Anda di halaman 1dari 16

PATOLUS TUBA

RAHMAT FARADILLA
DEFINISI

Patolus tuba Sebagian besar Patolus tuba


adalah suatu kejadian gejalanya
kondisi diakibatkan asimptomatis,
abnormal pada oleh penurunan pada beberapa
tuba eustachius berat badan kasus sampai
dimana tuba yang drastis mengganggu
terbuka secara dan kelainan aktivitas sehari.
terus menerus. hormonal.
ANATOMI
Tuba eustachius merupakan organ berlumen yang terdiri dari
mukosa, kartilago, tulang yang dikelilingi oleh jaringan lunak
dan otot peritubal seperti muskulus tensor velipalatini,
levator velipalatini dan tensor timpani.

Panjang TE sekitar 43 mm pada orang dewasa dan 38 mm


pada anak

Tuba Eustachius cenderung lebih landai terhadap sumbu


horizontal tubuh membentuk sudut 100 pada anak dan curam
pada dewasa dengan sudut 360 .
ANATOMI
• Terdapat 4 Otot Yang Berhubungan Dengan TE Yaitu :

• Muskulus Tensor Velipalatini (TVPM),

• Tensor Timpani,

• Levator Velipalatini (LVPM)

• Salfingofaringeus.

Otot Yang Paling Berperan Dalam Membuka Lumen Te Adalah Tvpm

Bantalan Lemak Ostmann’s Adalah Area Dari Jaringan Lemak Yang Berada
Tuba Eustachius potongan
Sepanjang Kartilago TE Berperan Dalam Penutupan TE transversal.
Secara umum TE mempunyai tiga fungsi utama yaitu: ML kartilago lamina medial
LL lamina lateral
1. Menjaga tekanan dan ventilasi telinga tengah OFP bantalan lemak Ostmann’s
TVPM muskulus tensor veli
2. Mukosiliar klirens sekret telinga tengah palatine.
AL antero lateral
3. Proteksi telinga tengah dari suara, patogen dan sekret dari nasofaring.
PM posteromedial
ETIOLOGI DAN
PATOGENESIS
Tuba Eustachius

Kehilangan jaringan Berhubungan


Penurunan BB tiba-
lemak di bantalan dengan kanker atau
tiba atau drastis
ostmann’s penyakit kronik

Faktor positif Faktor negatif

Kehilangan jaringan sekitar


Estrogen diduga Terjadi karena penurunan orifisium faring
Faktor hormonal,
mempengaruhi Tuba eustachius menjadi volume jaringan seperti, kehilangan tonus muskular
kontrasepsi oral, terapi
elastisitas dari kartilago terbuka sklerotik akibat tindakan dan TVP
estrogen,
tuba
radiasi. dan kehilangan jaringan
disekitar TE

Brackmann DE, Shelton C, Arriaga MA. Diagnosis and Management of The Patulous Eustachian Tube In:
Poe DS, Handzel O, editors. Otologic Surgery 3ed. Philadelphia: Saunders elsevier; 2010.
DIAGNOSTI
K

Diagnostik

Anamnesa Pemeriksaan fisik

Autofoni MT hypermobile
Mendengar suara sendiri Nasoendoskopi: defek
Rasa penuh ditelinga longitudinal konkaf pada
Tinitus dinding anterolateral tuba serta
Gannguan penderan katub tuba terus menerus
Vertigo terbuka.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

TERDAPAT BEBERAPA PEMERIKSAAN PENUNJANG UNTUK PATOLUS TUBA


• AUDIOMETRI NADA MURNI
• NASAL AUDIOMETRI
• TIMPANOGRAM MIDDLE EAR PRESSURE (MEP)
• TOMOGRAFI COMPUTER
AUDIOMETRI NADA Nasal audiometri
MURNI

• Akan didapatkan hasil terdengarnya impuls


• Pada Pemeriksaan audiometri nada murni
suara yang disajikan pada lobang hidung dan
Akan didapatkan hasil dalam batas Normal dihantarkan melalui TE. Semakin berat derajat
atau tuli konduksi
keparahan TEP pasien, semakin kuat intensitas
suara yang didengar pada telinga yang sakit.
TIMPANOGRAM
MIDDLE EAR
PRESSURE (MEP)
• Terdapat 3 tipe timpanogram yaitu: tipe A, B, dan C.

• Timpanogram tipe A (Puncak pada 0 daPa) mengindikasikan telinga tengah normal, tidak ada cairan atau kelainan fisiologis yang menghambat
masuknya suara dari telinga tengah menuju telinga dalam. Terdapat variasi timpanogram tipe A, yaitu Tipe As ( A”shallow”) yang menunjukan
fiksasi atau kekakuan tulang-tulang pendengaran (otosklerosis) dan tipe Ad ( A”deep”) yang dihubungkan dengan terputusnya sistem tulang-
tulang pendengaran (disarticulated ossicular chain).

• Timpanogram tipe B membentuk garis datar yang menunjukan adanya proses patologis pada telinga tengah yang menghambat gerak membran
timpani, misal karena adanya cairan atau infeksi telinga tengah.

• Timpanogram tipe C berbentuk menyerupai timpanogram tipe A, namun kurva tipe C bergeser kearah kiri atau negatif yang menunjukan adanya
tekanan negatif pada telinga tengah akibat gangguan fungsi tuba eustachius
TOMOGRAFI
COMPUTER
• Pada keadaan TEP didapatkan tuba akan membuka terus menerus

• tetapi hal ini akan sulit didiagnosis dengan pemeriksaan tomografi komputer pasien posisi supine karena pada posisi ini
tuba akan cenderung menutup dan keluhan pasien akan berkurang

• maka tomografi komputer yang lebih baik untuk melihat TEP adalah tilting scanner dengan reclining chair.
TATALAKSA
NA
TERAPI KONSERVATIF
• Meningkatkan berat badan
• Penggunaan nasal saline topical
• Penggunaan Premarin (estrogen terkonjugasi)
• Bubuk boric dan asam salisilat dengan perbandingan 4:1
yang diaplikasikan pada muara tuba di nasofaring dengan
kateter sehingga membuat mukosa iritasi dan edema
• TERAPI PEMBEDAHAN
• Terapi Pembedahan Terdiri Atas 3 Prinsip.
• Manipulasi Pada Membran Timpani

teknik yang paling banyak dilakukan adalah pemasangan


pipa grommet pada membran timpan
• Manipulasi TE

Kateter Intraluminal Trans Timpani

Injeksi Kartilago Autologus


Augmentasi Graft Kartilago autologus
• Gabungan Kedua Cara Tersebut
Kateter Intraluminal
Trans Timpani
• Prosedur ini menggunakan kateter intravena no 18,20.
• Sebelumnya ujung kateter dibelah ditengah sepanjang 4-5mm untuk
kemudian dibuat seperti huruf Y, lumen kateter diisi dengan bone
wax.
• Lalu dilakukan anastesi lokal pada telinga yang sakit, dilakukan
anastesi infiltrasi dengan xylocain dan epinefrin 1:100.000 pada
liang telinga
• Di bawah penglihatan dengan mikroskop dibuat miringotomi pada
kuadran anterosuperior MT, muara TE dilihat dengan scope 300
2,7mm.
• Kateter dimasukkan melalui lubang miringotomi atau melalui
timpanomeatal flap yang dibuat pada bagian anterior, kemudian
kateter ditempatkan pada muara TE di telinga tengah
• Kemudian MT dipasang amnion patch untuk menjembatani
penyembuhan MT
Injeksi Kartilago
Autologus
• Prosedur ini dilakukan di kamar operasi dalam anastesi local
• Dilakukan anastesi blok pada timpanomeatal dengan xylocaine 1%
ditambah epinefrin 1:100.000
• Kemudian diambil graft kartilago tragus, kartilago dipotong-
potong kecil dengan skalpel sampai ukuran yang bisa lewat pada
jarum suntik ukuran 19.
• Kartilago dimasukkan pada spuit bruning injector 1cc
• Dilakukan dekongesti dan anastesi topikal pada kavum nasi
• Dengan endoskopi skop sudut 300 diameter 4mm, torus tubarius
divisualisasi dan dilakukan anastesi lokal menggunakan jarum
spinal.
• Kartilago diinjeksi secara submukosa sebanyak masing-masing
0,5ml pada anterior dan posterior TE nasofaring
Augmentasi Graft
Kartilago autologus

• Teknik augmentasi graft kartilago ini bertujuan untuk


memperkecil defek pada katub TE dengan hasil yang cenderung
lebih stabil dan bertahan lama.

• Tahapan prosedur ini adalah dilakukan dekongestan hidung


secara topikal, campuran lidocaine 1% dan epinefrin 1:100.000
diinjeksikan di orifisium tuba

• Mulut dibuka dengan mouth gag, nasofaring dilihat dengan


endoskopi kaku 450 melewati rongga mulut
• Dilakukan insisi mukosa sekitar orifisium dengan KTP laser pada
proyeksi jam 9 hingga jam 3.

• Insisi ditarik ke bawah hingga terlihat kartilago superior.

• Graft kartilago berbentuk trapezium dengan puncak sepanjang


1mm dan dasar 3-4mm serta tinggi 5-8 mm ditempatkan pada
kantong yang sudah dibuat, Biasanya dibutuhkan 2-4 graft.
Kemudian luka insisi dijahit dengan vicryl 4.0.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai