Anda di halaman 1dari 78

PENGEMBANGAN

PEMANFAATAN TOGA
UNTUK ASUHAN MANDIRI
DASAR HUKUM
1. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG
PELAYAN KESEHATAN TRADISIONA PASAL 70
1) Pemerintah bertanggung jawab memberdayakan dan mendorong
peran aktif masyarakat dalam upaya pengembangan kesehatan
tradisional.
2) Pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
diarahkan agar masyarakat dapat melakukan perawatan kesehatan
secara mandiri (asuhan mandiri) dan benar.
3) Perawatan kesehatan secara mandiri sebagaimana dimaksud pada
ayat (21 dapat dilaksanakan dengan pemanfaatan taman obat
keluarga dan keterampilan

2. PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 9 TAHUN 2016


TENTANG UPAYA PENGEMBAANGAN PELAYANAN KESEHATAN
TRADISIONAL MELALUI ASUHAN MANDIRI PEMANFAATAN
TOGA DAN KETRAMPILAN
ASUHAN MANDIRI
PEMANFAATAN TOGA

upaya untuk memelihara dan meningkatkan


kesehatan serta mencegah dan mengatasi
masalah/gangguan kesehatan ringan secara
mandiri oleh individu dalam keluarga,
kelompok atau masyarakat, dengan
memanfaatkan TOGA.
1. Murah, aman dan mudah di dapat
karena ada disekitar kita
2. Dapat meningkatan asupan gizi
keluarga.
3. Menciptakan keindahan dan
KENAPA penghijauan lingkungan.
DENGAN 4. Untuk melestarian warisan budaya
TOGA ??? bangsa.
5. Menggalian jenis tanaman lokal asli
daerah setempat/tanaman langka
yang berkhasiat obat.
6. Menambah pendapatan keluarga
1. PENYIAPAN SDM
a. Pembentukan tim pelatih tingkat provinsi melalui Pelatihan
Bagi Pelatih (TOT) asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan
keterampilan oleh Kemenkes. Kadinkes prov menetapkan tim
pelatih tingkat provinsi melalui Surat Keputusan (SK).
b. Pembentukan tim pelatih tingkat kab/kota melalui Pelatihan
Bagi Pelatih (TOT) asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan
keterampilan oleh dinkes prov. Kadinkes kab/kota menetapkan
tim pelatih tingkat kab/kota melalui Surat Keputusan (SK).
c. Pembentukan fasilitator melalui Pelatihan Bagi Fasilitator
(TOF) asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan
oleh Dinkes Kab/Kota. Kepala Puskesmas menetapkan
fasilitator tingkat Puskesmas melalui Surat Keputusan (SK).
d. Orientasi Asuhan Mandiri Pemanfaatan TOGA dan
Keterampilan oleh Puskesmas.
2. SOSIALISASI DAN ORIENTASI
a. Fasilitator yang sudah ditetapkan melalui SK melakukan
sosialisasi internal kepada lintas program dan yang
difasilitasi oleh kepala Puskesmas.
b. Fasilitator yang sudah ditetapkan melalui SK melakukan
sosialisasi kepada lintas sektor terkait, serta mitra lainnya
melalui forum lokakarya mini dalam rangka yang
difasilitasi oleh kepala Puskesmas.
c. Puskesmas mengembangkan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) kesehatan tradisional dengan
dukungan lintas sektor.
a. Fasilitator melakukan orientasi asuhan mandiri
pemanfaatan TOGA dan keterampilan bagi kader,
didampingi oleh pelatih tingkat kabupaten/kota yang
sudah memiliki sertifikat TOT, menggunakan modul dan
3. PELAKSANAAN PEMBENTUKAN
KELOMPOK ASUHAN MANDIRI
Fasilitator bersama mitra melakukan fasilitasi
pembentukan kelompok asuhan mandiri dengan
memanfaatkan dana dari berbagai sumber, dengan cara:
a. Mengidentifikasi kelompok yang sudah ada di masyarakat
contohnya dasa wisma, kelompok tani, kelompok nelayan,
arisan dan kelompok lainnya.
b.Mensosialisasikan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA
dan keterampilan kepada kelompok masyarakat.
c. mbentukan kelompok asuhan mandiri diharapkan dapat
terbentuk dalam kurun waktu paling lama 3-6 bulan sejak
dilakukannya orientasi kader.
d.
d.Kader membentuk kelompok asuhan mandiri dengan kriteria 1 kelompok terdiri
atas 5 sampai 10 Kepala Keluarga (KK), melalui langkah-langkah:
Forming
Kader memfasilitasi keluarga binaan dalam kelompok untuk saling mengenal lebih
dekat satu sama yang lainnya, misalnya untuk saling menceritakan tentang
pengalamannya dalam memanfaatkan TOGA ataupun saling memberikan
informasi tentang TOGA yang mereka miliki di rumah masing-masing.
Storming
Kader memfasilitasi kepada anggota kelompok untuk bersama-sama
membicarakan rencana kegiatan kelompok dan semua anggota kelompok
diberikan kesempatan untuk berbicara dan memberikan ide.
Norming
Setelah semua saling mengenal, kader mengajak para anggota kelompok untuk
bersama-sama membuat struktur organisasi misalnya ketua, wakil ketua,
sekretaris, bendahara dan tugas masing-masing serta membuat tata tertib yang
harus dipatuhi bersama.
Performing
Pada tahap selanjutnya adalah performing, dimana kelompok asuhan mandiri
sudah terbentuk dengan stuktur organisasi dimana setiap yang duduk dalam
struktur organisasi telah mempunyai peran dan tugas masing-masing, sehingga
setiap orang merasa saling tergantung dan membutuhkan satu sama lainnya.
PASCA PEMBENTUKAN KELOMPOK
Setelah terbentuk kelompok asuhan mandiri, kader didampingi fasilitator
dan mitra melakukan pendekatan kepada kelompok, bertujuan untuk
menghapus rasa cemas, menempatkan kelompok pada posisi yang tepat,
menciptakan suasana yang kondusif, menumbuhkan rasa percaya diri,
memberi kesempatan bagi setiap anggota kelompok untuk berkembang dan
mengadakan evaluasi terhadap perbedaan pendapat.
Kader melakukan pembinaan kelompok asuhan mandiri pemanfaatan
TOGA dan keterampilan melalui pembekalan pengetahuan dan
keterampilan yang dilakukan secara rutin satu bulan sekali dan
berkesinambungan disesuaikan dengan jadwal kegiatan yang telah dibuat
bersama, didampingi oleh fasilitator dan mitra.
Pembentukan kelompok asuhan mandiri merupakan salah satu bentuk dari
upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang bersifat swadaya. Namun
demikian, kegiatan peningkatan kapasitas, baik tenaga, sumber daya
maupun kelembagaan terkait dengan tahap pembentukan kelompok asuhan
mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan bisa mendapatkan bantuan
fasilitasi dari pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun sumber lain
yang tidak mengikat.
TINGKAT PUSAT
1. Kementerian Kesehatan dalam hal ini Direktorat Pelayanan
Kesehatan Tradisional, sebagai sektor utama berkoordinasi dengan
lintas program dan lintas sektor terkait yang meliputi kegiatan
berikut:
2. Menetapkan kebijakan dan (NSPK) Norma, Standar, Prosedur dan
Kriteria yang terkait dengan Asuhan mandiri pemanfaatan TOGA
dan keterampilan sebagai pedoman dalam pelaksanaan Asuhan
Mandiri (UKM Kesehatan Tradisional) di jenjang pelayanan.
3. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga
(RKAKL) pengembangan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan
keterampilan.
4. Melakukan sosialisasi dan advokasi kepada pemangku kepentingan
dengan lintas program dan lintas sektor tingkat pusat untuk
mendapatkan dukungan dalam penyelenggaraan asuhan mandiri
pemanfaatan TOGA dan keterampilan secara nasional.
TINGKAT PUSAT
5. Melakukan sosialisasi Pedoman Asuhan Mandiri
Pemanfaatan TOGA dan Keterampilan kepada
lintas program, lintas sektor dan Organisasi
Masyarakat di tingkat pusat dan provinsi.
6. Meningkatkan kapasitas SDM level/tingkat
provinsi melalui TOT asuhan mandiri untuk
mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi
provinsi dalam pemanfaatan TOGA dan
keterampilan.
7. Melakukan pembinaan pelaksanaan kegiatan
asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan
keterampilan di tingkat provinsi.
TINGKAT PROVINSI
Dinas Kesehatan Provinsi sebagai Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) dapat berkoordinasi dengan lintas program
dan lintas sektor terkait dengan kegiatan sebagai berikut:
1. Membuat kebijakan tingkat provinsi dalam mendukung
kebijakan tingkat pusat sebagai Pedoman Asuhan
Mandiri Pemanfaatan TOGA dan Keterampilan.
2. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah (RKA-SKPD) kegiatan asuhan
mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan.
3. Melakukan advokasi kepada lintas program dan lintas
sektor tingkat provinsi dalam mendukung pelaksanaan
asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan.
TINGKAT PROVINSI
4. Melakukan sosialisasi Pedoman Asuhan Mandiri
Pemanfaatan TOGA dan Keterampilan kepada
lintas program, lintas sektor dan Organisasi
Masyarakat di tingkat provinsi dan tingkat
kabupaten/kota.
5. Meningkatkan kapasitas SDM level/tingkat
kabupaten/kota melalui TOT asuhan mandiri
untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi
kabupaten/kota dalam pemanfaatan TOGA dan
keterampilan.
6. Melakukan pembinaan pelaksanaan kegiatan
asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan
keterampilan di kabupaten/kota.
KABUPATEN/KOTA
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai Organisasi Perangkat Daerah
(OPD) dapat berkoordinasi dengan lintas program dan lintas sektor
terkait meliputi kegiatan berikut:
1. Membuat kebijakan tingkat kabupaten/kota dalam rangka
penerapan ke
2. bijakan tingkat provinsi sebagai Pedoman Asuhan Mandiri
Pemanfatan TOGA dan Keterampilan.
3. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah (RKA-SKPD) kegiatan asuhan mandiri
pemanfaatan TOGA dan keterampilan.
4. Melakukan advokasi kepada pemangku kepentingan
antara lain lintas program dan lintas sektor tingkat
kabupaten/kota dalam mendukung pelaksanaan asuhan
mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan.
KABUPATEN/KOTA
5. Melakukan sosialisasi Pedoman Asuhan Mandiri
Pemanfaatan TOGA dan Keterampilan kepada lintas
program, lintas sektor dan Organisasi Masyarakat di tingkat
kabupaten/kota dan Puskesmas dalam mendukung kegiatan
asuhan mandiri pemanfatan TOGA dan keterampilan.
6. Meningkatkan kapasitas SDM Puskesmas melalui TOF
asuhan mandiri untuk mendukung pelaksanaan tugas dan
fungsi Puskesmas dalam pemanfaatan TOGA dan
keterampilan di wilayah kerjanya.
7. Melakukan pembinaan pelaksanaan kegiatan asuhan
mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan di wilayah
kerja Puskesmas.
KECAMATAN
1.
1. Kepala Puskesmas bersama fasilitator terlatih melakukan
sosialisasi dan advokasi asuhan mandiri pemanfaatan TOGA
dan keterampilan kepada pemangku kepentingan serta
masyarakat di wilayah kerjanya.
2.
2. Melakukan identifikasi masalah kesehatan, kebutuhan dan
harapan serta potensi masyarakat sebagai dasar dalam
menentukan kebijakan/kegiatan yang berkaitan dengan
asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan di
wilayah kerjanya.
3.
3. Kepala Puskesmas, pemangku kepentingan dan mitra bersama
sama mengajukan rencana anggaran secara terpadu untuk
mendukung kegiatan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan
keterampilan melalui sistem penganggaran yang berlaku.
(Musrenbang tingkat kelurahan maupun kecamatan).
4. Fasilitator Puskesmas yang sudah memiliki
sertifikat pelatihan asuhan mandiri,
melakukan :
a. Orientasi kepada Kader tentang asuhan mandiri
pemanfaatan TOGA dan keterampilan, sebagai dasar
pengetahuan dalam melaksanakan tugas untuk
membina/melatih keluarga binaan yang akan
menjadi kelompok asuhan mandiri, berkoordinasi
dengan pihak terkait.
b. Memfasilitasi kader dalam pembentukan dan atau
pengembangan kelompok asuhan mandiri
pemanfaatan TOGA dan keterampilan,
berkoordinasi dengan pihak terkait, lintas sektor dan
tokoh masyarakat peduli kesehatan.
a. Pendampingan kader bersama TP-PKK,
Pertanian dan lintas sektor lainnya, dalam
kegiatan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA
dan keterampilan di wilayah kerjanya.
b. Pemantauan secara periodik atas pelaksanaan
kegiatan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA
dan keterampilan di wilayah kerjanya agar
kegiatan dapat berlangsung dengan baik sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan.
c. Fasilitator Puskesmas menjemput catatan kader
tentang pelaksanaan kegiatan kelompok asuhan
mandiri setiap bulannya dan melaporkan ke
Dinas Kesehatan setiap triwulan.
TINGKAT DESA/KELURAHAN
1. Kepala Desa/Lurah menerbitkan Surat Keputusan yang
berkaitan dengan pengorganisasian seperti a.l SK penetapan
Kader, SK pembentukan kelompok asuhan mandiri
pemanfaatan TOGA dan keterampilan, SK penanggungjawab
kelompok asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan
keterampilan, dll.
2. Petugas Puskesmas pembantu/bidan desa, kader dan mitra
tingkat desa/kelurahan melakukan identifikasi masalah
kesehatan, kebutuhan dan harapan serta potensi masyarakat
dalam kemampuan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan
keterampilan melalui (SMD) Survey Mawas Diri yang dilakukan
di desa sebagai dasar menyusun rencana kegiatan di wilayahnya.
3. Fasilitator Puskesmas didampingi oleh penanggungjawab
daerah binaan Puskesmas bersama mitra mengkoordinir
pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan kegiatan
asuhan mandiri pemanfatan TOGA dan keterampilan.
TINGKAT DESA/KELURAHAN
4.
4. Penanggungjawab daerah binaan Puskesmas dan fasilitator Puskesmas
mendampingi masyarakat untuk melakukan SMD dalam kebutuhan
pengembangan asuhan mandiri. Kegiatan SMD bertujuan untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan, kebutuhan dan harapan serta
potensi sumber daya yang dimiliki untuk pengembangan asuhan
mandiri, salah satunya dilihat dengan catatan data warga dan catatan
kegiatan.
5.
5. Penanggungjawab daerah binaan Puskesmas dan fasilitator Puskesmas
bersama kader, tokoh masyarakat, Kepala Desa dan Lurah membahas
hasil SMD dalam forum Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
difasilitasi oleh Kepala Desa/Lurah. Kegiatan MMD bertujuan untuk
menyamakan persepsi antara Puskesmas dan masyarakat tentang
kebutuhan pengembangan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan
keterampilan.
6.
6. Forum MMD menyusun rencana kegiatan pengembangan asuhan
mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan, dukungan sumber
daya, pembagian peran dan tugas dari masing-masing pihak dan
masyarakat.
TINGKAT DESA/KELURAHAN
7.
7. Kepala Desa/Lurah bersama dengan fasilitator Puskesmas dan kader
menyusun kegiatan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan
diwilayahnya berdasarkan hasil MMD tersebut.
8.
8. Kepala Desa mengusulkan anggaran secara terpadu dan
mengintegrasikannya dalam Rencana Kerja Pembangunan (RKP) Desa
dalam Musrenbang kelurahan untuk mendukung pengembangan kegiatan
asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan sesuai dengan
rencana kegiatan yang telah disusun berdasarkan kebutuhan dan harapan
masyarakat yang bersumber dana swadaya masyarakat maupun pemerintah
melalui APBD maupun Alokasi Dana Desa (ADD).
9.
9. Kader dan Petugas Puskemas Pembantu/bidan desa/penanggungjawab
daerah binaan Puskesmas bersama mitra melakukan penyuluhan dan
pembinaan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan kepada
keluarga binaan dan masyarakat.
10.
10. Kader yang sudah mendapatkan orientasi asuhan mandiri dari fasilitator
melakukan pembinaan kepada minimal 5 – 10 keluarga binaan dan
memotivasi agar setiap keluarga mempunyai minimal 5 (lima) jenis
tanaman obat di rumahnya yang ditata indah.
TINGKAT KELOMPOK ASUHAN MANDIRI
1. Dalam melakukan kegiatan dikelompoknya sesuai dengan kebutuhan
kelompok, minimal sebulan sekali, dipimpin oleh kader dan
didampingi oleh fasilitator Puskesmas dan mitra, meliputi kegiatan
sebagai berikut :
2. Setiap keluarga dalam kelompok asuhan mandiri mempelajari dan
melaksanakan cara pengelolaan TOGA, mulai dari pemilihan benih,
penanaman, pemeliharaan sampai pemanenan didampingi oleh
sektor pertanian.
3. Kader didampingi fasilitator Puskesmas dan mitra mengajarkan
kepada keluarga binaan tentang pengolahan pemanfaatan hasil
TOGA menjadi produk untuk dimanfaatkan sendiri ataupun untuk
menambahkan penghasilan keluarga.
4. Kader dan atau didampingi fasilitator Puskesmas melatih keluarga
binaan tentang keterampilan untuk diterapkan dalam keluarga
apabila mengalami gangguan kesehatan ringan.
TINGKAT KELOMPOK ASUHAN MANDIRI
5. Setiap keluarga dalam kelompok asuhan mandiri mempelajari dan
menerapkan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengatasi
gangguan kesehatan ringan dalam lingkungan keluarga. Dalam menerapkan
asuhan mandiri keluarga mengacu pada Petunjuk Praktis TOGA dan
Keterampilan. Apabila memerlukan penjelasan lebih lanjut dapat
berkonsultasi kepada kader atau kepada fasilitator Puskesmas.
6. Setiap keluarga dalam kelompok asuhan mandiri berbagi pengetahuan dan
keterampilannya kepada keluarga yang lain dalam kelompoknya.
7. Setiap keluarga dalam kelompok asuhan mandiri melakukan penilaian diri
dalam pelaksanaan kegiatan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan
keterampilan dengan mencatat penggunaan TOGA dan keterampilan dalam
rumah tangganya.
8. Kader setiap bulan merekap catatan dari keluarga binaannya, sebagai
evaluasi pelaksanaan asuhan mandiri dikelompoknya.
9. Setiap anggota kelompok asuhan mandiri yang sudah dapat mandiri,
mengajak beberapa keluarga minimal 5 – 10 keluarga untuk bergabung dan
membentuk kelompok asuhan mandiri yang baru.
TATALAKSANA PEMANFAATAN TOGA
KONSEP DASAR TOGA

TOGA
T : TAMAN
Singkatan O : OBAT
Dari : GA : KELUARGA
Adalah sekumpulan
tanaman berkhasiat obat
PENGERTIAN
untuk kesehatan keluarga
TOGA
yang ditata menjadi sebuah
taman dan memiliki nilai
keindahan.
1. Sebagai sarana mendekatkan
tanaman obat kepada masyarakat
untuk upaya kesehatan mandiri.
2. Sebagai pendayagunaan tanaman
obat yang dapat diarahkan untuk
upaya peningkatan kesehatan
FUNGSI TOGA (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif), dan
pemulihan kesehatan
(rehabilitatif).
3. Melestarikan budaya pengobatan
tradisional sebagai warisan
leluhur dengan memanfaatkan
tanaman yang berkhasiat.
1. TOGA mempunyai manfaat sebagai
upaya kesehatan preventif (pencegahan
penyakit), promotif (peningkatan derajat
kesehatan), kuratif (penyembuhan
penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan
kesehatan).
2. TOGA mempunyai manfaat sebagai
MANFAAT mendukungmenciptakan kesehatan dan
TOGA kesejahteraan keluarga antara lain
sebagai sarana untuk
(1) memperbaiki status gizi keluarga
(2) menambah penghasilan keluarga,
(3) meningkatkan kesehatan
lingkungan pemukiman,
(4) melestarikan tanaman obat dan
budaya bangsa.
PENGENALAN TOGA
1. Jenis-jenis TOGA
Penamaan jenis tanaman obat dengan menyertakan nama ilmiah
(latin) selain nama nasional dan nama lokal dimaksudkan agar
antara tanaman obat yang satu dengan lainnya tidak tertukar.
2. Pertelaahan Tanaman Obat
Dapat menerangkan atau menyebutkan ciri-ciri morfologi bagian
tanaman seperti batang,daun, bunga, buah dan biji dari setiap jenis
tanaman obat
3. Kandungan tanaman Obat
Kandungan bahan kimia berkhasiat obat diharapkan dapat sebagai
pedoman pemanfaatan dalam pelayanan kesehatan masyarakat
PEMANFAATAN TOGA
UNTUK GANGGUAN
KESEHATAN RINGAN
PETUNJUK UMUM
Syarat bahan
Dalam memilih bahan ramuan tanaman obat, seperti: akar, rimpang,
umbi, kulit batang, kayu, daun, bunga, buah, atau seluruh tanaman
(herba) harus memperhatikan :
1. Bahan dan buah segar, tidak keriput, telah tua/matang/masak
sempurna.
2. Kulit batang tidak retak.
3. Daun, bunga, kulit, umbi berwarna cerah, tidak berubah warna atau
layu.
4. Masih dalam keadaan utuh.
5. Tidak rusak oleh hama dan penyakit tanaman lainnya, tidak
bercendawan/berjamur atau akar yang berlumut.
6. Bahan yang digunakan harus dicuci dengan air bersih yang mengalir.
7. Pembuatan ramuan menggunakan air bersih.
ukuran dan takaran
1 1 Gelas = 200 cc
2 1 Cangkir = 100 cc
3 1 Sendok makan = 15 cc
4 1 Sendok teh = 5 cc
5 1 Jari = ukuran jari telunjuk
pengguna
6 1 Iris = irisan dengan
ketebalan 5-7 mm
7 1 Jimpit = diambil dengan ibu jari
dan telunjuk
8 1 Jumput = diambil dengan ujung
kelima jari
MeraMu

Peralatan yang digunakan untuk membuat ramuan tanaman obat :


1. Periuk/kuali dari tanah liat atau panci dari bahan gelas/kaca, email atau
stainless steel.
2. Pisau atau spatula/pengaduk yang terbuat dari bahan kayu.
3. Saringan dari bahan kain, plastik, atau nilon.

Pembuatan ramuan obat tradisional dari bahan-bahan segar dilakukan dengan


mendidihkan air terlebih dahulu, kemudian bahan dimasukkan, dan
dibiarkan selama 10-15 menit diatasapi kecil dalam keadaan panci tertutup.

Urutan memasukkan bahan tanaman obat dalam merebus, dahulukan yang


keras yaitu batang kayu, kulit dan akar, setelah itu masukkan bahan yang
lebih lunak yaitu umbi, bunga dan daun.

Jangan menggunakan peralatan dari bahan alumunium, timah, atau tembaga


karena mudah bereaksi dengan tanaman obat sehingga dapat meracuni dan
mengurangi khasiat tanaman obat tersebut
1. Kelompok Usia subur
a.Nyeri Haid
b.Mual
c.Demam pada Ibu Nifas
d.ASI sedikit dan tidak lancar

Contoh ramuan nyeri haid


Bahan
Bahan

Empu
Empu kunyit
 kunyit 33 jari
jari

Asam kawak

Asam kawak (asam
(asam yang
yang telah
telah dimasak)
dimasak) 22 Sendok
Sendok teh
teh

Gula merah

Gula merah 22 sendok
sendok makan
makan

Air 33 gelas

Air gelas
  
Cara pembuatan
Cara pembuatan
Kunyit setelah
Kunyit setelah dikupas,
dikupas, diiris
diiris tipis-tipis,
tipis-tipis, rebus
rebus hingga
hingga air
air menyusut
menyusut menjadi
menjadi setengahnya,
setengahnya, tambahkan
tambahkan
asam
asam kawak,
kawak, gula
gula merah
merah kemudian
kemudian diaduk-aduk.
diaduk-aduk. Diamkan
Diamkan sampai
sampai hangat-hangat
hangat-hangat kuku.
kuku.
  
Cara
Cara pemakaian
pemakaian
Minum
Minum ramuan
ramuan kunyit
kunyit asam
asam diatas
diatas 77 hari
hari sebelum
sebelum haid
haid sampai
sampai 33 hari
hari selama
selama haid.
haid. Ramuan
Ramuan ini
ini juga
juga
dapat ditambahkan kayu manis 1 jari sebagai penyedap/pengharum, asam dan gula
dapat ditambahkan kayu manis 1 jari sebagai penyedap/pengharum, asam dan gula merah dapat merah dapat
ditambahkan
ditambahkan sesuai
sesuai selera.
selera.
  
Pencegahan Demam Nifas
Bahan :
1. Daun Pepaya Muda Segar 1 helai
2. Garam Secukupnya
3. Gula Jawa / Aren 2 sendok
4. Air 2 Gelas

Cara Pembuatan :
Daun pepaya di potong-potong, kemudian direbus dengan air dan
ditambahkan sedikit garam serta gula aren dan didihkan sampai
menjadi 1 gelas.

Aturan Pakai :
Ramuan diminum segera setelah melahirkan, kekesekon harinya dibuat
ramuan baru dan diminum sekali lagi. (Ramuan diminum 2 hari
berturut-turut).
Perawatan Perut Pasca Melahirkan
Bahan :
Jeruk Nipis 1 biji
Kapur sirih secukupnya
Minyak kayu putih secukupnya

Cara Pemakaian :
Jeruk Nipis diiris kemudian sepotong irisan diolesi dengan kapur
sirih dan di tetesi minyak kayu putih sebanyak 5 tetes. Kemudian
hasil tersebut di oleskan keperut setelah mandi, pakailah gurita,
lakukan pagi dan sore sampai kurang lebih 40 hari.

Peringatan :
Hati-hati pada orang kulitnya sensitif bila ada rasa gatal dan panas,
bersihkan olesan tersebut.
MeningKatKan prOduKsi ASI
bahan ramuan :
Temulawak7 iris
Meniran 1/2 genggam
Pegagan1/4 genggam
Air 3 gelas
Cara pembuatan :
Campurkan semua bahankemudian direbus dalam air
mendidih selama 10 sampai 15 menit dengan api kecil.
Cara pemakaian :
Diminum 2 kali sehari, pagi dan menjelang tidur malam.
Ramuan II

Bahan :
Daun Katuk segar 2 sampai 2 genggam

Cara Pembuatan :
Daun Katuk segar dibuat sayur

Cara Pemakaian :
Sayur daun katuk dimakan 3x sehari 1 mangkok.
KEPUTIHAN
Merupakan Suatu penyakit yang diderita wanita karena keluarnya cairan
dari vagina secara berlebihan.

bahan ramuan:
 Sirih 10 lembar
 Air 5 gelas

Cara pembuatan
Direbus sampai mendidih kurang lebih 15 menit

Cara pemakaian:
Air rebusan hangat-hangat kuku dipakai untuk membersihkan
keputihan dengan cara disiramkan ke daerah kewanit aan. Lakukan
sehari 2 kali sampai sembuh
2. Kelompok Usia Balita (1-5 tahun)
a. Kurang/Tidak Nafsu Makan
b. Batuk pilek
c. Sesak Nafas karena Asma pada Anak
d. Perut Kembung (Dispepsia)
e. Sakit Perut pada Bayi/Anak
f. Sakit Perut Kembung pada anak/bayi
g. Cacingan
CONTOH : BATUK PADA ANAK
Batuk merupakan reflek tubuh untuk membersihkan jalan nafas, dari sesuatu yang
mengganggu akibat adanya sumbatan jalan nafas bagian bawah oleh penumpukan
lendir/dahak.

Resep I
Bahan :

Bunga belimbing wuluh segar 1 genggam.

Bawang Merah 1 buah.

Biji Buah Pala 1/4 kelereng.

Gula Batu 1 sendok makan.

Air 1/2 gelas.

Cara pembuatan :
Bawang merah diiris menjadi 4 bagian, biji buah pala ditumbuk sehingga menjadi seperti
batu kerikil. Kemudian semua bahan dicampur kedalam mangkok kecil dan ditutup, lalu
dikukus selama 1 jam. Selanjutnya dilakukan penyaringan.
 
Cara pemakaian :
Hasil saringan diminum pada pagi hari dan malam hari sebelum tidur.
Resep II (bahan ramuan) :

Rimpang kencur 2 jari


Air matang hangat 3⁄4 cangkir.

Cara pembuatan Kencur dikupas dan diparut (parutan nya dialasi


daun pisang), tambahkan air 3⁄4 cangkir lalu diperas dan disaring
dengan menggunakan kain bersih/ saringan teh.

Cara pemakaian :
Diminum 4-5 kali sehari 1 sendok makan.

Keterangan :
Ramuan bisa juga digunakan pada anak- anak usia di atas 12
tahun dan dewasa.
Untuk dewasa rimpang kencur sebanyak 3 jari.
Batuk Karena Masuk Angin

Ramuan I
Bahan :
Air Jeruk Nipis1 sendok makan
Air Matang 4 sendok makan
Kecap atau madu secukupnya

Cara Pembuatan :
Jeruk diperas, air ditambah dengan kecap manis atau madu sama
banyak selanjutnya semua bahan di aduk sampai rata

Cara Pemakaian :
Dewasa 4 x sehari 1 sendok makan
Anak-anak 4 x sehari 1 sendok teh
Ramuan II
Bahan :
Bawang Merah 1 buah
Pulosari1 ibu jari
Adas5 butir (1/4 sendok the)
Gula batu atau madusecukupnya
Air secukupnya

Cara Pembuatan :
Bawang merah dikupas, kemudian bersama bahan lainnya (kecuali gula batu)
dicuci hingga bersih, lalu ditumbuk hingga seperti bubur, selanjutnya
dibungkus dalam daun pisang dan dikukus selama 15 menit.
Campuran diperas dengan memakai kain bersih kedalam gelas dan ditambahkan
gula batu/madu serta diaduk sampai larut.

Aturan pakai :
Diminum 2x sehari, pagi sebelum makan dan malam hari sebelum tidur.
Perhatian : adas, jahe, kencur untuk bayi (terutama yang belum makan
makanan padat) sebaiknya tidak diberikan.
SAKIT PERUT PADA ANAK / BAYI
Ramuan I
Bahan :
Kunyit 1 jari
Kulit Batang Pulo Sari 1 jari
Seluruh tanaman patikan cina segar 2 genggam
Air2 cangkir

Cara Pembuatan :
Kunyit di iris-iris, tambahkan pulosari, dicampur dengan patikan cina yang
telah ditumbuk sebelumnya, kemudian tambahkan air, didihkan sampai
menjadi 1 cangkir, saring dengan kain bersih.

Aturan pakai :
Anak 1 tahun 3x sehari 1 sendok makan
Anak 2 tahun 3x sehari 4 sendok makan
Anak >2 tahun 3x sehari ½ cangkir
Ramuan II (Perut Kembung)
Bahan :
Daun Mengkudu (pace) atau Daun jarak pagar beberapa
lembar

Cara Pembuatan :
Daun dilayuhkan diatas nyala api, beri minyak kelapa
lalu diremas-remas, boleh juga sebelum daun dipanasi
di olesi minyak kelapa.

Cara Pakai :
Daun yang sudah di remas-remas tempelkan ke perut
bayi dan dibungkus dengan gurita/sehelai kain.
Menambah Nafsu Makan
Keinginan makan yang berkurang atau menurun lebih dari 1 minggu dapat
mengakibatkan kekurangan zat gizi.

Ramuan I
bahan ramuan :
Ketumbar 1 sendok teh
Madu secukupnya
Air 1 cangkir

Cara pembuatan :
Ketumbar ditumbuk halus, seduh dengan air, setelah hangat tambahkan madu
dan aduk rata.

Cara pemakaian :
Minum 1 kali sehari, selama 1 minggu.
Ramuan II (Penambah Nafsu Makan)
Bahan :
Temu Hitam ½ - 1 jari tangan
Garam Sedikit/secukupnya
Gula Aren/gula Jawa secukupnya
Air matang/hangat 1 cangkir

Cara Pembuatan :
Temu hitam diparut, kemudian diaduk, diremas-remas dengan air hangatkemudian
di saring dan di endapkan beberapa saat. Cairan beningnya di ambil,
ditambahkangaram, gula dan di aduk.

Aturan Pakai Dewasa


Diminum 1 x sehari, selama sehari.
Anak-anak :
Anak Umur 1-2 th 1x sehari 1 sendok makan
Anak Umur 3-4 th 1x sehari 2 sendok makan
Anak Umur 6-8 th 1x sehari 1/4 gelas
Anak Umur 9-11 th 1x sehari 1/2 gelas
3. KELOMPOK USIA SEKOLAH DAN REMAJA (6-18
THN)
a.Meningkatkan Sel Darah Merah
b.Sakit Gigi
c.Pingsan

Contoh untuk sakit GIGI


Ramuan:
Bahan :
Cengkeh 2 butir

Cara pembuatan :
Cengkeh dihaluskan
 
Cara pemakaian :
Cengkeh ditapal pada gigi yang sakit.
DISMENORRHEA / NYERI HAID
Bahan :
Empu Kunyit 3 jari
Asam Kawak (asam yang telah di masak) 2 sendok teh
Gula Merah 2 sendok makan
Air Panas 3 gelas

Cara Pembuatan :
Kunyit setelah di kupas di iris tipis-tipis, rebus hingga air menyusut menjadi
setengahnya, tambahkan asam kawak, gula merah kemudian di aduk-aduk.
Diamkan sampai hangat-hangat kuku.

Aturan Pakai :
Minum ramuan kunyit asam di atas 7 hari sebelum haid sampai 3 hari selama
haid. Ramuan ini juga dapat di tambahkan kayu manis 1 jari sebagai
penyedap /pengharum, asam dan gula merah di tambahkan sesuai selera.
4. Kelompok Usia Kerja
a. Sakit Kepala Sebelah (Migren)
b. Nyeri Otot/Pegel Linu

Contoh Ramuan sakit kepala (migren)


Bahan :
Bawang putih 1 siung
Pegagan 1 jumput
Air 1 ½ gelas

Cara pembuatan :
Pegagan dan bawang putih yang sudah digeprek direbus dengan air selama
10-15 menit.
 
Cara pemakaian :
Diminum selagi hangat, 3 kali 1 gelas sehari.
SAKIT KEPALA BIASA
Ramuan I

Bahan :
1. Jahe 1 ibu jari
2. Gula Merah 1 sendok makan
3. Air 1 Gelas

Cara Pembuatan :
Jahe di bakar sebentar kemudian dikupas dan di memarkan,
masukkan (rebus) kedalam air mendidih (1 gelas) hingga menjadi
½ gelas.

Cara Pemakaian :
Diminum saat hangat.
Ramuan II

Bahan :
1. Daun Pegagan segenggam
2. Jintan ¼ sendok
3. Air 1 gelas

Cara Pembuatan :
Daun Pegagan dan jintan direbus dengan 1 gelas air sampai
mendidih hingga menjadi ½ gelas.

Cara Pemakaian :
Ramuan ini diminum sekaligus dengan madu 1 sendok teh.
PEGAL LINU
Ramuan I
Bahan :
Daun landep segar ½ genggam
Kapur sirih ½ sendok teh
Air masak 2 sendok makan

Cara membuat :
Daun landep dari jenis berbunga kuning ditumbuk halus bersama-
sama dengan kapur sirih. Kemudian campurkan air, aduk sampai
menyerupai pasta encer.
Aturan pakai :
Campuran dilumurkan pada bagian yang sakit 2x sehari. Bagi yang
kulitnya peka sebaiknya hati-hati, kalau merasa panas atau gatal
sebaiknya segera dibersihkan.
Ramuan II
Daun gandarusa segar 25 lembar
Kapur sirih ½ sendok teh peres/rata
Air 2 sendok makan

Cara Pembuatan :
Daun gandarusa ditumbuk halus dengan kapur sirih dan
sedikit air. Kalau sakitnya keras/kuatdapat ditambah
sedikit lada sebanyak 3 biji.

Cara Pemakaian :
Campuran dilumurkan pada bagian badan yang sakit 2x
sehari atau tempelkan pada bagian yang sakit lalu
dibalut.
Ramuan III
Bahan :
Jahe 1 jempol
Sereh 2 batang
Air 2 gelas
Gula Merah 1 sendok makan
Garam seujung sendok

Cara Pembuatan :
Jahe dibakar dan memarkan, rebus jahe dengan sereh dan
sedikit air. Setelah menyusut tambah sedikit gula merah,
aduk-aduk dan didinginkan.
Cara Pakai :
Minum hangat-hangat pada pagi dan sore.
5. Kelompok Usia Lansia (>60 thn)

a. Melancarkan Buang Air Besar (Konstipasi)


b. Nyeri Sendi
c. Susah Tidur (Insomnia)
d. Maag
e. Pemulihan Setelah Sakit
f. Meningkatkan Daya Tahan Tubuh
CONTOH RAMUAN UNTUK SUSAH BUANG AIR
 
Ramuan
Bahan :
lidah buaya ukuran sedang ½ pelepah
Madu 1 sendok makan
Air ½ gelas

Cara Pembuatan :
Daun lidah buaya dicuci dan dikupas.Isinya dipotong kecil-kecil, seduh
dengan ½ gelas air. Berikan 1 sendok makan madu. Ramuan dapat juga
diblender
 
Cara pemakaian :
Ramuan diminum 1 kali sehari, sampai BAB normal
SULIT BUANG AIR KECIL
Terasa sakit pada waktu Buang Air Kecil, tidak lancar, sedikit dan anyang-
anyangan.

Bahan :
Kumis Kucing 2 genggam
Madu 1 sendok makan
Air 1 gelas

Cara Pembuatan :
Daun Kumis Kucing dicuci dan dipotong-potong seperlunya, rebus dengan air 1
gelas hingga mendidih hingga tinggal ½ gelas, saring dan tambahkan madu.

Cara Pakai (Dewasa) :


Ramuan diminum 2 kali sehari
SULIT TIDUR
Bahan :
Biji buah pala 1 buah
Madu 1 sendok makan

Cara pembuatan :
Buah pala dicuci dan ditumbuk halus, seduh dengan air
panas ¾ cangkir dan madu 1 sendok makan.

Aturan pakai :
Suam-suam kuku diminum 1 – 2 kali sehari
BATUK
Bahan :
Daun Waru Muda atau 11 helai
Daun Saga (pilih salah satu) 2 genggam
Gula Batu Sebesar Telur 1 biji
Air2 gelas

Cara Pembuatan :
Daun waru atau saga dicuci bersih, dipotong-potong kasar,
kemudian dicampur gula dan air. Kemudian ramuan tersebut
di didihkan hingga menjadi 1 gelas ramuan.
Cara Pemakaian :
Diminum ramuan tersebut 2x sehari, Pagi hari sebelum makan,
dan malam hari sebelum tidur.
DIARE
Adalah berak encer atau bakan berupa air saja (mencret) yang
terjadi lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih) dalam 1 hari,
kadang-kadang di sertai muntah, panas dan lain-lain.
Ramuan I
Bahan :
 Daun Jambu Biji (pucuknya) 1 genggam
 Adas 5 butir (1/3 sendok teh)
 Pulosari 2 jari tangan
 Air2 cangkir
Cara Membuat :
Semua bahan setelah dicuci, dipotong kecil-kecil kemudian
didihkan sampai diperoleh 1 cangkir.
Cara Pakai :
Diminum 2x sehari ½ cangkir
Ramuan II
Bahan :
Daun Jambu biji (pucuknya) 3 pucuk
Garam sedikit/secukupnya

Cara Pemakaian :
Daun dikunyah dengan sedikit garam kemudian ditelan,
lakukan 2x sehari
Daun ditumbuk, beri air (yang telah dimasak) ½
cangkir, kemudian diperas, diminum sekaligus 2x
sehari.
Ramuan III
Bahan :
Kunyit 1 jari tangan
Bunga kayu putih (merica bolong) 1 genggam
Ketumbar 7 butir
Daun sembung 2 helai
Air 2 cangkir

Cara Pembuatan :
Bahan setelah dicuci dipotong kecil-kecil, kemudian
didihkan sampai diperoleh 1 cangkir ramuan

Cara Pakai :
Diminum sekaligus sewaktu suam-suam kuku.
WASIR / AMBEIEN
Ramuan I
Bahan :
Daun Ungu 1 genggam
Temu Lawak 7 iris
Asam Jawa 1 sendok the
Air 4 gelas

Cara Pembuatan :
Semua bahan dicampur dan dorebus dengan air hingga
menjadi 2 gelas

Cara pemakaian :
Ramuan diminum 3x sehari ½ gelas sampai sembuh.
Ramuan II
Bahan :
Lempuyang wangi ¾ jari
Air 2 sendok makan
Garam secukupnya

Cara Pembuatan :
o Lempuyang wangi dicuci bersih lalu diparut.
o Tambahkan air bersih dan garam.
o Ramuan diperas dan disaring.

Cara Pemakaian (dewasa) :


Ramuan diminum 2x sehari 1 sendok makan
Ramuan III
Bahan :
Lidah buaya dikupas 1 tangan
Madu 1 sendok the

Cara Pembuatan :
Lidah buaya diambil dagingnya, dipotong-potong dan di
rebus sebentar/ kemudian diblender dengan air
matang, tambahkan madu 1 sendok the.

Capa Pemakaian :
Ramuan diminum 1x sehari sampai BAB normal.
Pemulihan Stamina Sehabis Sakit
Bahan :
Jahe 1-2 jari
Sereh 1 jari
Cengkeh 4 biji
Pala ½ biji
Daun jeruk perut 1 lembar
Kemukus 5 biji
Kayu Manis secukupnya
Gula Aren secukupnya
Air 5 gelas

Cara Pembuatan :
Jahe, sereh, kayu manis, gula aren dipotong kecil-kecil
(bila perlu jahenya dibakar terlebi dahulu). Semua
bahan dicampur kemudian direbus sampai mendidih
selama 10-15 menit.

Cara Pemakaian :

Ramuan diminum hangat-hangat 1 gelas 2x sehari


CARA PEMBUATAN RAMUAN
1. Higyene sanitasi
a. Bahan Ramuan
Cuci bersih seluruh bahan ramuan dengan air bersih dan mengalir
Tiriskan bahan ramuan dengan wadah yang bersih
Rajang bahan ramuan sesuai kebutuhan
b. Peralatan
Peralatan yang digunakan harus bersih dan kering
Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya
Cuci bersih dan keringkan peralatan setelah digunakan
Simpan di dalam lemari perkakas
c. Peramu
Kondisi fisik peramu harus dalam keadaan sehat
Cuci tangan dengan cara yang benar sebelum meramu
Gunakan masker, tutup kepala dan celemek
Selalu cuci tangan setiap penggantian tahapan proses pembuatan ramuan
2. Penyiapan Bahan Baku (simplisia)
a. Berwarna cerah.
b. Yang telah tua/masak sempurna dan dalam
keadaan segar, Buah tidak keriput. Kulit batang
tidak retak.
c. Pilih yang masih utuh dan tidak rusak
d. Tidak terserang hama dan yang tidak bercendawan
atau berjamur
e. Tidak memilih buah, daun, bunga, kulit umbi
yang telah berubah warna atau layu.
3. Penyiapan Alat
Jenis peralatan antara lain :
Periuk (kuali) dari tanah liat atau panci dari bahan
gelas/kaca atau stainless steel.
Pisau atau spatula/pengaduk yang terbuat dari bahan
kayu
Saringan dari bahan plastik atau nilon
4. Cara Pembuatan
Beberapa teknik membuat ramuan, diantaranya:
 Infusa adalah proses penyarian terhadap bahan
ramuan dengan air pada suhu 90ᵒC selama 15
menit. Umumnya untuk bahan tanaman yang
lunak. Contoh: daun, bunga
 Dekok adalah proses penyarian terhadap bahan
ramuan dengan air pada suhu 90ᵒC selama 30
menit. Umumnya untuk bahan tanaman yang
keras. Contoh: akar, batang
 Ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat yang
dapat larut dari simplisia dengan pelarut yang
sesuai.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan ramuan,
diantaranya:
a. Jika merebus sebaiknya menggunakan api kecil.
b. Alat-alat yang digunakan harus bersih.
c. Biasanya dalam merebus simplisia herba, air disisakan
menjadi setengahnya.
d. Jika herba berupa teh atau simplisia yang harus diseduh,
maka menggunakan air dengan suhu 80 derajat.
e. Masukan bahan ramuan yang mengandung minyak
atsiri setelah mau diangkat dan ditutup, untuk ramuan
yang bentuk kayu dapat dimasukkan di awal agar zat
obat dapat keluar dengan maksimal.
5. Cara Penyajian
Cara penyajian ramuan, diantaranya:
a. Penyajian untuk dikonsumsi
1) Rebusan, disajikan dengan menyaring hasil rebusan kemudian cairan sari
diminum hangat-hangat
2) Seduhan, disajikan dengan mengendapkan bahan ramuan yang sudah
direndam air panas atau menyaringnya kemudian cairan sari diminum hangat-
hangat
3) Perasan, disajikan dengan meminum cairan sari dari bahan ramuan yang
diperas

b. Penyajian untuk penggunaan luar


1) Tapal, disajikan dengan menempelkan bahan ramuan yang ditumbuk kebagian
tubuh yang sakit.
2) Balur, disajikan dengan menggosokkan atau membalurkan bahan ramuan yang
ditumbuk kebagian tubuh yang sakit.
3) Oles, disajikan dengan mengoleskan bahan ramuan dalam bentuk cair kebagian
tubuh yang sakit.
4) Mandi, dilakukan dengan menyiramkan atau merendam tubuh dengan cairan
rebusan bahan ramuan.
c. Penyajian untuk penggunaan penguapan
1) Ratus, disajikan dengan membakar bahan ramuan
kemudian uapnya diarahkan kebagian tubuh
tertentu.
2) Sauna, disajikan dengan merebus bahan ramuan
kemudian uapnya diarahkan ke seluruh tubuh
dalam ruangan tertutup.
CARA PENYIMPANAN
Ramuan yang sudah dibuat dapat disimpan sesuai dengan jenis
sediaannya.
a. Ramuan Rebusan/Godogan : Dapat disimpan di dalam kulkas
selama 3 hari menggunakan wadah tertutup
b. Ramuan Seduhan : Dapat disimpan dalam wadah tertutup maksimal
24 jam
c. Ramuan Perasan : Sebaiknya tidak disimpan
d. Ramuan Tapal : Dapat disimpan dalam wadah tertutup dalam suhu
ruang
e. Ramuan Balur : Dapat disimpan dalam wadah tertutup dalam suhu
ruang
f. Oles : Dapat disimpan dalam wadah tertutup dalam suhu ruang
g. Ramuan Rebusan untuk Mandi : Sebaiknya tidak disimpan
h. Ramuan Ratus: Sebaiknya tidak disimpan
i. Ramuan Sauna : Sebaiknya tidak disimpan
SALAM TOGA

Anda mungkin juga menyukai