Anda di halaman 1dari 49

Rhinosinusitis Jamur

Herdiansyah

Departemen IKTHT – KL FK Undip / KSM KTHT – KL


RSUP Dr. Kariadi Semarang
TUJUAN PEMBELAJARAN

Mengenal gejala dan tanda rhinosinusitis jamur
Melakukan anamnesis dan pemeriksaan rhinosinusitis
jamur
Melakukan keputusan perlu tidaknya melakukan
pemeriksaan penunjang
Menentukan faktor risiko setiap kasus
Membuat keputusan klinik dan penatalaksanaan
rhinosinusitis jamur
Mengetahui ada tidaknya komplikasi
PENDAHULUAN

Rinosinusitis jamur merupakan suatu terminologi dimana
ditemukan inflamasi dan kondisi infeksi dari hidung dan
sinus paranasal yang disebabkan jamur.

Banyak faktor yang berperan dalam timbulnya


rinosinusitis jamur. Hal yang paling memegang peranan
adalah status imunitas pasien. Faktor lain yang berperan
adalah patogenitas jamur dan lingkungan

Insiden rinosinusitis jamur sekitar 42,7% dari angka


kejadian rinosinusitis kronis

 1. Gambaran khas MRI pada rhinosinusitis jamur ?
 2. Material kultur cara pengiriman kultur?
 3. prevalensi masing –masing kelompok jamur ?
Anatomi Hidung
 Hidung Eksternal  Hidung Internal


Anatomi Sinus Paranasal
 Terdapat 4 pasang sinus
paranasal

 Muara sinus berbeda-beda
 Perkembangan berbeda-
beda
Kompleks Osteomeatal


FISIOLOGI HIDUNG

fungsi respirasi, yaitu mengatur kondisi udara, penyaring
udara, humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan
dan mekanisme imunologik.
fungsi penghidu, karena terdapatnya mukosa olfaktorius
(penciuman) dan reservoir udara untuk menampung
stimulus penghidu.
fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara,
membantu proses berbicara dan mencegah hantaran suara
sendiri melalui konduksi tulang
fungsi statistik dan mekanik untuk meringankan beban
kepala, proteksi terhadap trauma dan pelindung panas
refleks nasal
Definisi Rinosinusitis

EPOS 2012  Rinosinusitis : inflamasi pada hidung dan
sinus paranasal yang mempunyai 2 / > gejala, dimana salah
satu gejala adalah hidung buntu / keluarnya ingus dari
anterior / posterior hidung disertai;
Nyeri pada wajah
Gangguan menghidu
Endoskopi : nasal polip, discharge mukopurulen dari
meatus media, edema / obstruksi mukosa meatus media
CT scan : patologi pada osteomeatal komplek dan / sinus
paranasal
ETIOLOGI
Rhinosinusitis
akut


Bakteri
1. S pneumoniae
Virus
2. H Influenza
1.Rhinovirus,
3. M catarrhalis,
2.Influenza Virus,
Anaerobes
3.Parainfluenza Virus,
4. S Aureus
4.Adenovirus
5. Streptococus
pyogenes
Rhinosinusitis kronik


Faktor
Faktor penjamu Faktor mikroba
Lingkungan
1.Genetik 1.Merokok 1. Bakteri
2.fisiologi 2.Polutan 2. Fungi
3.struktur anatomi 3.Alergi 3. Biofilms
4.defek kekebalan 4. Superantigen
bawaan
5.defek kekebalan
didapat.

www.themegallery.com Company
Logo
Siklus Sinus Normal

Sekresi mukus  antibodi


Frontal
Komposisi mukus
Benda asing
normal
dibersihkan atau
terserap oleh
Ethmoid
mukosa
Sekresi mukus
Benda asing dan normal
bakteri dibersihkan
dengan adanya liaran
mukociliari
Maxillary
Aliran mukociliari Ostium terbuka
mencegah kerusakan
pada mukosa Mekanisme Host
dalam melawan
infeksi

Adapted from Kennedy DW, et al. Ann Otol Rhinol


Laryngol Suppl. 1995;167:22-30.
Perubahan pH


Metabolisme mukosa
Aliran berubah
terhenti
Cilia dan epitel
Obstruksi  rusak
mengganggu aliran
udara dan mukus
Perubahan pada
Ostium tertutup host karena
cavitas tertutup
sebagai tempat
tumbuhnya
Penebalan bakteri
mukosa  Inflamasi pada
tertutup / jaringan  retensi
Bakteri berkembang
obstruksi sekresi mukus
pada sinus
Etiologi
hidung tersumbat,

B

Gangguan post nasal
A C
penciuman drip
Rhinosinusitis

Sakit E D
kepala rinore

www.themegallery.com
Rhinosinusitis jamur

Rhinosinusitis Jamur

Rhinosinusitis
Jamur

TIDAK INVASIF
INVASIF
1.Rinosinusitis jamur
1.Akut rhinosinusitis
kolonisasi lokal
jamur invasif
2.alergi rinosinusitis
2.Kronik rhinosinusitis
jamur
jamur invasif
3.Rinosinusitis bola
3. rinosinusitis jamur
jamur
invasif granulamatous
Company
Logo
Faktor predisposisi

Penggunaan antibiotic spektrum luas
Penggunaan obat topical hidung yang tidak proksimal
Sistem imun yang rendah ( DM, radiasi/kemoterapi)
Steroid jangka Panjang.
Rhinosinusitis jamur
Non 
Invasif
Rhinosinusitis jamur Non Invasif
 Rinosinusitis jamur
kolonisasi lokal
 Alergi rinosinusitis jamur 
 Rinosinusitis bola jamur
(fungus ball)
 Penyebab:
 Curvularia lunata
 Aspergilus fumigatus

Infeksi jamur ekstra mukosa yang menyebabkan inflamasi


pada sinus karena
a.Faktor lingkungan
b.Faktor penjamu
c.IgE mediasi alergi
RHINOSINUSITIS JAMUR NON INVASIF
1.Rinosinusitis jamur kolonisasi lokal


Infeksi mukosa sinus paranasal sebab infeksi jamur
ekstramukosa
Gejala: Bau tidak enak pada hidung disertai krusta/debris
Endoskopi: Mukosa eritema,edema, pus
Tampak jamur pada krusta hidung
Terapi: Pembersihan daerah terinfeksi
 Penggunaan antihistamin dan steroid topical
Antijamur sistemik tidak digunakan karena cenderung
timbul kembali
RHINOSINUSITIS JAMUR NON INVASIF

2.Rinosinusitis bola jamur (fungus ball)


Kumpulan hifa jamur yang berbentuk bola, massa tanpa
disertai adanya invasi jamur ke jaringan.
Paling banyak di maksila 
Mekanismenya: belum diketahui secara pasti
Spora jamur terhirup→masuk kedalam rongga sinus→
reaksi antigen→iritasi + inflamasi →obstruksi ostium sinus
Rinosinusitis bola jamur (fungus ball)

Gejala:

Hidung tersumbat,selalu
mencium bau busuk, demam,
secret hidung,nyeri wajah
Endoskopi: mukosa
eritema,edema,secret
mukopurulen
CT scan:
Gambaran opasitas
unilateral, satu / beberapa
rongga sinus
Tatalaksana Rinosinusitis bola jamur
(fungus ball)


Memperbaiki ventilasi sinus
Drainase sinus yang adekuat
Pengembalian fungsi bersihan
mukosilia
Pelebaran ostium sinus
Terapi:
Jika perlu dilakukan CWL
• Mengurangi edema
mukosa
• Pemberian mukolitik
• Steroid
• Antibiotik
• Penggunaan steroid
topical jangka panjang
RHINOSINUSITIS JAMUR NON INVASIF
3.Alergi rinosinusitis jamur

Inflamasi kronik

Karakteristik: Adanya jamur pada musin alergik
Alergi yang diperantarai IgE
Mekanisme: Penumpukan eosinofil→stimulasi antigen
terus menerus→pelepasan mayor basik protein →
mediator peradangan yang toksik terhadap jaringan
Gejala dan tanda
Alergi rinosinusitis jamur


Gejala: RSK yang tidak sembuh dengan
medika mentosa
Pasien riwayat polip dengan pembedahan
berulang.
Klinis:
Alergi ringan, polip
Terdapat gambaran hifa
RSK, mukosa edema,eritema,polypoid,
sekret tebal, berwarna coklat keemasan.
Alergi rinosinusitis jamur

 Kriteria:

 1.Peningkatan eosinophil darah tepi
 2.Peningkatan kadar IgE total
 3.Antibodi pencetus allergen penyebab
 4. Peningkatan IgE spesifik jamur

Tatalaksana
•Kombinasi medikamentosa dan pembedahan
•Medikamentosa: antihistamin, steroid sistemik, antijamur,
imunoterapi
Rhinosinusitis Jamur
invasif

Rhinosinusitis jamur invasif


Akut rinosinusitis jamur invasif (AIFR)
Kronik rinosinusitis jamur invasif (CIFR)
Rinosinusitis jamur invasif granulamatous (GIFR)
Akut rhinosinusitis jamur invasif

• Imunitas pasien yang 


rendah
• pemakaian steroid lama

Gejala: demam, nyeri


kepala, nyeri wajah,
gangguan penglihatan,
nekrosis pada
palatum/wajah
Akut rhinosinusitis jamur invasif


Endoskopi:
Tampak area pucat, tidak
mudah berdarah, tampak
perubahan mukosa hitam,
ulserasi

Penegakan diagnosa dengan


identifikasi jamur dan
pemeriksaan histologi
Akut rhinosinusitis jamur invasif


MSCT:
Tampak penebalan mukosa,
gambaran airfluid level, erosi
tulang
Pemeriksaan MRI



Kelompok Jamur

 Banyak rhinosinusitis pada jamur disebabkan oleh
jamur opurtunistik, dibandingkan jamur patogen.
 Spesies Aspergillus menjadi penyebab tersering pada
kasus fungus ball, CIFS, and AIFS.
 Jamur golongan dematiaceous (Alternaria, Bipolaris,
Drechslera, Curvularia,Exserohilum) paling sering
menyebabkan AFRS.
Cara Pemeriksaan

 Jamur tidak dapat diidentifikasi secara pasti oleh
pewarnaan Gram atau pewarnaan hematoxylin dan
eosin (H&E).
 Pewarnaan silver stain (GMS) dan pewarnaan asam-
Schiff secara berkala lebih baik dalam
mengidentifikasi hifa jamur.
 Pewarnaan Fontana-Mason berguna untuk
mengidentifikasi jamur dematiaceous.
Material Kultur

 Kultur jamur sulit dan seringkali tidak ada pertumbuhan
yang dicapai.
 Spesimen kultur jamur harus diperoleh sebelum
memulai terapi antijamur.
 Inisiasi antijamur sebelum kultur mengurangi
kemungkinan tumbuhnya jamur pada kultur.
 Saat memproses sampel untuk dikultur, penting untuk
diingat bahwa menggiling dan mencairkan spesimen
beku akan menyebabkan penurunan hasil Mucorales.

 Sampel dikultur pada media agar seperti agar
Sabouraud dextrose, agar brain-heart infusion, dan lain-
lain.
 Dengan antibiotik. Agar diinkubasi pada suhu kamar
dan 37 ° C.
 Pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis kultur
membantu dalam diagnosis jamur.
 Kultur jamur harus diperiksa setiap dua minggu untuk
jangka waktu 4 minggu sebelum dinyatakan negatif.
Terapi

 Th:
 Operasi + medikamentosa
 Kendalikan faktor resiko
 Amfoterisin B iv
 Antifungal: Itrakonazole
 Endoskopi
 Eksternal approach
 Medial maksilektomi,
 Total maksilektomi


Kronik rhinosinusitis jamur invasif

Dewasa muda, DM

Gejala: RSK, proptosis, diplopia, gangguan penglihatan, >4
minggu
Patofisiologi: kombinasi dari imun yang rendah, host, virulesi
jamur
Komplikasi

Komplikasi ke orbita
Komplikasi intrakranial
Komplikasi ke tulang
Komplikasi orbita


 oCccial.

Klasifikasi Chandler

A. Celulitis orbita (preseptal)


 Komplikasi orbita menurut Chandler :

B. Post septal
A.

B.
Selulitis preseptal (stadium I)

Selulitis orbita (stadium II)

C. Subperiosteal abscess
C. Abses subperiosteum (stadium III)

D. Abscess orbita
D. Abses orbita (stadium IV)

E. Trombosis sinus kavernosus (stadium V)

E. Thrombosis sinus cavernosus


Komplikasi Orbita Temuan Klinis Terapi
Selulitis Preseptal Edema dan eritema palpebral Medikamentosa
Otot otot Ekstra Okular intak (Drainage dari Abses
Penglihatan normal Sekunder, Jarang)


Selulitis Orbital Edema Orbital difus ± Gangguan Otot Medikamentosa
Ekstra Okular ± drainage sinus
Biasanya Penglihatan normal
Abses Subperiosteal Edema, eritema palpebra, dan Medikamentosa
proptosis ± drainage sinus
Gangguan Otot Ekstra Okular Medikamentosa
Biasanya Penglihatan normal, ± drainage abses
terutama pada kasus abses kecil
Perubahan visus dengan abses yang
membesar

Abses orbital Eksoftalmus berat, ekimosis Medikamentosa


Oftalmoplegia, sering Drainage sinus, sering
Gangguan Penglihatan,sering Drainage abses, biasanya

Tromboflebitis Sinus Nyeri orbital bilateral, kemosis, Drainage sinus,sering


Kavernosus proptosis ± antikoagulan
Oftalmoplegia (kontroversial)
N. III, IV, V1, V2, V3, VI dapat
terkena
Komplikasi Intrakranial


Meningitis
Abses Epidural
Abses Subdural
Abses Intraserebral
Tromboplebhitis venous
Komplikasi Asal Sinus Proses Penyakit & Terapi
Meningitis Sinus Etmoid Insidensi sekuele neurologik (ex : penurunan pendengaran)

Sinus Sfenoid Medikamentosa


Abses Epidural Sinus Frontal Medikamentosa agresif, Drainage dari abses
Drainage sinus, biasanya bila klinis stabil

Abses Subdural Sinus Frontal Morbiditas dan mortalitas neurologi tertinggi


Medikamentosa agresif (biasanya steroid + antikonvulsan)
Drainase abses
Drainase sinus, bila klinis stabil

Abses intracerebral Sinus Frontal Peningkatan Morbiditas dan mortalitas neurologi, biasanya
(jarang: sinus lobus frontal
etmoid, sinus Medikamentosa agresif (biasanya steroid + antikonvulsan)
sphenoid) Drainase abses, biasanya
Drainage abses, saat klinis stabil

Tromboplebitis Sinus Frontal Medikamentosa agresif (biasanya steroid + antikonvulsan)


Antikoagulan masih kontroversi
Drainase
Komplikasi Tulang

Osteomielitis dari os frontal
Pott puffy tumor
Pus pada subperiosteal os frontal
Antibiotik iv dan drainase abses
+ pembuangan tulang
PR

 1. Gambaran khas MRI pada rhinosinusitis jamur ?
 2. Material kultur cara paengiriman kultur?
 3. prevalensi masing –masing kelompok jamur ?

www.themegallery.com

Anda mungkin juga menyukai