Anda di halaman 1dari 11

Pemidanaan Korporasi dalam TPPU

Hadyan Hawari
NIM : 190646683
Kajian Ilmu Kepolisian
Angkatan 24B
Universitas Indonesia
LATAR BELAKANG
LATAR BELAKANG
• Adanya globalisasi.
• Meningkat pula peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan oleh korporasi.
• Korporasi ini pulalah yang terkadang digunakan untuk melakukan bisnis kotor Salah satu
bentuk tindakan kotor yang dilakukan oleh korporasi tersebut adalah pencucian uang.
• Dalam perkembangannya, tindak pidana pencucian uang semakin kompleks, yang mana hal
tersebut biasanya dilakukan dengan melintasi batas-batas yurisdiksi suatu negara (borderless
crime)
• Di Indonesia : UU Nno 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang, namun dalam praktiknya, semua yang terungkap bagaikan puncak gunung
es yang masih menyimpan lebih banyak yang belum terungkap. Khususnya dalam hal
pemidanaan terhadap korporasi, yang mana hingga saat ini, pemidanaan korporasi tersebut
masih sangat sedikit yang berhasil.
• Masih banyak korporasi yang tidak dijadikan sebagai tersangka atau terdakwa dalam tindak
pidana, meskipun telah terlihat jelas kerugian besar yang ditimbulkan dari perbuatan yang
dilakukan oleh korporasi tersebut.
PEMBAHASAN
PENGERTIAN TPPU
sebagai “perbuatan menempatkan, mentransfer, membayarkan,
membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan, membawa ke
luar negeri, menukarkan, atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang
diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana dengan maksud
untuk menyembunyikan, atau menyamarkan asal usul harta kekayaan
sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah”.
PEMIDANAAN KORPORASI DALAM TPPU
• Selanjutnya dalam sistem pemidanaan juga tentunya sulit untuk menentukan sanksi pidana yang tepat untuk
korporasi, karena pidana mati dan pidana penjara sangat tidak mungkin diterapkan pada suatu korporasi.
Menurut Muladi bahwa dalam hukum pidana, sanksi-sanksi yang dapat diterapkan dalam
pertanggungjawaban pidana korporasi, yaitu 1) Denda; 2) Pidana bersyarat atau pidana pengawasan; 3)
Pidana kerja sosial; 4) Pengawasan putusan hakim; 5) Ganti rugi; dan 6) Berbagai sistem tindakan tata
tertib. Sanksi-sanksi ini termasuk ke dalam tujuan pemidanaan korporasi yang bersifat integratif, yang
mana sanksi-sanksi integratif tersebut meliputi tujuan pencegahan (umum dan khusus), perlindungan
masyarakat, melahirkan solidaritas masyarakat, dan pengimbalan/ pengimbangan.
• Menentukan kesalahan : adanya kemampuan bertanggung jawab pada si pembuat (schuldfahigkeit atau
zurechnungsfahigkeit); kedua, hubungan batin antara si pembuat dengan perbuatannya yang berupa
kesengajaan (dolus) atau kealpaan (culpa); ketiga, tidak adanya alasan yang menghapuskan kesalahan atau
tidak ada alasan pemaaf
• Dengan demikian, untuk menentukan adanya kesalahan subjek hukum harus memenuhi ketiga unsur
tersebut. Dalam meminta pertanggungjawabkan korporasi, terdapat perdebatan didalamnya. Hal ini
disebabkan karena korporasi tidak memiliki sifat kejiwaan (kerohanian) seperti halnya manusia alamiah
(naturlijk persoon). Meskipun demikian, persoalan tersebut dapat diatasi apabila kita menerima konsep
kepelakuan fungsional (functioneel daderschap).
PEMIDANAAN KORPORASI DALAM TPPU
• Terkait dengan hal tersebut, setiap tindak pidana pastinya dapat diidentifikasi dengan adanya kerugian,
yang kemudian mengakibatkan lahirnya pertanggung jawaban pidana atau criminal liability.
Pertanggungjawaban pidana ini berlaku untuk semua subyek hukum, baik orang perorangan maupun
sekelompok orang dalam bentuk badan hukum atau korporasi. Namun pertanggungjawaban pidana terhadap
korporasi di Indonesia masih menjadi perdebatan, karena dalam KUHP Indonesia hanya menyatakan bahwa
hanya orang perseorangan sajalah yang dianggap menjadi subyek hukum. Selain itu, dalam KUHP
Indonesia juga masih menganut asas sociates delinquere non potest, dimana badan hukum atau korporasi
dianggap tidak dapat melakukan tidak pidana.
• Sehubungan dengan hal tersebut, dalam perkembangan hukum pidana Indonesia, ada 3 (tiga) sistem
pertanggung jawaban korporasi sebagai sebagai subyek tindak pidana yaitu (Soepadi, 2010):
- Pengurus korporasi sebagai pembuat, maka penguruslah yang bertang-gung jawab
- Korporasi sebagai pembuat, maka pengurus yang bertangungjawab
- Korporasi sebagai pembuat dan yang bertanggungjawab
PEMIDANAAN KORPORASI DALAM TPPU
• UU TPPU, Pasal 7 UU ini menjelaskan mengenai sanksi pidana terhadap korporasi atas tindakan pencucian
uang yang dilakukannya, antara lain:
• Pidana pokok yang dijatuhkan terhadap korporasi adalah pidana denda paling banyak
Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah)
• Pidana tambahan, seperti pengumuman putusan hakim, pembekuan sebagian atau seluruh kegiatan usaha
korporasi, pencabutan izin usaha, pembubaran dan/atau pelarangan korporasi, perampasan aset korporasi
untuk negara, dan pengambilalihan korporasi oleh negara.
• Sedangkan dalam Pasal 9 UU TPPU, sanksi pidana yang diberikan kepada korporasi, dapat berupa:
• Dalam hal korporasi tidak mampu membayar pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1),
pidana denda tersebut diganti dengan perampasan harta kekayaan miliki korporasi atau personel pengendali
korporasi yang nilainya sama dengan putusan pidana denda yang dijatuhkan
• Dalam hal penjualan harta kekayaan milik korporasi yang dirampas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak mencukupi, pidana kurungan pidana pengganti denda dijatuhkan terhadap personel pengendali
korporasi dengan memperhitungkan denda yang telah dibayar.
KESIMPULAN
• pertanggungjawaban pidana dalam tindak pidana pencucian uang ini dilakukan
atas dasar asas atau doktrin vicarious liability. Hal ini disebabkan karena
rumusan Pasal 6 ayat 2 UU TPPU sesuai dengan syarat penting yang harus
dipenuhi dalam doktrin vicarious liability tersebut, yaitu adanya hubungan
(perintah) pekerjaan antara pemimpin dengan bawahannya; dan dilakukan
dalam ruang lingkup kewenangannya untuk kepenting korporasi. Sehingga
pemidanaan yang dilakukan akan dibebankan kepada korporasi melalui
mereka yang berperan sebagai “pemberi perintah” atau pengendali korporasi
yang melakukan tindak pidana pencucian uang.
• pembebanan pemidanaan kepada korporasi yang tercantum UU TPPU ini
berupa pidana denda sebesar Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah);
dan pidana tambahan, seperti pengumuman putusan hakim, pembekuan
sebagian atau seluruh kegiatan usaha korporasi, pencabutan izin usaha,
pembubaran dan/atau pelarangan korporasi, perampasan aset korporasi untuk
negara, dan pengambilalihan korporasi oleh negara.
Thank you , Semoga Sukses !

Integrity is your first competitive advantage

Anda mungkin juga menyukai