Anda di halaman 1dari 17

Kelompok 9

Risa
Fairuz Najibah Y (5230018025)
A. BUDAYA YANG BERKAITAN DENGAN
KEHAMILAN/ KELAHIRAN
1. Mitoni / Tingkepan
Mitoni atau tingkepan merupakan upacara selamatan ketika usia
kandungan menginjak usia 7 bulan. Upacar selamatan ini bertujuan supaya
janin yang ada dalam kandungan nantinya lahir dalam keadaan sehat wal
afiat, serta menjadi anak yang sholeh.
Didalam Al-Qur’an juga dikisahkan tentang Nabi Ibrahim yang mendoakan
anak cucunya yang belum lahir sebagai berikut ;
“Ya Tuhan kami ,jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada
Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk dan
patuh kepada Engkau” (QS. Al-Baqarah 2:128)
2. Adzan dan Iqamah ketika Anak Baru Lahir
Anak adalah titipan Ilahi. Anak merupakan amanah yang harus dijaga
dengan baik. Dalam upaya itulah seringkali orang tua berusaha sedemikian
rupa agar kelak anak-anaknya menjadi orang yang shaleh/sholehah berguna
bagi masyarakat dan agama. Ketika bayi pertama kali terdengar tangisnya,
saat itulah sang ayah akan membacakannya kalimat adzan di telinga sebelah
kanan, dan kalimat iqamat pada telinga sebelah kiri. Tentunya semua
dilakukan dengan tujuan tertentu.
(Sunan Abu Dawud: 444) Begitu pula keterangan yang terdapat dalam
Majmu’ fatawi wa Rasail halaman 112. Di sana diterangkan bahwa: “yang
pertama mengumandangkan adzan di telinga kanan anak yang baru lahir, lalu
membacakan iqamah di telinga kiri. Ulama telah menetapkan bahwa
perbuatan ini tergolong sunnah. Mereka telah mengamalkan hal tersebut
tanpa seorangpun mengingkarinya. Perbiatan ini ada relevansi, untuk
mengusir syaithan dari anak yang baru lahir tersebut. Karena syaitan akan lari
terbirit-birit ketika mereka mendengar adzan sebagaimana ada keterangan di
dalam hadits
3. Adat Brokohan
Adat brokohan merupakan upacara adat yang berupa bancaan atau selamatan
yang dilaksaankan beberapa jam setelah kelahiran bayi. Ditinjau dari maknanya
brokohan juga bisa berarti mengharapkan berkah dari Yang Maha Pencipta. <>
“Brokohan memiliki makna, adalah pengungkapan rasa syukur dan rasa sukacita
atas proses kelahiran yang berjalan lancar dan selamat,” ujar Pariyem, salah satu
dukun bayi di Ngadirejo, Mojogedang Karanganyar saat dikonfirmasi NU Online.
setelah bayi dilahirkan yaitu dengan dipendam, diberi lampu, dan dipagari,
tidak serta merta dibuang begitu saja karena kita harus ingat bahwa batur bayi-lah
yang menemani bayi saat di kandungan,” tambahnya. Sebagaimana kita ketahui
bahwa plasenta memiliki fungsi yang sangat penting disaat bayi dalam kandungan.
Selain mengirimkan gizi dan oksigen dari darah ibu, ia juga bertugas membawa
kembali karbondioksida dan sisa-sisa pembuangan janin ke darah ibu. Plasenta juga
membentuk pertahanan terhadap penyakit tertentu.
Oleh sebab itu, perawatan orang jawa terhadap plasenta bayi yang sudah lahir
dengan memberinya penerang (lampu) dan pagar agar tidak dimakan binatang,
ternyata adalah sebuah teladan bagi kita agar tidak melupakan kebaikan atau jasa
siapa/apa saja yang pernah diberikan kepada kita.
4. Aqiqah
Aqiqahan ialah mengundang tetangga untuk membacakan ayat Al-Quran,
zikir, atau maulid Barzanji yang kemudian memotong sedikit rambut bayi oleh
sejumlah undangan secara bergantian saat mahallul qiyam. Yang punya hajat
lalu meminta kiai setempat mendoakan si anak kelak menjadi orang punya
manfaat dan kegunaan bagi masyarakat.
Sedangkan aqiqah secara harfiah sebutan bagi rambut di kepala bayi. Bayi
orang atau binatang, sama saja. Kata ahli fiqih, aqiqah ialah hewan
sembelihan yang dimasak gulai kemudian disedekahkan kepada orang fakir
dan miskin. Dimasak gulai dengan harapan akhlak si orok kelak manis dan
enak dipandang mata seperti masakan gulai. Hukum aqiqah sunah muakkad.
Tetapi menjadi wajib kalau dinazarkan sebelumnya. Untuk bayi laki-laki,
sempurna minimal dua ekor kambing. Sedangkan bayi perempuan,
dipotongkan seekor kambing. Tetapi pada prinsipnya, seekor kambing cukup
untuk mengaqiqahkan bayi laki-laki maupun perempuan. Sementara
sempurnanya, seorang wali tidak dibatasi menyembelih berapa ekor kambing,
5. Ulang Tahun
Kaum Ahlussunnah Wal Jamaah memandang tradisi semacam ini dengan sikap proporsional, yaitu dengan
pendirian bahwa selama di dalam acara tersebut ada unsur-unsur kebaikan, seperti; menyampaikan
tahni’ah/ucapan selamat kepada sesama muslim, mempererat kerukunan antara keluarga dan tetangga, menjadi
sarana sedekah dan bersyukur kepada Allah, serta mendo’akan si anak semoga menjadi anak yang shalih dan
shalihah. Maka itu semua layak untuk dilaksanakan karena dianggap tidak bertentangan dengan syari’at Islam.
Dasar pengambilan hukum seperti tersebut di atas adalah keterangan dari kitab “al-iqna’” juz I hal. 162 :
‫اب‬َ ‫ لَ ِك ْن نَقَ َل ْال َحافِظُ ْال ُم ْن ِذ ِريُّ ع َِن ْال َحافِ ِظ ْال ُمقَ َّد ِس ِّي أَنَّهُ أَ َج‬، ُ‫ لَ ْم أَ َر ألَ َح ٍد ِم ْن أَصْ َحابِنَا َكالَ ًما فِي التَّ ْهنِئَ ِة بِ ْال ِع ْي ِد َو ْاألَ ْع َو ِام َو ْاألَ ْشه ُِر َك َما يَ ْف َعلُهُ النَّاس‬:‫ال ْالقَ ُموْ لِ ْي‬ َ َ‫ق‬
َُ‫اب ال ِّشهَابُ اب ُْن َح َج ٍر بَ ْع َد اطِّالَ ِع ِه َعلَى َذلِكَ بِأَنَّهَا َم ْشرُوْ َعةٌ َواحْ تَجَّ له‬ َ ٌ ٌ َّ َّ َ َ َّ ْ
َ ‫اس ل ْم يَ َزالوْ ا ُمختَلِفِ ْينَ فِ ْي ِه َوال ِذيْ أ َراهُ أنهُ ُمبَا ٌح الَ ُسنة فِ ْي ِه َوالَ بِ ْد َعة َوأ َج‬ ُ َ َّ
َ ‫ك بِأ َّن الن‬َ َ ِ‫ع َْن َذل‬
‫ض ِع ْيفَ ٍة لَ ِك ْن‬َ ‫ار‬ ٍ َ‫ار َوآث‬ ٍ َ‫ق َما ُذ ِك َر ِم ْن أَ ْخب‬ َ ‫ َو َسا‬،‫ك‬ َ ‫ْض فِي ْال ِع ْي ِد تَقَب ََّل هللاُ ِمنَّا َو ِم ْن‬ٍ ‫ض ِه ْم لِبَع‬ ِ ‫اس بَ ْع‬ ِ َّ‫ي فِ ْي قَ ْو ِل الن‬ َ ‫ بَابُ َما ر ُِو‬:‫ال‬ َ َ‫بِأ َ َّن ْالبَ ْيهَقِ َّي َعقَّ َد لِ َذلِ َك بَابًا فَق‬
‫َّح ْي َحي ِْن‬ ِ ‫ْزيَ ِة َوبِ َما فِي الص‬ ِ ‫ُث ِم ْن نِ ْع َم ٍة أَ ْو يَ ْن َدفِ ُع ِم ْن نِ ْق َم ٍة بِ َم ْشر ُْو ِعيَّ ِة ُسج ُْو ِد ال ُّش ْك ِر َوالتَّع‬
ُ ‫ال َويُحْ تَجُّ لِ ُع ُم ْو ِم التَّ ْهنِئَ ِة بِ َما يَحْ د‬َ َ‫ك ثُ َّم ق‬ َ ِ‫َمجْ ُم ْو ُعهَا يُحْ تَجُّ بِ ِه فِ ْي ِم ْث ِل َذل‬
ِ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَقَا َم إِلَ ْي ِه طَ ْل َحةُ بْنُ ُعبَ ْي ِد هللا‬
َ ‫ضى ِإلَى النَّبِ ِّي‬ َ ‫ك أَنَّهُ لَ َّما بُ ِّش ُر بِقَب ُْو ِل ت َْوبَتِ ِه َو َم‬
َ ‫ف َع ْن غ َْز َو ِة تَب ُْو‬ َ َّ‫ص ِة ت َْوبَتِ ِه لَ َّما تَ َخل‬ َّ ِ‫ب ب ِْن َمالِ ٍك فِ ْي ق‬ ِ ‫َع ْن َك ْع‬
َُ‫فَهَنَّأه‬.
Artinya : “Imam Qommuli berkata : kami belum mengetahui pembicaraan dari salah seorang ulama kita tentang
ucapan selamat hari raya, selamat ulang tahun tertentu atau bulan tertentu, sebagaimana yang dilakukan oleh
banyak orang, akan tetapi al-hafidz al-Mundziri memberi jawaban tentang masalah tersebut : memang selama ini
para ulama berselisih pendapat, menurut pendapat kami, tahni’ah itu mubah, tidak sunnah dan tidak bid’ah, Imam
Ibnu Hajar setelah mentelaah masalah itu mengatakan bahwa tahni’ah itu disyari’atkan, dalilnya yaitu bahwa Imam
Baihaqi membuat satu bab tersendiri untuk hal itu dan dia berkata : “Maa ruwiya fii qaulin nas” dan seterusnya,
kemudian meriwayatkan beberapa hadits dan atsar yang dla’if-dla’if. Namun secara kolektif riwayat tersebut bisa
digunakan dalil tentang tahni’ah. Secara umum, dalil dalil tahni’ah bisa diambil dari adanya anjuran sujud syukur
dan ucapan yang isinya menghibur sehubungan dengan kedatangan suatu mikmat atau terhindar dari suatu mala
petaka, dan juga dari hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim bahwa sahabat Ka’ab bin Malik sewaktu
ketinggalan/tidak mengikuti perang Tabuk dia bertaubat, ketika menerima kabar gembira bahwa taubatnya
diterima, dia menghadap kepada Nabi SAW. maka sahabat Thalhah bin Ubaidillah berdiri untuk menyampaikan
ucapan selamat kepadanya”.
B.BUDAYA YANG BERKAITAN DENGAN
KEMATIAN
1. Talqin
Melakukan talqin mayit hukumnya sunnah berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Imamath-Thabrani dalam al-
Mu’jam al-Kabir dan Imam Ibnu Mandah. Hadis tersebut telah dikutip oleh Syekh Ibnu Taymiyyah al-Harrani dalam
Majmu’al-Fatawa dan Syekh Muhammad ibn ‘Abdul Wahhab an’Nadji dalam kitabnya ahkam Tamanni al-Mawt.
a.Talqin Sunnah
( 501 ) – ‫إ``` اَّلإ`` ُهَّللا} َر َو ُا̀ه` ُم ْسلِ ٌم` َو أْلَا``رْ بَ َع` ُة‬
‫ { َ لقِّ`نُوا َم ْوتَا ُك ْم` اَل َ َله‬:`‫ُول ِهَّللا َصل َّ`ى ُهَّللا َعلَ ْي ِه` َو َسل َّ َم‬ ‫ض َي ُهَّللا َع ْنهُ َما َ اَل‬
ُ ‫ َ َاق```̀ل َرس‬: ``‫ق``ا‬ ِ ‫ َوَ̀أبِيهُ َر ْي َرةَ َر‬، ‫َو َ ْعنَ̀أبِي َس ِع`ي ٍد‬
Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ajarilah orang-orang yang hendak meninggal dunia di antara kalian ucapan laa ilah illallah.” (Ibnu Hajar dalam
Bulughul Maram no 501 mengatakan, “Hadits tersebut diriwayatkan oleh Muslim dan kitab hadits yang empat.”
[Nasai, Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah, pent]”).
b.Talqin Bid’ah
ْ‫ قُل‬، ُ‫ يَا فُاَل ن‬: ‫ أَ ْن يُقَا َل ِع ْن َد قَب ِْر ِه‬. ُ‫ف النَّاسُ َع ْنه‬ َ ‫ َوا ْن‬، ُ‫ت قَ ْب ُره‬
َ ‫ص َر‬ ِ ِّ‫ي َعلَى ْال َمي‬ َ ‫ُّون إ َذا ُس ِّو‬ َ ‫ َكانُوا يَ ْست َِحب‬: ‫ين – قَا َل‬َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ – أَ َح ِد التَّابِ ِع‬
ِ ‫ب َر‬ٍ ‫ض ْم َرةَ ب ِْن َحبِي‬ َ ‫َو َع ْن‬
ُ
َ‫ث أَبِي أ َما َمة‬
ِ ‫ُور َموْ قُوفًا – َولِلطَّبَ َرانِ ِّي نَحْ ُوهُ ِم ْن َح ِدي‬ ٍ ‫ َر َواهُ َس ِعي ُد ب ُْن َم ْنص‬، ‫ َونَبِيِّي ُم َح َّم ٌد‬، ‫ َو ِدينِي اإْل ِ ْساَل ُم‬، ُ ‫ قُلْ َربِّي هَّللا‬: ‫ يَا فُاَل ُن‬، ‫ت‬ ٍ ‫ث َمرَّا‬ َ ‫ ثَاَل‬، ُ ‫ اَل إلَ َه إاَّل هَّللا‬:
‫ َمرْ فُوعًا ُمطَ َّواًل‬.
Dari Dhamrah bin Habib, seorang tabiin, “Mereka (yaitu para shahabat yang beliau jumpai) menganjurkan jika kubur
seorang mayit sudah diratakan dan para pengantar jenazah sudah bubar supaya dikatakan di dekat kuburnya, ‘Wahai
fulan katakanlah laa ilaha illallah 3x. Wahai fulan, katakanlah ‘Tuhanku adalah Allah. Agamaku adalah Islam dan
Nabiku adalah Muhammad” [Dalam Bulughul Maram no hadits 546, Ibnu Hajar mengatakan, “Diriwayatkan oleh Said
bin Manshur secara mauquf (dinisbatkan kepada shahabat). Thabrani meriwayatkan hadits di atas dari Abu Umamah
dengan redaksi yang panjang dan semisal riwayat Said bin Manshur namun secara marfu’ (dinisbatkan kepada Nabi)].
2. Yasin dan Tahlil

Bacaan surah Yasin biasanya dihadiahkan kepada orang-orang yang sudah


meninggal dunia. Ada pula yang membacanya di samping orang yang sedang
mengahadapi detik-detik akhir dari kehidupannya di dunia. Ada pula yang
melakukannya di makam para ulama,orangtua, dan kerabat.
Tahlilan adalah ritual yang komposisi bacaannya terdiri dari beberapa ayat Al-
Qur’an, tahlil, tasbih, tahmid, shalawat, dan bacan zikir lainnya. Bacaan
tersebut dihadiahkan kepada orang-orang yang telah wafat. Hal tersebut
kadang dilakukan secara bersama-sama atau berjamaah dan kadang pula
dilakukan sendirian. Biasanya tahlilan ini dilakukan selama 7 hari dari
meninggalnya seseorang, pada hari ke 40, 100, 1000 di setiap malam jum’at.
3. Tawasul

Istigasah dan tawasul memiliki arti yang sama, yaitu memohon datangnya
manfaat atau terhindarnya bahaya kepada allah dengan menyebut nama seorang
Nabi atau wali karena memuliakan (ikram) terhadap keduanya. Dalil kebolehan
istigasah dan tawasul ini terdapat dalam sekian banyak hadis sahih sehingga tidak
aneh jika istigasah dan tawasul ini telah berkembang sejak kaum salaf, generasi
sahabat, dan tabi’in. Tidak seorang pun dari kalangan ulama salaf yang
melarangnya.

4. Haul
Manaqiban dan haul adalah upacara pembacaan biografi dan keutamaan para
wali Allah yang menjadi panutan umat. Dalam acara tersebut juga diselingi
dengan pembacaan Al-fatihah, ayat-ayat alqur’an dan aneka zikir lainnya, lalu
pahalanya dihadiahkan kepada wali yang bersangkutan. Tradisi manaqiban ini
sangat baik untuk dilakukan agar umat dapat menghayati dan meneladani
perjalanan kehidupan mereka yang sangat produktif dalam beribadah,
berdakwah, dan berbakti kepada agama
5. Shadaqah untuk mayit
Menghadiahkan pahala sedekah untuk mayit termasuk praktik yang
dibolehkan dan pahalanya bisa sampai kepada mayit. Di antara dalil tegas
dalam masalah ini adalah Dalam hadis yang lain, dari Ibnu Abbas radhiallahu
‘anhuma, bahwa ibunya Sa’d bin Ubadah meninggal dunia, ketika Sa’d tidak
ada di rumah. Sa’d berkata,

ُ ‫ص َّد ْق‬
‫ «نَ َع ْم‬:‫ت بِ ِه َع ْنهَا؟ قَا َل‬ ْ َ‫» يَا َرسُو َل هَّللا ِ إِ َّن أُ ِّمي تُ ُوفِّي‬
َ َ‫ أَيَ ْنفَ ُعهَا َش ْي ٌء إِ ْن ت‬،‫ت َوأَنَا َغائِبٌ َع ْنهَا‬
“Wahai Rasulullah, ibuku meninggal dan ketika itu aku tidak hadir. Apakah dia
mendapat aliran pahala jika aku bersedekah harta atas nama beliau?” Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya.” (HR. Bukhari 2756)
Hadis-hadis di atas menjadi dalil bahwa pahala sedekah atas nama mayit bisa
sampai kepada mayit. Bahkan kata Imam Nawawi bahwa pahala sedekah ini
bisa sampai kepada mayit dengan sepakat ulama. (Syarh Shahih Muslim, 7:90)
6. Ziarah Kubur
Ziarah kubur menurut Islam hanyalah salah satu sarana agar seorang
Muslim selalu beriman dan mengingat kematian. Dengan ziarah kubur, umat
Islam akan mengingat bahwa kematian itu nyata.Ziarah kubur merupakan
amalan sunah yang sangat dianjurkan dalam Islam, apalagi makam orangtua
sendiri. Ziarah kubur termasuk ibadah yang mulia di sisi Allah. Islam juga
masih menghormati orang-orang yang sudah meninggal.
Sebagaimana Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya aku dahulu telah melarang kalian untuk berziarah kubur,
maka (sekarang) berziarahlah karena akan bisa mengingatkan kalian kepada
akhirat dan akan menambah kebaikan bagi kalian.” (HR. Muslim).
Dalam tata cara ziarah kubur, ada adab yang harus dan tidak harus
dilakukan. Salah satu adab dalam tata cara ziarah kubur menurut Islam adalah
mendoakan orang yang dimakamkan di hadapan kita. Sementara menaburkan
bunga atau menyiramkan air di atas makam bukan menjadi bagian wajib dari
tata cara ziarah kubur sesuai sunnah.
7. Ta’ziyah
Ta'ziyah menurut bahasa artinya menghibur. sedangkan menurut istilah
kata ta'ziyah ialah mengunjungi keluarga orang yang meninggal dunia dengan
maksud agar keluarga yang mendapat musibah dapat terhibur dan diberikan
keteguhan serta kesabaran dalam menghadapi musibah dan mendo'akan
kepada orang yang meninggal supaya di ampuni dosa-dosanya.

Hukum Ta'ziyah
Ta'ziah hukumnya sunah dan merupakan hak muslim yang satu terhadap
muslim yang lain. Hak orang Islam terhadap orang Islam yang lain ada enam,
yaitu:
• Menjawab Salam
• Mengabulkan/memenuhi undangan
• Memberi nasihat
• Mendoakan orang yang bersin
• Menjenguk orang sakit
• Mengantarkan jenazah
• Hal ini sesuai dengan hadis Rasul Allah
Hikmah Ta'ziah
a. Dengan berta'ziah akan tercipta hubungan silaturahmi yang lebih erat
antara orang yang berta'ziah dengan keluarga yang terkena musibah
kematian.
b. Keluarga yang terkena musibah dapat terhibur dengan adanya ta'ziah
sehingga yang demikian ini dapat mengurangi beban kesedihan yang
berkepanjangan.
c. Orang yang berta'ziah dapat ikut mendoakan kepada jenazah agar dosa-
dosanya diampuni dan amal-amal kebaikannya dapat di terima oleh Allah
swt.
d. Orang yang berta'ziah akan mendapat pahala dari Allah swt.
8. Baca Al’Qur’an di kuburan
Membaca Al Qur’an di sisi kubur adalah di antara amalan yang tidak
dituntunkan sehingga tidak boleh kita lakukan. Kita tidak boleh pula shalat di
sisi kubur karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah
melakukan seperti itu.

. ‫ف``` ُ يب```ُوتِ ُك ْم` َو َال َ تَّت``` ِخ ُذوهَا ُ بق``ُورًا‬


‫̀اجْ َعلُوا ِمْن َص ` َالتِ ُك ْم` ِ ى‬
“Jadikanlah shalat kalian di rumah kalian dan jangan jadikan rumah tersebut
seperti kubur” (HR. Bukhari no. 432 dan Muslim no. 777). Hadits ini
menunjukkan bahwa kubur bukanlah tempat untuk shalat dan juga bukan
tempat untuk membaca Al Qur’an. Amalan yang disebutkan ini merupakan
amalan khusus di masjid dan di rumah. Yang hendaknya dilakukan ketika
ziarah kubur adalah memberi salam kepada penghuninya dan mendoakan
kebaikan pada mereka.
Amaliah Selain Kelahiran dan Kematian
dalam Budaya NU 1
1. Pahala membaca Al-qur’an
Sebagian orang malas membaca Al Quran padahal di dalam terdapat petunjuk untuk
hidup di dunia. Sebagian orang merasa tidak punya waktu untuk membaca Al Quran
padahal di dalamnya terdapat pahala yang besar. Sebagian orang merasa tidak
sanggup belajar Al Quran karena sulit katanya, padahal membacanya sangat mudah
dan sangat mendatangkan kebaikan. Mari perhatikan hal-hal berikut:
Membaca Al Quran adalah perdagangan yang tidak pernah merugi
{`‫) ِ ليُ` َوفِّيَهُ ْم‬29( ‫ت```ا َرةً َ ْل `ن َ بت```ُو َر‬
‫ُون ِ َج‬
َ ‫ي`` ج‬ ْ‫ًّ`ًرا َو َعاَل نِيَ ًة َ ر‬m ‫صاَل ةَ َوَ̀أ ْنفَقُوا ِم َّما َر َز ْقنَا ُْهم` ِس‬
َّ ``‫ون ِك`تَ َاب ِهَّللا َوَ̀أقَا ُموا لا‬
َ ُ‫َّل ِذا`` َين َ ْتي``ل‬
)30( ‫ضْ لِ ِه` ِ̀إنَّ ُه` َغفُو ٌر َش ُك`و ٌر‬ ```‫} ُ̀أجُو َر ُْهم` َويَ ِزي َد ُْهم` ِمْن َ ف‬
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat
dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka
dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang
tidak akan merugi”. “Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan
menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Fathir: 29-30).
2. Megengan

Megengan adalah tradisi masyarakat jawa dalam menyambut bulan


Ramadhan. Megengan diambil dari bahasa jawa yang artinya menahan. Ini
merupakan suatu peringatan bahwa sebentar lagi akan memasuki bulan
Ramadhan, bulan dimana umat islam diwajibkan berpuasa, yaitu menahan
untuk tidak melakukan perbuatan maksiatyang dapat menggugurkan ibadah
puasa tersebut.
KESIMPULAN

Budaya merupakan bagian tak terpisah dari kehidupan sosial


bermasyarakat. Sehingga budaya sangat berkaitan dengan kehidupan
masyarakat. Terutama dalam hal agama,banyak kita jumpai perbedaan dalam
melestarikan budaya sesuai dengan metode maing-masing. Baik dalam
budaya terkait kehamilan, kelahiran, maupun kematian. Sehingga sebaiknya
kita juga turut melestarikan budaya tersebut.

Demikianlah, makalah yang kami buat terkait dengan Amaliah dan


Budaya NU Semoga apa yang kami susun dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Serta dapat menambah pemahaman kita
tentang budaya NU.

Anda mungkin juga menyukai