Anda di halaman 1dari 19

Stase Keperawatan KMB

ASUHAN KEPERAWATAN
pada Tn.A Dengan Gangguan
Sistem pernafasan :PPOK

NURLINDA
20.04.005
Profesi Ners STIKES Panakkukang Makassar
Definisi

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan


penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati, yang
ditandai dengan adanya hambatan aliran udara pada
saluran pernapasan yang tidak sepenuhnya reversibel.
Gangguan yang bersifat progresif ini terjadi karena
adanya respon inflamasi paru akibat pajanan partikel atau
gas beracun yang disertai efek ekstraparu yang
berkontribusi terhadap derajat penyakit (Perhimpunan
dokter paru Indoesia, 2010).
ETIOLOGI

Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit Paru Obstruksi Kronik


menurut Arief Mansjoer (2005) adalah :
1)Kebiasaan merokok
2)Polusi Udara
3)Paparan Debu, asap
4)Gas-gas kimiawi akibat kerja
5)Riwayat infeki saluran nafas
Bersifat genetik yakni definisi a-l anti tripsin
Sedangkan penyebab lain Penyakit Paru Obstruksi Kronik menurut David
Ovedoff (2009) yaitu : adanya kebiasaan merokok berat dan terkena polusi
udara dari bahan kimiawi akibat pekerjaan
MANIFESTASI KLINIK

Tanda gejala yang umum muncul pada pasien dengan PPOK


adalah sebagai berikut:
• Batuk produktif
• Sputum putih atau mukoid
• Sesak nafas
• Anoreksia
• Penurunan berat badan dan kelemahan
• Takikardia, berkeringat
• Hipoksia
KOMPLIKASI

Hipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kuran


Asidosis Respiratory
PaCO2 (hiperkapnia)
Infeksi Respiratory
Infeksi pernafasan akut
Gagal jantung
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit
paru)
Cardiac Disritmia
SKENARIO KASUS
Seorang laki-laki berusia 64 tahun bekerja sebagai petani di bawa oleh keluarganya ke Rumah sakit di karenakan Tn.A
mengeluh sesak nafas dan batuk berlendir berwarna putih kental dan tidak disertai darah,batuk dirasakan terutama pada
pagi hari.pasien juga mengaku mengalami penurunan berat badan yang signifikan dari 65kg menjadi 55kg sehingga
sudah 3 bulan ini pasien tidak lagi bekerja sebagai petani di sawah ,keluarga pasien mengatakan ini dialami sejak satu
hari yang lalu dan makin memberat jika pasien merokok pada saat 3 bulan yang lalu pasien datang berobat ke Rs dan di
Diagnosa PPOK sehingga sudah 3 bulan ini pasien setiap bulan slalu mengontrol penyakitnya,namun pasien
mengeluhkan penyakitnya tak kunjung sembuh .diketahui Tn.A memiliki Riwayat perokok pasif sejak usia 30 tahun
sebanyak ± 1-2 bungkus/hari .keluhan ini sebenarnya sudah beberapa kali timbul sejak 3 tahun terakhir pasien sudah
merasa nafas terasa berat terutama bila dirinya sedang demam dan batuk,sebelumnya klien pernah di Rawat di Rumah
sakit karena mengalami bronchitis.pada pemeriksaan tanda-tanda vital keadaan umum sakit berat kesadaran pada saat di
priksa composmentis tampak sulit bernafas ,mukosa bibir kering ,dan tampak pucat .di dapatkan TD:140/90
mmhg,dengan temperature axilla 36,5ºC,denyut nadi 90x/menit ,frekuensi respirasi 30x/menit.pada pemeriksaan fisik
kepala dalam batas normal,pada pemeriksaan dada terdengar ada wheziing ada otot bantu pernafasan terpasang O2
nasal kanul 4L/menit ,terpasang cairan RL 30tpm pada ektremita atas.pada pemeriksaan radiologi aspek bronchitis dan
dilatation et atherocrpsil aorta.
Identitas
A. Klien
 Nama Inisial : Tn.A
 Tempat/Tanggal Lahir (Umur) : 15-09-1945/74tahun
 Jenis Kelamin : laki-laki
 Status Perkawinan :Duda
 Agama/Suku : Islam
 Warga Negara : Indonesia
 Bahasa yang digunakan : Bugis/indonesia
 Pendidikan : Sd
 Pekerjaan : petani
Alamat : Makassar
Keadaan Umum

Keadaan Sakit : Pasien terbaring dan sesak

Penggunaan alat medik : iv 28tpm

Nasal kanul dengan saturasi oksigen 98%


4L/menit

Keluhan Utama : sesak dan batuk berlendir berwarna putih


Pemeriksaan Fisik
Tingkat kesadaran :conposmentis
Tampak sesak,GCS:15 E:4 V:5 M:6
1. Tekanan Darah : 140/90
2. Suhu : 36.5ºC
3. Nadi : 90 x/ menit
4. Pernapasan : 30x/ menit
Pemeriksaan fisik
Sistem Pernapasan
1. Hidung : normal, tidak ada kelainan, tidak ada polip, terdapat sekret,
ada pernapasan cuping hidung, tidak teraba nyeri tekan dan benjolan.

2. Leher : normal, tidak ada pembesaran tyroid dan kelenjar limfe, tidak
ada pembesaran vena jugularis, tidak ada nyeri tekan dan benjolan

3. Dada : bentuk dada simetris kiri dan kanan, terdengar ada wheezing,
ada otot bantu pernapasan, tidak ada nyeri tekan dan benjolan.
Klasifikasi Data
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
 klien mengatakan, mengalami batuk  Klien nampak gelisah
berlendir.  Klien nampak batuk tidak efektif
 klien mengatakan, sulit mengeluarkan  Bunyi nafas terdengar ronchi basah
secret/lender  Klien nampak sesak
 klien mengatakan, mengalami sesak napas.  Respirasi 30 x/menit (Takipneu)
 Klien mengatakan bahwa pasien memiliki  Klien tampak sulit bernapas
riwayat penyakit bronchitis  Irama napas cepat dan dangkal
   Terpasang O2 nasal kanul 4L
 Terpasang cairan RL 28tpm
Diagnosa Keperawatan
Diagnosis Keperawatan
(SDKI)

Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi

Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas (keletihan otot
pernapasan).
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Intervensi
Hasil (SLKI) Keperawatan (SIKI)
1 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan Setelah dilakukan asuhan Latihan Batuk Efektif
dengan hipersekresi jalan napas Dibuktikan keperawatan selama 3x24 jam
Observasi
dengan : diharapkan bersihan jalan napas
meningkat, Dengan Kriteria 1. Identifikasi kemampuan batuk
DS :
Hasil : 2. Monitor adanya retensi sputum
REN
 Pasien mengatakan sesak napas
CAN 1. Batuk efektif meningkat
 Pasien mengatakan batuk berdahak disertai Terapeutik
A 2. Produksi sputum menurun
KEP lendir 3. Atur posisi semifowler atau
3. Mengi, Wheezing menurun
ERA fowler
DO : 4. Dispnea, orthopnea menurun
WAT
AN  Pasien tampak sesak 5. Frekuensi napas membaik Edukasi

 Tampak sputum berlebih 4. Jelaskan prosedur batuk efektif


 Terdengar bunyi napas tambahan (Wheezing)
5. Anjurkan teknik relaksasi dan
 Tanda-tanda vital :
nafas dalam
P : 30x/menit
TD : 140/90 mmHg Kolaborasi
N : 90x/menit
6. Kolaborasi pemberian
S : 36,5’C mukolitik, dan ekspektoran jika
Diagnosa Keperawatan Ekspektasi Dan Luaran Intervensi Keperawatan
Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan, selama Pemantauan Respirasi
berhubungan dengan 3x24 jam perawatan di harapkan Observasi
ketidakseimbangan ventilasi- pertukaran gas meningkat dengan 1.Monitor frekuensi, irama,
perfusi, Dibuktikan dengan: Kriteria Hasil : kedalaman dan upaya napas
DS : Tingkat kesadaran meningkat 2.Monitor saturasi oksigen
Pasien mengatakan sesak Sesak napas menurun 3.Auskultasi bunyi napas
DO : Bunyi napas tambahan menurun Monitor nilai AGD
Pasien tampak gelisah Pernapasan cuping hidung Terapeutik
REN
Tampak pola napas abnormal menurun 4.Pertahankan kepatenan jalan
CAN
(cepat dan dangkal) PCO2 membaik napas
A Nampak pernapasan cuping hidung PO2 membaik 5.Atur interval pemantauan
KEP Terdengar bunyi napas tambahan pH arteri membaik respirasi sesuai kondisi klien
ERA (Wheezing) Edukasi
WAT Hasil Lab AGD : 6.Jelaskan tujuan dan prosedur
AN pH : 7.51 pemantauan
PaCO2 : 48 Kolaborasi
PaO2 : 55 7.Kolaborasi pemberian terapi
HCO3 : 27 oksigen, jika perlu
Diagnosa Keperawatan Ekspektasi Dan Luaran Intervensi Keperawatan
Pola napas tidak efektif Setelah melakukan asuhan Manajemen Jalan Napas
berhubungan dengan hambatan keperawatan selama 3x24 jam Observasi
upaya napas (keletihan otot diharapkan pola napas membaik 1.Monitor pola napas
pernapasan). Dibuktikan dengan : Dengan kriteria hasil : 2.onitor bunyi napas tambahan
DS : Ventilasi semenit meningkat 3.onitor sputum
Pasien mengatakan sesak Dipsnea menurun Terapeutik
DO : Penggunaan otot bantu napas 4.Pertahankan kepatenan jalan
Pasien menggunakan pernapasan menurun napas
REN cuping hidung Pemanjangan fase ekspirasi 5.Lakukan fisioterapi dada, jika
CAN Pasien menggunakan otot bantu menurun perlu
A napas Frekuensi napas membaik (18- 6.Lakukan pengisapan lendir
KEP Nampak terpasang O2 Nasal Kanul 24x/menit) 7.Berikan oksigen jika perlu
ERA 4 Liter/menit Pernapasan cuping hidung Edukasi
WAT menurun 8.Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
AN
9.Kolaborasi pemberian
bronkodilator, mukolitik, dan
ekspektoran jika perlu
Diagnosa
Implementasi Keperawatan Evaluasi
Keperawatan
Bersihan jalan napas Latihan Batuk Efektif S:
tidak efektif b/d 1.Mengidentifikasi kemampuan batuk Pasien mengatakan masih batuk
hipersekresi jalan Hasil : Pasien tampak belum mampu berdahak
napas mengeluarkan dahaknya Pasien mengatakan dahaknya
2.Memonitor adanya retensi sputum masih kental
Hasil : Tampak sputum Pasien berlebih O:
3.Mengatur posisi semifowler atau fowler Pasien tampak batuk
Hasil : Pasien berbaring dengan posisi Sputum Pasien kental
IMPL semifowler Terdengar suara nafas
EME 4.Menjelaskan prosedur batuk efektif tambahan(weezing)
NTA
SI&E
Hasil : Pasien mampu mengikuti anjuran Terapi obat combivent 2,5 mg/8
VAL perawat untuk melakukan batuk efektif j/inh dan Pulmicort Respules 0,25
UASI 5.Menganjurkan teknik relaksasi dan nafas mg/8 j/inh
dalam  A : Masalah bersihan jalan nafas
Hasil : Pasien mampu melakukan teknik belum
relaksasi nafas dalam teratasi
6.Mengkolaborasi pemberian mukolitik, dan P : Lanjutkan intervensi
ekspektoran jika perlu Memonitor adanya retensi
Hasil :combivent 2,5 mg/8 j/inh dan Pulmicort sputum
Respules 0,25 mg/8 j/inh Mengatur posisi semifowler atau
fowler
Menjelaskan prosedur batuk
efektif
Mengkolaborasi pemberian
Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi
Gangguan pertukaran gas Pemantauan Respirasi S:
b/d ketidakseimbangan 1.Memonitor frekuensi, irama, kedalaman dan pasien mengatakan masih sesak
ventilasi-perfusi upaya napas O:
Hasil : RR 30x/menit, pola nafas cepat dan Pola nafas pasien cepat dan dangkal
dangkal, terdengar bunyi nafas tambahan RR 30x/i
(wheezing) Terdengar bunyi nafas
2.Memonitor saturasi oksigen tambahan(weezing)
Hasil : Saturasi oksigen 96% Nilai AGD
3.Mengauskultasi bunyi napas pH : 7.51
Hasil : Bunyi nafas cepat dan dangkal PaCO2 : 48
IMPL
4.Memonitor nilai AGD PaO2 : 55
EME
NTA
Hasil : pH : 7.51 HCO3 : 27
SI&E PaCO2 : 48 Terpasang O2 4 ltr/menit
VAL PaO2 : 55 A : Masalah gangguan pertukaran gas
UASI HCO3 : 27 belum teratasi
5.Mempertahankan kepatenan jalan napas P : Lanjutkan intervensi
Hasil : terpasang O2 nasal kanul 4 ltr/menit dan 1. Memonitor frekuensi, irama,
posisi semifowler kedalaman dan upaya napas
6.Mengatur interval pemantauan respirasi sesuai 2. Memonitor nilai AGD
kondisi pasien 3. Mempertahankan kepatenan jalan
Hasil : Setiap pemeriksaan TTV napas
7.Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan 4. Mengatur interval pemantauan
Hasil : Mengetahui perkembangan kondisi pasien respirasi sesuai kondisi klien
8.Mengkolaborasi pemberian terapi oksigen, jika 5. Mengkolaborasi pemberian terapi
perlu oksigen
Hasil : Terpasang O2 nasal kanul 4 ltr/menit
Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi
Pola napas tidak efektif Manajemen Jalan Napas S:
I 1.Memonitor pola napas
b/d hambatan upaya Pasien mengatakan masih sesak
M Hasil : RR 30x/menit
napas (keletihan otot Pasien megatakan batuk berdahak
P pernapasan). 2.Memonitor bunyi napas tambahan O:
L Hasil : bunyi napas cepat dan dangkal, RR 30x/i
E terdengar bunyi napas tambahan (weezing) Bunyi napas Pasien cepat dan
M 3.Memonitor sputum dangkal
E Hasil : sputum pasien masih kental Bunyi napas tambahan (weezing)
N 4.Mempertahankan kepatenan jalan napas A : Masalah pola napas belum
T Hasil : pasien berbaring dengan posisi teratasi
A semifowler P : Lanjutkan intervensi
5.Mengajarkan teknik batuk efektif 1. Memonitor pola napas
S
Hasil : Klien mampu batuk efektif 2. Memonitor bunyi napas
I
6.Mengkolaborasi pemberian bronkodilator, tambahan
& mukolitik, dan ekspektoran jika perlu 3. Memonitor sputum
E Hasil : Aminophilin 5mg/intravena 4. Mempertahankan kepatenan
V Ketotifen 2x1 mg perhari/oral jalan napas
A 5. Mengkolaborasi pemberian
L bronkodilator, mukolitik, dan
U ekspektoran
A
S
I
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai