Anda di halaman 1dari 14

TRIASE BENCANA

DAN BERFIKIR KRITIS


DAN SISTEMATIS
OLEH :
ARBA’AH ROBBY MANSYUR
920173051/4B
TRIASE BENCANA

Penilaian, pemilihan dan pengelompokan penderita


yang mendapat penanganan medis dan evakusasi pada
kondisi kejadian masal atau kejadian bencana.
Penanganan medis yang diberikan berdasarkan
prioritas sesuai dengan keadaan penderita.
ADA METODENYA LHO..

Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya


cedera atau penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat
darurat serta transportasi. Tindakan ini merupakan proses yang
berkesinambungan sepanjang pengelolaan musibah massal. Proses
triase inisial harus dilakukan oleh petugas pertama yang tiba
ditempat kejadian dan tindakan ini harus dinilai ulang terus
menerus karena status triase pasien dapat berubah. Saat ini tidak
ada standard nasional baku untuk triase. Metode triase yang
dianjurkan bisa secara  METTAG (Triage tagging system)  atau
sistim triase Penuntun Lapangan  START (Simple Triage And Rapid
Transportation).
METTAG (Triage tagging system)
1. Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas dan tidak
mungkin diresusitasi.
2. Prioritas Pertama (Merah) : Pasien cedera berat yang memerlukan tindakan dan
transport segera (gagal nafas, cedera torako-abdominal, cedera kepala atau
maksilo-fasial berat, shok atau perdarahan berat, luka bakar berat).
3. Prioritas Kedua (Kuning) : Pasien dengan cedera yang dipastikan tidak akan
mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat (cedera abdomen tanpa shok, cedera
dada tanpa gangguan respirasi, fraktura mayor tanpa shok, cedera kepala atau
tulang belakang leher, serta luka bakar ringan).
4. Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien degan cedera minor yang tidak membutuhkan
stabilisasi segera (cedera jaringan lunak, fraktura dan dislokasi ekstremitas,
cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas serta gawat darurat psikologis).
START (Simple Triage And Rapid Transportation).
Penuntun Lapangan START berupa penilaian pasien 60 detik
yang mengamati ventilasi, perfusi, dan status mental untuk
memastikan kelompok korban seperti yang memerlukan
transport segera atau tidak, atau yang tidak mungkin
diselamatkan, atau mati. Ini memungkinkan penolong secara
cepat mengidentifikasikan korban yang dengan risiko besar
akan kematian segera atau apakah tidak memerlukan transport
segera.
SISTEM TRIASE

Disaster


digunakan untuk menyediakan perawatan yang lebih efektif untuk pasien dalam
jumlah banyak

Non-Disaster


digunakan untuk menyediakan perawatan sebaik mungkin bagi setiap individu
pasien.
KONSEP TRIASE

Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam


nyawa

 Tujuan kedua adalah untuk memprioritaskan pasien menurut ke


akutannya

Pengkatagorian mungkin ditentukan sewaktu-wakt

Jika ragu, pilih prioritas yang lebih tinggi untuk menghindari


penurunan triage
KLASIFIKASI

Tingkat pengetahuan

Data yang tersedia

Situasi yang berlangsung


SISTEM KLASIFIKASI

PRIORITAS 1
Pasien dengan kondisi mengancam nyawa, memerlukan evaluasi dan
intervensi segera
Pasien dibawa ke ruang resusitasi
Waktu tunggu 0 (Nol)
PRIORITAS 2
Pasien dengan penyakit yang akut
Mungkin membutuhkan trolley, kursi roda atau jalan kaki
Waktu tunggu 30 menit
Area Critical care
PRIORITAS 3
Pasien yang biasanya dapat berjalan dengan masalah medis yang minimal
Luka lama
Kondisi yang timbul sudah lama
Area ambulatory / ruang P3
BERFIKIR KRITIS DAN
SISTEMATIS

Pengertian berpikir kritis dikemukakan oleh banyak


pakar. Gunawan menyatakan bahwa keterampilan
berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir pada
level yang kompleks dan menggunakan proses analisis
dan evaluasi.
Berpikir kritis digunakan perawat untuk beberapa alasan :

      Mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

Penerapan profesionalisme

Pengetahuan tehnis dan keterampilan tehnis dalam memberi asuhan keperawatan

 Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat dalam menuju keberhasilan dalam berbagai aktifitas
BERFIKIR SISTEMATIS

Berpikir sistemik (Systemic Thinking)  adalah  sebuah cara untuk 


memahami sistem yang kompleks dengan menganalisis bagian-
bagian sistem tersebut untuk kemudian mengetahui pola hubungan
yang terdapat didalam setiap unsur atau elemen penyusun sistem
tersebut. Pada prinsipnya berpikir sistemik mengkombinasikan
dua kemampuan berpikir, yaitu kemampuan berpikir analis dan
berfikir sintesis.
Cara berpikir serba-sistem juga akan membentuk sikap yang
sistemik dalam merespon permasalahan ( systemic attitude), yakni
suatu pola perilaku yang tidak menabrak aturan main ( rule of
game) yang sudah disepakati dalam satu sistem tertentu. Sebuah
aturan yang ditetapkan dalam sistem memang bersifat membatasi
ruang gerak (self constraining), namun pada saat yang sama
memampukan (self enabling) setiap elemen untuk bekerja sesuai
fungsinya dan berinteraksi dengan elemen lain. Jika tak ada
batasan fungsi yang jelas, maka setiap elemen itu akan saling
bertabrakan dan malah berpotensi menghancurkan sistem secara
keseluruhan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai