Anda di halaman 1dari 41

Hak Azazi Manusia dan

Kesehatan
dr. T. Ibnu Alferraly, M.Ked.Pa, SpPA, D. Bioet
Program S-2 FKM USU
2014
WHO Definition of Health

Health is a state of complete


physical, mental and social well-
being and not merely the absence of
disease or infirmity.
"It is my aspiration that health will finally
be seen not as a blessing to be wished for;
but as a human right to be fought for."
Kofi Annan
(Mantan Sekretaris Jendral PBB)
Kesehatan adalah
keadaaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomi
(Pasal 1 poin 1 UU No 23/1992 tentang Kesehatan),
karena itu kesehatan merupakan dasar dari
diakuinya derajat kemanusiaan.
Tanpa kesehatan, seseorang menjadi tidak
sederajat secara kondisional.

Tanpa kesehatan, seseorang tidak akan


mampu memperoleh hak-hak lainnya.

Sehingga kesehatan menjadi salah satu


ukuran selain tingkat pendidikan dan
ekonomi, yang menentukan mutu dari
sumber daya manusia (Human Development
Index)
Hak atas kesehatan sebagai hak asasi
manusia telah diakui dan diatur dalam
berbagai instrumen internasional maupun
nasional.

Jaminan pengakuan hak atas


kesehatan tersebut secara eksplisit dapat
dilihat dari beberapa instrumen :
Instrumen Internasional
1. Pasal 25 Universal Declaration of Human Rights (UDHR).
2. Pasal 6 dan 7 International Covenant on Civil and Political Rights
(ICCPR)
3. Pasal 12 International Covenant on Economic, Social and Cultural
Right (ICESCR)
4. Pasal 5 International Convention on the Elimination of All Forms
of Racial Discrimination (ICERD).
5. Pasal 11, 12 dan 14 Convention on the Elimination of All Forms of
Discrimination against Women (Women’s Convention).
6. Pasal 1 Convention against Torture and Other Cruel, Inhuman or
Degrading Treatment or Punishment (Torture Convention, or
CAT).
7. Pasal 24 Convention on the Rights of the Child (Children’s
Convention, or CRC)
Instrumen Nasional
1. Amandemen- II Pasal 28 H ayat (1)
UUD 1945.
2. Pasal 9 UU Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia.
3. Pasal 4 UU Nomor 23 tahun 1992
tentang Kesehatan
Hak atas kesehatan bukanlah berarti hak agar
setiap orang untuk menjadi sehat, atau
pemerintah harus menyediakan sarana pelayanan
kesehatan yang mahal di luar kesanggupan
pemerintah.

Tetapi lebih menuntut agar pemerintah dan


pejabat publik dapat membuat berbagai kebijakan
dan rencana kerja yang mengarah kepada tersedia
dan terjangkaunya sarana pelayanan kesehatan
untuk semua dalam kemungkinan waktu yang
secepatnya.
Dalam Pasal 12 ayat (1) International Covenant on
Economic, Social and Cultural Right (ICESCR) hak
atas kesehatan dijelaskan sebagai “hak setiap orang
untuk menikmati standar tertinggi yang dapat
dicapai atas kesehatan fisik dan mental” tidak
mencakup area pelayanan kesehatan.
The History of
Health and Human Rights
In 1945, The United Nations stated that all people are
“born free and equal in dignity and rights”

In 1948, The Universal Declaration of Human Rights was


passed by the UN General Assembly
Buchenwald, Germany.

Dachau, Germany, 1944.


Dr. Herta Oberheuser killed children with oil and evipan
injections, then removed their limbs and vital organs. The
time from the injection to death was between three and five
minutes, with the person being fully conscious until the last
moment.
Medical personnel experiment
on a prisoner at the
Buchenwald concentration
camp. Buchenwald, Germany,
date uncertain.
Ethical Lapses –
Human Subject Protection

A Romani (Gypsy) victim


of Nazi medical
experiments to make
seawater potable.
Dachau concentration
camp, Germany, 1944.
Ethical Lapses –
Human Subject Protection

A prisoner in a compression
chamber loses
consciousness (and later
dies) during an experiment to
determine altitudes at which
aircraft crews could survive
without oxygen. Dachau,
Germany, 1942.
Ethical Lapses
– Human
Subject
Protection

A victim of a Nazi
medical experiment is
immersed in icy
[Freezing] water at the
Dachau concentration
camp. SS doctor
Sigmund Rascher
oversees the experiment.
Germany, 1942.
Ethical Lapses –
Human Subject
Protection
Ruth Elias; Czechoslovakia

After Ruth gave birth, an SS


doctor
ordered her breasts to be tied off
with
string as part of a medical
experiment
to see how long her baby
daughter
could live without food.
Ethical Lapses –
Human Subject
Protection
Dr. Carl Clauberg (left)
with
his staff in the operating
room in Block 10,
Auschwitz.

(Non-surgical methods of
sterilization on Jewish
female prisoners in
Auschwitz I)
The prosecution team
during the Doctors Trial;
Nuremberg, Germany;
December 1946
HS 400 - Applied Field Project – Professor Fred Hagigi

Ethical Lapses – Human Subject Protection


The Oslo Study 1909 Norway
Rosenwald Study 1930 USA
Tuskegee Syphilis Study 1932 – 1972 USA
Nazi Medical Expermts 1941-1945 Germany
U.S. Radiation Expermts 1944-1974 USA

"The men's status did


not warrant ethical
debate.
They were subjects, not
patients; clinical
material, not sick people"
Universal Declaration of Human Rights,
Article 25

“Everyone has the right to a standard of living


adequate for the health and well-being of
himself and of his family, including food,
clothing, housing and medical care and necessary
social services, and the right to security in the
event of unemployment, sickness, disability,
widowhood, old age or other lack of livelihood in
circumstances beyond his control.”
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan YME dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum,
Pemerintah dan setiap orang demi kehormatan
serta perlindungan harkat dan martabat manusia
(Pasal 1 angka 1 UU No. 39/1999)
Pasal 1 angka 6 UU 39/1999:
Pelanggaran HAM adalah
setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang,
termasuk aparat negara, baik disengaja maupun
tidak disengaja atau kelalaian, yang secara melawan
hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan
atau mencabut HAM seseorang atau kelompok
orang yang dijamin oleh UU ini dan tidak
mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan
memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan
benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
UNSUR POKOK KEBIJAKAN KESEHATAN
BERBASIS HAK
 Attention to vulnerable groups
 Participation
 Privacy Right to health
 Right to education Information
Gender
 Optimal balance between public Human Dignity
Transparancy
health goals and protection of Siracusa Principles
human rights
 Accessibility Benchmarks and Indicators
Accountability
 Concrete governments Safeguards
Equality and freedom from discrimination
obligations Dissaggregation
 Human Right expressely linked
 Convention relating to the Status of Refugees (1930) And its Protocol (1967)
 Convention No. 105 on Abolition of Forced Labour (1957)
 International Convention on the Elimination of All Forms of Racial
Discrimination (1963)
 International Covenant on ECOSOC Right (1966)
 International Covenant on Ciuvil and Political Right (1966) and its two
Protocols (1966 and 1989)
 Convention on the Eliminations of All Forms of Discrimination Against
Women (1979) and its Protocol (1999)
 Conventions Againts Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading
Treatment or Punishment (1984)
 Convention on the Rights of the Child (1989)
 Convention No. 169 concerning Indigenous and Tribal Peoples in Independent
Countries (1989)
 Inrternational Convention on the Protection of the Right of All Migrant
Workers and Members of their Families (1990)
 Covention No. 182 on the Prohibition and Immediate Action for the
Elimination of the Worst Forms of Child Labour (1999)
 Maternity Protection Convention No. 183 (2000)
INSTRUMEN HUKUM NASIONAL
Kovenan Internasional Hak Ekosob yang telah
diratifikasi oleh Pemerintah tgl 30 September 2005
UUD 1945: Pasal 28 H ayat (1)
UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia: Pasal 9 ayat (3) dan Pasal 62 dan Pasal 65
UU No. 12 Tahun 2005 tentang Ratifikasi Kovenan
Internasional Hak Ekosob
UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
TUGAS & TANGGUNG JAWAB
PEMERINTAH

Pemerintah wajib dan bertanggungjawab menghormati, melindungi,


menegakkan dan memajukan HAM yang diatur dalam UU ini, UU
lain, hukum internasional ttg HAM yang diterima oleh RI. Kewajiban
dan tanggung jawab tsb meliputi implementasi yang efektif dalam
bidang hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya, hankam dan bidang
lain (Psl 71 dan 72 UU 39/1999).
Pemerintah bertanggungjawab untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat (Psl 9 UU 23/1992)
Penyelenggaran upaya kesehatan dilaksanakan melalui kegiatan:
kesehatan keluarga, gizi, makanan dan minuman, lingkungan, kerja,
jiwa, pemberantasan penyakit, penyembuhan dan pemulihan
kesehatan, penyuluhan, pengamanan sediaan farmasi dan alat
kesehatan, pengamanan zat adiktif, kesehatan sekolah, kesehatan
olahraga. Pengobatan tradisional dan kesehatan matra (Pasal 11 sd 48
UU No. 23/1992)
KETERKAITAN ANTARA
KESEHATAN DAN HAM
Ada hubungan saling terkait yang sangat kompleks antara
HAM & Kesehatan berupa:

Kekerasan atau tiadanya perhatian terhadap HAM memiliki


akibat sangat serius terhadap derajat kesehatan

Kebijakan dan program kesehatan dapat memajukan tetapi juga


bisa merendahkan HAM, tergantung desain dan
implementasinya

Kondisi masyarakat yang rentan dan dampaknya terhadap


rendahnya derajat kesehatan dapat dikurangi melalui langkah
penghormatan, perlindungan dan pemenuhan HAM.
BAGAN HUBUNGAN ANTARA HAM
DAN KESEHATAN
1. * Praktik tradisional yang membahayakan
* penyiksaan, I
* perbudakan Pelanggaran HAM
* kekerasan terhadap perempuan yang
dan anak Mengakibatkan
kesakitan
2 3
2. * Hak atas kesehatan Mereduksi Pemajuan atau
* Hak atas pendidikan Kerentanan Pelanggaran
* Hak atas Pangan dan Nutrisi
Melalui HAM
* Bebas dari diskriminasi
Kebijakan Melalui kebijakan
3. * Hak untuk Partisipasi Berbasis kesehatan
* Bebas dari diskriminasi HAM
* Hak atas Informasi
* Hak atas Privasi
Antara Hak Asasi Manusia dan Kesehatan terdapat
hubungan yang saling mempengaruhi.

Seringkali akibat dari pelanggaran HAM adalah


gangguan terhadap kesehatan demikian pula
sebaliknya, pelanggaran terhadap hak atas kesehatan
juga merupakan pelanggaran terhadap HAM
Promoting and protecting health
is inextricably linked to
respecting, protecting and
fulfilling human rights
Source: “25 Questions & Answers on
Health & Human Rights”, WHO
Lingkaran kanan bawah dari lingkaran hubungan
antara HAM dan Kesehatan merupakan akibat tidak
terpenuhi atau gagalnya pemerintah dalam memenuhi
kewajibannya.

Lingkaran atas erat kaitannya dengan hak atas


kesehatan yang terlanggar oleh praktik-praktik
kekerasan, yang menjadi bagian dari pelanggaran hak
sipil dan politik.

Lingkaran kiri bawah menggambarkan hubungan


antara HAM dan Kesehatan yang terjadi akibat kondisi
masyarakat yang rentan.
Links Between Health, Biomedical
Ethics and Human Rights

Health

Biomedical Human
Ethics Rights
Dalam upaya untuk menghormati (to respect),
melindungi (to protect) dan memenuhi (to fulfil)
sebagai kewajiban negara mengimplementasikan
norma-norma HAM pada hak atas kesehatan
harus memenuhi prinsip-prinsip :
 Ketersediaan pelayanan kesehatan, dimana negara
diharuskan memiiki sejumlah pelayanan kesehatan
bagi seluruh penduduk

 Aksesibilitas.
Fasilitas kesehatan, barang dan jasa, harus dapat
diakses oleh tiap orang tanpa diskriminasi dalam
jurisdiksi negara.
Aksesibilitas memiliki empat dimensi yang saling
terkait yaitu :tidak diskriminatif, terjangkau secara
fisik, terjangkau secara ekonomi dan akses informasi
untuk mencari, menerima dan atau menyebarkan
informasi dan ide mengenai masalah-masalah
kesehatan.
Penerimaan.
Segala fasilitas kesehatan, barang dan pelayanan
harus diterima oleh etika medis dan sesuai secara
budaya, misalnya menghormati kebudayaan
individu-individu, kearifan lokal, kaum minoritas,
kelompok dan masyarakat, sensitif terhadap
jender dan persyaratan siklus hidup.

Juga dirancang untuk penghormatan kerahasiaan


status kesehatan dan peningkatan status
kesehatan bagi mereka yang memerlukan
 Kualitas.
Selain secara budaya diterima, fasilitas
kesehatan, barang, dan jasa harus secara ilmu
dan secara medis sesuai serta dalam kualitas
yang baik.
Hal ini mensyaratkan antara lain, personil yang
secara medis berkemampuan, obat-obatan dan
perlengkapan rumah sakit yang secara ilmu
diakui dan tidak kadaluarsa, air minum aman
dan dapat diminum, serta sanitasi memadai.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai