Anda di halaman 1dari 30

Referat

KOLESISTITIS
Oleh:
Friska Silviantri

Pembimbing: dr. I Ketut Sujana,
Sp. PD
Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Tanjungpura
2021
LATAR BELAKANG
Kegawatdaruratan
Pankreatitis
Akut

Traktus Biliaris Kolangitis
Ascenden
Kolesistitis
Akut
Pertambahan
Usia
Inflamasi Kandung
Empedu
Wanita>Pria
1/3 
kolesistitis
akut 10-20% penderita Kulit putih>
batu empedu di kulit hitam
Amerika
ANATOMI KANDUNG EMPEDU
DAN SALURAN BILIER

FISIOLOGI KANDUNG EMPEDU


Fungsi kandung empedu yaitu:
Menyimpan dan mengkonsentrasikan
cairan empedu yang berasal dari hati
di antara dua periode makan.
Berkontraksi dan mengalirkan garam
empedu yang merupakan turunan
kolesterol, dengan stimulasi oleh
kolesistokinin ke duodenum sehingga
membantu proses pencernaan lemak.
DEFINISI
Kolesistitis 
adalah radang dinding kandung
empedu yang disertai keluhan
nyeri perut kanan atas, nyeri
tekan dan demam.
KLASIFIKASI

Berdasarkan etiologi:
Kolesistitis kalkulus
Kolesistitis akalkulus
Berdasarkan onset:
Kolesistitis akut
Kolesistitis kronik
PATOGENESIS (1)

 Faktor yang mempengaruhi kolesistitis akut: stasis
cairan empedu, infeksi kuman, dan iskemia dinding
kandung empedu.
 Penyebab utama kolesistitis akut:
 batu kandung empedu (90%) yang terletak di duktus
sistikus yang menyebabkan stasis cairan empedu,
sedangkan sebagian kecil kasus kolesititis (10%) timbul
tanpa adanya batu empedu.
PATOGENESIS (2)

 Kolesistitis kalkulus akutobstruksi duktus sistikus
oleh batu empedudistensi kandung
empeduakibatnya aliran darah dan drainase limfatik
menurun dan menyebabkan iskemia mukosa dan
nekrosis.
 Faktor lain yang berpengaruhkepekatan cairan
empedu, kolesterol, lisolesitin, dan prostaglandin yang
merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu
diikuti oleh reaksi inflamasi dan supurasi.
PATOGENESIS (3)
 akalkulus belum jelas,
 Mekanisme terjadinya kolesistitis
beberapa teori telah diajukan:
Akibat stasis empedu dan peningkatan litogenisitas empedu.
Pasien dalam kondisi kritismeningkatnya viskositas empedu
akibat demam dan dehidrasi dan akibat tidak adanya pemberian
makan per oral dalam jangka waktu lamapenurunan atau tidak
adanya rangsangan kolesistokinin untuk kontraksi kandung empedu
(merangsang pengosongan kandung empedu)empedu pekat
tersebut tertahan di lumen.
Iskemia dinding kandung empedu akibat lambatnya aliran empedu
pada demam, dehidrasi, atau gagal jantung.
PATOGENESIS (4)

 Penelitian yang dilakukan oleh Cullen et al
memperlihatkan kemampuan endotoksin dalam
menyebabkan nekrosis, perdarahan, penimbunan fibrin
yang luas, dan hilangnya mukosa secara ekstensif, sesuai
dengan iskemia akut yang menyertai.
 Endotoksin juga menghilangkan respons kontraktilitas
terhadap kolesistokinin  menyebabkan stasis kandung
empedu.
DIAGNOSIS (1)
 Anamnesis: 
 riwayat nyeri hebat pada abdomen bagian atas yang
bertahan dalam beberapa jam. Nyeri terkadang bermula
dari regio epigastrium dan kemudian terlokalisir di kuadran
kanan atas (RUQ).
 Mual, muntah, demam.
 Tanda-tanda iritasi peritoneal juga dapat muncul, dan pada
beberapa pasien menjalar hingga ke bahu kanan atau
skapula.
 Pada kolesistitis akalkulus, riwayat penyakit yang
didapatkan sangat terbatas. Seringkali, banyak pasien sangat
kesakitan (kemungkinan akibat ventilasi mekanik) dan tidak
bisa menceritakan riwayat atau gejala yang muncul.
DIAGNOSIS (2)

Pemeriksaan Fisik:
Biasanya ditemukan nyeri tekan di kuadran
kanan atas abdomen, dan seringkali teraba
massa atau teraba penuh.
Palpasi kuadran kanan atas saat inspirasi
seringkali menyebabkan rasa tidak nyaman
yang berat yang menyebabkan pasien berhenti
menghirup napas, hal ini disebut sebagai tanda
Murphy positif.
DIAGNOSIS (3)
Pemeriksaan Penunjang:
Darah rutin 
Pemeriksaan kadar C-reactive protein (CRP)
Pemeriksaan fungsi hati (SGPT dan SGOT)
Pemeriksaan alkali fosfatase (AP) dan kadar
bilirubin
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) nilai
kepekaan dan ketepatan USG mencapai 90-
95%
Computed tomography scanning (CT-scan)
Skintigrafi saluran empedu
Pemeriksaan USG pada Kolesistitis

Pemeriksaan Skintifigrafi Saluran Empedu

 Gambaran KOLESKINTIGRAm
memperlihatkan tidak adanya pengisian
Koleskintigram normal kandung empedu akibat obstruksi duktus
sitikus
DIAGNOSIS (4)
 Berdasarkan Tokyo Guidelines (2007
 Gejala dan tanda lokal
 Tanda Murphy 
 Nyeri atau nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen
 Massa di kuadran kanan atas abdomen
 Gejala dan tanda sistemik
 Demam
 Leukositosis
 Peningkatan kadar CRP
 Pemeriksaan pencitraan
 Temuan yang sesuai pada pemeriksaan USG atau skintigrafi
 Diagnosis kolesistitis jika 1 tanda lokal, disertai 1 tanda sistemik
dan hasil USG atau skintigrafi yang mendukung
DIAGNOSIS (5)
Algoritma Diagnosis Kolesistitis:


DIAGNOSIS BANDING
 Aneurisma aorta  Koledokolitiasis
abdominal
 Iskemia messenterium

 Kolelitiasis
 Mukokel kandung
akut empedu
 Apendisitis  Ulkus gaster
 Kolik bilier  Gastritis akut
 Kolangiokarsinoma  Pielonefritis akut
 Kolangitis
KOMPLIKASI
 Empiema, terjadi akibat proliferasi bakteri pada


kandung empedu yang tersumbat.
 Ileus batu kandung empedu, jarang terjadi
menyumbat di ileum terminal atau di duodenum
dan atau di pilorus.
 Kolesistitis emfisematous, terjadi ± pada 1% kasus,
ditandai dengan adanya udara di dinding kandung
empedu akibat invasi organisme penghasil gas
seperti Escherichia coli, Clostridia perfringens, dan
Klebsiella sp. lebih sering terjadi pada pasien
dengan diabetes, lebih sering pada laki-laki, dan
pada kolesistitis akalkulus (28%).
 Komplikasi lain diantaranya sepsis dan pankreatitis
PENATALAKSANAAN (1)

 Rekomendasi dari Sanford guide: piperasilin, ampisilin,
meropenem. Pada kasus berat yang mengancam nyawa
direkomendasikan imipenem/cilastatin.
 Regimen alternatif termasuk sefalosporin generasi ketiga
ditambah dengan metronidazol.
 Pasien yang muntah dapat diberikan antiemetik dan
nasogastric suction.
 Stimulasi kontraksi kandung empedu dengan pemberian
kolesistokinin intravena.
PENATALAKSANAAN (2)

 Pasien kolesistitis tanpa komplikasi dapat diberikan terapi dengan
rawat jalan dengan syarat:
 Tidak demam dan tanda vital stabil
 Tidak ada tanda adanya obstruksi dari hasil pemeriksaan
laboratorium.
 Tidak ada tanda obstruksi duktus biliaris dari USG.
 Tidak ada kelainan medis penyerta, usia tua, kehamilan atau
kondisi imunokompromis.
 Analgesik yang diberikan harus adekuat.
 Pasien memiliki akses transpotasi dan mudah mendapatkan
fasilitas medik.
 Pasien harus kembali lagi untuk follow up.
PENATALAKSANAAN (3)

 Terapi yang diberikan untuk pasien rawat jalan:
 Antibiotik profilaksis, seperti levofloxacin dan
metronidazol.
 Antiemetik, seperti prometazin atau proklorperazin,
untuk mengkontrol mual dan mencegah gangguan cairan
dan elektrolit.
 Analgesik seperti asetaminofen/oxycodone.
 Terapi pembedahan yang diberikan jika dibutuhkan
adalah kolesistektomi.
PENATALAKSANAAN (4)

 Kontraindikasi untuk tindakan kolesistektomi
laparoskopik meliputi:
 Resiko tinggi untuk anestesi umum
 Obesitas
 Adanya tanda-tanda perforasi kandung empedu seperti
abses, peritonitis, atau fistula
 Batu empedu yang besar atau kemungkinan adanya
keganasan.
 Penyakit hati stadium akhir dengan hipertensi portal dan
koagulopati yang berat.
PENATALAKSANAAN (5)
Algoritma Penatalaksanaan Kolesistitis Akut:


PROGNOSIS

 Penyembuhan spontan didapatkan pada 85% kasus,
sekalipun kandung empedu menjadi tebal, fibrotik, penuh
dengan batu dan tidak berfungsi lagitidak jarang
menjadi kolesistitis rekuren.
 Terkadang kolesistitis akut berkembang menjadi gangren,
empiema dan perforasi kandung empedu, fistel, abses hati
atau peritonitis umum secara cepatdicegah dengan
pemberian antibiotik yang adekuat pada awal serangan.
 Tindakan bedah akut pada pasien usia tua (>75 tahun)
mempunyai prognosis yang jelek.
KESIMPULAN (1)

 Kolesistitis adalah radang dinding kandung empedu yang
disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan
demam.
 Berdasarkan penyebabnya, kolesistitis terbagi menjadi
kolesititis kalkulus dan akalkulus. Berdasarkan onsetnya,
terbagi menjadi kolesistitis akut dan kronik.
 Diagnosis kriteria untuk kolesititis dapat digunakan
berdasarkan Tokyo guidelines.
KESIMPULAN (2)

 Terapi kolesistitis meliputi istirahat saluran cerna, diet
rendah lemak, pemberian analgesik, pemberian antibiotik
profilaksis, dan terapi pembedahan berupa kolesistektomi.
 Pemberian terapi lebih awal dan adekuat berperan dalam
mencegah terjadinya komplikasi kolesistitis seperti
gangren, empiema, emfisema, perforasi kandung empedu,
abses hati, peritonitis, dan sepsis.
DAFTAR PUSTAKA (1)
Pridady. Kolesistitis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,


Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. Edisi keempat. Jakarta:
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2006. Hal 477-478.

Steel PAD, Sharma R, Brenner BE, Meim SM. Cholecystitis and Biliary Colic in
Emergency Medicine. [Diakses pada: 1 Juni 2017]. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1950020-overview.

Bloom AA, Amin Z, Anand BS. Cholecystitis. [Diakses pada: 1 Juni 2017].
Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/171886-overview.

Price SA, Wilson LM. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit vol
1. Edisi keempat. Jakarta: EGC, 1994.

Shojamanesh H, Roy PK, Patti MG. Acalculous Cholecystitis. [Diakses pada: 1


Juni 2017]. http://emedicine.medscape.com/article/187645-overview.
DAFTAR PUSTAKA (2)
Takada T, Kawarada Y, Nimura Y, Yoshida M, Mayumi T, Sekimoto M et al.

Background: Tokyo guidelines for the management of acute cholangitis
and cholecystitis. J Hepatobiliary Pancreat Surgery 14; 2007. p. 1-10.

Vogt DP. Gallbladder disease:An update on diagnosis and treatment. Cleveland


Clinic Journal of Medicine vol. 69 (12); 2002.

Miura F, Takada T, Kawarada Y, Nimura Y, Wada K, Hirota M, et al. Flowchart


for the diagnosis and treatment of acute cholangitis and cholecystitis:
Tokyo Guidelinex. J Hepatobiliary Pancreat Surgery 14; 2007. p. 27-34.

Khan AN, Karani J, Patankar TA. Acute Cholecystitis Imaging. [Diakses pada: 1
Juni 2017]. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/365698-overview.

Strasberg SM. Acute Calculous Cholecystitis. N Engl J Med 358 (26); 2008.

Anda mungkin juga menyukai