Anda di halaman 1dari 18

Perencanaan Karangan

Mata Kuliah Bahasa Indonesia


Dosen Pengampu: Nafisah, S.S.,M.A.
Secara umum, proses menulis dapat dibagi
ke dalam tiga tahap berikut:

Prapenulisan Penulisan Revisi


Mencari
Ilham Tahap I: Prapenulisan

Menemukan
Ide
Ilham
- Inspirasi atau letikan yang membuat seorang pengarang tergugah
- Ilham dapat dijumpai setiap hari (di kampus, di rumah sakit, di
hubungan percintaan, dan lain-lain)
- Pengarang harus menyiapkan diri untuk menerima ilham dengan
melatih kepekaan terhadap hal-hal yang terjadi di sekitar
- Pengarang ibarat pesawat penerima, ada gejala sedikit saja
langsung direkam untuk disiarkan kembali
Kapan saat terbaik mencari ilham?
• Ernest Hemingway pergi berlayar menyiapkan batinnya lalu
menghasilkan buku The Old Man and the Sea
• A.A. Navis (sastrawan dari Padang) sering mendapatkan ilham
waktu jongkok di kakus, akibatnya ia terkena ambeien
• Putu Wijaya gairah menulisnya waktu pagi buta
• Agatha Christie suka menunggu ilham sambil berendam di bak
mandi air hangat, sambil mengupas apel
• Salim Said terbiasa mendapat gagasan saat berbicara
Akan tetapi...
- Setiap orang memiliki cara tersendiri untuk mencari ilham.
- Ada yang memantik ilham dari membaca buku, menonton film,
duduk di tempat sepi, melihat langit, mendengarkan musik,
berdiskusi, dan lain-lain.
- Jadi, diri kita adalah yang paling tahu bagaimana cara terbaik
mencari ilham versi kita.
Transformasi ilham ke ide

- Kembangkan ilham menjadi ide penulisan. Ide penulisan adalah apa yang sebenarnya ingin ditulis.
Contoh:
• Mendapatkan ilham ketika melihat warung tegal, kemudian mentransformasinya menjadi ide
penulisan berupa esai yang membahas bagaimana dampak pandemi terhadap kemaslahatan
warung tegal.
• Dalam karya fiksi (cerpen) misalnya, seorang pengarang melihat apel berwarna merah kemudian ia
mentransformasi ide penulisannya menjadi cerpen tentang bibir pacarnya yang berwarna merah.
- Dalam mentransformasi ide penulisan, penulis juga perlu mengetahui di mana posisi tulisannya
kelak. Misalnya, ketika menulis soal warung tegal tadi, apakah ia akan mengarahkan tulisannya
kepada esai yang berpihak kepada rakyat cilik, atau apakah ia akan ada di kubu pemerintah, atau
ada di kubu netral, dan lain-lain. Akan tetapi, di dalam tulisan nantinya, hal ini tidak perlu dijelaskan
secara tersurat. Posisi penulis dalam tulisannya cukup menjadi pegangan bagi penulis saja agar
tulisannya terarah.
Tahap 2: Penulisan
Setelah menemukan ide penulisan, tahap penulisan dapat dimulai sebagai berikut.
1. Ide yang sudah ditransformasi dari ilham kemudian dirumuskan ke dalam tema yang
lebih luas yang nantinya akan diangkat dalam tulisan.
2. Setelah menemukan tema, batasi dengan menentukan topik. Topik biasanya disebut
juga dengan subtema. Topik sifatnya lebih spesifik daripada tema. Misalnya, dari ilham
melihat warung tegal, kemudian mentransformasinya menjadi ide soal dampak pandemi
terhadap kemaslahtan warung tegal. Berarti, ide tersebut harus dirumuskan dalam satu
tema besar. Apakah tulisannya akan berada di payung ekonomi, atau payung politik, atau
malah payung kesehatan. Contoh: tema yang dipilih akhirnya adalah “Ekonomi”. Berarti
topik kemudian dikembangkan dari sana. Misalnya: “Penurunan pendapatan warung tegal
selama pandemi”. Topik berbeda tentu akan muncul jika tema yang dipilih adalah soal
kesehatannya.
Hal-hal yang patut dipertimbangkan dalam penentuan tema dan topik
adalah sebagai berikut.
a. Tema memiliki manfaat dan layak dibahas.
b. Tema dan topik cukup menarik, setidaknya bagi penulis sendiri.
c. Bahan penulisan karangan dapat diperoleh dan cukup memadai.
d. Tema tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit, yang dibatasi
dengan penentuan subtema atau topik. Pembatasan topik diperlukan
agar hal-hal yang akan dibahas dalam karangan menjadi terperinci.
3. Menyusun kerangka karangan (Kerangka karangan dapat dimulai dari hal-hal yang
bersifat universal sampai ke hal-hal yang spesifik). Susun kerangka karangan dengan
kalimat-kalimat singkat yang logis, sistematik, dan konsisten.
4. Mencari informasi, referensi, dan data-data untuk melengkapi tulisan (bisa dari
buku, jurnal, wawancara, internet, dan lain-lain--disesuaikan dengan jenis tulisan yang
dipilih. Misalnya, berita, berarti datanya diperoleh dengan wawancara. Kalau esai bisa
data tambahannya dari buku, dan lain-lain). Ketika melakukan
pembacaan/pengumpulan bahan, sangat penting untuk mencatat seluruh referensi dari
sumber yang dibaca. Jangan lupa menyertakan nama pengarang, tanggal-tahun, judul,
penerbit serta tempat penerbitan. Untuk artikel jurnal, sertakan volume dan juga
nomor terbit.
5. Mulai menulis dari kerangka yang sudah dibuat. Biasakan menulis
sampai selesai terlebih dahulu. Abaikan kesalahan ejaan,
ketidakpaduan paragraf, dan hal-hal yang mengganggu lainnya.
Fokusnya di tahap ini adalah menyelesaikan tulisan.
Tahap 3: Revisi
Tahap ini merupakan tahap terakhir, yakni evaluasi dari tahap penulisan.
- Evaluasi yang dilakukan dapat berupa perbaikan, pengurangan, ataupun
pemerluasan, serta pengecekan segala teknis pengetikan.
- Dalam tahap revisi, biasakan memberi jeda dengan tahap penulisan. Setelah
menyelesaikan tahap penulisan, tulisan didiamkan beberapa hari terlebih
dahulu baru kemudian direvisi. Hal ini berfungsi untuk memberikan jarak
antara si penulis dengan tulisannya. Ketika penulis ada di tahap penulisan,
'kepalanya' masih panas dengan segala hal yang sedang ia tulis sehingga
ketika langsung dilakukan revisi, maka kesalahan-kesalahan tidak akan terlalu
terlihat. Sedikit berbeda jika diberi jeda terlebih dahulu, penulis biasanya akan
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam tulisannya.
- Tahap revisi bisa juga dilakukan dengan meminta bantuan teman
atau pembimbing.
- Di tahap revisi, juga perlu dilakukan pengecekan daftar pustaka.
Apakah ada kutipan dari sumber-sumber tertentu yang belum
dicantumkan daftar pustakanya. Hal ini sangat berfungsi untuk
menghindarkan tulisan kita dari plagiarisme.
Batas-Batas Plagiarisme
Bagaimana suatu tulisan disebut sebagai plagiarisme?
1. Mengkopi/mengutip tulisan orang lain di tulisan kita dan tidak mencantumkan
sumbernya. Secara tidak langsung, kita mengakui bahwa tulisan itu adalah milik kita.
2. Menyadur terlalu banyak tulisan dari berbagai sumber (meski dengan mencantumkan
sumber-sumbernya). Misalnya: Udin membuat artikel 8 halaman. Sebanyak 7 halaman dari
artikelnya tersebut adalah tulisan-tulisan orang lain yang ia kutip secara mentah ke dalam
tulisannya. Lalu ia hanya menambahkan satu halaman sebagai pelengkapnya. Meski tidak
serta merta dapat digolongkan ke dalam plagiarisme garis keras (karena ia sudah
mencantumkan sumber idenya), tetapi tulisan Udin ini perlu dipertanyakan keorisinalitasan
idenya karena hanya berangkat dari akumulasi ide-ide/tulisan-tulisan yang sudah ada.
3. Di tugas akhir (skripsi, tesis, disertasi), kesamaan tulisan kita dengan tulisan yang
pernah ada sebelumnya biasanya dibatasi maksimal 20%. Berarti, dalam contoh kasus Kim
Udin di atas, paling tidak, tulisan yang ditulisnya sendiri minimal berjumlah 6 halaman.
Sistematika Penulisan Laporan Magang
- Halaman Sampul
- Kata Pengantar
- Daftar Isi
- BAB I (Latar Belakang Penelitian, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Landasan Teori, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan)
- BAB II
- BAB III
- BAB IV
- Bab V (Kesimpulan dan Saran)
- Daftar Pustaka
Daftar Pustaka
• Nama penulis (jika lebih satu kata, dibalik penulisannya)
• Tahun terbit
• Judul buku (dimiringkan)
• Tempat terbit
• Penerbit
Sebuah buku berjudul Kiat Sukses Beternak Lele diterbitkan pada tahun
2000 oleh Gramedia Pustaka Utama (Jakarta). Buku ini ditulis oleh
Pandu Putra, seorang lulusan peternakan dari Universitas Bina Harapan.
Buku Pengantar Sastra Peranakan Tionghoa diterbitkan oleh Gadjah
Mada University Press (Yogyakarta). Buku ini ditulis oleh Dr.
Cahyaningrum Dewojati pada tahun 2018.

Anda mungkin juga menyukai