KELOMPOK III
ANGGOTA:
Malaria Malaria
Plasmodium falciparum (P. falciparum) Berikan suplemen besi : 300 mg sulfas
Plasmodium ovale (P. ovale) ferrosus (60 mg elemen besi)/hari, dan 1
Plasmodium malariae (P. Malar)iae mg asam folat / hari.
Plasmodium vivax (P. vivax) Untuk pengobatan anemia moderat (Hb
7-10 g/dl) maka diberikan dosis besi
2xlipat.
Periksa Hb setiap kali control.
Penanganan
Pengontrolan malaria dalam kehamilan
tergantung derajat transmisi, pengawasan
berdasarkan suatu gabungan hal-hal di-bawah ini :
• Kemoprofilaksis.
Gejala
Gejalapneumonia
pneumoniadiantaranya
diantaranyaialah
ialahdemam,
demam,nyeri
nyeriperut,
perut,
batuk,
batuk, pilek, nyeri dada pleuritik, mual, muntah,menggigil,
pilek, nyeri dada pleuritik, mual, muntah, menggigil,
leukosit
leukositmeningkat,
meningkat,sesak
sesaknafas.
nafas.
PENYEBAB
PNEUMONIA
1 2 3
Terapi oksigen pada pasien Gunakan menejemen cairan
ISPA Berikan antibiotik empirik konserfatif pada pasien tanpa
syok
HEPATITIS
Merupakan penyakit radang hati yang disebabkan oleh
virus hepatitis (Picornavirus). Hepatitis ditularkan
melalui makanan dan minuman yang terinfeksi. Gejala
hepatitis diantaranya ialah demam, mual, muntah,
hepatomegali, sklera mata kuning, urine kuning pekat
dan kulit kuning
PENYEBAB PENYAKIT HEPATITIS
Semua wanita hamil wajib diperiksa HBsAg saat pemeriksaan setiap kehamilan
trimester pertama, walaupun pernah mendapat vaksinasi untuk mendapat informasi
status HBsAg ibu dan menentukan saat profilaksis untuk bayi.10 Semua wanita hamil
dengan HBsAg positif wajib diperiksa nilai DNA VHB, untuk menentukan terapi
antiviral.10 Wanita hamil dengan faktor risiko infeksi VHB (memiliki pasangan seksual
lebih dari satu dalam 6 bulan terakhir, infeksi saluran kemih, menggunakan narkotika
injeksi) wajib divaksinasi (Gozali Angelin Putri . 2020:357)
PENANGANAN PENYAKIT HEPATITIS
The American Congress of Obstetrics and
Gynecology (ACOG) merekomendasikan
skrining VHB pada wanita hamil.11 Nilai HBsAg Pada wanita VHB kronik tidak hamil dan dalam
dan antibodi harus diperiksa pada pemeriksaan rentang usia subur, tujuan terapi adalah untuk
prenatal. Apabila HBsAg dan anti-HBsAg negatif, mengetahui tingkat keparahan dan menentukan
vaksin VHB dapat diberikan pada pasien risiko terapi yang tepat. Pasien VHB kronik yang ingin
tinggi. Jika hasil pemeriksaan HBsAg positif, hamil tidak diterapi antivirus karena risiko
maka harus dilakukan pemeriksaan VHB DNA gangguan organogenesis. Pasien dengan gejala
kuantitatif pada minggu ke-28. ACOG virus hepatitis B yang signifikan, seperti fibrosis
merekomendasikan untuk merujuk pasien jika dan sirosis, harus diterapi antivirus untuk
titer virus >20.000 IU/mL, ALT > 19 IU/mL, atau mencegah kambuh saat hamil. Interferon-
HbeAg positif. Apabila DNA VHB lebih dari 1 juta pegylated merupakan terapi utama untuk infeksi
kopi (200.000 IU/mL), terapi antiviral VHB kronik. Pasien harus menunggu 18 bulan
direkomendasikan pada usia kehamilan 28 – 32 (12 bulan terapi dan 6 bulan untuk respons
minggu. Apabila titer virus <200.000 IU/mL, terapi) sebelum mencoba hamil (Gozali Angelin
terapi antiviral dapat diberikan jika memiliki Putri . 2020:356)
gejala hepatitis B virus aktif dan sirosis (Gozali
Angelin Putri . 2020:356)
RUBELLA
Rubella (German measles) adalah penyakit ringan yang menyerang anak-anak
namun merupakan ancaman yang serius untuk janin, jika ibu mendapatkan infeksi
pada masa kehamilan. Lebih dari 20.000 bayi dilahirkan dengan kelainan sewaktu
terjadinya KLB rubella pada tahun 1964-1965 (Amerika Serikat). Pada KLB
tersebut juga terjadi 10.000 kegugurari dan kematian bayi baru lahir. Sebelum
dilakukannya vaksinasi terhadap rubella tahun 1969, pandemic rubella terjadi
setiap 6-9 tahun, yang puncaknya terjadi pada musim semi Sejak tahun 1969,
ketika vaksin untuk rubella dilakukan, anak-anak secara rutin divaksinasi,
membantu mencegah penyebaran penyakit ke ibu hamil yang rentan. Banyak
wanita usia subur kebal terhadap rubella karena mereka sudah diinfeksi atau
pernah menderita infeksi rubella pada masa kanak- kanak. Karena luasnya
penggunaan vaksin, kelainan bayi baru lahir yang discbabkan oleh rubella menjadi
jarang (Soeng soegijanto.2016:9)
PENYEBAB PENYAKIT RUBELLA
Penyebab atau agen infeksi rubella adalah virus Rubella, yaitu virus tipe RNA
yang merupakan genus dari Rubivinus dan famili Togaviridae(Soeng
soegijanto.2016:9) Patogenesis infeksi rubella tidak dimengerti secara baik. Virus
dapat ditemukan di area kulit yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi, hal ini
menunjukkan bahwa proses imun berperan penting Risiko terjadinya kelainan dan
penyakit kongenital meningkat dengan infeksi ibu hamil primer pada masa
trimester pertama kehamilan. Kelainan kongenital terjadi pada 90% bayi yang
ibunya mendapatkan infeksi sebelum usia 11 minggu kehamilan, dan risiko
menjadi 70% jika infeksi didapat pada akhir trimester pertama. Infeksi ibu pada
usia kehamilan lebih dari 16 minggu menunjukkan risiko yang lebih rendah
terjadinya kelainan kongenital, walaupun infeksi pada janin mungkin terjadi
(Soeng soegijanto.2016:10)
PENCEGAHAN PENYAKIT RUBELLA
Imunisasi rubella, biasanya disebut measles-mumps-rubella (MMR), direkomendasikan
pada usia 12-15 bulan. Imunisasi kedua, juga dikenal sebagai MR, diberikan secara rutin
pada psia 4-6 tahun tapi dapat diberi pada usia berapapun dengan senggang waktu 4
minggu dari imunisasi sebelumnya. Anak-anak yang tidak mendapat imunisasi kedua
scharusnya diimunisasi pada usia 11-12 tahun. Terutama pada anak gadis harus
mempunyai kekebalan terhadap rubella sebelum mencapai usia subur. Wanita hamil tidak
bolch diberikan vaksin dari virus rubella hidup, dan harus menghindari kehamilan untuk 3
bulan setelah mereka mendapatkan vaksin. Tes scrologi rutin postpubertas sebelum
imunisasi rubella tidak diperlukan.
PENANGANAN PENYAKIT RUBELLA
Keywords
Keywordsare
aregreat
greatfor
forgetting
gettingattention
attention