Anda di halaman 1dari 33

PERANCANGAN PEMBUANGAN AIR

KOTOR DAN PEMBUANGAN AIR HUJAN


Kelompok 1 :
Nadia Laila Lathifah 1801451
Winda Nurazizah 1802314
Dilivio Raymans Ramadhan 1804463
Ervina Citra Julianingsih 1804573
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Tujuan
1.Mengetahui perencanaan sistem pembuangan air kotor dan PAH
yang ada pada gedung perkantoran Niffaro Park di daerah Jakarta
Selatan.
2.Mengetahui kesesuaian antara perencanaan sisten pembuangan
air kotor dan PAH pada gedung perkantoran Niffaro Park di
daerah Jakarta Selatan dengan aturan dalam SNI.
Spesifikasi Objek Bangunan

Kelompok kami menganalisis


perancangan pembuangan air kotor
dan pembuangan air hujan pada
Gedung Perkantoran Niffaro Park
yang beralamat di Jl. Raya Pasar
Minggu, Jakarta Selatan.

Gambar 1. Lokasi Gedung Perkantoran Niffaro


Park
Gambar 2. Penampakan Gedung Perkantoran
Niffaro Park
SISTEM PLAMBING
• Plambing adalah sistem perpipaan beserta peralatan, perlengkapan, dan
aksesorisnya yang dipasang di dalam gedung, bangunan atau halaman, yang
membawa air atau cairan lainnya yang berasal dari sumber air menuju ke titik
tertentu di dalam gedung (Babbitt, 1960).
• Menurut SNI 03-6481-2000 tentang Sistem Plambing, Plambing merupakan segala
sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan pemasangan pipa dengan
peralatannya di dalam gedung atau gedung yang berdekatan yang bersangkutan
dengan air hujan, air buangan, dan air minum yang dihubungkan dengan sistem
kota atau sistem lain yang dibenarkan.
• Sistem plambing merupakan sistem yang memiliki peranan yang cukup penting
dalam menunjang operasional bangunan. Sistem plambing dalam bangunan perlu
direncanakan karena membutuhkan ruang dan jalur fikturs.
• Plambing harus memenuhi 4 aspek yaitu keselamatan, kesehatan, kenyamanan
dan kemudahan.
Prinsip atau Azas pada sistem plambing yaitu:
1. Harus sesuai fungsi bangunan (rumah , kantor, industri, dll), yang diartikan dengan semua
bahan dan perlengkapan pemipaan sesuai dengan fungsi bangunan dan dalam
pengoperasionalannya harus awet dan tahan lama.
2. Kemiringan pipa layak, dikarenakan fungsi pipa adalah untuk wadah pengaliran barang cair,
gas, dan lain-lain, maka bila dibutuhkan kemiringan yaitu secara horisontal: 1,5 – 5 %, dan
bila vertikal harus benar vertikal (90º).
3. Instalasi palmbing harus dilengkapi dengan perangkap udara atau pelepas udara dan tutup
pembersih.
4. Pemasangan outlet dan inlet diusahakan dipasang satu garis lurus, sesedikit mungkin
belokan-belokan.
5. Semua sambungan harus rapat air (tidak boleh bocor).
6. Sambungan dan alat sambung pipa harus rata dalam keduanya.
7. Air bersih dan air kotor harus terpisah dan tidak boleh saling mencemari.
PERENCANAANPEMBUANGAN AIR KOTOR

• Menurut SNI 8153:2015 air kotor atau


air limbah adalah air buangan yang
berasal dari rumah tangga termasuk
tinja manusia dari lingkungan
permukiman. Air kotor yang berasal
dari toilet, tempat cuci piring,
washtuffle, ditampung ke dalam bak Gambar 2.1. Perencanaan Pembuangan Air Kotor
penampungan yang didesain khusus
untuk menampung air kotor seperti
urine, tinja, air sabun, dan lain-lain.
• Instalasi air kotor adalah instalasi pemipaan penyaluran atau
pembuangan air kotor yang mengikuti standa dan ketentuan-
ketentuan teknis sehingga tidak mempunyai dampak negatif
terhadap lingkungan.
• Air buangan yang biasanya mengandung bagian-bagian yang padat
ditampung kedalam bak yang biasanya disebut septictank. Di dalam
septictank bagian zat padat dipisahkan dari air kotoran zat tersebut
diendapkan terlebih dahulu. Hasil endapan tersebut kemudian
diambil dan dapat digunakan sebagai pupuk untuk tanaman, sisa air
dari hasil proses pengendapan tersebut dibuang dengan dialirkan ke
pipa-pipa pembuangan.
Gambar 2.2. Septic
Tank
KLASIFIKASI SISTEM AIR BUANGAN
1. Sistem pembuangan air kotor, merupakan sistem pembuangan untuk air buangan
yang berasal dari kloset, urinal, bidet, dan air buangan yang mengandung kotoran
manusia dari alat plambing lainnya (black water).
2. Sistem pembuangan air bekas, merupakan sistem pembuangan untuk air buangan
yang berasal dari bathtub, wastafel, sink dapur dan lainnya (grey water). Untuk suatu
daerah yang tidak tersedia riol umum yang dapat menampung air bekas, maka dapat
digabungkan ke instalasi air kotor terlebih dahulu.
3. Sistem pembuangan air hujan, merupakan sistem terpisah dari system pembuangan
air kotor maupun air bekas, karena bila di campurkan sering terjadi penyumbatan
pada saluran dan air hujan akan mengalir balik masuk ke alat plambing yang terendah.
4. Sistem air buangan khusus, merupakan sistem pembuangan air yang mengandung gas,
racun, lemak, limbah pabrik, limbah rumah sakit, pemotongan hewan dan lainnya
yang bersifat khusus.
Sistem pembuangan air berdasarkan SNI 03-7065-2005
tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing:

1. Sistem campuran yaitu pembuangan dimana air kotor dan air


bekas dikumpulkan dan dialirkan kedalam satu ruangan;
2. Sistem terpisah yaitu pembuangan dimana air kotor dan air
bekas masing-masing dikumpulkan dan dialirkan secara
terpisah. Untuk daerah tidak ada roil kota, maka sistem
pembuangan air kotor akan disambungkan ke instalasi
pengolahan air kotor terlebih dahulu.
Klasifikasi Sistem Buangan Berdasarkan Sistem Pengalirannya menurut
SNI 03-7065-2005, Yaitu:

• Sistem gravitasi, adalah air buangan yang dialirkan secara gravitasi


dalam bak penampung, dengan mengatur letak dan kemiringan
pipa-pipa pembuangan.

Gambar 2.3. Skema Umum Sistem Pembuangan Gravitasi


Klasifikasi Sistem Buangan Berdasarkan Sistem Pengalirannya menurut
SNI 03-7065-2005, Yaitu:

• Sistem bertekanan, adalah air buangan yang dikumpulkan dalam bak


penampung dank kemudian dipompakan keluar, dengan
menggunakan pompa yang bekerja otomatik.

Gambar 2.4. Skema Umum Sistem Pembuangan Bertekanan


KETENTUAN UMUM PIPA PEMBUANGAN AIR KOTOR MENURUT SNI 03-
6481-2000
1. Ukuran minimum pipa cabang mendatar harus mempunyai ukuran minimal sama dengan diameter terbesar

dari perangkap alat plambing yang dilayaninya. Diameter perangkap dan pipa pengering alat plambing

yang tercantum dalam Tabel 1.

2. Ukuran minimum pipa tegak harus mempunyai ukuran minimal sama dengan diameter terbesar cabang

mendatar yang disambungkan ke pipa tegak tersebut.

3. Pengecilan ukuran pipa tidak boleh dalam arah air buangan. Pengecualian hanya pada kloset, dimana pada

lobang keluarnya dengan diameter 100 mm dipasang pengecilan pipa 100x75 mm.

4. Pipa dibawah tanah, adalah pipa pembuangan yang ditanam didalam tanah atau dibawah lantai bawah

harus mempunyai ukuran minimal 50 mm

5. Interval cabang adalah jarak pada pipa tegak antara dua titik dimana cabang mendatar disambungkan pada

pipa tegak tersebut, jarak ini minimal 2,5 m.


Tabel 2.1. Ukuran Minimum Pipa Perangkap dan Pengering Alat Plambing
PERANCANGAN PEMBUANGAN AIR HUJAN
Menurut SNI 03-7065-2005, sebuah gedung harus mempunyai perlengkapan drainase untuk
menyalurkan air hujan dari atap dan halaman atau perkarangan dengan pengerasan didalam persil ke
saluran air hujan kota atau saluran pembuangan campuran kota. Pada daerah yang tidak terdapat
saluran tersebut, pengaliran air hujan dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku. Setiap persil berhak
menyalurkan air hujan ke saluran air hujan kota.

Gambar 2.5. Perancangan Pembuangan Air Hujan


PERENCANAAN PIPA, KEMIRINGAN DAN PERUBAHAN ARAH
Dalam perencanaan pipa air hujan, perencanaan harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
1. Pipa air hujan tidak boleh ditempatkan dalam: ruang tangga, sumuran alat pengangkat,
dibawah lift, diatas tangka air minum.
2. Penemparan ujung buntu dilarang pada jaringan air hujan, kecuali bila diperlukan untuk
memperpanjang pipa lubang pembersih.
Selanjutnya, kemiringan dan perubahan arah pipa air hujan memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
3. Pipa air hujan datar yang berukuran sampai dengan 75 mm harus dipasang dengan
kemiringan minimal 2% dan untuk pipa yang berukuran lebih besar minimal 1%.
4. Perubahan arah pipa air hujan harus dibuat Y 45˚, belokan jari-jari besar 90 ˚, belokan 60
˚, 45 ˚, 22,5 ˚ atau gabungan belokan tersebut.
5. Belokan jari-jari pendek, dan T saniter tunggal atau ganda hanya diijinkan
pemasangannya pada pipa air hujan.
DRAINASE ATAP
Dalam perencanaan drainase atap, terdapat beberapa
ketentuan yaitu sebagai berikut:
1. Drainase atap harus kedap air
2. Saringan harus dipasang pada lubang talang tegak.
Jumlah luas lubang saringan tidak boleh lebih kecil
dari 1,5 kali luas penampang talang tegak. Untuk
jenis saringan itu jumlah luas lubangnya tidak boleh
kurang dari 2 kali luas penampang talang tegak.
PERANGKAP PADA SALURAN AIR HUJAN
Perangkap yang dipasang pada pipa pembuangan air
hujan harus dilengkapi dengan lubang pembersih yang
ditempatkan pada bagian masuk aliran yang mudah
dicapai. Perangkap individu harus dipasang pada cabang
datar untuk melayani tiap talang tegak atau tiap daerah
drainase, bila talang tegak dan saluran pembuangan air
hujan disambungkan pada drainase Gedung gabungan
atau saluran pembuangan Gedung gabungan.
Gambar 2.6. Ukuran Saluran Air Hujan
SEWAGE TREATMENT PLANT (STP)
Sewage Treatment Plant (STP) merupakan bangunan
instalasi system pengolah limbah rumah tangga atau limbah cair
domestik termasuk limbah dari dapur, air bekas, air kotor,
limbah maupun kotoran. Limbah yang mengandung logam berat
akan mendapat perlakuan khusus, bukan termasuk dalam limbah
domestik. Sewage Treatment Plant (STP) atau Instalasi Pengolahan
Air Limbah Domestik adalah tahapan pengolahan limbah domestik
agar limbah cair domestik tidak menambah pencemaran air dan
lingkungan sekitar, sehingga hasil akhir olahan dari STP ini dapat
memenuhi baku mutu air limbah sesuai peraturan yang berlaku.
Perencanaan Pembuangan Air Kotor Pada Gedung Perkantoran
Niffaro Park

Seluruh pembuangan air kotor yang berasal dari WC


dan urinal, maupun air buangan yang berasal dari
lavatory dan floor drain, semuanya dialirkan ke STP
(Sewage Treatment Plant). Sistem STP yang digunakan
pada gedung ini adalah Rotary Biological Contactor
Sheet (RBC), dengan kapasitas STP diperhitungkan
70% terhadap kebutuhan air bersih perhari.

Gambar 2. Skema Instalasi Air Kotor


Perencanaan Pembuangan Air Hujan Pada Gedung Perkantoran
Niffaro Park

Air hujan yang jatuh di atap gedung bangunan dengan


melalui roof drain (RD) dialirkan ke pipa mendatar dan
pipa tegak, menuju saluran terbuka drainase air hujan
halaman. Pada saluran drainase air hujan dihalaman
dihubungkan ke sejumlah sumur resapan. Ukuran pipa
yang digunakan berdasarkan luas dak atap yaitu 100
mm. Volume sumur resapan 1 m3. Jika berdasarkan
“Standar Sumur Resapan Buatan DKI 1993” dengan
Gambar 3. Skema Instalasi Air Hujan menggunakan saluran drainase sebagai pelimpahan 30
liter tiap 1 m2 kavling.
PERANCANGAN PEMBUANGAN AIR KOTOR PADA GEDUNG NIFFARO
PARK

Air kotor yang berasal dari WC, urinal dan air buangan yang berasal
dari lavatory floor drain akan dibuang ke pipa tegak yang dialirkan
menuju STP (Sewage Treatment Plant). Pembuangan air bekas pemakaian
yang terdiri dari air kotor dan air buangan dalam system pemipaannya
tidak boleh disambung atau dijadikan satu, untuk mengurangi
pencemaran air. Air kotor dari suatu gedung sebelum dibuang menuju
ke saluran umum harus diolah terlebih dahulu oleh bangunan
pengolahan limbah. Air buangan gedung pada system pemipaannya
harus dipasang alat penyaring agar minyak, oli, zat kimia, dan zat-zat
yang menimbulkan pencemaran tidak mencemari saluran umum.
Daya tampung tangki air kotor ini

direncanakan mampu menampung air

buangan dan air kotor selama 1 hari

sebelum dibuang ke STP. Sistem STP

(Sewage Treatment Plant). yang digunakan

yakni Rotary Biological Contactor ( RBC).

Poses kerja sistem STP ini dapat dilihat

pada gambar disamping.


Gambar 3. Proses Kerja Sistem STP
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan pipa

pembuangan ialah sebagai berikut :

1. Kemiringan pipa untuk pipa mendatar. Sebagai pedoman umum,

kemiringan pipa dapat dibuat sama atau lebih dari satu perdiameter

pipanya. Kecepatan terbaik dalam pipa berkisar 0,6 - 1,2 m/detik.

2. Untuk ukuran pipa dapat disamakan dengan pipa penyalur air. Dan

untuk ukuran pipa berdiameter 75 dan lebih besar jarak tersebut


Gambar 3. Contoh Pemasangan Lubang
sekurang-kurangnya 45 cm. Sedangkan bagi pipa ukuran diameter Pembersihan

100 mm maka ukuran lubang pembersih sama dengan ukuran pipa.


Syarat – syarat penutup perangkap pipa
pembuangan :

1.Kedalaman air penutup. 50 mm sampai 100mm

2.Konstruksinya harus sedemikian agar dapat selalu


bersih dan tidak menyebabkan kotoran tertahan
atau mengendap

3.Konstruksinya harus sederhana agar mudah


dibersihkan
Gambar 4. Perangkap Pipa Pembuangan
PERANCANGAN PEMBUANGAN AIR HUJAN PADA GEDUNG NIFFARO
PARK

Air hujan yang jatuh di atap bangunan disalurkan ke drainase.


Pada saluran drainasi air hujan dihalaman dihubungkan ke
sejumlah sumur resapan. Jumlah sumur resapan ada 8 buah.
Ukuran pipa yang digunakan berdasarkan luas dak atap yaitu
100 mm. Volume sumur resapan 1 m3. Jika berdasarkan “standar
sumur resapan buatan DKI 1993” dengan menggunakan saluran
drainase sebagai pelimpahan 30 liter tiap 1 m2 luas kavling.
Luas kavling Gedung Perkantoran Niffari Park yaitu sebesar 1751.61 m 2
Maka volume sumur resapan adalah 52,54 m 3.
• Ukuran sumur resapan dibuat dengan dimensi 2 x 2 x 2 m = 8 m 3
• Jumlah sumur resapan (SR) = 52,54/8 = 6,56 buah

Tabel 1. Ukuran Minimum Pipa Air Kotor


KESIMPULAN
1. Air kotor yang berasal dari WC, urinal dan air buangan yang berasal
dari lavatory, floor drain akan dibuang ke pipa tegak yang dialirkan
menuju STP. Pembuangan air bekas pemakaian yang terdiri dari air
kotor dan air buangan dalam sistem pemipaan tidak boleh disambung
atau dijadikan satu untuk mengurangi pencemaran air.

2. Air hujan yang jatuh diatap bangunan gedung disalurkan ke drainase.


Pada saluran drainase air hujan dihalaman dihubungkan ke sejumlah
sumur resapan. Didapat volume sumur resapan sebesar 52,54 m3, dan
jumlah sumur resapannya 8 buah.
SARAN
Dalam merencanakan pembuangan air kotor dan pembuangan air
hujan untuk suatu gedung bertingkat, banyak para developer yang
belom sepenuhnya memperhatikan masalah pencemaran lingkungan
sekitarnya. Antara lain yaitu masalah berupa standar ketentuan yang
belum sesuai dengan SNI terkait pembuangan air kotor dan
pembuangan air hujan pada Gedung bertingkat. Oleh karena itu,
sebaiknya dalam membuat sebuah perancangan pembuangan air kotor
serta pembuangan air hujan harus sangat diperhatikan supaya tidak
merugikan orang lain. Harus di desain sedemikian rupa sehingga
pembuangan air kotor yang dibuang dapat diolah kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2009). Instalasi Palmbing (Air Bersih dan Air Kotor). [Online]. diakses dari:
https://student.uigm.ac.id/assets/file/Materi/Kuliah_7__Instalasi_Plum-bing_Air_Bersi
h_dan_Air_Kotor.pdf
Pinandita, A. (2009). Perancangan Sistem Plambing di Gedung Perkantoran X. (Skripsi).
Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. URl:
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-9/20248674-S50751-Arya%20Pinandita.pdf
Pusat Standarisasi Lingkungan dan Kehutanan. (t.t.). Sewage Treatment Plant (STP)
Biogift. [Online]. diakses dari:
http://standardisasi.menlhk.go.id/wp-content/uploads/2018/04/STP-Biogift.pdf
Sukamita. (2015). Klasifikasi Sistem Pembuangan. [Online]. diakses dari:
http://sukamta.staff.umy.ac.id/files/2015/04/01_Klasisifikasi-sistem-pembuangan-limba
h_2015.pdf
SNI 03-7065-2005 tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing
SNI 03-6481-2000 tentang Sistem Plambing
SNI 8153-2015 tentang Sistem Plambing pada Bangunan Gedung
THANK YOU !!

Anda mungkin juga menyukai