Anda di halaman 1dari 42

Prinsip Corporate

Government
Kelompok 9 :
1. Nandyasa Vania S. (19080694010)
2. Avita Nengseh (19080694018)
3. Theresia Adelia F (19080694023)
4. Theresia Mina R (19080694115)
5. Meyske Yudit H (19080694116)
6. Argenia Skolastika L (19080694117)
E-Government di Cina
● Cina telah mengadopsi E-Government sebagai strategi
reformasi besar untuk pelayanan publik.

● Tujuan dari E-Government ini untuk efisiensi dan


efektivitas administrasi pemerintah, mengurangi
korupsi pejabat dan memberikan layanan publik yang
lebih baik.

● Di tingkat nasional, kemajuan E-Government dibagi


menjadi tiga tahap:
1. inisiasi
2. pembangunan
3. pemasyarakatan
01 Tahap Inisiasi
Pada tahap inisiasi, Dewan Negara
menerapkan Pemerintah Online Proyek
pada tahun 1991 untuk mempromosikan
aplikasi Internet- berbasis technology di
semua tingkat pemerintahan. Tujuannya
adalah untuk membangun situs web
pemerintah di tingkat nasional dan
provinsi, serta membuat jaringan internet
dapat diakses secara terpusat pada
sistem administrasi.
Tahap
02 Pembangunan
Dalam tahap pengembangan, Dewan
Negara merilis lima-rencana tahun untuk
pembangunan jaringan informasi nasional
dan implementasi infrastrukture-
government. Tujuan utama adalah untuk
mendirikan sebuah standar, platform
jaringan informasi yang dapat dipercaya,
meningkatkan berbagi informasi di seluruh
instansi pemerintah, dan membentuk 
keamanan yang akan melindungi E-
Government
Tahap
03 Pemasyarakatan
Tahap ketiga difokuskan pada
mempopulerkan penggunaan E-Government.
Pada tahun 2006, Dewan Negara mengeluarkan
rencana lima tahun baru yang mencakup
pembangunan sistem e-nasional terpadu-
government, membuat 50 persen layanan
pemerintah tersedia secara online, dan
membangun kerangka hukum dasar untuk E-
Government; masing-masing tujuan ini harus
dipenuhi pada tahun 2010.sing tujuan ini harus
dipenuhi pada tahun 2010.
PENCIPTAAN SITUASI KONDUSIF UNTUK MELAKSANAKAN
GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI INDONESIA

GCG diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten
dengan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu penerapan GCG perlu didukung oleh
tiga pilar yang saling berhubungan yaitu :

● Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang-undangan yang menunjang


iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan, melaksanakan peraturan perundang-
undangan dan penegakan hukum secara konsisten (consistent law enforcement).
● Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG sebagai pedoman dasar pelaksanaan
usaha
● Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena
dampak dari keberadaan perusahaan, menunjukkan kepedulian dan melakukan kontrol
sosial (social control) secara obyektif dan bertanggung jawab.
Asas Good Corporate Gorvernance

Transparasi Akuntanbilitas Responsibilitas


menyediakan informasi yang Perusahaan harus dapat melaksanakan tanggung jawab
material dan relevan dengan mempertanggungjawabkan terhadap masyarakat dan
cara yang mudah diakses dan kinerjanya secara transparan lingkungan sehingga dapat
dipahami oleh pemangku dan wajar terpelihara kesinambungan
kepentingan usaha dalam jangka panjang
dan mendapat pengakuan
sebagai good corporate citizen
Asas Good Corporate Gorvernance

Independensi Kewajaran
harus dikelola secara Dalam melaksanakan
independen sehingga masing- kegiatannya, perusahaan harus
masing organ perusahaan tidak senantiasa memperhatikan
saling mendominasi dan tidak kepentingan pemegang saham
dapat diintervensi oleh pihak dan pemangku kepentingan
lain lainnya berdasarkan asas
kewajaran dan kesetaraan
ETIKA BISNIS DAN PEDOMAN PERILAKU
Untuk mencapai keberhasilan dalam jangka panjang, pelaksanaan GCG perlu dilandasi oleh
integritas yang tinggi. Prinsip-prinsip dasar yang harus dimiliki oleh perusahaan adalah:
1. Setiap perusahaan harus memiliki nilai-nilai perusahaan yang menggambarkan sikap
moral perusahaan dalam pelaksanaan usahanya.
2. Untuk dapat merealisasikan sikap moral dalam pelaksanaan usahanya, perusahaan
harus memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati oleh organ perusahaan dan semua
karyawan. Pelaksanaan etika bisnis yang berkesinambungan akan membentuk budaya
perusahaan yang merupakan manifestasi dari nilai-nilai perusahaan.
3. Nilai-nilai dan rumusan etika bisnis perusahaan perlu dituangkan dan dijabarkan lebih
lanjut dalam pedoman perilaku.
Organ Perusahaan
Organ perusahaan, yang terdiri
dari Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS), Dewan Komisaris dan Direksi,
mempunyai peran penting dalam
pelaksanaan GCG secara efektif.
Organ perusahaan harus menjalankan
fungsinya sesuai dengan ketentuan
yang berlaku atas dasar prinsip
bahwa masing-masing organ
mempunyai independensi dalam
melaksanakan tugas, fungsi dan
tanggung jawabnya semata-mata
untuk kepentingan perusahaan.
Pemegang Saham

Dalam melaksanakan hak dan tanggung jawabnya,


perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Pemegang saham harus menyadari bahwa
dalam melaksanakan hak dan tanggung
jawabnya harus memperhatikan juga
kelangsungan hidup perusahaan.
2. Perusahaan harus menjamin dapat
terpenuhinya hak dan tanggung jawab
pemegang saham atas dasar asas kewajaran
dan kesetaraan (fairness) sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan anggaran
dasar perusahaan.
Pemangku Kepentingan
Pemangku kepentingan selain
pemegang saham adalah mereka yang
memiliki kepentingan terhadap perusahaan
dan mereka yang terpengaruh secara
langsung oleh keputusan strategis dan
operasional perusahaan, yang antara lain
terdiri dari karyawan, mitra bisnis, dan
masyarakat terutama sekitar tempat usaha
perusahaan. Antara perusahaan dengan
pemangku kepentingan harus terjalin
hubungan yang sesuai dengan asas
kewajaran dan kesetaraan (fairness)
berdasarkan ketentuan yang berlaku bagi
masing-masing pihak.
Pemangku Kepentingan
Agar hubungan antara perusahaan dengan
pemangku kepentingan berjalan dengan baik, perlu
diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Perusahaan menjamin tidak terjadinya


diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras,
golongan, dan gender serta terciptanya
perlakuan yang adil dan jujur dalam mendorong
perkembangan karyawan sesuai dengan
potensi, kemampuan, pengalaman dan
keterampilan masing-masing.

2. Perusahaan dan mitra bisnis harus bekerja


sama untuk kepentingan kedua belah pihak atas
dasar prinsip saling menguntungkan.

3. Perusahaan harus memperhatikan kepentingan


umum, terutama masyarakat sekitar
perusahaan, serta pengguna produk dan jasa
perusahaan.
Pernyataan Tentang Penerapan GCG
Setiap perusahaan harus membuat
pernyataan tentang kesesuaian penerapan
GCG dengan Pedoman GCG ini dalam
laporan tahunannya. Pernyataan tersebut
harus disertai laporan tentang struktur dan
mekanisme kerja organ perusahaan serta
informasi penting lain yang berkaitan
dengan penerapan GCG. Dengan demikian,
pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya, termasuk regulator,
dapat menilai sejauh mana Pedoman GCG
pada perusahaan tersebut telah diterapkan.
PEDOMAN PRAKTIS PENERAPAN GCG

Dalam rangka penerapan GCG, masing-masing perusahaan harus menyusun pedoman GCG
perusahaan dengan mengacu pada Pedoman GCG ini dan Pedoman Sektoral (bila ada).
Pedoman GCG perusahaan tersebut mencakup sekurang-kurangnya hal-hal sebagai berikut:

1. Visi, misi dan nilai-nilai perusahaan;


2. Kedudukan dan fungsi RUPS, Dewan Komisaris, Direksi, komite penunjang Dewan
Komisaris, dan pengawasan internal;
3. Kebijakan untuk memastikan terlaksananya fungsi setiap organ perusahaan secara efektif;
4. Kebijakan untuk memastikan terlaksananya akuntabilitas, pengendalian internal yang
efektif dan pelaporan keuangan yang benar;
5. Pedoman perilaku yang didasarkan pada nilai-nilai perusahaan dan etika bisnis;
6. Sarana pengungkapan informasi untuk pemegang saham dan pemangku kepentingan
lainnya;
7. Kebijakan penyempurnaan berbagai peraturan perusahaan dalam rangka memenuhi
prinsip GCG.
Tonggak Penting Tata Kelola Perusahaan

01. Pembentukan 03. Pedoman GCG


Komite Nasional Kebijakan KNKG juga menerbitkan
Corporate Governance serangkaian pedoman
sektoral dan manual

02. Undang-Undang 04. Inisiatif CG lainnya


Nomor 40 tahun 2007 • Annual Report Award
tentang Perseroan Terbatas. • Capital Market Awards
• IICD
• IICG Award
Penilaian Tata Kelola Perusahaan

ASEAN CG
ROSC CLSA
Scorecard
Mengidentifikasi berbagai Menilai tata kelola perusahaan
kelemahan yang dapat di beberapa negara dengan Mengukur dan meningkatkan
berkontribusi terhadap melihat aturan dan praktik CG, efektivitas dari implementasi
kerentanan ekonomi dan penegakan hukum, lingkungan prinsip-prinsip tata kelola
keuangan suatu negara politis dan regulasinya, perusahaan, diluncurkan sejak
penerapan standar akuntansi tahun 2011.
dan auditing, serta budaya CG
Tujuan Penyusunan Roadmap

Menyusun Tonggak
Perbaikan Tata Kelola Emiten
dan Perusahaan Publik

Memperbaiki Regulasi
Dan Praktik Tata Kelola Emiten dan
Perusahaan Publik secara Komprehensif

Meningkatkan Praktik
Tata Kelola Emiten dan Perusahaan
Publik Indonesia, agar Setidaknya
sejajar dengan perusahaan di ASEAN
Kerangka Tata Kelola Perusahaan
Kerangka kerja tata Kelola perusahaan meliputi beberapa
aspek penting yaitu:

1. 2. 3.
Penerapan Kode Etik Penegakan Hukum Di
“Comply Or Explain” Pasar Modal

4. 5.
Peranan Profesi Penunjang Pengetahuan dan Pemahaman
Pasar Modal Jurnalis Tentang Good Corporate
Governance
Perlindungan Pemegang Saham
Dalam rangka membahas hak-hak
pemegang saham dan kesetaraan
diantara pemegang saham,
permasalahan yang ada dikelompokkan
dalam tiga bagian:

1. Rapat Umum Pemegang Saham


2. Pemegang Saham Non Pengendali
3. Pembayaran Dividen
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
A. Agenda RUPS
Terkait dengan agenda RUPS tahunan,
pemegang saham memiliki hak untuk
berpartisipasi dan memiliki informasi yang
memadai dalam pengambilan keputusan di
RUPS Tahunan. Para pemegang saham
umumnya memperoleh informasi tentang
rencana pelaksanaan RUPS Tahunan melalui
iklan di surat kabar 28 hari sebelum pelaksanaan
RUPS. Sedangkan informasi terkait agenda RUPS
dapat diketahui oleh pemegang saham 14 hari
sebelum RUPS dilaksanakan, melalui informasi
panggilan RUPS di surat kabar dan informasi
yang tersedia di Eemiten atauPerusahaan Publik.
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
B. Mekanisme Pemberian Hak Suara (Voting)
dalam RUPS
Mekanisme pemberian hak suara, dalam
praktiknya, dapat dilakukan secara tertutup atau
terbuka. Dalam hal mekanisme pemberian hak
suara secara tertutup, pemegang saham akan
diberikan kartu suara (ballot) untuk memberikan
hak suaranya. Dalam mekanisme pemberian hak
suara secara terbuka, ketua rapat akan
menanyakan kepada seluruh pemegang saham,
yang hadir apakah menyetujui sebuah resolusi.
Jika ada pemegang saham yang tidak setuju,
maka yang bersangkutan diminta untuk
mengangkat tangan, kemudian dicatat nama
serta jumlah suaranya.
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
C. Informasi Hasil RUPS
Regulator pasar modal mengatur bahwa Emiten
atau Perusahaan Publik harus menyerahkan hasil
RUPS kepada OJK dalam waktu 2 hari kerja
setelah RUPS dan mempublikasikannya di 2
media massa berbahasa Indonesia yang salah
satunya memiliki jangkauan sirkulasi secara
nasional. Disamping itu, Emiten atau Perusahaan
Publik juga wajib mempublikasikan hasil RUPS
pada situs web bursa efek dalam waktu 2 hari
kerja setelah pelaksanaan RUPS.
2. Pemegang Saham Non-Pengendali
Pemegang saham non-pengendali yang juga
dikenal dengan pemegang saham minoritas,
memiliki hak yang sama dengan pemegang
saham pengendali. Hak tersebut berlaku secara
adil dan proporsional berdasarkan prinsip one
share, one vote. Dalam rangka meningkatkan
peran pemegang saham non-pengendali, maka
UUPT telah memuat sejumlah ketentuan yang
memberikan kesempatan setiap pemegang
saham untuk melalukan hal tertentu. Contohnya
adalah hak untuk memperoleh penawaran saham
lebih dulu (pre-emtive rights).
3. Pembayaran Dividen

Dividen ini harus dibayarkan dalam waktu yang


tidak terlalu lama. Otoritas bursa mengatur
bahwa tanggal pencatatan pemegang saham
yang berhak atas dividen (recording date)
ditentukan paling cepat 16 hari bursa setelah
pengumuman di bursa mengenai hasil RUPS
terkait pembayaran dividen (announcement
date). Pembagian dividen tunai dilakukan paling
lambat 10 hari setelah recording date pencatatan
pemegang saham yang berhak atas dividen.
Peranan Pemangku Kepentingan
Para pemangku kepentingan Emiten dan Perusahaan Publik saat ini di Indonesia telah
mendapatkan banyak kemajuan pada tahun-tahun terakhir. Namun demikian, kerangka
tata Kelola yang baik diperlukan untuk lebih meningkatkan hubungan antara Emiten dan
Perusahaan Publik dengan para pemangku kepentingan. Berikut beberapa aspek tata
Kelola terkait pemangku kepentingan:

1. 2. 3.
kebijakan Anti Korupsi Kebijakan Terkait Seleksi Insentif Jangka Panjang Bagi
Pemasok dan Hak-hak Karyawan
Kreditur
5. 6.
4.
Peran dan Kualifikasi Sekretaris
Kebijakan Peningkatan Kemampuan
Penerapan Sistem Whistleblowing
Vendor Perusahaan
TRANSPARANSI INFORMASI

Keterbukaan informasi yang akurat dan tepat waktu mengenai hal-hal terkait perusahaan yang
bersifat material merupakan prasyarat utama bagi kerangka tata kelola perusahaan. Dalam
konteks pasar modal, prinsip keterbukaan (disclosure principle) menjadi acuan utama dalam
mendorong pengembangan pasar modal. Selanjutnya, keterbukaan informasi juga digunakan
sebagai sarana bagi regulator untuk mengedukasi dan melindungi investor.
Keterbukaan informasi juga perlu diatur regulator untuk terjadinya praktik “adverse selection”.
Direksi perusahaan selaku orang dalam dan pengelola perusahaan memiliki keunggulan
informasi yang dapat dimanfaatkannya untuk mengambil keuntungan dengn informasi yang
perlu dipublikasikan (Scott, 2000).
Transparansi dan keterbukaan informasi memungkinkan publik untuk memahami struktur dan
aktivitas perusahaan, kebijakan serta kinerjanya. Meskipun demikian, keterbukaan informasi
seharusnya tidak mnjadi beban perusahaan, yang dapat mengurangi daya saing perusahaan.
1. Kepemilikan Saham Dalam Jumlah Tertentu
Kerangka kerja tata kelola perusahaan yang baik
berkaitan dengan masalah transparansi,
akuntabilitas, dan integritas. Hal ini menuntut
adanya informasi tentang pemilik saham
sesungguhnya. Perlindungan terhadap
pemegang saham non pengendali dan
pemangku kepentingan lainnya akan
menghadapi kendala tanpa akses terhadap
informasi yang andal mengenai kepemilikan
saham, termasuk identitas dari pengendali
perusahaan serta pemegang saham mayortas
lainnya. Dalam ketentuan pasar modal,
pemegang saham yang memiliki saham
sebanyak 5% atau lebih, dan kepemiilikan
saham oleh anggota Direksi dan Dewan
Komisaris, harus diungkapkan kepada publik.
2. Pengungkapan Kriteria Komisaris Independen
Independensi dari Komisaris Independen
berkontribusi oenting dalan pengambilan
keputusan Dewan komisaris. Mereka memiliki
pandangan yang objektif dalam menilai kinerja
direksi. Kriteris komisaris Independen antara
lain meliputi : bukan merupakan orang yang
bekerja atau mempunyai wewenang dan
tanggung hawab untuk merencanakan,
memimpin, mengendalikan, atau mengawasi
kegiatan Emiten atau Perusahaan Publik
tersebut dalam waktu 6 bulan terakhir, tidak
mempunyai saham pada emiten atau
perusahaan publik tersebut , tidak mempunyai
hubungan afiliasi, dan tidak mempunyai
hubungan usaha bik yang berkaitan dengan
kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik
tersebut.
3. Informasi Pada Situs Web Perusahaan

Pengungkapan informasi pada situs web


perusahaan memberi manfaat kepada banyak
pihak seperti pemegang saham, kreditur,
regulator, pemasok, debitur, maupun untuk
perusahaan. Ketersediaan informasi pada situs
web memudahkan para pemangku kepentingan
untuk mengkases informasi mengenai
perusahaan secara komprehensif sebelum
mengambil keputusan. Sedangkan bagi
perusahaan, situs web memungkinkan
penyampaian informasi yang tidak terbatas dan
dapat dilakukan secaa cepat dan tepat waktu
dengan biaya yang minimal.
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI

Sistem tata kelola perusahaan Indonesia untuk badan usaha berbentuk perseroan terbatas
merujuk pada sistem two board. Dalam hal ini Direksi dan Dewan Komisaris merupakan unsur
penting bagi implemetasi prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Mekanisme check
and balance yang jelas dan efektif harus diterapkan untuk menghindari potensi benturan
kpentingan serta memastikan bahwa keputusan yang dibuat adalah untuk kepentingan
perusahaan.
UUPT mengadopsi sistem two board yang terdiri dari Direksi dan Dewan Komisaris.
Berdasarkan UUPT, Dewan Komisaris berperan untuk melakukan pengawasan dan memberikan
nasihat kepada Direksi, sedangkan Direksi berperan untuk mengelola kegiatan operasional
perusahaan dengan orientasi kepentingan terbaik perusahaan.
Prinsip CG OECD merekomendasilkan agar Dewab Komisaris dan Direksi memastikan
pedoman strategis perusahaan, pemgawasan yang efektif terhadap manajemen, dan tanggung
jawab Dewan Komisaris dan Direksi kepada peerusahaan dan pemegang saham. Dalam hal
Indonesia yang menggunakan sistem two board, kewajiban penyusunan pedoman strategis
ada pada Direksi, sedangkan Direksi diawasi dan diberi nasihat oleh Dewan Komisaris.
1. Prosedur Nominasi dan Remunerasi Anggota Dewan Komisaris dan
Direksi
Hubungan check and balance antara Dewan
Komisaris dan Direksi berperan penting atas
kesuksesan usaha perusahaan. Prinsip CG
OECD mensyaratkan Dewan Komisaris dan
Direksi perusahaan untuk melakukan beberapa
fungsi pokoknya. Di Indonesia, berdasarkan
UUPT, Dewan Komisaris diberi mandat untuk
meberhentikan sementara Direksi dalam hal
terjadi pelanggaran terhadap anggaran Dasar.
Namun demikian, UUPT menyatakan bahwa
besarya remunerasi Dewan Komisaris dan
Direksi ditetapkan oleh RUPS. Namun, RUPS
dapat memberikan kewenangan kepada Dewan
Komisaris untuk menetapkan remunerasi
Direksi.
2. Klasifikasi Kandidat Anggota Dewan Komisaris dan Direksi

Kompetensi dan kapabilitas anggota Dewan


Komisaris dan Direksi, mempunyai peran
penting dalam menentukan kesuksesan
perusahaan. Untuk itu, dalam proses nominasi
dan seleksi anggota Dewan Komisaris dan
Direksi, perluu adanya ketersediaan informasi
yang cukup tentang kandidat sehingga dapat
diyakinkan bahwa hanya kandidat yang memiliki
kualifikasi tertentu yang akan dipilih. Dalam
praktik, para pemegang saham tidak memiliki
informasi rinci tentang kualifikasi dan
pengalaman dari kandidat Anggota Dewan
Komisaris dan Direksi sebelum pelaksanaan
RUPS yang akan memilih kandidat tersebut.
3. Program Orientasi Bagi Anggota Dewan Komisaris dan Direksi Baru

Pemahaman terhadap ativitas dan proses bisnis


perusahaan perlu didapat segera oleh anggota
Dewan Komisaris dan Direksi yang baru
bergabung di perusahaan. Hal ini penting agar
dalam pelaksanaan tugasnya, mereka tidak ragu
dan salah dalam mengambill keputusan
dikarenakan ketidakpahaman atau proses bisnis
perusahaan. Dalam peraturan yang berlaku,
belum ada ketentuan yang mewajibkan Emiten
dan Perusahaan Publik untuk memberikan
program orientasi (inroduction programmer)
kepada anggota Dewan Komisaris dan Direksi
yang baru bergabung.
4. Pengetahuan dan Pemahaman Tentang Fiduciary Duties

Tugas dan tanggung jawab anggota Dewan


Komisaris dan Direksi mencakup antara lain
mengarahkan dan menyelesaikan masalah
internal, serta berhubungan dengan pihak
eksternal. Untuk itu, agar dapat mengetahui hak
dan kewajibannya dalam pelaksanaan tugas,
Anggota Dewan Komisaris dan Direksi perlu
memiliki oengetahuan dan pemahaman
mengenai fiduciary duties.khusus untuk Anggota
Dewan Komisaris dan Direksi Emiten atau
Perussahaan publik, pemahaman tentang
fiduciary duties menjadi lebih penting karena
sifat dari perusahaan terbuka yang
berlandaskan pada prinsip keterbukaan berbeda
dengan perusahaan tertutup.
5. Rapat Dewan Komisaris dan Direksi

Koordinasi pelaksanaan tugas Dewan Komisaris


dan Direksi dapat diwujudkan dalam bentuk
rapat terpisah maupun rapat gabungan, berupa
rapat Dewan Komisaris yang mengundang
Direksi. Rapat yang terencana dengan baik,
dengan bahan yang lengkap akan sangat
mendukung terwujudnya hasil yang optimal dari
rapat, berupa pengambilan keputusan yang
efisien dan efektif. Di indonesia, Emiten atau
Perusahaan Publik telah diwajibkan untuk
mengungkapkan jumlah rapat dan kehadiran
Anggota Dewan Komisaris dan Direksi.
6. Rangkap Jabatan Anggota Dewan Komisaris dan Direksi

Perangkapan beberapa jabatan sekaligus,


secara berlebihan, dapat berakibat anggota
Dewan Komisaris dan Direksi tidak fokus dan
akuntabel dalam menjalankan fiduciary duties
yang dapat merugikan perusahaa. Khusus untuk
Emiten dan perusahaan publik, rangkap jabatan
secara berlebihan juga dapat merugikan
pemegng saham. UUPT dan ketentuan pasar
modal belum menagtur mengenai rangkap
jabatan anggota Dewan Komisaris dan Direksi
Emiten dan Perusahaan Publik
7. Batasan Periode Menjabat Komisaris Independen

Kedudukan komisaris independen sangat kritial


agar pengambilan keputusan Dewan Komisaris
bersifat objektif dalam mengevaluasi kinerja
manajemen perusahaan. Independensi anggota
Komisaris Independen tergantung kepada
beberapa hal, diantaranta lama periode
menjabat sebagai Komisaris Independen di
perusahaan tersebut.
8. Pedoman Kerja Dewan Komisaris dan Direksi

Pedoman kerja (board charter) untuk Dewan


Komisaris dan Direksi mencakup anatar lain
tugas dan fungsi, wewenang dan tanggung
jawab yang mengikat secara hukum Dewan
Komisaris dan Direksi. Oleh karena iitu,
pedoman kerja ini dapat berfungsi sebagai
panduan dan landasan hukum untuk bertindak
bagi Dewan Komisaris dan Direksi dalam
menjalankan ifiduciary duties. Saat ini UUPT dan
ketentuan pasar modal belum mengatur secara
spesifik mengenai pedoman kerja bagi Dewan
Komisaris dan Direksi Emiten dan Perusahaan
Publik.
9. Keberagaman Komposisi Dewan komisaris dan Direksi

Globalisasi usaha meningkatkan harapan


investor dan menuntut keahlian dari Dewan
Komisaris dan Doreksi perusahaan yang
semakin tinggi dan kompleks untuk dapat
memenuhi harapan tersebut,. Komposisi Dewan
komisaris dan Direksi yang beragam akan
mendorong pengambilan keputusan yang lebih
objektif dan komprehensif dikarenakan
keputusan diambil dengan memperhatikan
berbagai sudut pandang dan pentingan.
9. Keberagaman Komposisi Dewan komisaris dan Direksi

Globalisasi usaha meningkatkan harapan


investor dan menuntut keahlian dari Dewan
Komisaris dan Doreksi perusahaan yang
semakin tinggi dan kompleks untuk dapat
memenuhi harapan tersebut,. Komposisi Dewan
komisaris dan Direksi yang beragam akan
mendorong pengambilan keputusan yang lebih
objektif dan komprehensif dikarenakan
keputusan diambil dengan memperhatikan
berbagai sudut pandang dan pentingan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai