Anda di halaman 1dari 40

Kelainan Kelopak Mata

Oleh :
I Gede Pramana Yogi Angestu
18710154

KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
RSUD KABUPATEN SIDOARJO
2021
Anatomi Mata
Anatomi Kelopak Mata
• Palpebra: - Superior
- Inferior
Muskulus pada
Palpebra
• Musculus orbikularis oculi di inervasi N. VII

• Musculus levator di inervasi N. III


Kelenjar Palpebra
 Kelenjar Meibom : modifikasi kel. sebasea
 Kelenjar Zeis : sel sebasea folikel rambut
 Kelenjar Moll : modifikasi kel. keringat
 Kelenjar Wolfring : kelenjar assesorius lakrimalis
 Kelenjar Krause : kelenjar assesorius lakrimalis
Penyakit Kelopak Mata
 Blefaritis
 Hordeolum
 Kalazion
 Trikiasis
 Entropion
 Ektropion
 Lagoftalmus
 Ptosis
1. BLEFARITIS

Blefaritis merupakan peradangan yang


terjadi pada kelopak mata baik itu letaknya
tepat di kelopak ataupun pada tepi kelopak.

Blefaritis dapat disebabkan oleh infeksi


ataupun alergi yang biasanya berjalan
kronis atau menahun, bisa disertai
terbentuknya ulkus
Klasifikasi
Blefaritis

Blefaritis Blefaritis
anterior posterior

Blefaritis Blefaritis Meibomitis


stafilokokus seboroik kronis
1. Blefaritis anterior :
Pada kelopak mata bagian anterior (dasar bulu mata) , dibagi menjadi
a. Staphylococcal/ulseratif – sering pada penderita dermatitis atopi
( penyebab : S. aureus dan S. epidermidis )
b. Seborrhoic/skuamosa – berhubungan erat dengan dermatitis
seboroik ( penyebab : Pityrosporum )
2. Blefaritis posterior/Meibomitis
Anamnesis
Keluhan :
1. Gatal pada tepi kelopak mata
2. Rasa panas dan nyeri pada tepi kelopak mata
3. Merah/hiperemi dan bengkak pada tepi kelopak mata
4. Terbentuk sisik yang keras dan krusta terutama di sekitar
dasar bulu mata
5. Kadang disertai kerontokan bulu mata (madarosis), putih
pada bulu mata (poliosis) dan trikiasis
6. Dapat keluar sekret yang mengering selama tidur, sehingga
ketika bangun kelopak mata sukar dibuka
Pemeriksaan Fisik
• Staphylococcal
• Sisik yang keras dan krusta kering
ditemukan pada bagian dasar
bulu mata
• Jika krusta dilepaskan akan timbul
ulkus dan bisa berdarah
• Hiperemi pada konjungtiva
• Bisa disertai sindroma mata kering
• Jika pada penderita dermatitis
atopi,sering ditemukan kerato
konjunctivitis atopic
• Seboroik
- Tepi kelopak mata merah dan berminyak dengan sisik dan
memisahkan beberapa bulu yang lengket
- Jika sisik dilepaskan -> timbul hiperemi (tidak ada ulkus)
• Blefaritis posterior
- Sekresi kelenjar meibom yang abnormal hingga terjadi
gumpalan sekret pada orifisium kelenjar meibom
- Tepi kelopak mata posterior hiperemi dan talengiektasis
- Pengurutan pada tepi kelopak mata dapat
mengeluarkan cairan meibom (seperti pasta gigi)
Penatalaksanaan
Non-medikamentosa
• Membersihkan kelopak mata dengan lidi kapas yang dibasahi air hangat.
• Menekan/memencet tepi kelopak mata secara vertikal untuk mengeluarkan isi kelenjar
meibom -> untuk blefaritis posterior
• Kompres hangat selama 5-10 menit.

Medikamentosa
• Apabila ditemukan ulkus dapat diberikan salep atau tetes mata antibiotik.
(Klorampenikol, Natrium fusidat 2x/hari)

Konseling dan edukasi


• Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya menjaga
kebersihan kulit kepala, alis mata, dan tepi palpebra terutama pasa pasien dengan
dermatitis seboroik.
• Mengedukasi pasien dan keluarga mengenai pentingnya menjaga hygiene personal dan
lingkungan.
2. HORDEOLUM
• Definisi: Peradangan supuratif kelenjar Zeis dan
kelenjar Moll (hordeoulum eksternum) atau
kelenjar Meibom (Hordeolum internum)
Etiologi:
Etiologi:

 Staphylococcus
Staphylococcus aureus
aureus

Faktor
Faktor risiko:
risiko:
 Usia
Usia
 Kebiasaan
Kebiasaan menggosok
menggosok mata
mata
 Faktor
Faktor metabolisme:
metabolisme: karbohidrat
karbohidrat dan
dan
alkohol
alkohol berlebihan
berlebihan
Hordeolum
• Gejala:
Dirasakan mengganjal pada kelopak mata, rasa yg
bertambah kalau menunduk dan nyeri bila ditekan
Bengkak dan merah pada kelopak mata
Rasa sakit dan sensasi terbakar
Penglihatan terganggu
Hordeolum

Pemeriksaan fisik :
Fase selulitis : tampak
nodul yg berwarna
merah, nyeri tekan di
dekat pangkal bulu mata
dan konsistensi keras
Fase abses : ditemukan
punctum dan fluktuasi
(+)
Hordeolum
• Tatalaksana:
 Kompres hangat selama 10-15 menit, 3-4x/hari
 Kelopak mata dibersihkan dengan air bersih/sabun bayi
 Antibiotika :
 Topikal (Neomycin diberikan 7-10 hari, pada fase inflamasi, salep
setiap 7-8 jam)
 Sistemik (Ampicilin 4x250mg/hari per-oral)

 Insisi Hordeulum.
3. Kalazion
• Definisi: Peradangan
lipogranuloma menahun
steril dari kelenjar Meibom
disebabkan karena
sumbatan sekresi sebasea

• Etiologi: infeksi ringan di


kel. Meibom, virulensi
rendah  inflamasi
lipogranulomatosa
KALAZION
• Gejala:
Nodul pada kelopak mata yang
tidak nyeri,nodul dapat
membesar
Apabila kista pada palpebrae
superior cukup besar dapat
menekan bola mata dan dapat
menimbulkan gangguan refraksi
Kalazion
• Tatalaksana :
• Kompres hangat
• Bila terjadi infeksi sekunder diberi antibiotika topikal
• Injeksi steroid (misalnya Tiamcinolon acetonide) pada lesi dan
sekitarnya
• Pembedahan : insisi untuk mengeluarkan isi kelenjar
4. TRIKIASIS
• Definisi:
 Trikiasis: Pertumbuhan bulu mata ke
dalam (bisa menggores kornea dan
konjungtiva) dengan posisi kelopak
mata tetap normal

Etiologi:
 Trakoma sikatriks
 Blefaritis ulseratif
 Konjungtivitis membranosaa
 Hordeolum eksterna
 Trauma mekanik
 Luka bakar
Trikiasis
• Gejala:
 Mata berair
 Rasa mengganjal
 Penglihatan dapat terganggu
bila sudah timbul ulkus pada
kornea
 Bila telah terjadi inflmasi
dapat timbul mata merah,
nyerti, fotofobia
Trikiasis • Komplikasi:
 Ulkus kornea
 Neovaskularisasi kornea
• Tatalaksana:
 Epilasi
 Jika terdapat infeksi -> maka
diberikan salep atau tetes mata
antibiotik
 Pembedahan
5. ENTROPION
• Definisi: Pertumbuhan kelopak mata dan bulu mata ke arah bola
mata sehingga dapat menggores kornea

• Klasifikasi:
 Kongenital
 Sikatriks
 Spastik
 Involusi atau senilis
 Mekanik
Entropion

Entropion Sikatriks Entropion Involusi


Entropion
• Gejala: iritasi, mata merah, berair,
sensasi benda asing, sekret

• Grading:
 Grade I: hanya bagian batas posterior
palpebra yang memutar ke dalam

 Grade II: batas posterior palpebra dan


inter-marginal strip memutar ke dalam

 Grade III: seluruh margo palpebra


termasuk batas anterior ikut memutar ke
dalam
Entropion
• Tatalaksana
Rujuk untuk dilakukan pembedahan rekonstruksi
6. EKTROPION
• Definisi: margo palpebra memutar dan rotasi ke arah
luar bola mata

• Klasifikasi:
 Kongenital
 Involusi atau senilis
 Sikatriks
 Paralitik
 Mekanik
Ektropion
Ektropion Sikatriks Ektropion Involusi
Ektropion
• Gejala: epifora, iritasi, kelilipan, fotofobia

• Grading:
 Grade I: hanya bagian batas posterior palpebra yang memutar
ke dalam pungtum yang mengalami eversi
 Grade II: batas posterior palpebra dan inter-marginal margo
palppebra mengalami eversi dan tampak konjungtiva
palpebra
 Grade III: forniks juga terlihat
Ektropion
• Tatalaksana
Rujuk untuk dilakukan pembedahan rekonstruksi
7. LAGOFTALMUS
• Definisi: Kondisi kelopak mata yang tidak dapat
menutup mata dengan sempurna
• Etiologi:
 Paralisis n. fasialis (N. VII) -> parese m.orbikularis okuli
 Sikatrik pada kelopak mata
 Infeksi
 Trauma
Lagoftalmus
• Gejala : kelopak mata tidak mampu menutup mata
dengan sempurna
• Keluhan : mata kabur, keluar air mata, mata merah
• Pemeriksaan fisik :
- Kelopak mata tidak menutup sempurna
- Erosi kornea, keratitis, ulkus kornea

• Tatalakasana :
- Artfisial tears jika terjadi keratitis
- Rujuk untuk pembedahan
8. PTOSIS
• Definisi : Kelainan posisi
kelopak mata atas -> lebih
rendah dari posisi normal atau
ada gangguan untuk
mengangkat bola mata
Ptosis
Klasifikasi:
• Didapatkan
 Neurogenik : parese N.III,
sindroma horner
 Miogenik : Miastenia Gravis
 Kongenital : sindroma
blefarofimosis
 Mekanik : edem/tumor
pada kelopak mata atas
Ptosis
Pemeriksaan:
• Posisi normal = tepi kelopak
mata 1-2 mm di bawah limbus.
Berdasarkan jarak kornea yang
tertutup kelopak mata
dikurangi 2mm
• Ptosis ringan: 2mm
• Ptosis sedang : 3mm
• Ptosis berat : 4mm
Ptosis
Pemeriksaan:
• Fungsi levator : mengukur
gerakan maksimal kelopak
mata dari posisi melihat ke
bawah menuju gerakan
melihat ke atas
 Normal (15 mm-18mm)
 Baik > 8mm
 Cukup (5 – 7mm)
 Buruk (< 4 mm)
Ptosis
Pemeriksaan:
• Lebar fisura palpebrae jarak
antara tepi kelopak mata atas
dan bawah, sejajar dengan pupil

• Margin Reflex Distance


(MRD) : jarak antara tepi
central lid margin dengan
reflek cahaya pupil

Tatalaksana :
- Rujuk untuk terapi
pembedahan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai