Anda di halaman 1dari 96

BAGAIMANA

MENJADI
SEORANG
PRAKTISI
HSE
Ir. Anang Setyo Pramudiyanto
PRAKTISI HSE

Sebagai seorang praktisi HSE mempunyai tugas dan tanggung


jawab untuk menjaga berlangsungnya proses produksi(manufaktur,
konstruksi,pertambangan , Minyak dan Gas Bumi, dlsb) tetap
berjalan lancar sehingga kecelakan akibat kerja, penyakit akibat
kerja dan kerusakan lingkungan dapat dihindarkan. Untuk dapat
melaksanakan tugas dan tanggung jawab tersebut seorang praktisi
HSE wajib memiliki kemampuan pribadi, antara lain :
 Taktik dan diplomatis
 Mampu bekerja secara mandiri atau sebagai bagian dari tim
 Keterampilan komunikasi dan interpersonal yang baik
 Kebijaksanaan dan penghormatan terhadap kerahasiaan dan
privasi Perusahaan
 Integritas dan kejujuran
PRAKTISI HSE

Tugas dan tanggung jawab seorang praktisi HSE sesuai dengan perannya di
dalam struktur organisasi HSE (Organization Chart HSE).
Bagan Struktur Organisasi HSE Sederhana di Proyek

PROJECT
PROJECT
MANAGER
MANAGER

MANAGER
MANAGER
SHE
SHE

SHE SHE
SHE
SHE SHE
SHE Inspector MEDIVAC
Inspector MEDIVAC
ADMIN
ADMIN OFFICER
OFFICER
PRAKTISI HSE
Job Desk HSE Manager:
1. Mengikuti Kick Of Meeting dengan rekanan kerja/ sub kontraktor
2. Membuat, melaksanakan dan memantau implementasi SHE Plan oleh bawahan dan seksi lainnya.
3. Memonitor implementasi dari HIRARC kegiatan rutin.
4. Melakukan pemantauan RAB seksi SHE
5. Melakukan pemantauan pelaksanaan SHE Program rutin secara bulanan.
6. Melakukan monitoring laporan SHE ke eksternal.
7. Melakukan pemantauan hasil inspeksi lapangan dan tindak lanjutnya setiap hari.
8. Memimpin dalam rapat SHE eksternal dan Memimpin kegiatan SHE Patrol.
9. Mengkoordinir aktifitas SHE personil dan melaksanakan pembinaan (membuat training need analysis) sesuai dengan
arah perkembangan perusahaan.
10. Melaksanakan penyuluhan / pelatihan SHE di tingkat proyek.
11. Mereview spesifikasi peralatan SHE dalam proses pengadaan dan memonitor distribusi dan ketersediaan peralatan
SHE di gudang.
12. Membuat, mereview dan mensosialisasikan prosedur, instruksi kerja dan format-format terkait SHE.
13. Menyelenggarakan pengarsipan dokumen-dokumen sistem manajemen mutu dalam lingkup tanggung jawabnya
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
14. Memelihara dan memonitor terus-menerus kesiapan tim tanggap darurat termasuk pelaksanaan latihan tanggap
darurat minimal sekali setahun.
15. Melakukan inspeksi area kerja secara rutin dan mengevaluasi pelaksanaan inspeksi lapangan yang dilakukan SHE
Officer / Inspector.
16. Memonitoring dan memastikan bahwa program laporan keselamatan “kondisi tidak aman dan perilaku tidak aman”
berjalan di lingkungan proyek (OK3).
17. Sosialisasi terhadap issue tentang K3 di lingkungan proyek.
18. Memonitoring dan memastikan semua temuan kondisi tidak aman dan perilaku tidak aman sudah diperbaiki.
19. Melakukan pengarahan, pelatihan dan penerapan SMK3 kepada semua vendor/subkontraktor.
20. Melakukan penilaian terkait kualifikasi subkontraktor / vendor / suplier
21. Memonitoring, memastikan peralatan kerja terkait SHE baik dan terjaga.
22. Memonitoring dalam mengembangkan Job Safety Analysis
23. Memonitoring dan evaluasi terhadap penyimpangan standar prosedure K3LL di Lingkungan proyek dan peraturan
perundang-undangan.
24. Berpartisipasi aktif dalam penyelidikan kejadian / kecelakaan
25. Monitoring terhadap temuan klinik, audit internal, dan audit eksternal.
PRAKTISI HSE
Job Desk HSE Admin:
1. Membuat notulen SHE Meeting Weekly dan Monthly.
2. Membuat laporan mingguan dan bulanan SHE ke pemilik.
3. Membuat notulen SHE Committee.
4. Membuat notulen SHE Patrol.
5. Merekap dan monitoring registrasi Surat Izin Kerja
6. Membuat laporan dan monitoring kegiatan SHE seperti SHE Morning Talk, Toolbox Meeting, Taisho, SHE Induction, SHE
Meeting, SHE Training, General Housekeeping, dan lain-lain.
7. Monitoring SHE Performance.
8. Monitoring pada papan informasi K3 setiap bulannya.
9. Membuat dan merekap Risk Assesment seperti HIRARC dan JSA.
10. Membuat dan Merekap laporan bulanan SHE dan mengirim laporan SHE ke departemen.
11. Membuat laporan P2K3 ke Disnaker setempat.
12. Merekap, menyusun, monitoring laporan inspeksi K3 dilingkungan proyek
13. Merekap,dan menyusun data – data hasil dari klinik, audit internal dan eksternal.
14. Memonitoring dan memastikan bahwa program laporan keselamatan “kondisi tidak aman dan perilaku tidak aman” berjalan di
lingkungan proyek (Observasi K3/ OK3).
15. Membuat laporan temuan dan closing OK3 pemilik.
16. Menangani dan menanyakan semua kebutuhan safety yang telah di Request ( SPP )
17. Merekap laporan penerimaan dan monitoring APD
18. Menyimpan dokumentasi sertifikat asli dan salinannya yang terkait dengan Sistem manajemen teritegrasi
19. Mengelola pendistribusian dokumen SHE di area proyek
20. Melakukan dokumentasi terhadap hasil inspeksi pada peralatan kerja, tenaga kerja, kesehatan tenaga kerja serta lingkungan kerja.
21. Melakukan pengkinian data kondisi (checklist) peralatan keselamatan yang berada di proyek.
22. Monitoring 5R di area office, gudang, dan pabrikasi.
23. Membuat undangan kegiatan SHE ke internal.
24. Membuat dan menindak lanjuti hasil temuan klinik, audit internal, dan audit eksternal.
25. Monitoring isi pada dokumen dan rekaman aktif.
PRAKTISI HSE
Job Desk HSE Officer:
1. Memberikan SHE Induction bagi seluruh pekerja dan karyawan yang baru serta Tamu(Visitor).
2. Mengarahkan SHE Man untuk melakukan pengawasan di area yang sudah ditentukan.
3. Mengarahkan personil 5R (Carpenter & Waste disposal) untuk melakukan pekerjaan – pekerjaan yang mendukung
operasional K3LL dan 5R
4. Memimpin kegiatan SHE Morning Talk dan Memimpin kegiatan SHE Patrol
5. Memimpin kegiatan general house keeping
6. Menyediakan materi SHE Morning Talk
7. Memonitoring dan memastikan penanganan limbah dilingkungan area proyek aman, bersih dan rapi
8. Memonitoring dan memastikan bahwa program laporan keselamatan “kondisi tidak aman dan perilaku tidak aman”
berjalan di lingkungan proyek (OK3)
9. Memonitor dan memastikan alat pelindung diri (APD) yang sesuai digunakan pekerja saat bekerja
10. Mengikuti rapat koordinasi dengan pemilik apabila Manajer SHE berhalangan
11. Monitoring dan memastikan Surat Izin Kerja sudah terlampir sebelum pekerjaan dimulai
12. Monitoring, Koordinasi dan mengecek dokumen dengan SHE inspector untuk kelayakan operasi terhadap alat
angkat & angkut serta lainnya sebelum di operasikan.
13. Memonitoring dan memastikan tentang kondisi lingkungan area proyek bersih, aman, rapi, dan terhindar dari
penyakit akibat kerja (PAK) dan penyakit hubungan kerja (PHK)
14. Memonitor dan memastikan rambu-rambu SHE dilapangan tersedia, bersih, rapi dan aman
15. Melakukan, dan memonitoring implementasi 5R di site
16. Melakukan, dan monitoring peralatan dan perlengkapan SHE di area proyek
17. Melakukan, dan monitoring peralatan dan perlengkapan bantu kerja di area proyek
18. Membuat dan memonitoring prosedur/SOP pengeporasian peralatan kerja dan SHE.
19. Melakukan tindak lanjut hasil dari klinik, audit internal, dan audit eksternal
20. Berpartisipasi aktif dalam penyelidikan kejadian / kecelakaan
21. Sebagai Investigator terhadap nearmiss, NLTI, LTI, dan Fatality.
22. Melakukan tindak lanjut hasil dari SHE Patrol dan OK3 pemilik di lapangan.
23. Monitoring sertifikasi peralatan kerja dan Monitoring sertifikasi pekerja sesuai dengan jenis pekerjaan.
24. Melakukan inspeksi K3 harian di lapangan.
25. Melakukan pengecekan laporan inspeksi peralatan kerja dan SHE setiap bulannya.
26. Melakukan pemilihan terhadap performa pekerja terbaik untuk mendapatkan reward
PRAKTISI HSE
Job Desk HSE Inspector:
1. Melakukan inspeksi pre mob sebelum alat kerja di mobilisasi ke site
2. Melakukan inspeksi pre use sebelum alat kerja di gunakan di site
3. Memonitoring Pre Trip Inspeksi terhadap operator dan maintenance
4. Monitoring Surat Izin Alat (SIA) dan Surat Izin Operator (SIO).
5. Monitoring sertifikasi peralatan.
6. Melakukan inspeksi bulanan terhadap peralatan dan perlengkapan kerja
7. Melakukan inspeksi bulanan terhadap peralatan dan perlengkapan SHE
8. Melakukan inspeksi bulanan terhadap tabung bertekanan
9. Melakukan inspeksi bulanan terhadap mesin kerja dan genset
10. Melakukan inspeksi bulanan terhadap peralatan dan perlengkapan listrik
11. Melakukan inspeksi bulanan terhadap peralatan lifting rigging
12. Melakukan inspeksi bulanan terhadap fire protection
13. Melakukan inspeksi bulanan terhadap mobil operasional
14. Melakukan inspeksi scaffolding dan APD untuk bekerja diketinggian
15. Memonitoring dan memastikan bahwa program laporan keselamatan “kondisi tidak aman dan perilaku tidak aman” berjalan
di lingkungan proyek (OK3).
16. Sosialisasi terhadap issue tentang K3 di lingkungan proyek
17. Memonitoring dan memastikan semua temuan kondisi tidak aman dan perilaku tidak aman sudah diperbaiki.
18. Melakukan inspeksi K3 harian di lapangan.
19. Melakukan pengelolaan limbah B3 dan non B3
20. Membuat dan memonitoring prosedur/SOP pengeporasian peralatan kerja dan SHE.
21. Monitoring kelayakan operasi terhadap alat angkat & angkut serta lainnya sebelum di operasikan.
22. Memberikan SHE Induction bagi seluruh pekerja dan karyawan yang baru.
23. Memberikan SHE Re Induction untuk pekerja dan karyawan.
24. Memberikan SHE Induction untuk visitor.
25. Melakukan tindak lanjut hasil dari SHE Patrol dan OK3 pemilik di lapangan
PRAKTISI HSE

Job Desk HSE Medivac:


1. Melakukan pemantauan kesehatan karyawan secara rutin.
2. Melakukan tindakan dan penanganan medis untuk pekerja yang mengalami
kecelakaan atau sakit dan jika tidak dapat di tangani akan dirujuk ke rumah sakit
yang ditunjuk.
3. Membina hubungan yang harmonis dengan rumah sakit & para dokter.
4. Melakukan inventarisasi peralatan dan obat-obatan.
5. Menyiapkan program kampanye kesehatan.
6. Melakukan pengaturan jam kerja paramedic (stand by duty, dsb).
7. Melakukan random check/test drugs dan alkohol kepada seluruh pekerja.
8. Memastikan pelaksanaan MCU telah dilakukan untuk seluruh pekerja.
9. Memastikan dan melakukan pengecekan pada kendaraan ambulance siap pakai
dalam keadaan darurat.
10. Melakukan koordinasi dengan pihak ketiga untuk mengadakan pelatihan first aids
kepada team emergency.
11. Melakukan sosialisasi medivac kepada seluruh pekerja di lokasi kerja proyek.
PRAKTISI HSE

Ahli kesehatan dan keselamatan kerja bertugas :


1. Mengkoordinasikan sistem kesehatan dan keselamatan dalam
suatu organisasi(Safety Management System).
2. Mengidentifikasi bahaya, menilai risiko terhadap kesehatan
dan keselamatan, menerapkan kontrol keselamatan yang
tepat.
3. Memberikan Advice dan Training tentang pencegahan
kecelakaan dan kesehatan kerja kepada manajemen dan
karyawan.
4. Melakukan pelatihan dan pembelajaran lebih lanjut, Ahli
kesehatan dan keselamatan kerja dapat melaksanakan audit
yang memeriksa tingkat kepatuhan tempat kerja dengan
standar kesehatan dan keselamatan
SAFETY MANAGEMENT
SYSTEM

Untuk menjalankan proses kesehatan dan keselamatan kerja yang berkesinambungan


diperlukan sebuah Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3) atau
Safety Management System (SMS) yang terdokumentasi dengan baik untuk memastikan
bahwa pelaksanaannya sudah sesuai dan terukur sehingga tujuan dapat tercapai untuk
mendapatkan Zero Accident . Sistem Safety Management System yang sudah
didokumentasikan ini kemudian dikomunikasikan, dan dipraktikkan dalam pelaksanaan
kegiatan produksi.
Tahapan Pelaksanaan Safety management system:
1. Dokumentasi
Yaitu membuat Sistem Dokumen HSE yang bertujuan untuk memandu pelaksanaan HSE
di dalam suatu kegiatan proses produksi. Kemudian dokumen tersebut dikontrol dan
didistribusikan baik secara Manual maupunElektronik
SAFETY MANAGEMENT
SYSTEM

2. Daftar Inspeksi(Periksa Pemeriksaan Keamanan)


Membuat daftar periksa inspeksi keselamatan yang bertujuan menetapkan dasar untuk
kualitas inspeksi dan dapat mengurangi jumlah waktu yang diperlukan untuk melakukan
inspeksi baik area kerja maupun inspeksi peralatan.

Inspeksi Crane
Inspeksi Crane
Inspeksi Crane
SAFETY MANAGEMENT
3. Penilaian Risiko (hirach) SYSTEM
Penilaian risiko membantu Anda melindungi pekerja dan karyawan dari potensi bahaya
serta bagaimana mengidentifikasi potensi bahaya dan kemudian bagaimana
memberikan solusi pengendalian bahaya tersebut supaya tercapai Zero Accident.
PENILAIAN RESIKO
Penilaian Resiko ULANG
IDENTIFIKASI BAHAYA Resiko Resiko
peraturan perundang-
DITINJAU DARI 5 ASPEK Dpt Dpt
No. Kegiatan undangan dan peraturan
(MAN, MACHINE, MATERIAL, lainya Diterima
PENGENDALIAN RESIKO PIC
TINGKAT Diterima
METHODE, ENVIRONMENT) TINGKAT (Y/N) AKIBAT PELUANG RESIKO
AKIBAT PELUANG (Y/N)
RESIKO

SURVEY Memasang rambu-rambu peringatan PELAKSANA-


dan pengaman pada saat melakukan 2 D L Y
SO
kegiatan seperti : ("HATI-HATI"
5 D E N
Man': Juru ukur terjatuh ke air Undang-Undang No 1 th 1970 Terjatuh Ke AIR"), memasang pagar
bab 2 pasal 2 ayat 1,2,b,k pengaman dll, pekerja wajib
menggunakan APD (Life Jacket, dll).

- Turunkan jangkar ponton pada 4 SURVEYOR


sisi, tempatkan mesin bor di 1 E L Y
Machine:Ponton terbalik tengah (seimbang)
4 C E N
1 Survey dan soil
investigasi
Methode: Tripod terjatuh dan
'- Memastikan tripod layak dan PELAKSANA-
mengakibatkan kerusakan pada E L Y
Permenaker No. 5 th 2018 berdiri dengan kokoh dan level SURVEYOR
alat ukur 2 C M N 1
pada permukaan yang rata dan
Methode:Data hasil pengukuran keras
tidak sesuai dengan rencana PELAKSANA-
E L Y
'- Aktivitas dilakukan pada saat air SURVEYOR
Environment: Gelombang tinggi 4 C E N 1
laut tenang atau ombak kecil
Man: Operator trailer lelah Permenaker RI No Per
Operator harus dalam kondisi yang Pengadaan
,ngantuk sehingga berakibat 05/Men/1985 5 D E N 1 E L Y
fit dan Alat- SO
kecelakaan. Bab1 pasal 1 ayat 10
Machine: Menabrak kendaraan Permenaker RI No Per Beban muatan kendaraan harus Pengadaan
lain di jalan, kendaraan terbalik, 05/Men/1985 5 D E N sesuai dengan persyaratan atau 1 D L Y dan Alat- SO
ban pecah. Bab1 pasal 1 ayat 10 tidak melebihi kapasitas
Penempatan material harus L Y Pelaksana-
E
disesuaikan dengan kondisi gudang
Permenaker RI No Per 1
lapangan (koordinasi Pelaksana,
05/Men/1985 3 D M N gudamg dan SO).
Material:'Material dan alat Bab1 pasal 1 ayat 10
Mobilisasi peralatan dan terbuang, rusak tidak dapat
2
material digunakan.
Permenaker No 5 Th 2018 Peralatan/Operator truck trailer
Methode:Kesalahan penempatan 3 D M N harus merencanakan route,
Pengadaan
alat dan material sehingga tidak mobilisasi dan handling pada saat 1 D L Y
dan Alat
sesuai 5R menaikkan/menurunkam alat berat
dan material sesuai prosedur.
 
Hentikan pekerjaan pada saat
' Kendala cuaca buruk dan Suhu cuaca buruk,dan sediakan air D
tinggi, Emisi gas buang minum yang cukup saat cuaca
1 L Y Pelaksana
PENILAIAN RESIKO
Penilaian Resiko ULANG
IDENTIFIKASI BAHAYA Resiko Resiko
peraturan perundang-
DITINJAU DARI 5 ASPEK Dpt Dpt
No. Kegiatan
(MAN, MACHINE, MATERIAL,
undangan dan peraturan
Diterima
PENGENDALIAN RESIKO PIC
METHODE, ENVIRONMENT) lainya TINGKAT Diterima
TINGKAT (Y/N) AKIBAT PELUANG RESIKO (Y/N)
AKIBAT PELUANG
RESIKO

Pasang akses kerja, tangga platform, PELAKSANA-


1 D L Y
handraill dan railling di lokasi SO
5 A E N pekerjaan dan gunakan selalu safety
body harness pada saat bekerja
Man': Pekerja terjatuh dari Permenaker RI No Per diketinggian.
ketinggian saat memasang atap 05/Men/1985
Bab1 pasal 1 ayat 10

Lakukan inspeksi secara continue SO


1 D L Y
dan sebelum alat digunakan
Machine:Electrical tools tidak 4 E H N
berfungsi dengan baik /rusak
sehingga membahaya pekerja

3 Material: Posisi material yang


PEMBUATAN DIREKSI PELAKSANA-
akan di pasang tidak beraturan Lakukan perapihan terhadap L Y
KEET PROYEK Permenaker No. 5 th 2018 D 5R
dilokasi kerja 2 C M N material yang akan dipasang dan 1
yang sudah dipasang

Methode: Pekerja tidak


memahami instruksi kerja dan PELAKSANA-
'-Setiap pekerja wajib E L Y SURVEYOR
beresiko terkilir dan tertimpa 1
4 C E N mendapatkan Safety Induction dan
material
terpasang IK di area kerja

Hentikan pekerjaan pada saat PELAKSANA-


Environment: Kendala cuaca cuaca buruk,dan sediakan air 1 D L 5R
2 C M N Y
buruk dan Suhu tinggi minum yang cukup saat cuaca
panas
Permenaker RI No Per Operator dan signalman selalu
Pelaksana-
Man: Operator dan signalman 05/Men/1985 3 D M N berada dalam kondisi sehat, fit dan 2 E L Y
SO
hilang konsentrasi/tidak fokus Bab I pasal 2 selalu fokus
Pelaksana-
Machine: ': Crane tidak Bab I pasal 3 3 C H N Lakukan inspeksi terhadap crane 1 D L Y SO
berfungsi dengan baik/rusak sebelum pekerjaan dimulai
yang dapat menciderai pekerja
Rigging dan lifting plan harus Pelaksana-
dibuat dan dijalankan pada saat 1 E L Y
Engineering
Bab I pasal 4 3 D M N bekerja
PEKERJAAN
PEMANCANGAN. Material: Tiang pancang patah
4
Loading unloading tiang dan menghantam
pancang material/equipment lain
Permenaker No 5 Th 2018 Lakukan toolbox meeting sebelum
Methode: Crane amblas dan 3 C H N
salah penempatan tiang pancang memulai pekerjaan dan beri 1 E L Y Pelaksana
di titik pemancangan Bab II pasal 5 landasan untuk crane

 
Permukaan tanah dilapisi dengan
Enviro: Kondisi tanah tidak stabil Bab V pasal 98 base plate, Hentikan pekerjaan E
/ lunak , Angin kencang, 1 L Y Pelaksana
pada saat terjadi gelombang tinggi
Gelombang tinggi 2 C M N dan angin kencang
PENILAIAN RESIKO
Penilaian Resiko ULANG
IDENTIFIKASI BAHAYA Resiko Resiko
peraturan perundang-
DITINJAU DARI 5 ASPEK Dpt Dpt
No. Kegiatan
(MAN, MACHINE, MATERIAL,
undangan dan peraturan
Diterima
PENGENDALIAN RESIKO PIC
AKIBAT PELUANG RESIKO Diterima
TINGKAT
lainya TINGKAT
METHODE, ENVIRONMENT) AKIBAT PELUANG (Y/N) (Y/N)
RESIKO

PELAKSANA-
1 E L Y
SO
Pastikan Operator istrahat saat kondisi
3 D M N
kelelahan
Permenaker RI No Per
Man': Operator alat hilang
05/Men/1985
konsentrasinya karena lelah
Bab I pasal 2,3,4
PELAKSANA-
SO
Pengikatan tiang pancang sesuai 1 L Y
prosedur dan standard. D

Machine: Alat Pengait Crane 5 C E N


pancang lepas mengenai pekerja

Material:Pergerakan Vibro
Hammer tidak hati-hati,
PEKERJAAN sling/parst yang lepas menimpa Bab II pasal 5 Pemeriksaan/Inspeksi kondisi sling
E L Y PELAKSANA
5 PEMANCANGAN. pekerja. 5 D E N & pengait sebelum alat crane
Pengoperasian Crane 1
beroperasi.
Pancang dan Vibro
Hammer

L Y PELAKSANA
Methode: Mengganggu C N
pemukiman (terjadi getaran saat Melakukan uji kebisingan dan E
hasilnya dijadikan dasar 1
pekerjaan) M
2 pertimbangan.
Bab V pasal 98

C PELAKSANA-
N L 5R
1 E Y
Environment: Kebisingan dan Gunakan Earplug
M
Getaran Permenaker no 5 Th 2018 2
PENJELASAN

TINGKAT RESIKO
PELUANG RESIKO
Peluang AKIBAT
1: TIDAK ADA CEDERA
A: HAMPIR PASTI AKAN
KERUGIAN MATERI
TERJADI
KECIL
1 2 3 4 5 E ; EXTREME
2: CEDERA RINGAN
B; CENDERUNG UNTUK P3K, KERUGIAN
A TERJADI MATERI SEDANG
H H E E E H: HIGH RISK
3: HILANG HARI KERJA,
C: MUNGKIN DAPAT KERUGIAN CUKUP
B M
TERJADI BESAR
H H E E
4; CACAT, KERUGIAN
C M: MODERATE RISK MATERI BESAR
L M H E E D: KECIL KEMUNGKINAN 5: KEMATIAN,
TERJADI KERUGIAN MATERIAL
D
L L M H E SANGAT BESAR
L: LOW RISK
E L L M H H E; Jarang terjadi
SAFETY MANAGEMENT
SYSTEM

4. Rencana Tanggap Darurat


Rencana tanggap darurat dibuat untuk menghadapi keadaan darurat seperti: Kebakaran, Banjir, Gempa
Bumi, Tsunami, Tanah Longsor, dlsb. Rencana Tanggap darurat berisikan cara melaporkan keadaan
darurat, prosedur evakuasi dan Titik Tempat berkumpul(Muster Point), Prosedur untuk menutup operasi
proyek (Emergency Shutdown), Penyelamatan dan tugas medis untuk setiap pekerja yang ditugaskan
untuk melaksanakannya, dan menghubungi informasi untuk individu dengan informasi lebih lanjut.
Selain itu, rencana tanggap darurat dapat berisi informasi tentang rumah sakit dan layanan medis
setempat, dan prosedur evakuasi medis serta hubungan dengan pihak Kepolisian,Pemadam
Kebakaran,Team SAR dan InstansiTerkait.
SAFETY MANAGEMENT
SYSTEM

5. Program Pelatihan dan Sistem Dokumentasi


Program pelatihan keselamatan karyawan dapat mencakup latihan pemadam kebakaran /
Tsunami/ gempa bumi, tanah longsor, simulasi kecelakaan, dan bahkan pertolongan pertama
pada kecelakaan untuk pelatihan medis tingkat lanjut. Jenis pelatihan lainnya termasuk
penggunaan APD yang benar, bekerja di ketinggian, Rigging & Lifthing, keselamatan Alat
berat( Crane, Excavator, forklift, dan pengelolaan limbah berbahaya.

Training CSMS Cutting Torch Training ISPS CODE

Sea Survival Training First Aid Training Inspector Scaffold Training


(Teori)
SAFETY MANAGEMENT
SYSTEM
6. Kebijakan dan Jadwal Audit Internal
Audit kesehatan dan keselamatan Kerja adalah cara lain yang bagus untuk memastikan kepatuhan
dengan undang-undang keselamatan, serta mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam
sistem manajemen HSE Anda. Baik auditor internal maupun eksternal dapat melakukan audit,.
Dokumentasi dari audit dapat digunakan untuk membandingkan pelaksanaan sistem Manajemen
K3. serta hasil dapat digunakan untuk perbaikan dan masalah dari tahun ke tahun, mengidentifikasi
tren, dan menciptakan inisiatif Progam HSE yang baru berdasarkan data audit.
       

       

 
 

 
  Dokumentasi Laporan Hasil Tinjauan Manajemen dan Bukti Pelaksanaan
Dokumentasi Audit & SHE Klinik Rekomendasi Audit
   
SAFETY MANAGEMENT
SYSTEM

7. Daftar Hukum dan Peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Untuk melaksanakan dan mematuhi kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja salah satunya dengan
cara memasang kebijakan K3 dan poster Keselamatan dan Kesehatan Kerja dikantor, di Mading dan di
ruang yang mencolok di mana karyawan atau pekerja dapat melihatnya. Poster ini menginformasikan hak-
hak pekerja kepada mereka berdasarkan Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Meskipun
tidak diperlukan, akan membantu untuk menampilkan informasi peraturan dan hukum kesehatan dan
keselamatan tambahan di ruang yang sama untuk mendorong kesadaran dan kepatuhan karyawan.
   

 
Dokumentasi Kebijakan K3
 
SAFETY MANAGEMENT
SYSTEM

8. Metrik Kinerja HSE Yang Dapat Diukur


Untuk menjalankan program HSE yang baik dan berkesinambungan
diperlukan indikator yang dapat terukur dan dapat dianalisa.Sehingga
dapat dilakukan Identifikasi bidang yang perlu diperbaiki, serta trend dari
waktu ke waktu. Indikator kinerja utama untuk HSE kesehatan,
keselamatan, dan lingkungan meliputi:

 Lost Time Rate (LTR)


 Total Tingkat Kecelakaan (TAR)
 Tingkat Keparahan Kecelakaan (ASR)
 Total Cedera yang Dapat Dicatat
 Hari Kerja Sejak Insiden Terakhir

Berikut kita berikan gambaran pelaksanaan Metrik Kinerja HSE dan


indikator-indikator yang dapat dijadikan ukuran dan di analisa untuk
perbaikan yang berkesinambungan(Continous Improvement).
Metrik Kinerja
HSE
No Uraian Jumlah No Uraian Jumlah No. Uraian Jumlah
C Pekerja Harian
A Staff Keahlian B Staff   01 Asst. Surveyor 13
02 Helper Elektrik 9
01 Manager Proyek 1 01 Engineering 15 03 Welder Wika NCR 3
02 Deputy Manager Proyek 1 02 Document Control 1 04 Operator Crane 70 Ton 1
05 Helper Crane 70 Ton 1
03 Manager Konstruksi 1 03 Komersial 2 06 Mekanik Crane 70 Ton 1
04 Manager Engineer 1 04 Material Control 2 07 Operator Crane 25 Ton 2
08 Helper Crane 25 Ton 2
05 Manager Safety 1 05 Administrasi Gudang 4 09 Operator Excavator 1
06 Keuangan Dan Pesonalia 1 06 Pengadaan 3 10 Operator Crane 300 Ton 1
11 Mekanik Crane 300 Ton 2
Komersial Dan 07 Keuangan Dan Umum 3
07 1 12 Harian Gudang 4
Pengadaan 08 QA/QC 11 13 Helper Hiap Crane 2
08 Manager QA/QC 1 09 Welding Inspektur 1 14 Team House Keeping 9
15 Operator & Helper CP 2
Total 8 10 Safety officer 5 16 Helper TPJ Rusman 3
11 Safetyman 2 Total 56
12 Administrasi SHE 1 No. Uraian Jumlah
Keterangan : 13 Pelaksana Sipil 4 D Sub-Cont atau Mandor  
01 Mandor Sanusi 8
14 Pelaksana Mechanical 9
Manager 8 Orang 02 Mandor Marsi'in 41
15 Pelaksana Instrument 1 03 Mandor Sumadi 35
Staff 107 Orang 04 Mandor Siswanto 41
16 Pelaksana Elektrical 7
05 Mandor Sulaiman 22
Pekerja Harian 56 Orang 17 Surveyor 2 06 Mandor Karno 13
Mandor atau Sub-cont 677 Orang 18 Commissioning 6 07 Taskforce Erwin 64
08 Taskforce Santosi 43
Total 848 Orang 19 Rigger 3 09 Taskforce Jamal 31
20 Security 14 10 Taskforce Suyitno 34
11 Taskforce Elektrik 34
21 Driver 5
12 Piping 13
22 Driver Dump-Truck 2 13 PT. Gemilang Karya Mandiri 104
23 Driver Bus 1 14 PT. Power Plant Service 31
24 Office Boy 2 15 CV. Kurnia Selaras 16
16 PT. GSE 90
25 Office Girls 1 17 PT. Traifindo 23
Total 107 18 PT. Armada Mix 11
19 PT. Siemens 14
Total Manpower Periode Jan 2015 : 848 Orang 20 PT. Azbil 6
21 PT. Siko Techno 3
Total 677
Metrik Kinerja
HSE
600 585 900

500 800 GRAFIK JUMLAH MANPOWER


JAN 2015
700
400

600
300

210
500
200
848
400
743
100
53 658
300

0 477
LOCAL
LOCAL 200 390
POMALAA NON LOCAL
LUAR
POM... 283
232 234
100 180
Local Pomalaa -----) : 210 Orang 144 139 155
115 111
90
Local Luar Pomalaa .....) : 53 Orang 56
0
Non Local ......) : 585 Orang -1
3
-1
3
-1
3
n-
14
b-
1 4
-1
4
-1
4
-1
4
n-
14 l-1
4 14
p-
14 -1
4 14 -1
4
-1
5
kt op es Ja ar pr ei Ju Ju stu
s kt ov es n
Fe Se Ja
Total Jumlah Manpower Update 25 Jan 2015 O N D M A M
A
gu
O N D

= 848
Metrik Kinerja
HSE
KECELAKAAN HARI HILANG FR
Jumlah Jumlah Ringan STMB Berat Meninggal
No Periode SR
Manhours Kejadian Nearmis Total Ringan STMB Berat Meninggal Total NLTI LTI
s NLTI LTI
(10)=(7 (15)=(11+1 (16)=(6)/ (17)=(10)/ (18)=(15)/
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (11) (12) (13) (14)
+8+9) 2+13+14) (3)*1E6 (3)*1E6 (3)*1E6
1 September 2013 2.608 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Oktober 2013 7.331 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 November 2013 13.488 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Desember 2013 38.140 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 26 0 0
5 Januari 2014 26.132 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 February 2014 29.701 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Maret 2014 37.496 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 April 2014 31.404 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Mei 2014 41.866 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Juni 2014 53.245 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 Juli 2014 41.100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Agustus 2014 46.347 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 September 2014 91.640 1 3 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 11 0 0
14 Oktober 2014 97.444 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 November 2014 92.900 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Desember 2014 214.194 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5 0 0
17 Januari 2015 208.020 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

  TOTAL 1.073.056 2 9 3 0 0 0 3 0 0 0 0 0 2,80 0 0

KETERANGAN :
1.073.056
1.073.056 Manhours
Manhours
STMB = Sementara Tak Mampu Bekerja
sampai
sampai dengan Jan-
dengan Jan- 2015
2015
NLTI = No Lost Time Injury (Kecelakaan kerja yg tidak mengakibatkan hilangnya hari
kerja)
LTI = Lost Time Injury (Kecelakaan yg mengakibatkan hilangnya hari kerja)
SR = Saverity Rate (Tingkat Keparahan) Keterangan :
FR = Frequency Rate (Tingkat Kekerapan) FR NLTI = Jumlah Luka Ringan NLTI/Jumlah Manhours*1000000
FR LTI = Jumlah Luka Berat, STMB, dan Meninggal/JLM Manhours* 1000000
SR = Jumlah hari kerja hilang/Jumlah Manhours* 1000000
Metrik Kinerja
HSE
Grafik FR Bulan September – Januari 2015
18
16
14
12
Nilai FR

10
8 16.24
6 11.4
4 8.52
16,24 5.37
2 4.38 3.55 4.34 3.58
3.1 2.74 3.07 2.31 2.8
0
Des-13 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 Mei-14 Juni Juli 14 Agust-14 Sept 14 Okt-14 Nov 14 Des 14 Jan-15

1
Grafik SR Bulan September – Januari 2015
0.9
0.8
0.7
0.6
Nilai FR

0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
Sep-13 Okt-13 Nop-13 Des-13 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 Mei-14 Juni Juli 14 Agust- Sept 14 Okt-14 Nov 14 Des 15 Jan 15
14
Metrik Kinerja
HSE

GRAFIK SHE LEVEL


1000

900

800

700

600

500
Nilai Minimum
400 SHE Level

300

200

100

0
-1
7
-1
7 17 18 18 r-18 r-18 -18 -18 l-18 -18 -18 t-18 -18 -18 -19 -19 r-19 r-19 -19 -19
t v c- an- eb- y n c n y n
Oc No De J F M
a
Ap Ma Ju Ju Aug Sep Oc Nov De Ja Fe
b
M
a
Ap Ma Ju
Metrik Kinerja
HSE
Metrik Kinerja
HSE
Metrik Kinerja
HSE
Metrik Kinerja
HSE
Metrik Kinerja
HSE
GRAFIK 5R

1200

1000

800

600
Nilai Minimum
5 R Level
400

200

0
7 7 7 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9 9
t -1 -1 -1 -1 -1 -1 r-1 ay-1 n-1 ul-1 g-1 ep-1 ct-1 v-1 ec-1 an-1 eb-1 ar-1 pr-1 ay-1 n-1
Oc
v c n b ar p
No De Ja Fe M A M Ju J Au S O No D J F M A M Ju
Metrik Kinerja
HSE
Metrik Kinerja
HSE
Metrik Kinerja
HSE
Metrik Kinerja
HSE
Metrik Kinerja
HSE
LAPORAN NEARMISS
Metrik Kinerja
HSE
LAPORAN ACCIDENT & NEARMISS
Metrik Kinerja
HSE
GRAFIK WORK PRACTISE JANUARI-JUNI 2019

% Pemenuhan Inspeksi Work Practise


94
92
90
88 % Pemenuhan
86 Inspeksi Work
Practise
84
82
80
78
Jan-19 Feb-19 Mar-19 Apr-19 May-19 Jun-19
Metrik Kinerja
HSE

SHE STATISTIC
Statistic This Month (Apr-Jun) Project To Date
Total Man Power 215 215
Total Man Hours 120.942 708.288
Total Man Hours since last TRI 708.288 708.288
Total Vehicle & Heavy Equipment 10 10

Lagging Indicator This Month (April) Project To Date


Total Recordable Injury (NLTI & LTI) 0 0
Total Fire Case 0 0
Total Environmental Case 0 0
FR NLTI (Frekuensi Rate No Loss Time Injury) 0 0
FR LTI (Frekuensi Rate Loss Time Injury) 0 0
SR (Severity Rate) 0 0
Metrik Kinerja
HSE
KEY PERFORMANCE INDICATOR

Leading Indicator Target (Juni 2019) Actual %


Safety Morning Talk 69 60 87%
Tool Box Meeting 81 81 100%
SHE Committee Meeting 3 3 100%
Internal SHE Meeting Coordination 12 12 100%
Safety Patrol 12 12 100%
Environment Inspection (Environmental Aspect) 3 3 100%
Heavy Equipment Inspection 30 30 100%
Vehicle Inspection 24 24 100%
Machinery Inspection 57 57 100%
Rigging Tools Inspection 48 48 100%
Fire Extinguiser Inspection 57 57 100%
Daily Pre Job Safety Inspection 81 81 100%
Pencatatan Unsafe Act & Unsafe Condition 50 50 100%
SHE Induction 100% 100% 100%
SHE Reward 3 3 100%
SAFETY MANAGEMENT
SYSTEM

9. SHE MEETING & Komunikasi Safety

Membuat jadwal pertemuan yang konsisten untuk staf HSE adalah kunci untuk meninjau strategi HSE saat ini dan
berhasil mengimplementasikan inisiatif baru. Selain itu, menempatkan rencana komunikasi yang jelas akan
menumbuhkan kolaborasi dan mengurangi kebingungan selama keadaan darurat. Jadwalkan rapat staf HSE setiap
minggu atau setiap dua minggu, dan pastikan untuk menugaskan pemimpin rapat dan menyiapkan agenda untuk
memastikan pertemuan yang efisien dan efektif. Membuat lembar kontak untuk semua personel HSE, grup dalam email
atau alat komunikasi internal Anda, serta jadwal kerja yang
 
mudah diakses, mendorong
 
komunikasi yang transparan di
antara tim.  
 

   

 
 
Dokumentasi Kegiatan Inspeksi/ Patrol dan Dokumentasi Laporan Hasil SHE Meeting
laporan tindak lanjut  

 
SAFETY MANAGEMENT
SYSTEM
10. Manajemen Sebagai Role Model

Setiap sistem manajemen HSE perlu ditinjau untuk diverifikasi bahwa tujuan saat ini sedang
dipenuhi dan inisiatif baru sedang dilaksanakan. Tinjauan sistem manajemen oleh kepemimpinan
senior harus dilakukan secara teratur. Ini membuat staf dan sistem bertanggung jawab, dan
menghadirkan peluang untuk diskusi antara personel HSE dan manajemen tingkat atas.
Sistem ini akan sangat efektif dikarenakan peran Manajer Proyek sebagai Manajer tertinggi di
Proyek ikut menjadi HSE Role Model. Sehingga Tujuan Utama HSE mencegah kecelakaan,
penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan dapat tercapai.
   

   

   

Dokumentasi Steerining Comitte


   
Dokumentasi Manajemen Patrol
 
SAFETY CULTURE

Dewasa ini banyak perusahaan yang mulai menerapkan


Observasi Perilaku atau yang dikenal dengan Behaviour
Based Safety (BBS) kepada semua anggota atau karyawan
perusahaan-perusahaan tersebut. Meliputi:
 Definisi Safety Culture (Budaya Keselamatan Kerja).
 Pentingnya mengembangkan budaya keselamatan Kerja.
 Pemenuhan Peraturan Keselamatan Kerja
 Metode penilaian
 Manfaat Melaksanakan Safety Culture
SAFETY CULTURE

1. Definisi Safety Culture


Safety Culture (Budaya keselamatan) adalah kumpulan dari kepercayaan,
persepsi dan nilai-nilai yang dimiliki karyawan dalam kaitannya dengan risiko
dalam suatu organisasi dalam suatu tempat kerja. Safety Culture (Budaya
keselamatan) yang baik dapat berhasil apabila terdapat komitmen dari semua
pihak dan Top Manajemen menjadi Role Model terhadap Safety Culture tersebut
baik secara teori maupun praktek, dan terus dilakukan penilaian sehingga dapat
dijadikan pembelajaran yang berkesinambungan(Continuous Improvement) untuk
mencapai terciptanya budaya kerja yang dinamis dan Zero Accident.
Istilah Safety Culture (Budaya Keselamatan) pertama kali diperkenalkan dalam
laporan yang di susun oleh INSAG(International Nuclear Safety Advisory Group)
pada tahun 1987 yang membahas kecelakaan Chernobyl dengan judul ”Safety
Culture” (SAFETY SERIES NO.75-INSAG-4) yang oleh IAEA dipublikasikan pada
tahun 1991.
SAFETY CULTURE

Aspek psikologis budaya keselamatan berhubungan dengan 'perasaan orang' tentang keselamatan
dan manajemen keselamatan organisasi (sistem). Ini mencakup kepercayaan, sikap, nilai-nilai dan
persepsi individu dan kelompok di semua tingkatan, sering disebut sebagai 'iklim keselamatan'
organisasi. Ini dapat diukur secara subyektif melalui penggunaan kuesioner iklim keselamatan yang
bertujuan untuk mengungkap sikap dan persepsi tenaga kerja pada titik waktu tertentu.

Aspek perilaku berkaitan dengan 'apa yang dilakukan orang' dalam organisasi. Ini mencakup semua
kegiatan dan tindakan yang terkait dengan keselamatan karyawan di semua tingkatan. Aspek-aspek
ini juga dapat digambarkan sebagai faktor 'organisasi'.

Aspek situasional budaya keselamatan menggambarkan 'apa yang dimiliki organisasi'. Ini tercermin
dalam tata kelola organisasi, kebijakan, prosedur operasi, sistem manajemen, sistem komunikasi
dan alur kerja. Aspek-aspek ini juga dapat digambarkan sebagai faktor 'perusahaan' atau 'struktural'
SAFETY CULTURE

2. Mengapa Safety Culture(Budaya keselamatan) Penting?


Secara umum telah dpahami bahwa sebagian besar kecelakaan, insiden, dan nyaris terjadi
(nearmiss) disebabkan tindakan tidak aman (perilaku) oleh orang-orang atau pekerja. Misalnya:
 Penggunaan peralatan yang tidak tepat.
 tidak mengikuti prosedur,
 Posisi / reaksi orang
 housekeeping
 Dlsbnya

Tetapi yang lebih penting dari itu adalah budaya Organisasi(Budaya kerja) yang merupakan akar
penyebab dari kecelakaan dan insiden.
Contohnya:
 Kelemahan organisasi sistemik termasuk kurangnya pengawasan
 Peran dan tanggung jawab yang tidak jelas
 Pelatihan / penilaian / prosedur / instruksi yang tidak memadai
 Kepemimpinan yang buruk dan komunikasi keselamatan,
 Tuntutan pekerjaan yang bersaing
 Perencanaan yang tidak efektif dan sistem kerja yang aman.

Contoh seperti itu diatas sering disebut sebagai gejala budaya keselamatan yang buruk. Untuk
itu diperlukan Menciptakan Safety Culture(Budaya Keselamatan) diimulai dari Top Management.
Hal Ini menggabungkan Total Quality Management(TQM) dengan Safety Culture.
SAFETY CULTURE

Riwayat Terjadinya kecelakaan

Pertanyaan tentang banyak kecelakaan besar - Herald of Free Enterprise (1987), King's Cross (1988), Clapham
Junction (1989), Piper Alpha (1990), Southall (1997), Ladbroke Grove (1999), Longford Explosion (2000), BP
Pengilangan minyak Texas (2007) - telah menemukan kesalahan dalam struktur organisasi, sistem manajemen
keselamatan dan budaya yang berlaku, melemparkan pentingnya budaya keselamatan dan manajemen faktor manusia
(mis. Orang) berisiko menjadi sorotan. Kereta Southall dan Ladbroke Grove mengalami kecelakaan, masing-masing
pada bulan September 1997 dan Oktober 1999, menyebabkan tiga laporan penyelidikan publik yang terpisah: satu
untuk setiap kecelakaan dan sebuah laporan tentang Perlindungan Kereta Otomatis. Pertanyaan mengambil melihat
mendasar pada masalah generik seputar keselamatan di Industri Kereta Api Inggris. Kesimpulan prinsip yang
difokuskan pada peningkatan manajemen keselamatan, khususnya budaya keselamatan: “Pencapaian budaya
keselamatan yang ditingkatkan di kereta api adalah inti dari seluruh program perubahan yang diprakarsai oleh
Pertanyaan Lord Cullen. . . jika suatu organisasi memiliki budaya yang tepat di tempatnya, ia akan menemukan
orang yang tepat dan teknologi yang tepat untuk memberikan kinerja yang aman dan efektif. "
“... kebutuhan akan budaya keselamatan yang positif adalah pemikiran paling mendasar sebelum penyelidikan.” ??
Laporan tersebut menghasilkan 295 rekomendasi, menetapkan 'kriteria yang diperlukan dan menantang untuk
mengubah keadaan perkeretaapian'. Bagian dari rekomendasi berada di bawah judul 'Budaya, Kepemimpinan
Keselamatan dan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan' yang menyajikan dua puluh lima rekomendasi yang
berkaitan dengan struktur internal perusahaan, budaya keselamatan, dan manajemen kesehatan dan keselamatan.
Rekomendasi tersebut bertujuan untuk mendapatkan peningkatan di bidang-bidang berikut: ?? • Proses audit
keselamatan? • Pelaporan dan pemeliharaan kesalahan? • Penilaian risiko? • Penerapan rezim kasus keselamatan
kereta api? • Kepemimpinan keselamatan dan komunikasi di perusahaan ?? Didorong oleh peningkatan pemahaman
tentang kemampuan dan keterbatasan kinerja manusia, dan pelajaran dari kecelakaan besar, harapan untuk kinerja
keselamatan organisasi terus meningkat. Pengawasan publik atas akuntabilitas perusahaan menjadi semakin intens,
tetapi, ketika insiden keselamatan besar terjadi, terlepas dari upaya yang telah dilakukan, seringkali ‘budaya’ yang
digunakan sebagai salah satu akar penyebabnya. Ini telah membuat banyak perusahaan ingin mengukur budaya
keselamatan mereka
SAFETY CULTURE

Hubungan antara budaya keselamatan & kinerja keselamatan

Jadi apa peran yang dimainkan budaya keselamatan dalam kinerja keselamatan? Analogi sederhana
adalah mempertimbangkan mengendarai mobil. Ada 3 bahan berbeda untuk berkendara yang aman:
Desain yang melekat pada mobil - fitur keselamatan (mis. Sabuk pengaman, zona crumple, rem anti-lock,
dll.);
Pengaturan manajemen lalu lintas secara keseluruhan (mis. Desain & tata letak jalan, permukaan jalan,
signage, dll.);
Supir.
Beberapa mobil secara inheren lebih aman daripada yang lain (diperlihatkan oleh banyak temuan
penelitian), beberapa pengaturan manajemen lalu lintas lebih aman daripada yang lain (mis. Jalan raya
lebih aman daripada sebagian besar jalan kereta tunggal; autobahn telah mengetahui kekurangannya).
Namun, bahkan dengan sistem yang baik, sikap dan perilaku pengemudilah yang pada akhirnya akan
menentukan kinerja keselamatan berkendara. Untuk tingkat kinerja keselamatan tertinggi kita
membutuhkan ketiga elemen - sikap, perilaku dan sistem - untuk menjadi sebaik mungkin. ?? 'Kesehatan'
sebenarnya dari keselamatan organisasi mana pun terutama ditentukan oleh frekuensi perilaku kunci
sehari-hari (garis depan dan manajemen) dan sejauh mana semua itu didorong dan didukung oleh sistem
manajemen keselamatan yang efektif dan fleksibel . Kepercayaan bersama tentang pentingnya
keselamatan, sejauh mana organisasi secara aktif berusaha untuk memastikan kesehatan dan keselamatan
dilakukan dengan benar dan selalu diberi prioritas tinggi adalah apa yang mendefinisikan budaya
keselamatan yang positif. Ini berfungsi untuk menekankan pentingnya manajemen risiko proaktif, untuk
melengkapi fokus pada sistem teknis. ?? Ini sangat kontras dengan rekaman langkah-langkah tradisional
(reaktif) dari keamanan sistem yang didasarkan pada pengurangan, atau tidak adanya, peristiwa negatif
yang menjadi semakin langka karena dampak dari solusi teknologi dan teknik.
SAFETY CULTURE

Pelajaran utama

Ada konsensus di antara akademisi dan profesional keselamatan pada elemen kunci dari
budaya keselamatan organisasi yang menghasilkan kinerja keselamatan yang sangat baik. Ini
tercermin dalam Model Kedewasaan Manajemen Kereta Api Kantor Peraturan Rel dan alat
audit budaya keselamatan mereka untuk inspektur, model 5-level HSE tentang Safety Culture
Maturity ® (yang menopang toolkit RSSB ini) dan prioritas yang diidentifikasi dalam
Pertanyaan Ladbroke Grove. Laporkan untuk pengembangan budaya keselamatan positif.
[Safety Culture Maturity ® adalah merek dagang terdaftar dari The Keil Centre Limited]. ??
Pelajaran utama jelas: ?? Kita membutuhkan sistem manajemen keselamatan yang efektif dan
tepat yang menghilangkan hambatan untuk bekerja dengan aman dan yang menumbuhkan
sikap dan perilaku yang benar di seluruh organisasi; ?? Kita perlu kepemimpinan keselamatan
yang dapat dibuktikan & komitmen manajemen yang terlihat untuk kesehatan dan
keselamatan; ini perlu 'dirasakan' di seluruh organisasi dan akan terbukti dari prioritas dan
sumber daya yang diberikan untuk keselamatan; ?? Kita membutuhkan partisipasi tenaga kerja,
keterlibatan dan sikap positif terhadap kesehatan dan keselamatan sehingga staf di semua
tingkatan menerima bahwa mereka memiliki peran dalam memastikan perilaku dan keputusan
mereka tidak membahayakan orang lain. Secara umum, semakin tinggi keterlibatan, semakin
positif budaya keselamatan; ?? Kita perlu pembelajaran organisasi dan perbaikan terus-
menerus, di mana insiden dan kegagalan dipandang sebagai peluang untuk mempelajari
pelajaran yang berharga dan meningkatkan operasi. Ini sangat tergantung pada pengembangan
budaya yang adil dan budaya pelaporan yang efektif
SAFETY CULTURE

Pengembangan Safety Culture(budaya keselamatan)


Pengembangan budaya keselamatan itu kompleks, dan lambat. Organisasi (dan tentu saja industri)
biasanya akan berada pada tingkat pengembangan budaya keselamatan yang berbeda di berbagai aspek
operasi mereka, karena kondisi lokasi. Hal ini penting untuk dikenali karena pengembangan budaya
keselamatan membutuhkan elemen-elemen kunci tertentu, dan bekerja dengan cukup baik, sebelum
langkah-langkah selanjutnya dapat diambil - mencoba berlari sebelum Anda berjalan hampir selalu
berakhir dengan frustrasi dan kegagalan. ?? Ini memiliki beberapa pesan penting: ?? Intervensi
keselamatan harus sesuai dengan budaya yang berlaku atau kemungkinan besar akan gagal (mis.
Komitmen manajemen terhadap peningkatan kesehatan dan keselamatan tidak 'dirasakan' oleh
organisasi). ?? Pengembangan budaya keselamatan dapat dipikirkan dalam hal tangga evolusi - elemen-
elemen kunci harus ada sebelum langkah selanjutnya dapat diambil. Berfokuslah pada beberapa enabler
utama yang akan menggerakkan budaya ke tingkat berikutnya - jangan mencoba untuk mengatasi
semua masalah yang telah diidentifikasi; menjaga hal-hal sederhana dan tidak mengejar hal-hal yang
tidak berhasil. ?? Langkah proaktif pertama yang dapat dilakukan organisasi untuk mengukur
'kematangan' (atau 'kesehatan') dari 'sistemnya' adalah melakukan penilaian budaya keselamatan. Ini
akan memungkinkan kekuatan yang ada diidentifikasi dan dibangun untuk memindahkan budaya ke
tingkat berikutnya. ?? Bahkan ketika semua elemen / komponen utama berada di tempat dan bekerja
dengan baik, kinerja keselamatan dapat 'dataran tinggi' atau bahkan menurun. Karenanya diperlukan
fokus yang berkelanjutan untuk memastikan peningkatan yang berkelanjutan. Survei sikap yang
mengukur dimensi 'apa yang dirasakan orang' dari budaya keselamatan organisasi (seperti kuesioner
penilaian diri dalam perangkat ini) hanya merupakan titik awal; mereka perlu ditindaklanjuti dengan
diskusi mendalam dengan staf untuk memahami apa yang mendorong respons, dan dilengkapi dengan
pemeriksaan terperinci terhadap data perusahaan, sistem keselamatan, dan ukuran obyektif dari
'perilaku keselamatan' yang sebenarnya
SAFETY CULTURE

Kematangan budaya
Dalam perangkat penilaian budaya Keselamatan RSSB, tingkat kematangan
keseluruhan organisasi ditentukan berdasarkan kematangannya pada
masing-masing dari 11 komponen budaya keselamatan utama berikut:
 Komitmen manajemen
 Komunikasi
 Latihan
 Pembelajaran organisasi
 Hambatan dan pengaruh
 Partisipasi karyawan
 Komitmen organisasi
 Perilaku pengambilan risiko
 Pengaruh rekan kerja
 Peran pengawas
 Peran pribadi
Tingkat kedewasaan Fitur Utama
• Pencegahan semua cedera atau bahaya bagi karyawan adalah nilai inti perusahaan.
Level 5 • Organisasi memiliki periode yang berkelanjutan (bertahun-tahun) tanpa kecelakaan yang dapat direkam atau
PERBAIKAN TERUS insiden potensial yang tinggi - tetapi tidak ada perasaan puas diri.
Rumah sakit menggunakan serangkaian indikator (terkemuka dan tertinggal) untuk memantau kinerja tetapi
MENERUS
tidak didorong oleh kinerja - ia memiliki keyakinan dalam proses keselamatannya.
• Rumah sakit berusaha untuk menjadi lebih baik dan menemukan pendekatan pengendalian bahaya yang
lebih baik.
• Semua karyawan memiliki keyakinan yang sama bahwa kesehatan dan keselamatan adalah aspek penting
dari pekerjaan mereka dan menerima bahwa pencegahan cedera akibat tidak bekerja adalah penting.
• Perusahaan menginvestasikan banyak upaya dalam mempromosikan kesehatan dan keselamatan di rumah

Level 4 • Mayoritas staf yakin bahwa kesehatan dan keselamatan itu penting - baik dari sudut pandang moral &
KERJASAMA ekonomi.
• Manajemen menyadari bahwa berbagai faktor menyebabkan kecelakaan - dan akar penyebabnya
kemungkinan berasal dari keputusan manajemen.
• Staf garis depan menerima tanggung jawab atas kesehatan dan keselamatan mereka sendiri dan orang lain.
• Pentingnya semua karyawan merasa dihargai dan diperlakukan secara adil diakui.
• Rumah sakit melakukan upaya signifikan dalam tindakan proaktif untuk mencegah kecelakaan.
• Kinerja keselamatan dimonitor secara aktif menggunakan semua data yang tersedia.
• Gaya hidup sehat dipromosikan dan kecelakaan kerja juga dipantau.

Tingkat 3 • Tingkat kecelakaan rendah, tetapi telah mencapai dataran tinggi.


KETERLIBATAN • Organisasi menyadari keterlibatan karyawan sangat penting untuk peningkatan keselamatan.
• Manajemen menyadari bahwa berbagai faktor menyebabkan kecelakaan - seringkali berasal dari keputusan
manajemen.
• Sebagian besar karyawan lini depan bersedia bekerja dengan manajemen untuk meningkatkan kesehatan dan
keselamatan.
• Mayoritas staf menerima tanggung jawab pribadi untuk kesehatan dan keselamatan mereka sendiri.
• Kinerja keselamatan dimonitor secara aktif dan data yang digunakan
Tingkat Fitur Utama
kedewasaan
Level 2 • Keselamatan dipandang sebagai risiko bisnis dan waktu dan upaya manajemen
TATA KELOLA yang ditujukan untuk pencegahan kecelakaan.
• Fokus keselamatan adalah kepatuhan terhadap aturan, prosedur, dan kontrol teknis.
• Kecelakaan dipandang bisa dicegah.
• Manajemen menganggap bahwa sebagian besar kecelakaan semata-mata
disebabkan oleh perilaku staf lini depan yang tidak aman.
• Performa keselamatan diukur dengan indikator lagging (mis. Tingkat cedera).
• Insentif keselamatan didasarkan pada pengurangan insiden waktu kehilangan.
Manajer senior hanya terlibat dalam kesehatan dan keselamatan jika kecelakaan
meningkat; hukuman yang mungkin digunakan.
• Tingkat kecelakaan mendekati rata-rata sektor industri - tetapi cenderung
mengalami kecelakaan yang lebih serius

Tingkat 1 • Fokus keselamatan adalah pada solusi teknis dan prosedural serta kepatuhan
KESADARAN terhadap peraturan.
• Keselamatan tidak dilihat sebagai risiko bisnis utama.
• Departemen keselamatan dianggap sebagai pihak yang paling bertanggung jawab
atas keselamatan.
• Banyak kecelakaan dilihat sebagai hal yang tak terhindarkan.
Sebagian besar staf garis depan tidak tertarik pada keselamatan - hanya digunakan
sebagai tuas pada masalah lain.
SAFETY CULTURE

4. Metode Penilaian Safety Culture (budaya


keselamatan)
Mengukur budaya keselamatan tampaknya setara dengan “grail suci” untuk dunia keselamatan,
yang menjadi lebih sulit dengan kurangnya definisi dan ruang lingkup yang disepakati. ??
Namun, penilaian budaya keselamatan adalah kunci untuk mengukur elemen kunci budaya
keselamatan dan mengidentifikasi tingkat perkembangan organisasi saat ini (atau 'kedewasaan')
untuk belajar dan meningkatkan. There Ada berbagai metode penilaian yang berbeda termasuk:
• Survei sikap keselamatan (menggunakan kuesioner untuk memperoleh sikap tenaga kerja); ?
• Audit manajemen keselamatan (menggunakan proses audit dan auditor terlatih untuk
memeriksa keberadaan dan efektivitas sistem manajemen keselamatan); ?
• Lokakarya budaya keselamatan (melibatkan lintas-bagian dari tenaga kerja untuk
mempertimbangkan persepsi budaya keselamatan dan memperoleh ide-ide peningkatan); ?
• Indikator kinerja keselamatan kerja unggulan (dan tertinggal) (mis. Menganalisis data
tentang jumlah ide peningkatan keselamatan karyawan yang disarankan dan ditindaklanjuti,
jumlah tur keselamatan yang dilakukan, atau analisis akar masalah dari kecelakaan yang nyaris
terjadi). ?? Perangkat penilaian dan peningkatan budaya keselamatan yang disediakan di situs
web ini menggunakan kuesioner penilaian budaya keselamatan untuk mengukur sikap, nilai,
dan persepsi karyawan terhadap manajemen keselamatan dan keselamatan kerja yang dapat
diadministrasikan ke bagian lintas perusahaan Anda. Toolkit ini kemudian memungkinkan
Anda untuk menganalisis hasil kuesioner dan menunjukkan tingkat pengembangan budaya
keselamatan Anda. Dari sini, hasilnya akan menghubungkan langsung ke pedoman
peningkatan umum dan spesifik dan dengan contoh praktik yang baik
SAFETY CULTURE

Tujuan pengkajian budaya keselamatan

Mungkin ada beberapa tujuan untuk melakukan penilaian budaya keselamatan, dan ini dapat mempengaruhi
pilihan metode yang paling tepat. Tujuan dapat mencakup:
 Mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan;
 Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan;
 Benchmarking - baik di dalam industri dan lebih umum;
 Mencari pandangan staf dan mengidentifikasi masalah mereka;
 Mencari saran perbaikan dari staf;
 Meningkatkan kesadaran dan profil keselamatan dalam perusahaan.

Konsekuensi dari penilaian budaya keselamatan utama adalah bahwa hal itu meningkatkan harapan dalam
angkatan kerja tentang tanggapan manajemen terhadap temuan. Ini bisa sangat berguna jika respons
perusahaan terhadap temuan tersebut cepat, positif, dan memenuhi harapan tenaga kerja - ini kemudian akan
membantu menunjukkan komitmen manajemen dan minat tulus terhadap keselamatan, dan karenanya
kemungkinan akan "memulai" peningkatan lebih lanjut. Kegagalan untuk merespons secara memadai - baik
terlalu sedikit, terlalu terlambat, atau tidak dikomunikasikan, akan lebih membahayakan daripada jika
penilaian tidak dilakukan sama sekali. Tinjauan skala kecil, profil rendah dapat berguna untuk memberi
informasi kepada manajemen tentang opsi dan strategi sebelum, atau alih-alih penilaian budaya keselamatan
penuh. Pendekatan survei sangat baik dalam memungkinkan semua pandangan karyawan dicari, tetapi
penggunaannya terbatas dalam mendapatkan ide perbaikan. Lokakarya sangat baik untuk mendapatkan
perhatian karyawan dan gagasan peningkatan, tetapi sering kali hanya menyertakan pilihan karyawan.
Survei iklim / sikap keselamatan (mis., Survei budaya keselamatan RSSB; survei Iklim HSE)
Deskripsi • Kuesioner yang dirancang untuk memperoleh sikap tenaga kerja pada aspek-aspek kunci dari budaya
keselamatan.
• Secara umum seluruh tenaga kerja disurvei.

Keuntungan • Mengizinkan semua pandangan tenaga kerja dipertimbangkan.


• Profil tinggi - dan jika digunakan dengan benar dapat membantu meningkatkan kepercayaan pada komitmen
perusahaan terhadap kesehatan dan keselamatan.
• Mengungkapkan sikap & persepsi saat ini terhadap keselamatan dan manajemen keselamatan.
• Dapat dengan jelas menunjukkan masalah yang perlu ditangani.
• Mungkin mampu mengidentifikasi masalah dalam beberapa aspek pengaturan manajemen keselamatan

Keterbatasan • Mungkin hanya mengidentifikasi beberapa kekurangan sistem manajemen keselamatan.


• Profil tinggi meningkatkan harapan tenaga kerja tentang tanggapan - dapat menyebabkan manajemen kehilangan
kredibilitas jika tanggapan dianggap tidak memadai.
• Tingkat respons tinggi diperlukan untuk memastikan hasil sepenuhnya mencerminkan budaya organisasi - ini bisa
sulit dicapai kecuali diimplementasikan dengan baik.
• Hasil seringkali tidak secara langsung mengidentifikasi masalah mendasar yang menyebabkan respons
karenanya:
- perlu melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk menafsirkan hasil;
- Memahami masalah tidak selalu mengidentifikasi cara meningkatkan

Kapan dan • Sebagai bagian dari program peningkatan budaya keselamatan yang berkomitmen sebagai intervensi profil tinggi
bagaimana cara DAN ketika disiapkan dan berkomitmen untuk merespons hasil.
menggunakannya • Ulangi survei (setiap 18 bulan - 2 tahun) untuk pembandingan dan tanda komitmen berkelanjutan.
• Sebagai cara untuk memungkinkan semua karyawan untuk berpartisipasi dalam kegiatan peningkatan keselamatan.
• Sebagai sarana untuk menunjukkan komitmen manajemen - TETAPI hanya jika siap merespons dengan cepat dan
sepenuhnya terhadap hasil.
• JANGAN gunakan jika tidak yakin masalah apa yang kemungkinan akan terungkap, atau tanpa perencanaan,
sumber daya dan komitmen untuk mengatasi hasil
Audit manajemen keselamatan (mis. Manajer ISRS, TRIPOD, RoSPA, BSC 5-star)

Deskripsi • Proses audit dirancang untuk memeriksa aspek-aspek kunci dari sistem manajemen keselamatan.
• Berdasarkan model yang mendasari manajemen keselamatan yang mencakup aspek
kepemimpinan keselamatan, kompetensi dan komitmen terhadap keselamatan.
• Biasanya mencari keberadaan sistem dan efektivitasnya.
• Gunakan auditor yang terlatih atau terakreditasi - biasanya eksternal - untuk melakukan audit.

Audit manajemen keselamatan


Keuntungan • Berikan pemeriksaan terperinci dan ekstensif terhadap proses manajemen keselamatan.
• Mengungkapkan banyak aspek nyata budaya keselamatan dan komitmen manajemen terhadap
keselamatan.

Keterbatasan • Tidak banyak mengungkapkan tentang sikap dan perilaku tenaga kerja.
• Sangat bagus seberapa baik model SMS yang mendasarinya cocok dengan beberapa organisasi /
sektor industri.
• Tidak memberikan kesempatan bagi semua karyawan untuk memberikan pandangan dan
berpartisipasi dalam proses tersebut.

Kapan dan • Berguna untuk tinjauan komprehensif sistem manajemen keselamatan.


bagaimana cara • Pendekatan seperti Manajer ISRS dapat digunakan secara efektif untuk mendorong budaya
menggunakanny keselamatan organisasi - etos peningkatan berkelanjutan terhadap elemen; pemimpin elemen /
a juara dll.
Deskripsi • Serangkaian lokakarya dengan lintas-bagian dari tenaga kerja.
• Peserta mempertimbangkan dan memperdebatkan persepsi mereka tentang aspek-aspek utama
dari keselamatan dan manajemen keselamatan.
• Lokakarya biasanya memperoleh pandangan tentang ide perbaikan.
Keuntungan • Cara yang ampuh untuk memunculkan / mengungkap berbagai persepsi dalam suatu organisasi.
• Memberikan wawasan yang sangat berguna ke banyak aspek kunci budaya keselamatan.
• Memungkinkan ide peningkatan untuk diidentifikasi.
• Mengizinkan karyawan untuk berpartisipasi dan meningkatkan profil budaya keselamatan.
• Fleksibel - memungkinkan masalah-masalah utama dieksplorasi sebagaimana mestinya.

Keterbatasan • Hanya melibatkan partisipasi dari sejumlah kecil karyawan - karenanya mungkin tidak
mencerminkan pandangan seluruh organisasi.
• Tidak menghasilkan respons pada berbagai pertanyaan.
• Bisa jadi kesulitan menyampaikan hasil lokakarya kepada manajer senior - terutama jika tidak
ada (kehilangan emosi, dll.).
• Profil tinggi meningkatkan harapan tenaga kerja tentang tanggapan - dapat menyebabkan
manajemen kehilangan kredibilitas jika tanggapan dianggap tidak memadai.
• Hati-hati untuk memastikan bahwa kerahasiaan dijaga.

Kapan dan • Sebagai bagian dari program peningkatan budaya keselamatan yang berkomitmen sebagai
bagaimana cara intervensi profil tinggi DAN ketika disiapkan dan berkomitmen untuk merespons hasil.
menggunakanny • Alternatif untuk pendekatan survei.
a • Sebagai sarana untuk menunjukkan komitmen manajemen - TETAPI hanya jika siap merespons
dengan cepat dan sepenuhnya terhadap hasil.
• JANGAN gunakan jika tidak yakin masalah apa yang kemungkinan akan terungkap, atau tanpa
perencanaan, sumber daya & komitmen untuk mengatasi hasil.
SAFETY CULTURE

Safety Performance Indicators


Deskripsi • Ukuran kinerja keselamatan, misalnya. Insiden yang dapat dilaporkan oleh RIDDOR;
kehilangan waktu cedera dll.
• Indikator kunci dari aspek budaya keselamatan, misalnya. jumlah tur keselamatan yang
dilakukan; pengamatan keamanan dilakukan; nyaris celaka dilaporkan dll
Keuntungan • Indikator utama yang dipilih dapat sangat berguna untuk memantau input utama yang
akan meningkatkan budaya keselamatan, misalnya. sejumlah tur keselamatan,
pengamatan keselamatan.
• Indikator hasil kinerja keselamatan (atau 'lagging') (mis. Lost Time Injuries, dll.)
Memberikan wawasan tentang budaya keselamatan saat ini di tingkat makro.
• Kombinasi indikator yang dipilih dapat sangat berguna untuk pemantauan keseluruhan
budaya keselamatan suatu organisasi - dapat membantu mendorong penyelidikan yang
lebih rinci.
Keterbatasan • Jangan mengungkapkan sikap yang mendasari sama sekali.
• Jangan dengan mudah mengidentifikasi masalah yang mendasarinya - cukup tunjukkan
hasilnya.
• Jangan memberikan wawasan tentang cara meningkatkan.
Kapan dan • Harus menjadi bagian penting dari pengaturan pemantauan keselamatan secara
bagaimana cara keseluruhan.
menggunakannya • Dapat mendorong perlunya penyelidikan dan / atau tindakan lebih lanjut.
SAFETY CULTURE

Apa manfaatnya?

Penilaian budaya keselamatan memungkinkan suatu organisasi untuk lebih memahami


bagaimana orang-orangnya memandang keselamatan dan pendekatan perusahaan terhadap
manajemen kesehatan & keselamatan. Ini memungkinkan organisasi untuk mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan yang kemudian memungkinkannya untuk terus memantau dan
meningkatkan pendekatannya terhadap kesehatan dan keselamatan.
Alasan paling penting untuk memahami budaya keselamatan perusahaan adalah karena
memiliki dampak langsung pada keselamatan karyawan, kontraktor, dan masyarakat.
Beberapa kecelakaan tingkat tinggi di dalam rel dan industri lain telah menyoroti
konsekuensi dari budaya keselamatan yang buruk. Manfaat dari budaya keselamatan yang
ditingkatkan adalah peningkatan kinerja keselamatan dan pengurangan kecelakaan.
Peningkatan proses manajemen dan sikap terhadap pekerjaan yang terlibat dalam
pengembangan budaya keselamatan yang baik juga akan memiliki manfaat di luar
keselamatan, seperti peningkatan keandalan dan kinerja, dan pengurangan biaya karena
pengurangan kesalahan. Regulator industri, Peraturan Office of Rail (sebelumnya HMRI)
percaya budaya keselamatan yang baik sangat penting untuk kinerja keselamatan dan
mengharapkan perusahaan kereta api untuk melakukan penilaian budaya keselamatan dan
menindaklanjuti temuan mereka - lihat Harapan ORR.
SAFETY CULTURE

Tujuan pengkajian budaya


keselamatan
Mungkin ada beberapa tujuan untuk melakukan penilaian budaya keselamatan, dan ini dapat mempengaruhi pilihan
metode yang paling tepat. Tujuan dapat mencakup:
 Mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan;
 Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan;
 Benchmarking - baik di dalam industri dan lebih umum;
 Mencari pandangan staf dan mengidentifikasi masalah mereka;
 Mencari saran perbaikan dari staf;
 Meningkatkan kesadaran dan profil keselamatan dalam perusahaan.

Konsekuensi dari penilaian budaya keselamatan utama adalah bahwa hal itu meningkatkan harapan dalam angkatan
kerja tentang tanggapan manajemen terhadap temuan. Ini bisa sangat berguna jika respons perusahaan terhadap
temuan tersebut cepat, positif, dan memenuhi harapan tenaga kerja - ini kemudian akan membantu menunjukkan
komitmen manajemen dan minat tulus terhadap keselamatan, dan karenanya kemungkinan akan "memulai"
peningkatan lebih lanjut. Kegagalan untuk merespons secara memadai - baik terlalu sedikit, terlalu terlambat, atau
tidak dikomunikasikan, akan lebih membahayakan daripada jika penilaian tidak dilakukan sama sekali. Tinjauan
skala kecil, profil rendah dapat berguna untuk memberi informasi kepada manajemen tentang opsi dan strategi
sebelum, atau alih-alih penilaian budaya keselamatan penuh. Pendekatan survei sangat baik dalam memungkinkan
semua pandangan karyawan dicari, tetapi penggunaannya terbatas dalam mendapatkan ide perbaikan. Lokakarya
sangat baik untuk mendapatkan perhatian karyawan dan gagasan peningkatan, tetapi sering kali hanya menyertakan
pilihan karyawan.
SAFETY CULTURE

Harapan ORR
20 tahun setelah dari Penyelidikan Clapham, sorotan kembali pada budaya keselamatan dalam industri kereta api. Office of
Rail Regulation (ORR), sebelumnya Inspektorat Rel Mulia [HMRI]) memiliki harapan yang pasti tentang manajemen
keselamatan dan budaya keselamatan pada perusahaan kereta api, dan memiliki program untuk memvalidasi rekomendasi
dari berbagai pertanyaan publik (misalnya. Permintaan Cullen). ?? Setelah berkonsultasi pada tahun 2006, ORR telah
menetapkan visi dan prioritas mereka untuk industri dalam Strategi Kesehatan dan Keselamatan mereka (2009-14).
Strategi ini merupakan bagian dari keseluruhan strategi korporasi ORR. Bagian dari strategi ORR yang relevan dengan
pengembangan budaya keselamatan industri kereta api positif dirangkum di bawah ini.
• Tujuan strategi
“... semua bagian dari perkeretaapian memiliki budaya kesehatan dan keselamatan yang sangat baik dan proses
pengendalian risiko pada 2014." ?? "Kami percaya bahwa mencapai tujuan ini akan memungkinkan industri untuk menjadi
lebih dekat daripada saat ini untuk mencapai nol karyawan dan kematian akibat penumpang di industri dan menurunnya
tingkat risiko. Penerapan praktik terbaik dalam kesehatan kerja yang lebih konsisten juga akan berkontribusi pada
peningkatan efisiensi ". ??" Kami berharap industri kereta api akan terus memeriksa perilaku dan sistem manajemennya
untuk mengidentifikasi dan menerapkan praktik yang dapat dilakukan secara wajar Kami percaya bahwa kinerja kesehatan
dan keselamatan yang baik berkontribusi pada kinerja bisnis yang baik ". ?? • Tujuan strategis khusus ?? (i)" bahwa
budaya keselamatan di semua pemegang tugas utama telah meningkat pada 2014 ke tingkat yang dapat ditunjukkan
kepada menjadi unggul dalam sistem pengukuran yang diakui secara internasional "; ?? (ii)" bahwa industri menerapkan
aturan, standar, prosedur dan teknologi untuk mendukung itu budaya "; ?? (iii)" bahwa semua insiden dan cedera diselidiki
dengan cepat dan menyeluruh oleh industri dan tindakan ditutup melalui proses yang kuat ". ?? • Persyaratan utama yang
terkandung dalam Rencana Bisnis ORR (2009-10) ?? (i) “memastikan pemegang tugas dan industri menangani benang
merah (dalam budaya keselamatan)”.
BEHAVIOUR BASE
SAFETY

5 Elemen Program Keselamatan Berbasis Perilaku (BBS) kelas


dunia:

Brian Stenson - 30 Agustus 2016 Memperkenalkan program Keselamatan Berbasis Perilaku (BBS) adalah cara
yang bagus untuk mengubah budaya keselamatan organisasi, jika dilakukan dengan benar. Program yang saya
lihat selama bertahun-tahun telah mengambil banyak bentuk.

Mari kita ikuti kuis, Manakah dari berikut ini yang merupakan bentuk ideal dari program BBS?
Menemukan kesalahan dengan tindakan karyawan dan melakukan koreksi (terkadang tindakan hukuman)
Menggunakan ilmu perilaku untuk menghilangkan bahaya atau mengidentifikasi kontrol administratif
Menganalisis data pengamatan dan menghargai perilaku yang baik melalui sistem "token"

Program BBS yang ideal mengumpulkan sejumlah besar informasi tentang kebiasaan karyawan untuk
mempengaruhi perubahan dan mudah-mudahan membawa program keselamatan perusahaan ke "level
selanjutnya", bahkan menjadikannya kelas dunia. Jadi, jawabannya adalah (b).
Program BBS yang sukses membutuhkan bagian-bagian berikut yang bekerja secara serempak:
Keterlibatan yang berdedikasi dari setiap karyawan (bahkan CEO); termasuk kontraktor dan sub-kontraktor
membuat program lebih kuat
Metode untuk mengumpulkan dan mengevaluasi data
Mekanisme untuk melembagakan perubahan pada kebijakan, prosedur, dan sistem
Kesediaan kepemimpinan untuk mengakui bahwa ada cara yang lebih baik dan untuk memulai dari awal
Keselamatan Berbasis Perilaku paling efektif ketika diperlakukan sebagai perulangan berkelanjutan, terus-
menerus beradaptasi dengan kebutuhan karyawan, keselamatan, dan bisnis Anda. Elemen-elemen ini termasuk
dalam apa yang saya anggap sebagai proses BBS lengkap
BEHAVIOUR BASE
SAFETY

5 Elemen Program Keselamatan Berbasis


Perilaku (BBS) kelas dunia:
SAFETY MANAGEMENT
SYSTEM

SAFETY MANAGEMENT SYSTEM (SMS) adalah


sistem manajemen yang komprehensif yang dirancang
untuk mengelola elemen keselamatan di tempat kerja. Ini
mencakup kebijakan, sasaran, rencana, prosedur,
organisasi, tanggung jawab, dan langkah-langkah lainnya.
SMS digunakan dalam industri yang mengelola risiko
keselamatan yang signifikan, termasuk penerbangan,
minyak bumi, bahan kimia, pembangkit listrik, dan lainnya
(Contoh 7 Operation Excellence)
7 OPERATION EXCELLENCE

Standard
7 Elements OE : 2,5 3,9

0 1 2 3 4 5
1. Entry Control

EXCELENCE
2. Surat Ijin Kerja Aman (SIKA) / PTW

EFECTIVE
3. Job Safety Analysis (JSA)

4. Personal Protective Equipment (PPE)

5. Lock out Tag out (LOTO)

6. Material Safety Data Sheet (MSDS)

7. Housekeeping

PROCEDURE Understand Infrastructure Implementation


1. ENTRY CONTROL

SECURITY
• Semua Tamu(Visitor) wajib lapor kepada security
• Semua Tamu wajib menggunakan Id Badge visitor
• Id Badge visitor wajib digunakan selama
kunjungan.
• Id Badge visitor wajib dikembalikan setelah
kunjungan selesai
• Pekerja dan Tamu yang tidak menggunakan APD
tidak diperkenankan masuk melewati Pos Security
• Semua kendaraan yang melintas melewati pos
security wajib membuka pintu, untuk diperiksa
keamanannya dan pemakain sabuk pengaman
2. SIKA/ PTW

Surat Izin Kerja Aman (SIKA) mengacu pada sistem manajemen yang
digunakan untuk memastikan bahwa pekerjaan dilakukan dengan aman dan
efisien. Ini digunakan dalam industri berbahaya dan melibatkan prosedur
untuk meminta, meninjau, mengotorisasi, mendokumentasikan, dan yang
paling penting, tugas-tugas de-konflik yang harus dilakukan oleh pekerja
garis depan. Izin untuk bekerja adalah bagian penting dari pengendalian
pekerjaan (KK), manajemen terpadu dari proses pemeliharaan kritis bisnis.
Kontrol pekerjaan terdiri dari izin untuk bekerja, identifikasi bahaya dan
penilaian risiko (RA), dan manajemen isolasi (IM).
Jenis-jenis izin kerja meliputi:
1. Hot Work Permit
2. Cold Work Permit
3. Confined Space Entry Work Permit
4. Electrical Work Permit
5. Excavation, Trenching and Ground Disturbance Work Permit
6. Vehicle Entry Work Permit
7. Radiation Work Permit
3. JOB SAFETY ANALYSIS

Job Safety Analysis Adalah ;Sebuah metoda yang sistematis untuk


mengidentifikasi bahaya dalam pekerjaan, mengevaluasi risiko dan
menentukan tindak pencegahan yang tepat.

JSA harus dilampirkan pada saat pengajuan Izin kerja


4. ALAT PELINDUNG DIRI

Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja
sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan
orang di sekelilingnya.

APD WAJIB:
1.Hard hat
2.Eye protector
3.Hand gloves
4.Safety shoes
5.Reflective vest

APD PEKERJAAN KHUSUS:


6.Ear protection
7.Respiratory protection
8.Fall protection
5. LOCK OUT TAG OUT

Lock Out, Tag Out (LOTO) adalah prosedur keselamatan


yang digunakan dalam pengaturan industri dan penelitian untuk
memastikan bahwa mesin berbahaya dimatikan dengan benar
dan tidak dapat dinyalakan kembali sebelum penyelesaian
pekerjaan perawatan atau perbaikan. Diperlukan bahwa sumber
energi berbahaya "terisolasi dan tidak beroperasi" sebelum
pekerjaan dimulai pada peralatan yang dimaksud. Sumber daya
yang terisolasi kemudian dikunci dan tag ditempatkan pada
kunci yang mengidentifikasi pekerja yang menempatkannya.
Pekerja kemudian memegang kunci untuk kunci, memastikan
bahwa hanya dia yang dapat melepaskan kunci dan menyalakan
mesin. Ini mencegah startup mesin yang tidak disengaja saat
berada dalam kondisi berbahaya atau saat pekerja bersentuhan
langsung dengannya.

6 Langkah Prosedur Keselamatan LOTO:

1. Persiapan
2. Mematikan
3. Isolasi
4. Lockout / tagout
5. Pemeriksaan energi tersimpan
6. Verifikasi isolasi
5. LOCK OUT TAG OUT

Lock Out, Tag Out (LOTO) adalah prosedur keselamatan


yang digunakan dalam pengaturan industri dan penelitian untuk
memastikan bahwa mesin berbahaya dimatikan dengan benar
dan tidak dapat dinyalakan kembali sebelum penyelesaian
pekerjaan perawatan atau perbaikan. Diperlukan bahwa sumber
energi berbahaya "terisolasi dan tidak beroperasi" sebelum
pekerjaan dimulai pada peralatan yang dimaksud. Sumber daya
yang terisolasi kemudian dikunci dan tag ditempatkan pada
kunci yang mengidentifikasi pekerja yang menempatkannya.
Pekerja kemudian memegang kunci untuk kunci, memastikan
bahwa hanya dia yang dapat melepaskan kunci dan menyalakan
mesin. Ini mencegah startup mesin yang tidak disengaja saat
berada dalam kondisi berbahaya atau saat pekerja bersentuhan
langsung dengannya.

6 Langkah Prosedur Keselamatan LOTO:

1. Persiapan
2. Mematikan/ Memutus sumber energi
3. Isolasi
4. Lockout / tagout
5. Pemeriksaan energi tersimpan
6. Verifikasi isolasi
5. LOCK OUT TAG OUT

1. PERSIAPAN
Langkah pertama LOTO dengan mengunci dan menandai peralatan untuk
Maintenance dan pemeliharaan adalah Persiapan.
Selama fase persiapan, karyawan yang berwenang (Authorized Isolation)
harus menyelidiki dan mendapatkan pemahaman lengkap tentang semua
jenis energi berbahaya yang mungkin dikendalikan. Selain itu, penting untuk
mengidentifikasi bahaya spesifik dan tentu saja sarana untuk mengendalikan
energi itu.

Gunakan Panduan ini untuk Jenis Energi Berbahaya untuk menyelidiki


masalah ini secara lebih detail
5. LOCK OUT TAG OUT

2. Memutus Sumber Energi


Dengan perencanaan yang lengkap, proses mematikan dan mengunci mesin yang
sebenarnya dimulai.
Pada tahapan ini saatnya untuk mematikan mesin atau peralatan yang akan diservis
atau dirawat.
Bagian penting lain dari langkah ini adalah untuk memberi tahu karyawan mana
pun yang terkena dampak penutupan, meskipun mereka tidak akan terlibat dalam
Team Maintenance.
(Tercatat dan dibuku kan)
5. LOCK OUT TAG OUT

3. ISOLASI
Langkah selanjutnya dari prosedur lockout / tagout adalah mengisolasi mesin atau
peralatan dari sumber energi apa pun.
Hal ini termasuk mematikan daya pada Breaker( pemutus Tegangan) dan Menutup
Valve
5. LOCK OUT TAG OUT

4. LOCK OUT TAG OUT


Mesin atau peralatan yang telah diisolasi dari sumber energinya kemudian benar-benar
dikunci dan ditandai mesin tersebut.

Selama Phase ini, karyawan yang berwenang akan memasang perangkat lockout dan /
atau tagout ke setiap perangkat yangdiisolasi energinya. Intinya adalah untuk
menerapkan perangkat penguncian pada perangkat yang mengisolasi energi
sedemikian rupa sehingga dikatakan dalam posisi "aman" dan tidak dapat dipindahkan
ke posisi yang tidak aman kecuali oleh orang yang melakukan penguncian.

Tagout mengacu pada penerapan tag pada perangkat juga. Tag ini termasuk nama
orang yang melakukan penguncian dan informasi tambahan(Tercatat dan dibukukan)
5. LOCK OUT TAG OUT

5. PEMERIKSAAN ENERGI TERSIMPAN


Setelah sumber energi diputus(Isolasi), pada langkah 3 dari proses keamanan
penguncian, dan mesin telah dikunci, pada langkah 4, itu tidak sepenuhnya menjamin
bahwa tidak adanya energi berbahaya yang masih tersimpan di dalam mesin(Masih
dimungkinkan terdapat sisa Energi).
Selama fase ini, setiap energi yang disimpan atau residu yang berpotensi berbahaya
harus dilepaskan, diputuskan, ditahan, atau dibuat tidak berbahaya dengan cara lain
(Salah satunya dengan Grounding/ Pentanahan).(Tercatat dan dibukukan)
5. LOCK OUT TAG OUT

6. VERIFIKASI ISOLASI
Langkah terakhir ini adalah tentang memastikan mematikan mesin, mengisolasinya dari
sumber dayanya, menguncinya, dan memeriksa energi tersimpan yang berbahaya.
Dan mengecek kembali apakah benar-benar aman untuk bekerja pada mesin atau
peralatan. Pada Phase ini Petugas yang berwenang(Authorized Person) memverifikasi
bahwa mesin telah diisolasi dengan benar dan tidak diberi energi.(Tercatat dan
dibukukan)
5. LOCK OUT TAG OUT

Pengukuran Gas Berbahaya


Setiap Pekerja harus memastikan:
1. Setiap Supervisor atau penanggung
jawab telah melakukan deteksi gas.
2. Setiap Supervisor atau penanggung
jawab memastikan kondisi lokasi telah
aman untuk bekerja.
3. Hentikan pekerjaan sambil melepaskan
bau

Penguji Gas Resmi harus:


4. Memahami secara teknis dan frekuensi
pengujian gas sesuai persyaratan izin
kerja.
5. Gas detektor yang digunakan telah
dikalibrasi.
5. LOCK OUT TAG OUT

Bekerja di Area Confined Space (ruang Terbatas)

Setiap Pekerja harus memastikan


• Semua supervisor memastikan area kerja
aman.
• Menempatkan Penjaga (Standby Man)
yang mengawasi pekerja yang bekerja di
dalam Ruang Terbatas
• Mengikuti peraturan yang tertulis di Ijin
kerja
 
Petugas Ruang Terbatas(Standby Man):
• Menyetujui dan mengontrol akses masuk ke
ruang terbatas
• Selalu berkomunikasi dengan pekerja
5. LOCK OUT TAG OUT

Bekerja di ketinggian diatas 1,8 M wajib menggunakan Body


Harness

Pekerja harus memenuhi persyaratan:

• Tersedia izin kerja bekerja di ketinggian


dan disediakan APD Full Body Harness
• Memahami APD yang harus digunakan
dan cara menggunakan APD yang
benar.
• Mengecheck APD sebelum digunakan
• Selalu menggunakan APD dengan
benar
5. LOCK OUT TAG OUT

JANGAN BERJALAN DIBAWAH AKTIFITAS LIFTING

Pekerja seharusnya

• Tidak diperkenankan menerobos


barikade tanpa permit.
• Mengikuti Instruksi Flagman

Flagman bertanggung jawab untuk

• Memberikan Sinyal dan memasang


barikade
• Memastikan tidak ada pekerja yang
melintas dibawah area
Pengangkatan(Lifthing)
5. LOCK OUT TAG OUT

Prohibited consuming and abusing alcohol and drugs


during working and driving

Every workers shall…

• Always inform the supervisor when


going to consume medicine which will
impact to performance
• If doubt, always check to the site
doctor/paramedic
• Not use, store and sell or distribute the
drugs
• Report when found the drugs abuse
5. LOCK OUT TAG OUT

Fasten your seat belt

Driver and passengers shall…

• Always worn 3 points seat belt


• Check that the seat belt in good condition
• Ensure the seat belt installed and locked while
driving
• Ensure all passengers inside the vehicle has
fasten their seat belts prior move the vehicle
• Do not move the vehicle before ensuring that
driver and all passengers has worn the seat belt
properly
6. MATERIAL SAFETY DATA SHEET

Material Safety Data Sheet (MSDS)/ LEMBAR DATA


KESELAMATAN BAHAN(LDKB)
Lembar data keselamatan bahan adalah dokumen teknis yang memberikan informasi
terperinci dan komprehensif tentang produk terkontrol terkait dengan:
• Efek kesehatan dari paparan produk
• Evaluasi bahaya terkait dengan penanganan, penyimpanan atau penggunaan produk
• tindakan untuk melindungi pekerja yang berisiko terpapar
• Prosedur tanggap darurat.
Lembar data dapat ditulis, dicetak atau dinyatakan, dan harus memenuhi persyaratan
ketersediaan, desain, dan konten undang-undang Kesehatan dan keselamatan kerja..
6. MATERIAL SAFETY DATA SHEET

MATERIAL SAFETY DATA SHEET


MSDS harus disediakan oleh pemasok(vendor) setidaknya sembilan kategori atau
bagian konten dan sekitar enam puluh item informasi yang didistribusikan di antara
kategori tersebut. MSDS harus ditinjau setidaknya setiap tiga tahun. Kategorinya harus
memiliki judul yang serupa berikut:
Bahan Berbahaya Bagian ini akan mencakup:
I. Nama kimia dan konsentrasi mengenai bahan berbahaya
LD 50 dan LC50 menunjukkan potensi toksik jangka pendek
Nomor CAS yang berguna dalam menemukan lebih banyak informasi terutama jika
produk tersebut dikenal dengan banyak nama
II. Informasi Persiapan Bagian ini meliputi:
Alamat nama dan nomor telepon siapa yang menyiapkan MSDS
Tanggal MSDS disiapkan, Jika lebih dari tiga tahun, itu harus diperbarui
III. Informasi Produk Bagian ini:
Identifikasi produk dengan nama pada label pemasok
Memberikan nama kimia, keluarga dan formula (termasuk berat molekul)
Daftar pengidentifikasi produk, nama produsen dan pemasok, alamat dan nomor
telepon darurat
6. MATERIAL SAFETY DATA SHEET

IV. Data Fisik


Data fisik mencakup informasi yang menunjukkan bagaimana tampilan dan bentuk serta bagaimana
perilakunya ketika digunakan, disimpan, tumpah, dan bagaimana akan bereaksi dengan produk lain
yang ditunjukkan melalui:
• Keadaan atau bentuk( Misalnya cair).
• Bau dan penampilan produk
• Berat jenis, densitas uap, laju penguapan, titik didih dan titik beku
• Tekanan uap, semakin tinggi konsentrasi, semakin tinggi pula kemungkinan konsentrasi udara
• Ambang bau, yang merupakan konsentrasi udara terendah dari suatu bahan kimia yang dapat
dirasakan oleh bau
• PH mencerminkan sifat produk yang korosif atau iritasi

V. Mudah Terbakar dan Meledak


Bagian ini menjelaskan:
• Suhu dan kondisi yang dapat menyebabkan bahan kimia terbakar atau meledak UEL (batas
ledakan atas) atau UFL (batas mudah terbakar atas) akan menunjukkan konsentrasi tertinggi
suatu zat di udara yang akan menghasilkan api atau ledakan ketika sumber pengapian (panas,
percikan atau nyala api) ada o LEL (batas ledakan bawah) atau LFL (batas mudah terbakar
bawah) akan menunjukkan konsentrasi terendah suatu zat di udara yang akan menghasilkan api
atau ledakan ketika sumber atau pengapian ada Dari LEL ke UEL, campurannya bersifat
eksplosif. Di bawah UEL campurannya terlalu ramping untuk terbakar; di atas LEL campurannya
terlalu kaya untuk dibakar. Namun, konsentrasi di atas UEL masih sangat berbahaya karena jika
konsentrasi diturunkan (dengan memasukkan udara segar), itu akan memasuki Range ledakan
• Cara Penanggulangan termasuk jenis alat pemadam api yang dibutuhkan
• Alat Pelindung diri yang diperlukan untuk pemadam kebakaran
• Namun beberapa persyaratan penyimpanan, lebih detail dari informasi ini ditemukan di bagian
data reaktivitas
6. MATERIAL SAFETY DATA SHEET

VI. Data Reaktivitas:


Bagian ini menjelaskan:
• Stabilitas kimiawi produk dan reaksinya terhadap cahaya, panas, kelembaban,
guncangan, dan bahan yang tidak kompatibel.
• Persyaratan penyimpanan berdasarkan reaktivitas atau ketidakstabilan produk
• Produk yang tidak kompatibel yang tidak boleh dicampur atau disimpan berdekatan satu
sama lain
• Kebutuhan untuk dibuang sebelum menjadi sangat reaktif

VII. Sifat Beracun:


Bagian ini menjelaskan:
• Efek berbahaya dari paparan produk.
• Bagaimana produk itu kemungkinan masuk ke dalam tubuh dan apa pengaruhnya terhadap organ-
organ dalam tubuh.
• Efek kesehatan jangka pendek (akut) dan jangka panjang (kronis) dari paparan produk.
• Batas paparan, yang menunjukkan konsentrasi maksimum di udara dari bahan berbahaya (gas,
uap, debu, kabut, asap) yang hampir semua pekerja (tanpa alat pelindung diri) dapat berulang kali
terpapar tanpa efek kesehatan yang merugikan..
6. MATERIAL SAFETY DATA SHEET

Exposure limits are expressed in 3 ways:


• TWA (time weighted average) indicating the maximum average concentration
to which workers can safety be exposed for a normal 8-hour workday or 48-
hour workweek o STEL (short-term exposure limit) indicating the maximum
concentration to which workers can safely be exposed for a period of up to 15
minutes. The STEL is higher than the TWA. It may not be sustained more
than four times a day
• C (ceiling) describes the concentration that may not be safely exceeded at
any time, even for an instant. The C is higher that the STEL
• If these limits are to be exceeded, the worker must use recommended personal
protective equipment. Exposure limits are expressed as ppm for gases and
vapours and as mg/m3 for dusts, fumes and mists
• Note these limits may be expressed as OEL, PEL and TLV
• Information used to assess the health problems of any employee who uses the
chemical and determine if that worker’s problems are related to the chemical
VIII. Preventative Measures:
This section provides:
• Instruction for the safe use, handling and storage of the product
• The personal protective equipment or safety devices required
• The steps for cleaning up spills
• Information on the waste disposal requirements
6. MATERIAL SAFETY DATA SHEET

IX. First Aid Measures:


This section describes:
• Specific first aid measures related to acute effects of exposure to the
product
• First aid steps in the correct sequence
• Information to assist in planning for emergencies The MSDS may contain
additional sections providing further information related to the specific
product. Location of the MSDS
• Hard copy readily available
• Computer terminals
• Employees and others must know where the MSDS is and how to use them
MSDS revisions are required every 3 years or sooner if new product
information is available
6. MATERIAL SAFETY DATA SHEET

Trade Secret Exemptions Information may be withheld to protect


industries’ right to protect confidential business information. This information is
referred to as trade secrets.
The producer of the product can withhold:
• The name and concentration of any ingredient
• Name of relevant toxicological studies

Once a claim if filed to withhold information the product label must state:
• Date the exemption filed
• Claim registration number

The MSDS must state:


• That an exemption has been granted
• Date it is granted
• Registry number
• Product hazards

Medical Access
Doctors and nurses can access withheld information however this information
remains confidential.
6. MATERIAL SAFETY DATA SHEET

NFPA Hazard Classification


FIRE HAZARD
HEALTH HAZARD
FLASH POINTS
4 DEADLY 4 BELOW 73 °F
3 EXTREME DANGER 3 BELOW 100 °F
2 HAZARDOUS 2 ABOVE 100 °F,
1 SLIGHTLY HAZARDOUS NOT EXCEEDIN 200 °F
0 NORMAL MATERIAL 1 ABOVE 200 °F
0 WILL NOT BURN

SPECIFIC HAZARD REACTIVITY


OXIDIZER OX
ACID ACID 4 MAY DETONATE
ALKALI ALK 3 SHOCK AND HEAT
CORROSIVE COR MAY DETONATE
USE NO WATER W 2 VIOLENT CHEMICAL
RADIOACTIVE CHANGE
1 UNSTABLE IF HEATED
0 STABLE
7. HOUSEKEEPING &
KONSEP HOUSEKEEPING & 5 S 5S(5R)

Housekeeping merupakan bagian dari kegiatan kerja. di mana lingkungan kerja


yang bersih, aman dan nyaman dapat meningkatkan kinerja pekerja dan dapat
mengurangi risiko kecelakaan.
di Jepang Housekeping yang baik diterapkan dengan metode 5 S(5 R di
Indonesia) yang terdiri dari:
• SEIRI (RINGKAS) : MEMBUANG BARANG YANG TIDAK DIPERLUKAN
• SEITON (RAPI) : MEMBENAHI TEMPAT PENYIMPANAN
• SEISO (RESIK) : MENGATUR PROSEDUR KEBERSIHANHARIAN
• SEIKETSU (RAWAT): MEMPERTAHANKAN TEMPAT KERJA YG BERSIH
• SHITSUKE (RAJIN) : PENGENDALIAN DITEMPAT KERJA

5S 5R
7. HOUSEKEEPING &
5S(5R)
SASARAN PENERAPAN HOUSEKEEPING & 5 S(5 R)

Dengan penerapan Housekeping & 5 S(5 R) yang baik akan


membentuk budaya kerja yang dinamis dan membentuk Safety Culture
dengan tujuan utamanya adalah:
• Mewujudkan tempat kerja yang nyaman dan pekerjaan yang
menyenangkan.
• Melatih manusia pekerja yang mampu mandiri mengelola
pekerjaannya.
• Mewujudkan perusahaan bercitra positif di mata pelanggan
tercermin dari kondisi tempat kerja.
7. HOUSEKEEPING &
5S(5R)
SASARAN PENERAPAN HOUSEKEEPING & 5 S(5 R)

Dengan penerapan Housekeping & 5 S(5 R) yang baik akan


membentuk budaya kerja yang dinamis dan membentuk Safety Culture
dengan tujuan utamanya adalah:
• Mewujudkan tempat kerja yang nyaman dan pekerjaan yang
menyenangkan.
• Melatih manusia pekerja yang mampu mandiri mengelola
pekerjaannya.
• Mewujudkan perusahaan bercitra positif di mata pelanggan
tercermin dari kondisi tempat kerja.
7. HOUSEKEEPING &
5S(5R)
DAMPAK PENERAPAN HOUSEKEEPING & 5 S(5 R)

Dengan penerapan Housekeping & 5 S(5 R) yang baik akan akan


berdampak langsung terhadap:
• Perubahan perilaku melalui perubahan tempat kerja
• Zero (meminimumkan potensi terjadinya) :
~ Accident (kecelakaan kerja)
~ Breakdown (gangguan kerusakan)
~ Crisis (krisis)
~ Defect (cacat atau salah kerja)
• Manusia yang bersemangat kerja(Etos Kerja)
• Organisasi yang siap mengikuti perubahan sesuai arahan strategi
pimpinan
7. HOUSEKEEPING &
5S(5R)
CONTOH PENERAPAN HOUSEKEEPING & 5 S(5 R)

SEBELUM SESUDAH
96

TERIMA KASIH
ATAS PARTISIPASI ANDA 

Anda mungkin juga menyukai