 5 ASPEK Dpt Dpt
No. Kegiatan
(MAN, MACHINE, MATERIAL,
undangan dan peraturan
Diterima
PENGENDALIAN RESIKO PIC
AKIBAT PELUANG RESIKO Diterima
TINGKAT
lainya TINGKAT
METHODE, ENVIRONMENT) AKIBAT PELUANG (Y/N) (Y/N)
RESIKO
PELAKSANA-
1 E L Y
SO
Pastikan Operator istrahat saat kondisi
3 D M N
kelelahan
Permenaker RI No Per
Man': Operator alat hilang
05/Men/1985
konsentrasinya karena lelah
Bab I pasal 2,3,4
PELAKSANA-
SO
Pengikatan tiang pancang sesuai 1 L Y
prosedur dan standard. D
Material:Pergerakan Vibro
Hammer tidak hati-hati,
PEKERJAAN sling/parst yang lepas menimpa Bab II pasal 5 Pemeriksaan/Inspeksi kondisi sling
E L Y PELAKSANA
5 PEMANCANGAN. pekerja. 5 D E N & pengait sebelum alat crane
Pengoperasian Crane 1
beroperasi.
Pancang dan Vibro
Hammer
L Y PELAKSANA
Methode: Mengganggu C N
pemukiman (terjadi getaran saat Melakukan uji kebisingan dan E
hasilnya dijadikan dasar 1
pekerjaan) M
2 pertimbangan.
Bab V pasal 98
C PELAKSANA-
N L 5R
1 E Y
Environment: Kebisingan dan Gunakan Earplug
M
Getaran Permenaker no 5 Th 2018 2
PENJELASAN
TINGKAT RESIKO
PELUANG RESIKO
Peluang AKIBAT
1: TIDAK ADA CEDERA
A: HAMPIR PASTI AKAN
KERUGIAN MATERI
TERJADI
KECIL
1 2 3 4 5 E ; EXTREME
2: CEDERA RINGAN
B; CENDERUNG UNTUK P3K, KERUGIAN
A TERJADI MATERI SEDANG
H H E E E H: HIGH RISK
3: HILANG HARI KERJA,
C: MUNGKIN DAPAT KERUGIAN CUKUP
B M
TERJADI BESAR
H H E E
4; CACAT, KERUGIAN
C M: MODERATE RISK MATERI BESAR
L M H E E D: KECIL KEMUNGKINAN 5: KEMATIAN,
TERJADI KERUGIAN MATERIAL
D
L L M H E SANGAT BESAR
L: LOW RISK
E L L M H H E; Jarang terjadi
SAFETY MANAGEMENT
SYSTEM
Dokumentasi Laporan Hasil Tinjauan Manajemen dan Bukti Pelaksanaan
Dokumentasi Audit & SHE Klinik Rekomendasi Audit
SAFETY MANAGEMENT
SYSTEM
Dokumentasi Kebijakan K3
SAFETY MANAGEMENT
SYSTEM
600
300
210
500
200
848
400
743
100
53 658
300
0 477
LOCAL
LOCAL 200 390
POMALAA NON LOCAL
LUAR
POM... 283
232 234
100 180
Local Pomalaa -----) : 210 Orang 144 139 155
115 111
90
Local Luar Pomalaa .....) : 53 Orang 56
0
Non Local ......) : 585 Orang -1
3
-1
3
-1
3
n-
14
b-
1 4
-1
4
-1
4
-1
4
n-
14 l-1
4 14
p-
14 -1
4 14 -1
4
-1
5
kt op es Ja ar pr ei Ju Ju stu
s kt ov es n
Fe Se Ja
Total Jumlah Manpower Update 25 Jan 2015 O N D M A M
A
gu
O N D
= 848
Metrik Kinerja
HSE
KECELAKAAN HARI HILANG FR
Jumlah Jumlah Ringan STMB Berat Meninggal
No Periode SR
Manhours Kejadian Nearmis Total Ringan STMB Berat Meninggal Total NLTI LTI
s NLTI LTI
(10)=(7 (15)=(11+1 (16)=(6)/ (17)=(10)/ (18)=(15)/
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (11) (12) (13) (14)
+8+9) 2+13+14) (3)*1E6 (3)*1E6 (3)*1E6
1 September 2013 2.608 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Oktober 2013 7.331 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 November 2013 13.488 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Desember 2013 38.140 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 26 0 0
5 Januari 2014 26.132 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 February 2014 29.701 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Maret 2014 37.496 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 April 2014 31.404 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Mei 2014 41.866 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Juni 2014 53.245 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 Juli 2014 41.100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Agustus 2014 46.347 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 September 2014 91.640 1 3 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 11 0 0
14 Oktober 2014 97.444 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 November 2014 92.900 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Desember 2014 214.194 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5 0 0
17 Januari 2015 208.020 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
KETERANGAN :
1.073.056
1.073.056 Manhours
Manhours
STMB = Sementara Tak Mampu Bekerja
sampai
sampai dengan Jan-
dengan Jan- 2015
2015
NLTI = No Lost Time Injury (Kecelakaan kerja yg tidak mengakibatkan hilangnya hari
kerja)
LTI = Lost Time Injury (Kecelakaan yg mengakibatkan hilangnya hari kerja)
SR = Saverity Rate (Tingkat Keparahan) Keterangan :
FR = Frequency Rate (Tingkat Kekerapan) FR NLTI = Jumlah Luka Ringan NLTI/Jumlah Manhours*1000000
FR LTI = Jumlah Luka Berat, STMB, dan Meninggal/JLM Manhours* 1000000
SR = Jumlah hari kerja hilang/Jumlah Manhours* 1000000
Metrik Kinerja
HSE
Grafik FR Bulan September – Januari 2015
18
16
14
12
Nilai FR
10
8 16.24
6 11.4
4 8.52
16,24 5.37
2 4.38 3.55 4.34 3.58
3.1 2.74 3.07 2.31 2.8
0
Des-13 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 Mei-14 Juni Juli 14 Agust-14 Sept 14 Okt-14 Nov 14 Des 14 Jan-15
1
Grafik SR Bulan September – Januari 2015
0.9
0.8
0.7
0.6
Nilai FR
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
Sep-13 Okt-13 Nop-13 Des-13 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 Mei-14 Juni Juli 14 Agust- Sept 14 Okt-14 Nov 14 Des 15 Jan 15
14
Metrik Kinerja
HSE
900
800
700
600
500
Nilai Minimum
400 SHE Level
300
200
100
0
-1
7
-1
7 17 18 18 r-18 r-18 -18 -18 l-18 -18 -18 t-18 -18 -18 -19 -19 r-19 r-19 -19 -19
t v c- an- eb- y n c n y n
Oc No De J F M
a
Ap Ma Ju Ju Aug Sep Oc Nov De Ja Fe
b
M
a
Ap Ma Ju
Metrik Kinerja
HSE
Metrik Kinerja
HSE
Metrik Kinerja
HSE
Metrik Kinerja
HSE
Metrik Kinerja
HSE
GRAFIK 5R
1200
1000
800
600
Nilai Minimum
5 R Level
400
200
0
7 7 7 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9 9
t -1 -1 -1 -1 -1 -1 r-1 ay-1 n-1 ul-1 g-1 ep-1 ct-1 v-1 ec-1 an-1 eb-1 ar-1 pr-1 ay-1 n-1
Oc
v c n b ar p
No De Ja Fe M A M Ju J Au S O No D J F M A M Ju
Metrik Kinerja
HSE
Metrik Kinerja
HSE
Metrik Kinerja
HSE
Metrik Kinerja
HSE
Metrik Kinerja
HSE
LAPORAN NEARMISS
Metrik Kinerja
HSE
LAPORAN ACCIDENT & NEARMISS
Metrik Kinerja
HSE
GRAFIK WORK PRACTISE JANUARI-JUNI 2019
SHE STATISTIC
Statistic This Month (Apr-Jun) Project To Date
Total Man Power 215 215
Total Man Hours 120.942 708.288
Total Man Hours since last TRI 708.288 708.288
Total Vehicle & Heavy Equipment 10 10
Membuat jadwal pertemuan yang konsisten untuk staf HSE adalah kunci untuk meninjau strategi HSE saat ini dan
berhasil mengimplementasikan inisiatif baru. Selain itu, menempatkan rencana komunikasi yang jelas akan
menumbuhkan kolaborasi dan mengurangi kebingungan selama keadaan darurat. Jadwalkan rapat staf HSE setiap
minggu atau setiap dua minggu, dan pastikan untuk menugaskan pemimpin rapat dan menyiapkan agenda untuk
memastikan pertemuan yang efisien dan efektif. Membuat lembar kontak untuk semua personel HSE, grup dalam email
atau alat komunikasi internal Anda, serta jadwal kerja yang
mudah diakses, mendorong
komunikasi yang transparan di
antara tim.
Dokumentasi Kegiatan Inspeksi/ Patrol dan Dokumentasi Laporan Hasil SHE Meeting
laporan tindak lanjut
SAFETY MANAGEMENT
SYSTEM
10. Manajemen Sebagai Role Model
Setiap sistem manajemen HSE perlu ditinjau untuk diverifikasi bahwa tujuan saat ini sedang
dipenuhi dan inisiatif baru sedang dilaksanakan. Tinjauan sistem manajemen oleh kepemimpinan
senior harus dilakukan secara teratur. Ini membuat staf dan sistem bertanggung jawab, dan
menghadirkan peluang untuk diskusi antara personel HSE dan manajemen tingkat atas.
Sistem ini akan sangat efektif dikarenakan peran Manajer Proyek sebagai Manajer tertinggi di
Proyek ikut menjadi HSE Role Model. Sehingga Tujuan Utama HSE mencegah kecelakaan,
penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan dapat tercapai.
Aspek psikologis budaya keselamatan berhubungan dengan 'perasaan orang' tentang keselamatan
dan manajemen keselamatan organisasi (sistem). Ini mencakup kepercayaan, sikap, nilai-nilai dan
persepsi individu dan kelompok di semua tingkatan, sering disebut sebagai 'iklim keselamatan'
organisasi. Ini dapat diukur secara subyektif melalui penggunaan kuesioner iklim keselamatan yang
bertujuan untuk mengungkap sikap dan persepsi tenaga kerja pada titik waktu tertentu.
Aspek perilaku berkaitan dengan 'apa yang dilakukan orang' dalam organisasi. Ini mencakup semua
kegiatan dan tindakan yang terkait dengan keselamatan karyawan di semua tingkatan. Aspek-aspek
ini juga dapat digambarkan sebagai faktor 'organisasi'.
Aspek situasional budaya keselamatan menggambarkan 'apa yang dimiliki organisasi'. Ini tercermin
dalam tata kelola organisasi, kebijakan, prosedur operasi, sistem manajemen, sistem komunikasi
dan alur kerja. Aspek-aspek ini juga dapat digambarkan sebagai faktor 'perusahaan' atau 'struktural'
SAFETY CULTURE
Tetapi yang lebih penting dari itu adalah budaya Organisasi(Budaya kerja) yang merupakan akar
penyebab dari kecelakaan dan insiden.
Contohnya:
Kelemahan organisasi sistemik termasuk kurangnya pengawasan
Peran dan tanggung jawab yang tidak jelas
Pelatihan / penilaian / prosedur / instruksi yang tidak memadai
Kepemimpinan yang buruk dan komunikasi keselamatan,
Tuntutan pekerjaan yang bersaing
Perencanaan yang tidak efektif dan sistem kerja yang aman.
Contoh seperti itu diatas sering disebut sebagai gejala budaya keselamatan yang buruk. Untuk
itu diperlukan Menciptakan Safety Culture(Budaya Keselamatan) diimulai dari Top Management.
Hal Ini menggabungkan Total Quality Management(TQM) dengan Safety Culture.
SAFETY CULTURE
Pertanyaan tentang banyak kecelakaan besar - Herald of Free Enterprise (1987), King's Cross (1988), Clapham
Junction (1989), Piper Alpha (1990), Southall (1997), Ladbroke Grove (1999), Longford Explosion (2000), BP
Pengilangan minyak Texas (2007) - telah menemukan kesalahan dalam struktur organisasi, sistem manajemen
keselamatan dan budaya yang berlaku, melemparkan pentingnya budaya keselamatan dan manajemen faktor manusia
(mis. Orang) berisiko menjadi sorotan. Kereta Southall dan Ladbroke Grove mengalami kecelakaan, masing-masing
pada bulan September 1997 dan Oktober 1999, menyebabkan tiga laporan penyelidikan publik yang terpisah: satu
untuk setiap kecelakaan dan sebuah laporan tentang Perlindungan Kereta Otomatis. Pertanyaan mengambil melihat
mendasar pada masalah generik seputar keselamatan di Industri Kereta Api Inggris. Kesimpulan prinsip yang
difokuskan pada peningkatan manajemen keselamatan, khususnya budaya keselamatan: “Pencapaian budaya
keselamatan yang ditingkatkan di kereta api adalah inti dari seluruh program perubahan yang diprakarsai oleh
Pertanyaan Lord Cullen. . . jika suatu organisasi memiliki budaya yang tepat di tempatnya, ia akan menemukan
orang yang tepat dan teknologi yang tepat untuk memberikan kinerja yang aman dan efektif. "
“... kebutuhan akan budaya keselamatan yang positif adalah pemikiran paling mendasar sebelum penyelidikan.” ??
Laporan tersebut menghasilkan 295 rekomendasi, menetapkan 'kriteria yang diperlukan dan menantang untuk
mengubah keadaan perkeretaapian'. Bagian dari rekomendasi berada di bawah judul 'Budaya, Kepemimpinan
Keselamatan dan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan' yang menyajikan dua puluh lima rekomendasi yang
berkaitan dengan struktur internal perusahaan, budaya keselamatan, dan manajemen kesehatan dan keselamatan.
Rekomendasi tersebut bertujuan untuk mendapatkan peningkatan di bidang-bidang berikut: ?? • Proses audit
keselamatan? • Pelaporan dan pemeliharaan kesalahan? • Penilaian risiko? • Penerapan rezim kasus keselamatan
kereta api? • Kepemimpinan keselamatan dan komunikasi di perusahaan ?? Didorong oleh peningkatan pemahaman
tentang kemampuan dan keterbatasan kinerja manusia, dan pelajaran dari kecelakaan besar, harapan untuk kinerja
keselamatan organisasi terus meningkat. Pengawasan publik atas akuntabilitas perusahaan menjadi semakin intens,
tetapi, ketika insiden keselamatan besar terjadi, terlepas dari upaya yang telah dilakukan, seringkali ‘budaya’ yang
digunakan sebagai salah satu akar penyebabnya. Ini telah membuat banyak perusahaan ingin mengukur budaya
keselamatan mereka
SAFETY CULTURE
Jadi apa peran yang dimainkan budaya keselamatan dalam kinerja keselamatan? Analogi sederhana
adalah mempertimbangkan mengendarai mobil. Ada 3 bahan berbeda untuk berkendara yang aman:
Desain yang melekat pada mobil - fitur keselamatan (mis. Sabuk pengaman, zona crumple, rem anti-lock,
dll.);
Pengaturan manajemen lalu lintas secara keseluruhan (mis. Desain & tata letak jalan, permukaan jalan,
signage, dll.);
Supir.
Beberapa mobil secara inheren lebih aman daripada yang lain (diperlihatkan oleh banyak temuan
penelitian), beberapa pengaturan manajemen lalu lintas lebih aman daripada yang lain (mis. Jalan raya
lebih aman daripada sebagian besar jalan kereta tunggal; autobahn telah mengetahui kekurangannya).
Namun, bahkan dengan sistem yang baik, sikap dan perilaku pengemudilah yang pada akhirnya akan
menentukan kinerja keselamatan berkendara. Untuk tingkat kinerja keselamatan tertinggi kita
membutuhkan ketiga elemen - sikap, perilaku dan sistem - untuk menjadi sebaik mungkin. ?? 'Kesehatan'
sebenarnya dari keselamatan organisasi mana pun terutama ditentukan oleh frekuensi perilaku kunci
sehari-hari (garis depan dan manajemen) dan sejauh mana semua itu didorong dan didukung oleh sistem
manajemen keselamatan yang efektif dan fleksibel . Kepercayaan bersama tentang pentingnya
keselamatan, sejauh mana organisasi secara aktif berusaha untuk memastikan kesehatan dan keselamatan
dilakukan dengan benar dan selalu diberi prioritas tinggi adalah apa yang mendefinisikan budaya
keselamatan yang positif. Ini berfungsi untuk menekankan pentingnya manajemen risiko proaktif, untuk
melengkapi fokus pada sistem teknis. ?? Ini sangat kontras dengan rekaman langkah-langkah tradisional
(reaktif) dari keamanan sistem yang didasarkan pada pengurangan, atau tidak adanya, peristiwa negatif
yang menjadi semakin langka karena dampak dari solusi teknologi dan teknik.
SAFETY CULTURE
Pelajaran utama
Ada konsensus di antara akademisi dan profesional keselamatan pada elemen kunci dari
budaya keselamatan organisasi yang menghasilkan kinerja keselamatan yang sangat baik. Ini
tercermin dalam Model Kedewasaan Manajemen Kereta Api Kantor Peraturan Rel dan alat
audit budaya keselamatan mereka untuk inspektur, model 5-level HSE tentang Safety Culture
Maturity ® (yang menopang toolkit RSSB ini) dan prioritas yang diidentifikasi dalam
Pertanyaan Ladbroke Grove. Laporkan untuk pengembangan budaya keselamatan positif.
[Safety Culture Maturity ® adalah merek dagang terdaftar dari The Keil Centre Limited]. ??
Pelajaran utama jelas: ?? Kita membutuhkan sistem manajemen keselamatan yang efektif dan
tepat yang menghilangkan hambatan untuk bekerja dengan aman dan yang menumbuhkan
sikap dan perilaku yang benar di seluruh organisasi; ?? Kita perlu kepemimpinan keselamatan
yang dapat dibuktikan & komitmen manajemen yang terlihat untuk kesehatan dan
keselamatan; ini perlu 'dirasakan' di seluruh organisasi dan akan terbukti dari prioritas dan
sumber daya yang diberikan untuk keselamatan; ?? Kita membutuhkan partisipasi tenaga kerja,
keterlibatan dan sikap positif terhadap kesehatan dan keselamatan sehingga staf di semua
tingkatan menerima bahwa mereka memiliki peran dalam memastikan perilaku dan keputusan
mereka tidak membahayakan orang lain. Secara umum, semakin tinggi keterlibatan, semakin
positif budaya keselamatan; ?? Kita perlu pembelajaran organisasi dan perbaikan terus-
menerus, di mana insiden dan kegagalan dipandang sebagai peluang untuk mempelajari
pelajaran yang berharga dan meningkatkan operasi. Ini sangat tergantung pada pengembangan
budaya yang adil dan budaya pelaporan yang efektif
SAFETY CULTURE
Kematangan budaya
Dalam perangkat penilaian budaya Keselamatan RSSB, tingkat kematangan
keseluruhan organisasi ditentukan berdasarkan kematangannya pada
masing-masing dari 11 komponen budaya keselamatan utama berikut:
Komitmen manajemen
Komunikasi
Latihan
Pembelajaran organisasi
Hambatan dan pengaruh
Partisipasi karyawan
Komitmen organisasi
Perilaku pengambilan risiko
Pengaruh rekan kerja
Peran pengawas
Peran pribadi
Tingkat kedewasaan Fitur Utama
• Pencegahan semua cedera atau bahaya bagi karyawan adalah nilai inti perusahaan.
Level 5 • Organisasi memiliki periode yang berkelanjutan (bertahun-tahun) tanpa kecelakaan yang dapat direkam atau
PERBAIKAN TERUS insiden potensial yang tinggi - tetapi tidak ada perasaan puas diri.
Rumah sakit menggunakan serangkaian indikator (terkemuka dan tertinggal) untuk memantau kinerja tetapi
MENERUS
tidak didorong oleh kinerja - ia memiliki keyakinan dalam proses keselamatannya.
• Rumah sakit berusaha untuk menjadi lebih baik dan menemukan pendekatan pengendalian bahaya yang
lebih baik.
• Semua karyawan memiliki keyakinan yang sama bahwa kesehatan dan keselamatan adalah aspek penting
dari pekerjaan mereka dan menerima bahwa pencegahan cedera akibat tidak bekerja adalah penting.
• Perusahaan menginvestasikan banyak upaya dalam mempromosikan kesehatan dan keselamatan di rumah
Level 4 • Mayoritas staf yakin bahwa kesehatan dan keselamatan itu penting - baik dari sudut pandang moral &
KERJASAMA ekonomi.
• Manajemen menyadari bahwa berbagai faktor menyebabkan kecelakaan - dan akar penyebabnya
kemungkinan berasal dari keputusan manajemen.
• Staf garis depan menerima tanggung jawab atas kesehatan dan keselamatan mereka sendiri dan orang lain.
• Pentingnya semua karyawan merasa dihargai dan diperlakukan secara adil diakui.
• Rumah sakit melakukan upaya signifikan dalam tindakan proaktif untuk mencegah kecelakaan.
• Kinerja keselamatan dimonitor secara aktif menggunakan semua data yang tersedia.
• Gaya hidup sehat dipromosikan dan kecelakaan kerja juga dipantau.
Tingkat 1 • Fokus keselamatan adalah pada solusi teknis dan prosedural serta kepatuhan
KESADARAN terhadap peraturan.
• Keselamatan tidak dilihat sebagai risiko bisnis utama.
• Departemen keselamatan dianggap sebagai pihak yang paling bertanggung jawab
atas keselamatan.
• Banyak kecelakaan dilihat sebagai hal yang tak terhindarkan.
Sebagian besar staf garis depan tidak tertarik pada keselamatan - hanya digunakan
sebagai tuas pada masalah lain.
SAFETY CULTURE
Mungkin ada beberapa tujuan untuk melakukan penilaian budaya keselamatan, dan ini dapat mempengaruhi
pilihan metode yang paling tepat. Tujuan dapat mencakup:
Mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan;
Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan;
Benchmarking - baik di dalam industri dan lebih umum;
Mencari pandangan staf dan mengidentifikasi masalah mereka;
Mencari saran perbaikan dari staf;
Meningkatkan kesadaran dan profil keselamatan dalam perusahaan.
Konsekuensi dari penilaian budaya keselamatan utama adalah bahwa hal itu meningkatkan harapan dalam
angkatan kerja tentang tanggapan manajemen terhadap temuan. Ini bisa sangat berguna jika respons
perusahaan terhadap temuan tersebut cepat, positif, dan memenuhi harapan tenaga kerja - ini kemudian akan
membantu menunjukkan komitmen manajemen dan minat tulus terhadap keselamatan, dan karenanya
kemungkinan akan "memulai" peningkatan lebih lanjut. Kegagalan untuk merespons secara memadai - baik
terlalu sedikit, terlalu terlambat, atau tidak dikomunikasikan, akan lebih membahayakan daripada jika
penilaian tidak dilakukan sama sekali. Tinjauan skala kecil, profil rendah dapat berguna untuk memberi
informasi kepada manajemen tentang opsi dan strategi sebelum, atau alih-alih penilaian budaya keselamatan
penuh. Pendekatan survei sangat baik dalam memungkinkan semua pandangan karyawan dicari, tetapi
penggunaannya terbatas dalam mendapatkan ide perbaikan. Lokakarya sangat baik untuk mendapatkan
perhatian karyawan dan gagasan peningkatan, tetapi sering kali hanya menyertakan pilihan karyawan.
Survei iklim / sikap keselamatan (mis., Survei budaya keselamatan RSSB; survei Iklim HSE)
Deskripsi • Kuesioner yang dirancang untuk memperoleh sikap tenaga kerja pada aspek-aspek kunci dari budaya
keselamatan.
• Secara umum seluruh tenaga kerja disurvei.
Kapan dan • Sebagai bagian dari program peningkatan budaya keselamatan yang berkomitmen sebagai intervensi profil tinggi
bagaimana cara DAN ketika disiapkan dan berkomitmen untuk merespons hasil.
menggunakannya • Ulangi survei (setiap 18 bulan - 2 tahun) untuk pembandingan dan tanda komitmen berkelanjutan.
• Sebagai cara untuk memungkinkan semua karyawan untuk berpartisipasi dalam kegiatan peningkatan keselamatan.
• Sebagai sarana untuk menunjukkan komitmen manajemen - TETAPI hanya jika siap merespons dengan cepat dan
sepenuhnya terhadap hasil.
• JANGAN gunakan jika tidak yakin masalah apa yang kemungkinan akan terungkap, atau tanpa perencanaan,
sumber daya dan komitmen untuk mengatasi hasil
Audit manajemen keselamatan (mis. Manajer ISRS, TRIPOD, RoSPA, BSC 5-star)
Deskripsi • Proses audit dirancang untuk memeriksa aspek-aspek kunci dari sistem manajemen keselamatan.
• Berdasarkan model yang mendasari manajemen keselamatan yang mencakup aspek
kepemimpinan keselamatan, kompetensi dan komitmen terhadap keselamatan.
• Biasanya mencari keberadaan sistem dan efektivitasnya.
• Gunakan auditor yang terlatih atau terakreditasi - biasanya eksternal - untuk melakukan audit.
Keterbatasan • Tidak banyak mengungkapkan tentang sikap dan perilaku tenaga kerja.
• Sangat bagus seberapa baik model SMS yang mendasarinya cocok dengan beberapa organisasi /
sektor industri.
• Tidak memberikan kesempatan bagi semua karyawan untuk memberikan pandangan dan
berpartisipasi dalam proses tersebut.
Keterbatasan • Hanya melibatkan partisipasi dari sejumlah kecil karyawan - karenanya mungkin tidak
mencerminkan pandangan seluruh organisasi.
• Tidak menghasilkan respons pada berbagai pertanyaan.
• Bisa jadi kesulitan menyampaikan hasil lokakarya kepada manajer senior - terutama jika tidak
ada (kehilangan emosi, dll.).
• Profil tinggi meningkatkan harapan tenaga kerja tentang tanggapan - dapat menyebabkan
manajemen kehilangan kredibilitas jika tanggapan dianggap tidak memadai.
• Hati-hati untuk memastikan bahwa kerahasiaan dijaga.
Kapan dan • Sebagai bagian dari program peningkatan budaya keselamatan yang berkomitmen sebagai
bagaimana cara intervensi profil tinggi DAN ketika disiapkan dan berkomitmen untuk merespons hasil.
menggunakanny • Alternatif untuk pendekatan survei.
a • Sebagai sarana untuk menunjukkan komitmen manajemen - TETAPI hanya jika siap merespons
dengan cepat dan sepenuhnya terhadap hasil.
• JANGAN gunakan jika tidak yakin masalah apa yang kemungkinan akan terungkap, atau tanpa
perencanaan, sumber daya & komitmen untuk mengatasi hasil.
SAFETY CULTURE
Apa manfaatnya?
Konsekuensi dari penilaian budaya keselamatan utama adalah bahwa hal itu meningkatkan harapan dalam angkatan
kerja tentang tanggapan manajemen terhadap temuan. Ini bisa sangat berguna jika respons perusahaan terhadap
temuan tersebut cepat, positif, dan memenuhi harapan tenaga kerja - ini kemudian akan membantu menunjukkan
komitmen manajemen dan minat tulus terhadap keselamatan, dan karenanya kemungkinan akan "memulai"
peningkatan lebih lanjut. Kegagalan untuk merespons secara memadai - baik terlalu sedikit, terlalu terlambat, atau
tidak dikomunikasikan, akan lebih membahayakan daripada jika penilaian tidak dilakukan sama sekali. Tinjauan
skala kecil, profil rendah dapat berguna untuk memberi informasi kepada manajemen tentang opsi dan strategi
sebelum, atau alih-alih penilaian budaya keselamatan penuh. Pendekatan survei sangat baik dalam memungkinkan
semua pandangan karyawan dicari, tetapi penggunaannya terbatas dalam mendapatkan ide perbaikan. Lokakarya
sangat baik untuk mendapatkan perhatian karyawan dan gagasan peningkatan, tetapi sering kali hanya menyertakan
pilihan karyawan.
SAFETY CULTURE
Harapan ORR
20 tahun setelah dari Penyelidikan Clapham, sorotan kembali pada budaya keselamatan dalam industri kereta api. Office of
Rail Regulation (ORR), sebelumnya Inspektorat Rel Mulia [HMRI]) memiliki harapan yang pasti tentang manajemen
keselamatan dan budaya keselamatan pada perusahaan kereta api, dan memiliki program untuk memvalidasi rekomendasi
dari berbagai pertanyaan publik (misalnya. Permintaan Cullen). ?? Setelah berkonsultasi pada tahun 2006, ORR telah
menetapkan visi dan prioritas mereka untuk industri dalam Strategi Kesehatan dan Keselamatan mereka (2009-14).
Strategi ini merupakan bagian dari keseluruhan strategi korporasi ORR. Bagian dari strategi ORR yang relevan dengan
pengembangan budaya keselamatan industri kereta api positif dirangkum di bawah ini.
• Tujuan strategi
“... semua bagian dari perkeretaapian memiliki budaya kesehatan dan keselamatan yang sangat baik dan proses
pengendalian risiko pada 2014." ?? "Kami percaya bahwa mencapai tujuan ini akan memungkinkan industri untuk menjadi
lebih dekat daripada saat ini untuk mencapai nol karyawan dan kematian akibat penumpang di industri dan menurunnya
tingkat risiko. Penerapan praktik terbaik dalam kesehatan kerja yang lebih konsisten juga akan berkontribusi pada
peningkatan efisiensi ". ??" Kami berharap industri kereta api akan terus memeriksa perilaku dan sistem manajemennya
untuk mengidentifikasi dan menerapkan praktik yang dapat dilakukan secara wajar Kami percaya bahwa kinerja kesehatan
dan keselamatan yang baik berkontribusi pada kinerja bisnis yang baik ". ?? • Tujuan strategis khusus ?? (i)" bahwa
budaya keselamatan di semua pemegang tugas utama telah meningkat pada 2014 ke tingkat yang dapat ditunjukkan
kepada menjadi unggul dalam sistem pengukuran yang diakui secara internasional "; ?? (ii)" bahwa industri menerapkan
aturan, standar, prosedur dan teknologi untuk mendukung itu budaya "; ?? (iii)" bahwa semua insiden dan cedera diselidiki
dengan cepat dan menyeluruh oleh industri dan tindakan ditutup melalui proses yang kuat ". ?? • Persyaratan utama yang
terkandung dalam Rencana Bisnis ORR (2009-10) ?? (i) “memastikan pemegang tugas dan industri menangani benang
merah (dalam budaya keselamatan)”.
BEHAVIOUR BASE
SAFETY
Brian Stenson - 30 Agustus 2016 Memperkenalkan program Keselamatan Berbasis Perilaku (BBS) adalah cara
yang bagus untuk mengubah budaya keselamatan organisasi, jika dilakukan dengan benar. Program yang saya
lihat selama bertahun-tahun telah mengambil banyak bentuk.
Mari kita ikuti kuis, Manakah dari berikut ini yang merupakan bentuk ideal dari program BBS?
Menemukan kesalahan dengan tindakan karyawan dan melakukan koreksi (terkadang tindakan hukuman)
Menggunakan ilmu perilaku untuk menghilangkan bahaya atau mengidentifikasi kontrol administratif
Menganalisis data pengamatan dan menghargai perilaku yang baik melalui sistem "token"
Program BBS yang ideal mengumpulkan sejumlah besar informasi tentang kebiasaan karyawan untuk
mempengaruhi perubahan dan mudah-mudahan membawa program keselamatan perusahaan ke "level
selanjutnya", bahkan menjadikannya kelas dunia. Jadi, jawabannya adalah (b).
Program BBS yang sukses membutuhkan bagian-bagian berikut yang bekerja secara serempak:
Keterlibatan yang berdedikasi dari setiap karyawan (bahkan CEO); termasuk kontraktor dan sub-kontraktor
membuat program lebih kuat
Metode untuk mengumpulkan dan mengevaluasi data
Mekanisme untuk melembagakan perubahan pada kebijakan, prosedur, dan sistem
Kesediaan kepemimpinan untuk mengakui bahwa ada cara yang lebih baik dan untuk memulai dari awal
Keselamatan Berbasis Perilaku paling efektif ketika diperlakukan sebagai perulangan berkelanjutan, terus-
menerus beradaptasi dengan kebutuhan karyawan, keselamatan, dan bisnis Anda. Elemen-elemen ini termasuk
dalam apa yang saya anggap sebagai proses BBS lengkap
BEHAVIOUR BASE
SAFETY
Standard
7 Elements OE : 2,5 3,9
0 1 2 3 4 5
1. Entry Control
EXCELENCE
2. Surat Ijin Kerja Aman (SIKA) / PTW
EFECTIVE
3. Job Safety Analysis (JSA)
7. Housekeeping
SECURITY
• Semua Tamu(Visitor) wajib lapor kepada security
• Semua Tamu wajib menggunakan Id Badge visitor
• Id Badge visitor wajib digunakan selama
kunjungan.
• Id Badge visitor wajib dikembalikan setelah
kunjungan selesai
• Pekerja dan Tamu yang tidak menggunakan APD
tidak diperkenankan masuk melewati Pos Security
• Semua kendaraan yang melintas melewati pos
security wajib membuka pintu, untuk diperiksa
keamanannya dan pemakain sabuk pengaman
2. SIKA/ PTW
Surat Izin Kerja Aman (SIKA) mengacu pada sistem manajemen yang
digunakan untuk memastikan bahwa pekerjaan dilakukan dengan aman dan
efisien. Ini digunakan dalam industri berbahaya dan melibatkan prosedur
untuk meminta, meninjau, mengotorisasi, mendokumentasikan, dan yang
paling penting, tugas-tugas de-konflik yang harus dilakukan oleh pekerja
garis depan. Izin untuk bekerja adalah bagian penting dari pengendalian
pekerjaan (KK), manajemen terpadu dari proses pemeliharaan kritis bisnis.
Kontrol pekerjaan terdiri dari izin untuk bekerja, identifikasi bahaya dan
penilaian risiko (RA), dan manajemen isolasi (IM).
Jenis-jenis izin kerja meliputi:
1. Hot Work Permit
2. Cold Work Permit
3. Confined Space Entry Work Permit
4. Electrical Work Permit
5. Excavation, Trenching and Ground Disturbance Work Permit
6. Vehicle Entry Work Permit
7. Radiation Work Permit
3. JOB SAFETY ANALYSIS
Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja
sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan
orang di sekelilingnya.
APD WAJIB:
1.Hard hat
2.Eye protector
3.Hand gloves
4.Safety shoes
5.Reflective vest
1. Persiapan
2. Mematikan
3. Isolasi
4. Lockout / tagout
5. Pemeriksaan energi tersimpan
6. Verifikasi isolasi
5. LOCK OUT TAG OUT
1. Persiapan
2. Mematikan/ Memutus sumber energi
3. Isolasi
4. Lockout / tagout
5. Pemeriksaan energi tersimpan
6. Verifikasi isolasi
5. LOCK OUT TAG OUT
1. PERSIAPAN
Langkah pertama LOTO dengan mengunci dan menandai peralatan untuk
Maintenance dan pemeliharaan adalah Persiapan.
Selama fase persiapan, karyawan yang berwenang (Authorized Isolation)
harus menyelidiki dan mendapatkan pemahaman lengkap tentang semua
jenis energi berbahaya yang mungkin dikendalikan. Selain itu, penting untuk
mengidentifikasi bahaya spesifik dan tentu saja sarana untuk mengendalikan
energi itu.
3. ISOLASI
Langkah selanjutnya dari prosedur lockout / tagout adalah mengisolasi mesin atau
peralatan dari sumber energi apa pun.
Hal ini termasuk mematikan daya pada Breaker( pemutus Tegangan) dan Menutup
Valve
5. LOCK OUT TAG OUT
Selama Phase ini, karyawan yang berwenang akan memasang perangkat lockout dan /
atau tagout ke setiap perangkat yangdiisolasi energinya. Intinya adalah untuk
menerapkan perangkat penguncian pada perangkat yang mengisolasi energi
sedemikian rupa sehingga dikatakan dalam posisi "aman" dan tidak dapat dipindahkan
ke posisi yang tidak aman kecuali oleh orang yang melakukan penguncian.
Tagout mengacu pada penerapan tag pada perangkat juga. Tag ini termasuk nama
orang yang melakukan penguncian dan informasi tambahan(Tercatat dan dibukukan)
5. LOCK OUT TAG OUT
6. VERIFIKASI ISOLASI
Langkah terakhir ini adalah tentang memastikan mematikan mesin, mengisolasinya dari
sumber dayanya, menguncinya, dan memeriksa energi tersimpan yang berbahaya.
Dan mengecek kembali apakah benar-benar aman untuk bekerja pada mesin atau
peralatan. Pada Phase ini Petugas yang berwenang(Authorized Person) memverifikasi
bahwa mesin telah diisolasi dengan benar dan tidak diberi energi.(Tercatat dan
dibukukan)
5. LOCK OUT TAG OUT
Pekerja seharusnya
Once a claim if filed to withhold information the product label must state:
• Date the exemption filed
• Claim registration number
Medical Access
Doctors and nurses can access withheld information however this information
remains confidential.
6. MATERIAL SAFETY DATA SHEET
5S 5R
7. HOUSEKEEPING &
5S(5R)
SASARAN PENERAPAN HOUSEKEEPING & 5 S(5 R)
SEBELUM SESUDAH
96
TERIMA KASIH
ATAS PARTISIPASI ANDA