Anda di halaman 1dari 79

GENERAL

ANESTESI
Oleh:
Diandra Rezki Maharani (201720401011124)
Ida Lailatul Hasanah (201720401011089
Fajar Yanuar (2017204010111173)
Definisi
Anestesi umum adalah menghilangkan rasa sakit seluruh tubuh secara sentral
disertai hilangnya kesadaran yang bersifat reversible. Perbedaan anestesi umum
dibanding dengan anestesi lokal diantaranya pada anestesi lokal hilangnya rasa
sakit setempat sedangkan pada anestesi umum seluruh tubuh. Pada anestesi lokal
yang terpengaruh syaraf perifer, sedang pada anestesi umum yang terpengaruh
syaraf pusat dan pada anestesi lokal tidak terjadi kehilangan kesadaran
(Soenardjo, 2010).
Penilaian dan Persiapan Pra Anestesi

➔ Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Laboratorium
Klasifikasi status fisik
Masukan Oral
Premedikasi
Penilaian dan Persiapan Pra Anestesi
➔ Anamnesis
Riwayat tentang apakah pasien pernah mendapat anestesi sebelumnya sangatlah penting untuk
mengetahui apakah ada hal-hal yang perlu mendapat perhatian khusus, misalnya alergi, mual-muntah,
nyeri otot, gatal-gatal atau sesak nafas pasca bedah, sehingga dapat dirancang anestesi berikutnya
dengan lebih baik. Beberapa peneliti menganjurkan obat yang kiranya menimbulkan masalah dimasa
lampau sebaiknya jangan digunakan ulang, misalnya halotan jangan digunakan ulang dalam waktu tiga
bulan, suksinilkolin yang menimbulkan apnoe berkepanjangan juga jangan diulang. Kebiasaan
merokok sebaiknya dihentikan 1-2 hari sebelumnya.
Penilaian dan Persiapan Pra Anestesi
➔ Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan gigi-geligi, tindakan buka mulut, lidah relatif besar sangat penting untuk diketahui
apakah akan menyulitkan tindakan laringoskopi intubasi. Leher pendek dan kaku juga akan
menyulitkan laringoskopi intubasi. Pemeriksaan rutin secara sistemik tentang keadaan umum tentu
tidak boleh dilewatkan seperti inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi semua system organ tubuh
pasien.
Penilaian dan Persiapan Pra Anestesi
➔ Pemeriksaan Laboratorium
Uji laboratorium hendaknya atas indikasi yang tepat sesuai dengan dugaan penyakit yang sedang
dicurigai. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan darah kecil (Hb, lekosit, masa perdarahan
dan masa pembekuan) dan urinalisis. Pada usia pasien diatas 50 tahun ada anjuran pemeriksaan EKG
dan foto thoraks.
Penilaian dan Persiapan Pra Anestesi
➔ Klasifikasi status Fisik
● Kelas I : Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia.
● Kelas II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang.
● Kelas III : Pasien dengan penyakit sistemik sedang atau berat, sehingga aktivitas rutin terbatas.
● Kelas IV : Pasien dengan penyakit sistemik sedang atau berat tak dapat melakukan aktivitas rutin dan
penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap saat.
● Kelas V : Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan hidupnya tidak akan lebih
dari 24 jam.
● Kelas VI : Pasien yang mati batang otak dan akan diambil organnya untuk transplanta si.
Masukan oral

● Refleks laring mengalami penurunan selama anestesia. Regurgitasi isi lambung dan kotoran yang terdapat
dalam jalan napas merupakan risiko utama pada pasien-pasien yang menjalani anestesia. Untuk
meminimalkan risiko tersebut, semua pasien yang dijadwalkan untuk operasi elektif dengan anestesia harus
dipantangkan dari masukan oral (puasa) selama periode tertentu sebelum induksi anestesia.
● Pada pasien dewasa umumnya puasa 6-8 jam, anak kecil 4-6 jam dan pada bayi 3-4 jam. Makanan tak
berlemak diperbolehkan 5 jam sebeluminduksi anestesia. Minuman bening, air putih teh manis sampai 3 jam
dan untuk keperluan minum obat air putih dalam jumlah terbatas boleh 1 jam sebelum induksi anestesia.
Premedikasi

Sebelum pasien diberi obat anestesi, dilakukan premedikasi yaitu pemberian obat sebelum induksi anestesi
diberi dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anestesi diantaranya:
● Menimbulkan rasa nyaman bagi pasien
● Memudahkan atau memperlancar induksi
● Mengurangi jumlah obat-obat anestesi
● Menekan refleks-refleks yang tidak diinginkan (muntah/liur)
● Mengurangi sekresi kelenjar saliva dan lambung
PRINSIP ANESTESI
UMUM
◦Tujuan Anestesi adalah memberikan induksi yang
menyenangkan dan hilangnya kesadaran pasien dengan
menggunakan teknik yang aman bagi pasien dan ahli
anestesi
◦Anestesi Umum Inhalasi : Draw over , Continous over

Intravena
SEGITIGA KESEIMBANGAN ANESTESI

ANALGESIK

ETER

SEDASI RELAKSASI
Intravena
◦ Teknik menyenangkan bagi pasien dan mudah untuk ahli anestesi
◦ Dosis berlebihan  depresi nafas
◦ Kontraindikasi penggunaan intravena :
Pada pasien dengan jalan pernafasan yang susah ditangani
◦ Obat :

1. Barbiturat  Dosis dewasa 4-5mg/KgBB


ES : Hipotensi , Depresi pusat pernafasan
2. Ketamin  Dosis dewasa 1-2mg/KgBB
Inhalasi
◦ Teknik ini merupakan pilihan bila jalan pasien sulit ditangani
◦ Teknik induksi inhalasi terbaik adalah dengan menggunakan masker wajah dan
mulailah dengan Halotandan secara bertahap naikan konsentrasinya. Kemudian
ganti dengan eter sampai dosis maksimal. Setelah itu segera berikan oksigen
sambil melakukan intubasi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Anestesi Umum
➔ Faktor Respirasi
Faktor Sirkulasi
Faktor Jaringan
Faktor Zat Anestesika
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anestesi Umum

➔ Faktor respirasi
Pada setiap inspirasi sejumlah zat anestesika akan masuk ke dalam paru-paru (alveolus). Dalam
alveolus akan dicapai suatu tekanan parsial tertentu. Kemudian zat anestesika akan berdifusi melalui
membrane alveolus. Epitel alveolus bukan penghambat disfusi zat anestesika, sehingga tekanan parsial
dalam alveolus sama dengan tekanan parsial dalam arteri pulmonarsi. Hal- hal yang mempengaruhi hal
tersebut adalah:
● Konsentrasi zat anestesika yang dihirup/ diinhalasi; makin tinggi konsentrasinya, makin cepat naik
tekanan parsial zat anestesika dalam alveolus.
● Ventilasi alveolus; makin tinggi ventilasi alveolus, makin cepat meningginya tekanan parsial alveolus
dan keadaan sebaliknya pada hipoventilasi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anestesi Umum

➔ Faktor Sirkulasi
Terdiri dari sirkulasi arterial dan sirkulasi vena. Factor-faktor yang mempengaruhi:

1. Perubahan tekanan parsial zat anestesika yang jenuh dalam alveolus dan darah vena. Dalam sirkulasi,
sebagian zat anestesika diserap jaringan dan sebagian kembali melalui vena.

2. Koefisien partisi darah/ gas yaitu rasio konsentrasi zat anestesika dalam darah terhadap konsentrasi
dalam gas setelah keduanya dalam keadaan seimbang.
3. Aliran darah, yaitu aliran darah paru dan curah jantung. Makin banyak aliran darah yang melalui paru
makin banyak zat anestesika yang diambil dari alveolus, konsentrasi alveolus turun sehingga induksi
lambat dan makin lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat anesthesia yang adekuat.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anestesi Umum

➔ Faktor Jaringan
Perbedaan tekanan parsial obat anestesika antara darah arteri dan jaringan.
◆ Koefisien partisi jaringan/darah: kira-kira 1,0 untuk sebagian besar zat anestesika, kecuali
halotan.
◆ Aliran darah terdapat dalam 4 kelompok jaringan:
1. Jaringan kaya pembuluh darah (JKPD) : otak, jantung, hepar, ginjal. Organ-organ ini
menerima 70-75% curah jantung hingga tekanan parsial zat anestesika ini meninggi
dengan cepat dalam organ-organ ini. Otak menerima 14% curah jantung.
2. Kelompok intermediate : otot skelet dan kulit.
3. Lemak : jaringan lemak
4. Jaringan sedikit pembuluh darah (JSPD) : relative tidak ada aliran darah : ligament dan
tendon.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anestesi Umum

➔ Faktor Zat Anestesika


Bermacam-macam zat anestesika mempunyai potensi yang berbeda-beda. Untuk menentukan derajata
potensi ini dikenal adanya MAC (minimal alveolar concentration atau konsentrasi alveolar minimal)
yaitu konsentrasi terendah zat anestesika dalam udara alveolus yang mampu mencegah terjadinya
tanggapan (respon) terhadap rangsang rasa sakit. Makin rendah nilai MAC, makin tinggi potensi zat
anestesika tersebut.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anestesi Umum

➔ Faktor Zat Anestesika


Bermacam-macam zat anestesika mempunyai potensi yang berbeda-beda. Untuk menentukan derajata
potensi ini dikenal adanya MAC (minimal alveolar concentration atau konsentrasi alveolar minimal)
yaitu konsentrasi terendah zat anestesika dalam udara alveolus yang mampu mencegah terjadinya
tanggapan (respon) terhadap rangsang rasa sakit. Makin rendah nilai MAC, makin tinggi potensi zat
anestesika tersebut.
Stadium Anestesi
➔ Stadium I (Stadium analgesi atau stadium disorientasi)
Stadium II (stadium delirium atau stadium eksitasi)
Stadium III (Stadium operasi)
Stadium IV
Teknik Anestesi Umum
Sungkup Muka (Face Mask) dengan napas spontan

Indikasi :
● Tindakan singkat ( ½ - 1 jam)
● Keadaan umum baik (ASA I – II)
● Lambung harus kosong

Prosedur :
● Siapkan peralatan dan kelengkapan obat anestetik
● Pasang infuse (untuk memasukan obat anestesi)
● Premedikasi + / - (apabila pasien tidak tenang bisa diberikan obat penenang) efek sedasi/anti-anxiety
:benzodiazepine; analgesia: opioid, non opioid, dll
● Induksi
● Pemeliharaan
Untuk persiapan induksi sebaiknya kita ingat STATICS:

● S = Scope. Stetoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung. Laringo-Scope


● T = Tubes. Pipa trakea
● A = Airway
● T = Tape
● I = Introductor
● C = Connector. Penyambung pipa dan perlatan anestesia
● S = Suction. Penyedot lendir dan ludah
● Teknik Intubasi
● 1. Pastikan semua persiapan dan alat sudah lengkap
● 2. Induksi sampai tidur → fasikulasi (+)
● 3. Bila fasikulasi (-) → ventilasi dengan O2 100% selama kira - kira 1 mnt
● 4. Batang laringoskopi pegang dengan tangan kiri, tangan kanan mendorong kepala sedikit
ekstensi → mulut membuka
● 5. Masukan laringoskop mulai dari mulut sebelah kanan, sedikit demi sedikit, menyelusuri
kanan lidah, menggeser lidah kekiri
● 6. Cari epiglotis → tempatkan bilah didepan epiglotis (pada bilah bengkok) atau angkat
epiglotis ( pada bilah lurus )
● 7. Cari rima glotis ( dapat dengan bantuan asisten menekan trakea dar luar )
● 8. Temukan pita suara → warnanya putih dan sekitarnya merah
● 9. Masukan ET melalui rima glottis
● 10. Hubungkan pangkal ET dengan mesin anestesi dan atau alat bantu napas ( alat resusitasi )
Klasifikasi Mallampati
Intubasi Endotrakeal dengan napas kendali (kontrol)

● Pasien sengaja dilumpuhkan/benar2 tidak bisa bernafas dan pasien dikontrol pernafasanya dengan kita
memberikan ventilasi 12 - 20 x permenit.
● Obat pelumpuh otot non depolar (durasinya lama)
● Pemeliharaan
Pemulihan Anestesi
Pada akhir operasi atau setelah operasi selesai, maka anestesi diakhiri dengan menghentikan
pemberian obat anestesi. Pada penderita yang mendapatkan anestesi intravena, kesadaran akan
kembali berangsur-angsur dengan turunnya kadar obat anestesi akibat metabolisme atau ekskresi
setelah obat dihentikan. Selanjutnya bagi penderita yang dianestesi dengan pernafasan spontan
tanpa menggunakan pipa endotrakeal maka hanya tinggal menunggu sadarnya penderita.
Sedangkan untuk pasien yang menggunakan pipa endotrakheal, maka perlu dilakukan pelepasan
atau ekstubasi. Ekstubasi dapat dilakukan ketika penderita masih teranestesi maupun setelah
penderita sadar. Ekstubasi dalam keadaan setengah sadar dapat membahayakan penderita
karena dapat menyebabkan spasme jalan nafas, batuk, muntah, gangguan kardiovaskuler,
naiknya tekanan intraokuli dan intrakranial
PERAWATAN PASCA
BEDAH
“ Jam pertama setelah anestesi merupakan waktu yang berbahaya pada
pasien, karena meskipun pasien telah terbangun namun efek sisa obat
dapat membuat depresi nafas ”
Beberapa hal harus di evaluasi di kamar pemulihan :
1. Apakah warna membran mukosa dan kulit pasien baik saat
bernafas ?
2. Apakah terdapat obstruksi atau spasme laring ?
3. Apakah pasien bisa menggerakan kepala minimal 3kali ?
4. Apakah frekuensi dan tekanan darah normal ?
5. Apakah ekstremitas pasien hangat dan perfusinya baik ?
6. Apakah produksi urin baik ?
7. Apakah rasa sakit masih terkontrol, apakah sudah diberikan
analgesik dan cairan ?
Pemilihan Teknik Anestesi
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam memilih jenis anesetsi
a) Ketrampilan dan kemampuan ahli anestesi
b) Tersedianya obat dan peralatn
c) Kondisi Klinis pasien
d) Waktu yang tersedia
e) Tindakan gawat darurat atau elektif
f) Pilihan pasien
Tipe Operasi Teknik Anestesi

Operasi besar kepala , leher, abdomen bagian Anestesi Umum


atas , Intrathorax

Abdomen bagian bawah, Inguinal, Anestesi umum , spinal blok , atau kombinasi
Ekstremitas bawah

Ekstremitas Atas Anestsi umum , blok saraf atau regional


◦ Anestesi Regional atau anestesi lokal merupakan Penggunaan obat analgetik lokal untuk menghambat
hantaran saraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari suatu bagian tubuh diblokir untuk sementara
(reversible) sedangkan fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya dan dalam keadaan
pasien tetap sadar
ANASTESI
REGIONAL
Definisi

Anestesi regional adalah hambatan


impuls nyeri suatu bagian tubuh sementara
pada impuls saraf sensorik, sehingga impuls
nyeri dari satu bagian tubuh diblokir untuk
sementara (reversibel). Fungsi motorik dapat
terpengaruh sebagian atau seluruhnya. Tetapi
pasien tetap sadar.
Pembagian Anestesi/Analgesia
Regional
Blok sentral (blok neuroaksial)
meliputi blok spinal, epidural, dan kaudal.
Tindakan ini sering dikerjakan.

Blok perifer (blok saraf)


Meliputi anestesi topikal, infiltrasi lokal, blok
lapangan, dan analgesia regional intravena.
Keuntungan Anestesia Regional
◦ Alat minim dan teknik relatif sederhana, sehingga biaya relatif lebih murah.
◦ Relatif aman untuk pasien yang tidak puasa (operasi emergency, lambung penuh) karena penderita sadar.
◦ Tidak ada komplikasi jalan nafas dan respirasi.
◦ Tidak ada polusi kamar operasi oleh gas anestesi.
◦ Perawatan post operasi lebih ringan.
Kerugian Anestesia Regional
◦ Tidak semua penderita mau dilakukan anestesi secara regional.
◦ Membutuhkan kerjasama pasien yang kooperatif.
◦ Sulit diterapkan pada anak-anak.
◦ Tidak semua ahli bedah menyukai anestesi regional.
◦ Terdapat kemungkinan kegagalan pada teknik anestesi regional.
PEMBAHASAN BLOK SENTRAL
Anastesi Spinal

Anestesi spinal ialah pemberian obat anestetik


lokal ke dalam ruang subarachnoid. Anestesi
spinal diperoleh dengan cara menyuntikkan
anestetik lokal ke dalam ruang subarachnoid.
Anestesi spinal/subaraknoid disebut juga
sebagai analgesi/blok spinal intradural atau blok
intratekal.
Prinsip anestesi Spinal

Untuk mencapai cairan serebrospinal, maka jarum suntik akan menembus kutis  subkutis
 Lig. Supraspinosum  Lig. Interspinosum  Lig. Flavum  ruang epidural 
durameter  ruang subarachnoid
Indikasi: Kontra indikasi absolut:
1.  Bedah ekstremitas bawah 1.  Pasien menolak
2.  Bedah panggul 2.  Infeksi pada tempat suntikan
3.  Tindakan sekitar rektum 3.  Hipovolemia berat, syok
perineum 4.  Koagulapatia atau mendapat terapi
4.  Bedah obstetrik-ginekologi koagulan
5.  Bedah urologi 5.  Tekanan intrakranial meningkat
6.  Bedah abdomen bawah 6.  Fasilitas resusitasi minim
7.  Pada bedah abdomen atas dan 7.  Kurang pengalaman tanpa didampingi
bawah pediatrik biasanya konsulen anestesi.
dikombinasikan dengan anestesi
umum ringan Kontra indikasi relatif:
1.  Infeksi sistemik
2.  Infeksi sekitar tempat suntikan
3.  Kelainan neurologis
4.  Kelainan psikis
5.  Bedah lama
6.  Penyakit jantung
7.  Hipovolemia ringan
8.  Nyeri punggung kronik
Persiapan analgesia spinal
Pada dasarnya persiapan untuk analgesia spinal seperti persiapan pada anastesia umum.
Daerah sekitar tempat tusukan diteliti apakah akan menimbulkan kesulitan, misalnya ada
kelainan anatomis tulang punggung atau pasien gemuk sekali sehingga tak teraba tonjolan
prosesus spinosus. Selain itu perlu diperhatikan hal-hal di bawah ini:
1.      Informed consent
Kita tidak boleh memaksa pasien untuk menyetujui anestesia spinal
2.      Pemeriksaan fisik
Tidak dijumpai kelainan spesifik seperti kelainan tulang punggung
3.      Pemeriksaan laboratorium anjuran
Hemoglobin, Hematokrit, PT (Prothrombine Time), PTT (Partial Thromboplastine Time)
Peralatan
 
analgesia spinal
Peralatan analgesia spinal
1.      Peralatan monitor: tekanan darah, nadi, saturasi oksigen, dll.
2.      Peralatan resusitasi
3.      Jarum spinal
Jarum spinal dengan ujung tajam (ujung bambu runcing/quinckebacock) atau
jarum spinal dengan ujung pinsil (pencil point whitecare)
Anastetik lokal untuk analgesia spinal
Anestetik lokal yang paling sering digunakan:
◦ Lidokaine (xylocain, lignokain) 2%: berat jenis 1.006, sifat isobarik, dosis 20-
100mg (2-5ml)
◦ Lidokaine (xylocain,lignokain) 5% dalam dextrose 7.5%: berat jenis 1.033, sifat
hyperbarik, dosis 20-50 mg (1-2ml)
◦ Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm air: berat jenis 1.005, sifat isobarik, dosis 5-20mg
(1-4ml)
◦ Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm dextrose 8.25%: berat jenis 1.027, sifat
hiperbarik, dosis 5-15mg (1-3ml)
Teknik analgesia spinal
Penyebaran anastetik lokal tergantung
◦ Faktor utama:
- Berat jenis anestetik lokal (barisitas)
- Posisi pasien
- Dosis dan volume anestetik lokal
◦ Faktor tambahan
- Ketinggian suntikan
- Kecepatan suntikan/barbotase
- Ukuran jarum
- Keadaan fisik pasien
- Tekanan intra abdominal
Lama kerja anestetik lokal tergantung

1.  Jenis anestetia lokal


2.  Besarnya dosis
3.  Ada tidaknya vasokonstriktor
4.  Besarnya penyebaran anestetik lokal
Komplikasi tindakan anestesi spinal :
◦ Hipotensi berat
Akibat blok simpatis terjadi venous pooling. Pada dewasa dicegah dengan
memberikan infus cairan elektrolit 1000 ml atau koloid 500 ml sebelum tindakan.
◦ Bradikardia
Dapat terjadi tanpa  disertai hipotensi atau hipoksia, terjadi akibat blok sampai T-2
◦ Hipoventilasi
Akibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi pusat kendali nafas
◦ Trauma pembuluh saraf, Trauma saraf, Mual-muntah, Gangguan pendengaran,
Blok spinal tinggi atau spinal total

Komplikasi pasca tindakan


◦ 1.  Nyeri tempat suntikan
◦ 2.  Nyeri punggung
◦ 3.  Nyeri kepala karena kebocoran likuor
◦ 4.  Retensio urine
Anestesia Epidural

◦ Anestesia atau analgesia epidural adalah blokade saraf dengan menempatkan obat di ruang epidural.
Ruang ini berada di antara ligamentum flavum dan duramater. Kedalaman ruang ini rata-rata 5 mm dan
di bagian posterior kedalaman maksimal pada daerah lumbal.
◦ Obat anestetik lokal di ruang epidural bekerja langsung pada akar saraf spinal yang terletak di lateral.
Awal kerja anestesi epidural lebih lambat dibanding anestesi spinal, sedangkan kualitas blokade sensorik-
motorik juga lebih lemah.
Prinsip Anestesi Epidural
Keuntungan epidural dibandingkan spinal :
- Bisa segmental
- Tidak terjadi headache post op
- Hipotensi lambat terjadi
 
Kerugian epidural dibandingkan spinal :
- Teknik lebih sulit
- Jumlah obat anestesi lokal lebih besar
- Reaksi sistemis 
 
Komplikasi anestesi / analgesi epidural :
1. Blok tidak merata
2. Depresi kardiovaskular (hipotensi)
3. Hipoventilasi (hati-hati keracunan obat)
4. Mual – muntah
Indikasi analgesia epidural:

◦ Untuk analgesia saja


◦ Sebagai tambahan untuk anestesi umum.
◦ Sebagai teknik tunggal untuk anestesi bedah.
◦ Untuk analgesia pasca-operasi,
◦ Untuk perawatan sakit punggung.
◦ Untuk mengurangi rasa sakit kronis atau peringanan gejala dalam perawatan terminal,
Ada beberapa situasi di mana resiko epidural lebih tinggi dari biasanya :

◦ Kelainan anatomis, seperti spina bifida, meningomyelocele, atau skoliosis


◦ Operasi tulang belakang sebelumnya (di mana jaringan parut dapat menghambat
penyebaran obat)
◦ Beberapa masalah sistem saraf pusat, termasuk multiple sclerosis
◦ Beberapa masalah katup jantung (seperti stenosis aorta, di mana vasodilatasi yang
diinduksi oleh obat bius dapat mengganggu suplai darah ke jantung)
Anestesi epidural sebaiknya dilakukan pada:

◦ Kurangnya persetujuan
◦ Gangguan pendarahan (koagulopati) atau penggunaan obat antikoagulan (misalnya warfarin)
◦ Risiko hematoma
◦ Kompresi tulang belakang
◦ Infeksi dekat titik penyisipan
◦ Hipovolemia
Penyebaran obat pada anestesi epidural bergantung

◦ Volume obat yg disuntikan


◦ Usia pasien
◦ Kecepatan suntikan
◦ Besarnya dosis
◦ Ketinggian tempat suntikan
◦ Posisi pasien
◦ Panjang kolumna vetebralis
Teknik anestesia epidural
Pengenalan ruang epidural lebih sulit dibanding dengan ruang subarakhnoid.
◦ Posisi pasien saat tusukan seperti pada analgesia spinal.
◦ Tusukan jarum epidural biasanya dilakukan pada ketinggian L3-4.
◦ Jarum yang digunakan ada 2 macam, yaitu:
- jarum ujung tajam (Crawford)
- jarum ujung khusus (Tuohy)
Untuk mengenal ruang epidural digunakan banyak teknik. Namun yang paling populer
adalah teknik hilangnya resistensi dan teknik tetes tergantung.

◦ Teknik hilangnya resistensi (loss of resistance)


Teknik ini menggunakan semprit kaca atau semprit plastik rendah resistensi
yang diisi oleh udara atau NaCl sebanyak ± 3ml. Setelah diberikan anestetik lokal pada
tempat suntikan, jarum epidural ditusuk sedalam 1-2 cm. Kemudian udara atau NaCl
disuntikkan perlahan dan terputus-putus. Sembari mendorong jarum epidural sampai
terasa menembus jaringan keras (ligamentum flavum) yang disusul hilangnya
resistensi. Setelah yakin ujung jarum berada dalam ruang epidural, lakukan uji dosis
(test dose)

◦ Teknik tetes tergantung (hanging drop)


Persiapan sama seperti teknik hilangnya resistensi, tetapi pada teknik ini
menggunakan jarum epidural yang diisi NaCl sampai terlihat ada tetes Nacl yang
menggantung. Dengan mendorong jarum epidural perlahan secara lembut sampai
terasa menembus jaringan keras yang kemudian disusul oleh tersedotnya tetes NaCl ke
ruang epidural. Setelah yakin, lakukan uji dosis (test dose)
Uji dosis anestetik lokal untuk epidural dosis tunggal dilakukan setelah ujung jarum
diyakini berada dalam ruang epidural dan untuk dosis berulang (kontinyu) melalui
kateter. Masukkan anestetik lokal 3 ml yang sudah bercampur adrenalin 1:200.000.
◦ Tak ada efek setelah beberapa menit, kemungkinan besar letak jarum sudah benar
◦ Terjadi blokade spinal, menunjukkan obat sudah masuk ke ruang subarakhnoid
karena terlalu dalam.
◦ Terjadi peningkatan laju nadi sampai 20-30%, kemungkinan obat masuk vena
epidural.
Cara penyuntikan: setelah yakin posisi jarum atau kateter benar, suntikkan
anestetik lokal secara bertahap setiap 3-5 menit sampai tercapai dosis total.
Suntikan terlalu cepat menyebabkan tekanan dalam ruang epidural mendadak
tinggi, sehingga menimbulkan peninggian tekanan intrakranial, nyeri kepala dan
gangguan sirkulasi pembuluh darah epidural.

Dosis maksimal dewasa muda sehat 1,6 ml/segmen yang tentunya bergantung pada
konsentrasi obat. Pada manula dan neonatus dosis dikurangi sampai 50% dan pada
wanita hamil dikurangi sampai 30% akibat pengaruh hormon dan mengecilnya
ruang epidural akibat ramainya vaskularisasi darah dalam ruang epidural.
Uji keberhasilan epidural

◦ Keberhasilan analgesia epidural :


◦ Tentang blok simpatis diketahui dari perubahan suhu.
◦ Tentang blok sensorik dari uji tusuk jarum.
◦ Tentang blok motorik dari skala bromage
Skala bromage untuk Blok Motorik

  Melipat Melipat Jari


Lutut
Blok tak ada ++ ++
Blok parsial + ++
Blok hampir lengkap - +

Blok lengkap - -
Anestetik lokal yang digunakan untuk epidural

1. Lidokain (Xylokain, Lidonest)


Umumnya digunakan 1-2%, dengan mula kerja 10 menit
dan relaksasi otot baik. 0.8% blokade sensorik baik tanpa
blokade motorik.
1.5% lazim digunakan untuk pembedahan.
2% untuk relaksasi pasien berotot.

2. Bupivakain (Markain)
Konsentrasi 0.5% tanpa adrenalin, analgesianya
sampai 8 jam. Volum yang digunakan <20ml
Komplikasi:

◦ Blok tidak merata


◦ Depresi kardiovaskuler (hipotensi)
◦ Hipoventilasi (hati-hati keracunan obat)
◦ Mual-muntah
Anestesia Kaudal

Anestesi kaudal sebenarnya sama dengan anestesi epidural, karena kanalis kaudalis adalah
kepanjangan dari ruang epidural dan obat ditempatkan di ruang kaudal melalui hiatus sakralis. Hiatus
sakralis ditutup oleh ligamentum sakrokoksigeal tanpa tulang yang analog dengan gabungan antara
ligamentum supraspinosum, ligamentum interspinosum, dan ligamentum flavum. Ruang kaudal berisi saraf
sakral, pleksus venosus, felum terminale dan kantong dura.
 
◦ Indikasi : Bedah daerah sekitar perineum, anorektal misalnya hemoroid, fistula paraanal.

◦ Kontra indikasi : Seperti analgesia spinal dan analgesia epidural.


Teknik anestesia kaudal
Anestesi Spinal Total

Anestesi spinal total ialah anestesi spinal intratekal atau epidural yang naik sampai di atas daerah servikal.
Anestesi ini biasanya tidak disengaja, pasien batuk-batuk, dosis obat berlebihan, terutama pada analgesia epidural
dengan posisi pasien yang tidak menguntungkan.

Tanda-tanda klinis:
◦ tangan kesemutan
◦ lidah kesemutan
◦ napas berat
◦ mengantuk kemudian tidak sadar
◦ bradikardi dan hipotensi berat
◦ henti napas
◦ pupil midriasi.
◦ Walaupun saraf phrenikus mungkin terkena blokade namun henti napas lebih
disebabkan oleh hipoperfusi pusat kendali napas. Kejadian ini timbul segera setelah
tindakan atau setelah 30-45 menit kemudian. Kejadian ini bersifat sementara namun
apabila tidak ditanggulangi dapat mengakibatkan henti jantung yang dapat merenggut
nyawa pasien. Pengenalan dini anestesia spinal total ini amat penting agar pertolongan
dapat segera dilakukan.

◦ Tindakan terhadap anestesi spinal total ini adalah dengan menaikkan curah jantung,
infus cairan koloid 2-3 L, menaikkan kedua tungkai, kendalikan pernapasan dengan
O2 100% kalau perlu dengan intubasi dan intubasi ini dapat dilakukan dengan mudah
karena telah terjadi relaksasi otot maksimal, beri atropin untuk melawan bradikardi
dan beri efedrin untuk melawan hipotensi.
PEMBAHASAN BLOK SENTRAL
Anestesi Lokal

Anestesi lokal adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila digunakan
secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar yang cukup. Obat bius lokal
bekerja pada tiap bagian susunan saraf.
Anestesi lokal ialah obat yang menghasilkan blokade konduksi atau
blokade lorong natrium pada dinding saraf secara sementara terhadap rangsang
transmisi sepanjang saraf, jika digunakan pada saraf sentral atau perifer.
Anestetik lokal setelah keluar dari saraf diikuti oleh pulihnya konduksi
saraf secara spontan dan lengkap tanpa diikuti oleh kerusakan struktur saraf.
Persyaratan obat yang boleh digunakan sebagai anestesi lokal

◦ Tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen


◦ Batas keamanan harus lebar
◦ Efektif dengan pemberian secara injeksi atau penggunaan setempat pada membran mukosa
◦ Mulai kerjanya harus sesingkat mungkin dan bertahan untuk jangka waktu yang yang cukup lama
◦ Dapat larut air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga stabil terhadap pemanasan.
Mekanisme kerja

◦ Obat bekerja pada reseptor spesifik pada saluran natrium (sodium-channel), mencegah peningkatan
permeabilitas sel saraf terhadap ion natrium dan kalium sehingga tidak terjadi depolarisasi pada selaput saraf
dan hasilnya, tidak terjadi konduksi saraf.

◦ Potensi dipengaruhi oleh kelarutan dalam lemak, makin larut makin poten. Ikatan dengan protein (protein
binding) mempengaruhi lama kerja dan konstanta dissosiasi (pKa) menentukan awal kerja.

◦ Konsentrasi minimal anestetika lokal (analog dengan MAC, minimum alveolar concentration) dipengaruhi oleh:
- Ukuran, jenis dan mielinisasi saraf
- pH (asidosis menghambat blokade saraf)
- Frekuensi stimulasi saraf
Komplikasi obat anestesi lokal

Komplikasi lokal
1. Terjadi ditempat suntikan berupa edema, abses, nekrosis dan gangrene.
2. Komplikasi infeksi hampir selalu disebabkan kelainan tindakan asepsis dan antisepsis.
3. Iskemia jaringan dan nekrosis karena penambahan vasokonstriktor yang disuntikkan pada daerah dengan end-
artery.
 
Komplikasi sistemik
1. Manifestasi klinis umumnya berupa reaksi neurologis dan kardiovaskuler.
2. Pengaruh pada korteks serebri dan pusat yang lebih tinggi adalah berupa perangsangan sedangkan pengaruh pada
pons dan batang otak berupa depresi.
3. Pengaruh kardiovaskuler adalah berupa penurunan tekanan darah dan depresi miokardium serta gangguan hantaran
listrik jantung.
Macam - Macam Blok perifer
(blok saraf)

Infiltrasi Lokal
Penyuntikan larutan analgetik lokal langsung diarahkan sekitar tempat lesi
 
Blok Lapangan (Field Block)
Infiltrasi sekitar lapangan operasi (contoh, untuk ekstirpasi tumor kecil)
 
Analgesia Permukaan (Topikal)
Obat analgetika lokal dioles atau disemprot di atas selaput mukosa
 
Analgesia Regional Intravena (Bier Block)
Anestesi jenis ini dapat dikerjakan untuk bedah singkat sekitar 45 menit pada lengan atau tungkai. Biasanya dikerjakan
untuk orang dewasa dan pada lengan.
Beberapa anastetik lokal yang sering digunakan :

◦ Kokain  dalam bentuk topikal semprot 4% untuk mukosa jalan nafas atas. Lama kerja 2-30 menit.
◦ Prokain  untuk infiltrasi larutan: 0,25-0,5%, blok saraf: 1-2%, dosis 15mg/kgBB dan lama kerja 30-60
menit.
◦ Lidokain  konsentrasi efektif minimal 0,25%, infiltrasi, mula kerja 10 menit, relaksasi otot cukup baik.
Kerja sekitar 1-1,5 jam tergantung konsentrasi larutan.
◦ Bupivakain  konsentrasi efektif minimal 0,125%, mula kerja lebih lambat dibanding lidokain, tetapi
lama kerja sampai 8 jam.

Anda mungkin juga menyukai