Anda di halaman 1dari 35

DEFINISI ASET

FASB dalam rerangka konseptualnya (SFAC No 6, paragraf 25)

 “Assets are probable future economic benefits obtained or


controlled by a perticular entity as a result of past
transactions or events”

 Aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup


pasti atau pasti atau diperoleh atau dikuasai/dikendalikan
oleh suatu entitas akibat transaksi akibat transaksi atau
kejadian masa lalu
Tiga Karakteristik Utama Aset

 Manfaat ekonomik yang datang cukup pasti

 Dikuasai atau dikendalikan entitas

 Timbul akibat transaksi masa lalu


PENGGOLONGAN ASET
 Aset Lancar/Current Assets
Harta yang berbentuk uang tunai maupun aset lainnya yang dapat
ditukarkan dengan uang tunai dalam jangka satu tahun.
Kas dan aset lainnya yang diharapkan dapat dikonversi menjadi kas,
dijual, atau dikonsumsi baik dalam satu tahun atau dalam siklus
operasi (mana yang lebih lama), tanpa mengganggu operasi normal
bisnis

 Aset Investasi/Investment Assets


Harta yang diinvestasikan pada produk-produk investasi untuk
mendapatkan keuntungan
Penggolongan Aset Lanjutan……

 Aset Tak Berwujud/Intangible Assets


Aset yang tidak memiliki bentuk tetapi sah dimiliki perusahaan dan
dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan

 Aset Tetap/Fixed Assets


Harta yang menunjang kegiatan operasional perusahaan yang sifatnya
permanen kepemilikannya

 Aset Lainnya/Other Assets


Perkiraan atau akun yang tidak dapat dikategorikan pada harta atau
aset di atas baik dalam bentuk aset tetap, aset investasi, aset tak
berwujud dan aset lancar
ASET LANCAR
Berdasarkan PSAK No. 1, suatu aset diklasifikasikan sebagai aset
lancar, jika aset tersebut:

 Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau


digunakan dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan;
atau

 Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek


dan diharapkan akan direalisisr dalam jangka waktu 12 bulan dari
tanggal neraca; atau

 Berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi


Aset Lancar Lanjutan……

Berdasarkan PSAK 9 Aset lancar antara lain meliputi:


 Kas dan bank
 Surat-surat berharga yang mudah dijual dan tidak dimaksudkan
untuk ditahan
 Deposito jangka pendek
 Wesel tagih yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun
 Piutang
 Persediaan
 Pembayaran uang muka untuk pembelian aset lancar
 Pembayaran pajak di muka
 Biaya dibayar di muka
Aset Lancar Lanjutan……

Pos-pos berikut tidak dapat diklasifikasikan sebagai


aset lancar:
 Kas/bank maupun sumber lain yang dibatasi
penggunaannya
 Pernyertaan dalam surat berharga atau pembayaran
uang muka dengan maksud untuk menguasai atau
melakukan afiliasi dengan perusahaan lain
 Piutang lain-lain yang timbul dari transaksi di luar
kegiatan utama perusahaan yang tidak diharapkan
pencairannya dalam jangka waktu satu tahun, seperti
uang muka pada pemegang saham atau direksi
 Aset yang dapat disusutkan maupun aset tetap lainnya
ASET TETAP
Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam
produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan kepada
pihak lain, atau untuk tujuan administrative; dan diharapkan untuk
digunakan selama lebih dari satu periode

Menurut PSAK 16, Aset tetap adalah asset berwujud yang:


 Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang
atau jasa untuk di sewakan pada pihak lain atau untuk tujuan
administrative; dan
 Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
PENGAKUAN ASET TETAP

Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset 


jika dan hanya jika terdapat dua kondisi yaitu (menurut
PSAK 16 dan IAS 16):

 Besar kemungkinan manfaat ekonomi dimasa depan


berkenan dengan aset tersebut akan mengalir ke
entitas

 Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal


PENGUKURAN ASET TETAP

Biaya perolehan aset meliputi berikut ini (PSAK 16 dan IAS 16):

 Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian


yang tidak boleh dikereditkan setelah dikurangi diskon pemeblian
dan potongan lainnya
 Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk
membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agaraset siap
digunakan sesuai dengan kondisi dan keinginnan dan maksud dari
manajemen perusahaa
 Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan
restorisasi lokasi aset
Lanjutan……

Entitas dapat memperoleh aset tetap melalui pertukaran aset


nonmoneter, atau kombinasi aset moneter dan non moneter

Dalam hal ini maka biaya perolehan dari suatu aset tetap diukur pada
nilai wajar kecuali :
 Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial
 Nilai wajar dari asset yang diterima dan diserahkan tidak dapat
diukur secara andal.

Jika asset yang diperoleh tersebut tidak dapat diukur dengan nilai
wajar, maka biaya perolehannya diukur dengan jumlah tercatat dari
asset yang diserahkan
PENGUKURAN SETELAH PENGAKUAN
ASET TETAP
Untuk aset tetap, setelah pengukuran awal entitas harus memilih model
biaya (cost model) atau model revaluasi (revaluation model) sebagai
kebijakan akuntansi

Model Biaya (cost model)


Dalam model biaya setelah diakui sebagai aset maka suatu aset tetap
dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi biaya akumulasi penyusutan
dan akumulasi rugi penurunan nilai aset

Model Revaluasi (revaluation model)


Setelah diakui sebagai aset, untuk suatu aset tetap yang nilai wajarnya
dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasinya, yaitu
nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan
akumulasi rugi penurunan niali yang terjadi setelah tanggal revaluasi
Lanjutan…….

Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka terdapat dua laternatif


perlakuan akuntansi untuk akumulasi penyusutan aset tetap, yaitu
sebagai berikut:

 Disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan dalam


jumlah tercatat bruto dari aset sehingga jumlah tercatat aset
setelah revaluasi sama dengan jumlah revaluasian

 Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto dari aset dan jumlah


tercatat neto setelah eliminasi disajiakn kembali sebesar jumlah
revaluasian dari aset tersebut
PENGHENTIAN PENGAKUAN
ASET TETAP

 Dilepaskan

 Tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari


penggunaannya atau pelepasannya

Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan asset tetap
harus dimasukkan dalam laporan laba rugi komprehensif pada saat
asset tersebut dihentikan pengakuannya
PENGUNGKAPAN ASET TETAP
Menurut PSAK 16 dan IAS 16, laporan keuangan mengungkapkan:
 Dasar pengukuran yang digunakan dalam menetukan jumlah tercatat bruto
 Metode penyusutan yang digubnakan
 Umur manfaat, gtarif penyusutan yang digunakan
 Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan
 Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal periode yang menunjukan:
• Penambahan
• Asset tersedia untuk dijual atau termasuk dalam kelompok yang akan
dilepaskan
• Akuisisi melalui penggabungan usaha
• Peningkatan atau penurunan kaibat revaluasi
• Rugi penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi komprehensif
• Rugi penurunan nilai yang dijurnal pembalik dalam laporan laba rugi
• Selisih nilai tukar neto yang timbul dalam penjabaran laporan keuangan
• Perubahan lain
PENURUNAN NILAI ASET TETAP
Suatu aset disebut mengalami penurunan nilai jika nilai tercatatnya
lebih besar dibandingkan nilai terpulihkan (recoverable amount)
Nilai terpulihkan adalah nilai tertinggi antara nilai wajar dikurangi
biaya untuk menjual (fair value less cost to sell) dan nilai pakai (value
in use)
Entitas harus menilai apakah terdapat indikasi suatu aset mengalami
penurunan nilai pada saat akhir periode pelaporan.
 Jika terdapat indikasi, maka entitas harus mengestimasi jumlah
terpulihkan aset tersebut
 Jika tidak terdapat indikasi, maka entitas perlu mengestimasi
jumlah terpulihkan
Dalam mempertimbangkan ada atau tidaknya indikasi penurunan nilai
aset tetap, maka entitas harus mempertimbangkan dari sumber
eksternal dan sumber internal
PENURUNAN NILAI ASET TETAP Lanjutan…….

Unit Penghasil Kas (UPK)


Unit Penghasil Kas (UPK) aset adalah kelompok terkecil dari aset
yang termasuk aset tersebut dan menghasilkan arus kas masuk yang
independen dari arus kas masuk dari aset atau kelompok aset lain

Jika terdapat indikasi bahwa suatu aset turun nilainya, jumlah


terpulihkan diestimasi untuk aset individual

Jika tidak mungkin untuk mengestimasi jumlah terpulihkan aset


individual, entitas menentukan nilai terpulihkan dari UPK yang
mana aset tercakup (aset dari unit penghasil kas)
PENURUNAN NILAI ASET TETAP Lanjutan…….

Pemulihan Rugi Penurunan Nilai

Rugi penurunan nilai yang telah diakui dalam periode-periode


sebelumnya untuk aset selain goodwill harus dibalik jika, dan hanya
jika, terdapat perubahan estimasi yang digunakan untuk menentukan
jumlah terpulihkan atas aset tersebut sejak rugi penurunan nilai
terakhir diakui
Jumlah tercatat aset yang meningkat (selain goodwill), yang
disebabkan pembalikan rugi penurunan nilai tidak boleh melebihi
jumlah tercatat (neto setelah amortisasi) seandainya aset tidak
mengalami rugi penurunan nilai di tahun-rahun sebelumnya
Pembalikan rugi penurunan nilai untuk aset (selain goodwill) diakui
segera dalam laba rugi
Pembalikan rugi penurunan nilai untuk suatu UPK dialokasikan kepada
aset-aset dari unit (kecuali untuk goodwill) prorata dengan jumlah
tercatat dari aset-asetnya
PENURUNAN NILAI ASET TETAP Lanjutan…….

Pengungkapan Penurunan Nilai

Untuk setiap kelompok aset, entitas mengungkapkan hal berikut ini:


 Jumlah rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi selama
periode dan pos laporan laba rugi komprehensif yang didalamnya
tercakup rugi penurunan nilai
 Jumlah pembalikan rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba
rugi selama periode dan unsure laporan laba rugi komprehensif
yang didalamnya tercakup rugi penurunan nilai yang dibalik
 Jumlah rugi penurunan nilai aset revaluasian yang diakui dalam
pendapatan komprehensif lain selama periode
 Jumlah pembalikan rugi penurunan nilai atas aset revaluasian yang
diakui dalam pendapatan komprehensif lain selama periode
ASET YANG DIAMBIL ALIH (AYDA)
AYDA merupakan aset yang diperoleh bank, baik melalui pelelangan maupun
diluar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik
agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik
agunan dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank

AYDA merupakan salah satu bentuk aset non produktif yang wajib
ditetapkan kualitasnya dan dibentuk Penyisihan Penghapusan Aset Non
Produktif (PPANP) sesuai Peraturan Bank Indonesia

Kewajiban pembentukan PPANP untuk AYDA pada dasarnya bukan


merupakan cadangan kerugian penurunan nilai, namun lebih merupakan
disinsentif kepemilikan aset yang tidak digunakan dalam kegiatan usaha
bank

Bank wajib melakukan upaya penyelesaian terhadap AYDA yang dimiliki


yaitu mengupayakan penjualan dengan segera serta mendokumentasikan
upaya penyelesaian tersebut
Perlakuan Akuntansi untuk (AYDA)
Dasar pengaturan untuk aset yang diambil alih (AYDA) berdasarkan Pedoman
Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) adalah sebagai berikut:

 Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva


Bank Umum sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Bank
Indonesia No. 11/2/PBI/2009 (PBI)
 Apabila belum ada pengaturan oleh PSAK, manajemen menggunakan
pertimbangannya untuk menetapkan kebijakan akuntansi yang memberikan
informasi bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan
 Jika dalam suatu entitas terdapat aset tetap yang tersedia untuk dijual, maka
perlakuan akuntansi untuk aset tersebut adalah sebagai berikut:
• Diakui pada saat dilakukan penghentian operasi
• Diukur sebesar nilai yang lebih rendah dari jumlah tercatatnya dibandingkan nilai
wajar setelah dikurangi dengan biaya-biaya penjualan aset tersebut
• Disajikan sebagai aset tersedia untuk dijual, jika jumlah tercatatnya akan
dipulihkan melalui transaksi penjualan dari penggunaan lebih lanjut
• Diungkapkan dalam laporan keuangan dalam rangka evaluasi dampak penghentian
operasi dan pelepasan aset
Perlakuan Akuntansi untuk (AYDA) Lanjutan …….

Pengakuan dan Pengukuran

 Pada saat pengakuan awal, AYDA dibukukan pada nilai wajar setelah
dikurangi biaya untuk menjualnya yaitu maksimum sebesar kewajiban
debitur di neraca. Bank tidak dapat mengakui keuntungan pada saat
pengambilalihan aset
 Setelah pengakuan awal, AYDA dibukukan sebesar nilai yang lebih rendah
antara nilai tercatat dengan nilai wajarnya setelah dikurangi biaya untuk
menjualnya
 Jika AYDA mengalami penurunan nilai (impairment), maka bank mengakui
rugi penurunan nilai tersebut
 JikaAYDA mengalami pemulihan penurunan nilai, maka bank mengakui
pemulihan penurunan nilai tersebut maksimum sebesar kerugian
penurunan nilai yang telah diakui
 AYDA tidak disusutkan
 Pada saat penjualan, selisih antara nilai AYDA yang dibukukan dan hasil
penjualannya diakui sebagai keuntungan atau kerugian non operasional
Perlakuan Akuntansi untuk (AYDA) Lanjutan …….

Penyajian

 AYDA disajikan secara terpisah dari aset lainnya dalam neraca dan
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan

 Pembentukan penyisihan penghapusan aktiva non produktif


(PPANP) disajikan sebagai offsetting account dari AYDA
Perlakuan Akuntansi untuk (AYDA) Lanjutan …….

Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
 Deskripsi AYDA
 Nilai wajar AYDA
 Metode dan asumsi signifikan yang diterapkan dalam menentukan
nilai wajar dari AYDA, yang mencakup pernyataan apakah
penentuan nilai wajar tersebut didukung oleh bukti pasar atau
lebih banyak berdasarkan faktor lain (yang harus diungkapkan oleh
bank) karena sifat AYDA tersebut dan keterbatasan data pasar yang
dapat diperbandingkan
 Upaya penjualan yang dilakukan bank
 Kerugian penurunan nilai AYDA
 Keuntungan atau kerugian yang diakui dari penjualan AYDA
 Segmen dari AYDA, jika dapat diterapkan
Profil Perusahaan
 PT Bank Lippo Tbk merupakan perusahaan yang menyediakan produk perbankan
umum dan pelayanan dengan segmen konsumen dan perusahaan di Indonesia seperti
account pribadi, kartu debit, kartu distribusi, kartu kredit, produk investasi,
bancassurance, safe deposit dan produk dan layanan pembayaran. PT Bank Lippo Tbk
juga menawarkan deposito, giro, pengiriman uang, pembukaan, rekening tabungan,
pembiayaan perdagangan, dan produk bank draft dan jasa. Pada 24 April 2007, Bank
Lippo memiliki 400 cabang dan kantor, dan 693 anjungan tunai mandiri
 Saat Asia mengalami krisis pada tahun 1997, Indonesia menjual sebagian saham di
Bank Lippo yang digunakan untuk menutup defisit anggaran pemerintah Indonesia
yang mencapai 450 triliun rupiah
 Tahun 2004 sebuah lembaga asal Swiss yang bernama Swissasia Global, membeli 52,1
persen saham Bank Lippo dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)
 Tanggal 26 Agustus 2005, pemegang saham bank dan BI menyetujui penjualan 52,05%
saham mayoritas dimiliki oleh Swissasia Global ke Santubong Investment BV yang
sepenuhnya dimiliki oleh Khazanah Nasional Berhad, sebuah institusi investasi milik
pemerintah federal Malaysia. Penjualan mulai berlaku sejak Khazanah, memiliki
kepentingan langsung dari 93 persen di Bank Lippo melalui Santubong Investment BV
dan Greatville Pte. Ltd, dan juga memiliki 64 persen dari Bank CIMB Niaga melalui
Bumiputra-Commerce Holdings, Bank Niaga dan Bank Lippo harus digabung untuk
memenuhi "kebijakan kepemilikan tunggal" bank sentral Indonesia
 Pada November 2008, Lippo Bank resmi bergabung dengan Bank CIMB Niaga dan
dikenal sebagai PT Bank CIMB Niaga Tbk anak perusahaan Indonesia dari CIMB Group
URAIAN KASUS
Dalam press release BAPEPAM, terdapat 3 versi laporan keuangan PT
Bank Lippo Tbk per 30 september 2002, dari 3 versi ini semuanya
dinyatakan telah diaudit, yaitu:

 Laporan Keuangan PT Bank Lippo Tbk per 30 September 2002 yang


diiklankan di surat kabar pada tanggal 28 November 2002;
 Laporan Keuangan PT Bank Lippo Tbk per 30 September 2002 yang
disampaikan ke BEJ pada tanggal 27 Desember 2002;
 Laporan Keuangan PT Bank Lippo Tbk per 30 September 2002 yang
disampaikan oleh Akuntan Publik KAP Prasetio, Sarwoko
&Sandjaja kepada Manajemen PT Bank Lippo Tbk pada tanggal 6
Januari 2003

Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah:


Versi Laporan keuangan Laporan Keuangan PT Bank Lippo Tbk per 30
September 2002
Disampaikan oleh
Akuntan Publik KAP
Informasi dalam
No Diiklankan di surat Disampaikan ke BEJ Prasetio, Sarwoko &
laporan keuangan
kabar pada tanggal 28 pada tanggal 27 Sandjaja kepada
November 2002; Desember 2002; Manajemen PT Bank
Lippo Tbk pada
tanggal 6 januari 2003

a Pernyataan Pernyataan Manajemen Pernyataan Laporan Auditor


PT Bank Lippo Tbk manajemen PT Bank Independen yang berisi
bahwa laporan keuangan Lippo Tbk bahwa opini Akuntan Publik
tersebut disusun laporan keuangan Drs. Ruchjat Kosasih
berdasarkan Laporan yang disampaikan dari KAP Prasetio,
keuangan Konsolidasi adalah laporan Sarwoko & Sandjaja
yang telah diaudit oleh keuangan “audited” dengan pendapat WTP
KAP Prasetio, Sarwoko yang tidak disertai Laporan Auditor
& Sandjaya (penanggung dengan opini akuntan Independen tersebut
jawab Drs. Ruchjat publik tertanggal 20 November
Kosasih) dengan 2002, kecuali untuk
pendapat wajar tanpa Catatan 40a tertanggal
pengecualian 22 November 2002 dan
Catatan 40c tertanggal
16 Desember 2002.
b Penyajian dalam per 30 September 2002 per 30 September per 30 September 2002,
bentuk komparasi (“Diaudit”) dan per 30 2002 (“audited”) dan 31 Desember 2001 dan
September 2001 (“Tidak 30 September 2001 31 Desember 2000.
Diaudit”). (“unaudited”).
c Nilai Agunan Yang Rp 2,393 triliun; Rp 1,42 triliun; Rp 1,42 triliun;
Diambil Alih
(AYDA)
d Total aset Rp 24,185 triliun; Rp 22,8 triliun; Rp 22,8 triliun;
e Laba tahun berjalan/ Rp 98,77 Miliar (Rp 1,273 triliun) (Rp 1,273 triliun)
(Rugi bersih)
f Rasio Rasio Kewajiban Modal Rasio Kecukupan Rasio Kecukupan
Minimum Yang Tersedia Modal sebesar 4,23%. Modal sebesar 4,23%.
sebesar 24,77%.
ANALISIS KASUS
Tanggapan Manajemen

Atas Perbedaan Laporan keuangan ini, pada tanggal 15 januari 2003,


Bank Lippo dipanggil BEJ dan BAPEPAM untuk menjelaskan soal
laporan ganda, Menurut Presiden Direktur Bank Lippo I Gusti Made
Mantra, laporan keuangan kuartal III tahun 2002 yang dipublikasikan
pada 28 November 2002 lalu belum memasukkan hasil penilai
terhadap transaksi yang diketahui kemudian. Laporan keuangan itu
dilansir guna memenuhi ketentuan Bank Indonesia, agar laporan
keuangan diumumkan paling lambat 60 hari setelah masa buku
ditutup. Perbedaan isi laporan disebabkan adanya peristiwa setelah
tanggal neraca (subsequent event), yakni berupa penurunan nilai aset
yang diambil alih (AYDA)
Analisis Kasus Lanjutan…….
Tanggapan BEJ

BEJ menilai manajemen Lippo telah melakukan kelalaian, yaitu,


mencantumkan kata audited pada laporan keuangan yang unaudited,
sehingga mengakibatkan kerancuan informasi pada publik.
Sehubungan dengan itu, BEJ memberikan sanksi berupa peringatan
keras kepada manajemen

Terkait dengan dilakukannya penilaian kembali atas Aset Yang Diambil


Alih (AYDA), maka BEJ mewajibkan manajemen untuk memberikan
progress report yang ada, pada hari bursa pertama setiap minggunya.
Laporan perkembangan ini harus dilakukan manajemen Lippo mulai
tanggal 24 Februari hingga dikeluarkannya laporan keuangan auditan
per 31 Desember 2002 kepada publik
Analisis Kasus Lanjutan…….
Tanggapan Auditor yang mengaudit Bank Lippo

Managing Partners Sarwoko yaitu Iman Sarwoko, menyatakan bahwa


kantornya hanya mengaudit laporan keuangan Lippo yang dilaporkan
ke BEJ. Saat laporan keuangan Lippo pertama kali keluar kepada
publik, yaitu ke Bank Indonesia, kantornya belum selesai mengaudit
laporan keuangan itu. "Valuasinya belum selesai karena belum
menyesuaikan agunannya," kata dia, sambil menambahkan ada selisih
waktu sekitar 3 minggu dari laporan ke BI dan selesainya audit oleh
kantornya. Jadi, dia tidak tahu menahu kenapa ada laporan keuangan
yang sebenarnya belum beres diaudit tapi sudah dilaporkan ke BI
Analisis Kasus Lanjutan…….
Perlakuan Akuntansi untuk AYDA
Berdasarkan Perlakuan akuntansi untuk AYDA berdasarkan PAPI yang
mengacu pada PSAK, maka :
 Pada saat pengakuan awal, AYDA dibukukan pada nilai wajar setelah
dikurangi biaya untuk menjualnya yaitu maksimum sebesar kewajiban
debitur di neraca. Bank tidak dapat mengakui keuntungan pada saat
pengambilalihan aset
 Setelah pengakuan awal, AYDA dibukukan sebesar nilai yang lebih
rendah antara nilai tercatat dengan nilai wajarnya setelah dikurangi
biaya untuk menjualnya
 Jika AYDA mengalami penurunan nilai (impairment), maka bank
mengakui rugi penurunan nilai tersebut
 Jika AYDA mengalami pemulihan penurunan nilai, maka bank mengakui
pemulihan penurunan nilai tersebut maksimum sebesar kerugian
penurunan nilai yang telah diakui
 AYDA disajikan secara terpisah dari aset lainnya dalam neraca dan
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan
Analisis Kasus Lanjutan…….
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
 Deskripsi AYDA
 Nilai wajar AYDA
 Metode dan asumsi signifikan yang diterapkan dalam menentukan
nilai wajar dari AYDA, yang mencakup pernyataan apakah
penentuan nilai wajar tersebut didukung oleh bukti pasar atau
lebih banyak berdasarkan faktor lain (yang harus diungkapkan oleh
bank) karena sifat AYDA tersebut dan keterbatasan data pasar yang
dapat diperbandingkan
 Upaya penjualan yang dilakukan bank
 Kerugian penurunan nilai AYDA
 Keuntungan atau kerugian yang diakui dari penjualan AYDA
 Segmen dari AYDA, jika dapat diterapkan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai