Anda di halaman 1dari 38

Materi terkait pelaksanaan pemotongan pajak

penghasilan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam


Negeri/ WP OP DN (PPh Pasal 21) yang dipaparkan
dalam presentasi ini disusun berdasar Peraturan Dirjen
Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 yang mengatur tentang
Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran
dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau
Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan
Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi. Dan
Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2009 tentang
Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan
Berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun,
Tunjangan Hari Tua, Dan Jaminan Hari Tua Yang
Dibayarkan Sekaligus.
Pajak Penghasilan Pasal 21
PENGERTIAN

Pajak yang dikenakan terhadap WP Orang Pribadi Dalam


Negeri atas penghasilan yang terkait dengan pekerjaan, jasa,
atau kegiatan.

Penghasilan yang dimaksud dapat berbentuk gaji, upah,


honorarium, tunjangan, pensiun, atau pembayaran lain
dengan nama apapun.

SAAT TERUTANG
Saat yang lebih dahulu antara akhir bulan diterimanya
pembayaran atau akhir bulan diperolehnya penghasilan.
PENGERTIAN

Gaji, Upah, Honorarium, Tunjangan, dan


Pembayaran lain dengan nama/bentuk apapun

1. Pekerjaan;
2. Jasa;
3. Kegiatan
yang dilakukan orang pribadi

SPDN SPLN

PPh Pasal 21 PPh Pasal 26


Pemotong, Penyetor, Pelapor

• pemberi kerja yang terdiri dari:


a. orang pribadi;
b. badan;
c. cabang, perwakilan atau unit, dalam hal yang
melakukan sebagian atau seluruh administrasi yang
terkait dengan pembayaran gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain adalah cabang,
perwakilan atau unit tersebut.
• bendahara atau pemegang kas pemerintah
• Dana pensiun, penyelenggara jaminan sosial tenaga
kerja, THT, atau JHT.
• orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas serta badan yang melakukan
pembayaran sehubungan dengan penyerahan jasa
• Penyelenggara kegiatan
Pemberi Kerja Bukan Pemotong
PPh Pasal 21/26

• Kantor perwakilan negara asing


• Organisasi-organisasi internasional yang
ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan
• Pemberi kerja orang pribadi yang tidak
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas yang semata-mata memperkerjakan
orang pribadi untuk melakukan pekerjaan
rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam
rangka melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas
Subjek Pajak
PPh Pasal 21/26

• Pegawai;
• Penerima uang pesangon, pensiun atau uang
manfaat pensiun, THT, JHT, termasuk ahli
warisnya;
• Bukan Pegawai yang menerima atau
memperoleh penghasilan sehubungan
dengan pemberian jasa;
• Anggota dewan komisaris/pengawas yang
tidak merangkap sebagai pegawai tetap di
perusahaan yang sama;
• mantan pegawai; dan/atau
• Peserta kegiatan yang menerima atau
memperoleh penghasilan sehubungan
dengan keikut sertaannya dalam suatu
kegiatan.
Subjek Pajak
(Bukan Pegawai yang Melakukan Pemberian Jasa)
 Tenaga ahli yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris,
penilai, dan aktuaris.
 Pekerja seni.
 Olahragawan.
 Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah,
penyuluh, dan moderator.
 Pengarang, peneliti, dan penerjemah.
 Pemberi jasa dalam segala bidang atau
kepada suatu kepanitiaan.
 Agen iklan.
 Pengawas atau pengelola proyek.
 Pembawa pesanan atau perantara.
 Petugas penjaja barang dagangan.
 Petugas dinas luar asuransi.
 Distributor MLM, direct selling, atau sejenis.
Pengecualian Subjek Pajak
Pejabat negara asing seperti perwakilan diplomatik atau konsulat,
berikut orang yang diperbantukan kepadanya, dengan syarat:

 Bukan WNI.
 Di Indonesia tidak memperoleh penghasilan di luar jabatannya.
 Berasal dari negara yang memberikan perlakuan timbal balik.

Pejabat perwakilan organisasi internasional, dengan syarat:


 Bukan WNI.
 Di Indonesia tidak menjalankan usaha/ kegiatan/ pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan.
Objek Pajak
PPh Pasal 21/26
• penghasilan pegawai tetap baik teratur maupun tidak
teratur
• penghasilan penerima pensiun secara teratur
• uang pesangon, pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan
hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya
melewati jangka waktu 2 tahun;
• penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas
• imbalan kepada bukan pegawai;
• imbalan kepada peserta kegiatan;
• imbalan kepada dewan komisaris/pengawas yang bukan
merupakan pegawai tetap pada perusahaan yang sama;
• imbalan kepada mantan pegawai;
• penarikan dana pensiun oleh pegawai.
Termasuk:
Natura/Kenikmatan dari:

• Wajib Pajak PPh Final


• Wajib Pajak Norma Penghitungan Khusus
Pengecualian Objek Pajak
PPh Pasal 21/26

• Santunan asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa,


dwiguna, dan asuransi beasiswa.
• Natura yang diberikan oleh WP atau Pemerintah.
• Iuran kepada dana pensiun , THT, JHT dibayar
pemberi kerja.
• Zakat atau sumbangan keagamaan wajib yang
diterima OP.
• Beasiswa.
Penghitungan Besarnya
Penghasilan

Uang rupiah Uang asing Natura/kenikmatan

sesuai dengan yang Kurs Menteri


Harga Pasar
diterima/diperoleh Keuangan
PPh Pasal 21:
Pegawai tetap dan Penerima Pensiun Berkala

Setiap Masa Pajak, Masa Pajak terakhir


kecuali Masa Pajak terakhir

Perkiraan Penghasilan Neto Selisih antara PPh yang


yang akan diterima selama terutang atas seluruh
setahun, penghasilan kena pajak
 Penghasilan teratur selama setahun dengan PPh
sebulan dikali 12 yang telah dipotong masa-
masa sebelumnya
Masa Perolehan Penghasilan Kurang dari 12 Bulan

Disetahunkan Tidak Disetahunkan

1. WP OP DN meninggal
dunia atau meninggalkan 1. WP OP DN mulai bekerja
Indonesia selamanya; pada tahun berjalan;
2. Orang asing mulai
bekerja di Indonesia 2. WP OP DN pindah kerja
pada tahun berjalan ke pemberi kerja yang
untuk jangka waktu lebih lain
dari 6 bulan;
3. Karyawan pindah cabang
Penghitungan PPh Pasal 21
Penghitungan
PenghitunganPPh
PPhPasal
Pasal21
21

Pegawai tetap Penerima pensiun


Gaji, Tunjangan, Premi Asuransi
Uang Pensiun Berkala
Dibayar Pemberi Kerja
Dikurangi dengan Dikurangi dengan

1. Biaya jabatan, 5% dari pengh.


Bruto maks. Rp6.000.000 per Biaya Pensiun, 5% dari pengh.
tahun atau Rp500.000 per bulan Bruto maks. Rp2.400.000 per
2. Iuran pensiun, THT/JHT yang tahun atau Rp200.000 perbulan
dibayar sendiri

Penghasilan Neto (setahun/disetahunkan)

Dikurangi PTKP

Penghasilan Kena Pajak

Dikenakan Tarif Pasal 17


PTKP:
PMK No. 101/PMK.010/2016 

Rp54.000.000,- Untuk diri Wajib Pajak

Rp4.500.000,- Tambahan untuk WP Kawin

Tambahan untuk setiap


anggota keluarga sedarah
semenda dalam garis
Rp4.500.000,-
keturunan lurus serta anak
angkat yg menjadi tanggungan
sepenuhnya maksimal 3 orang

penerapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun


kalender atau awal bulan dari bagian tahun kalender
PTKP Karyawati

Kawin
Tidak
Kawin Suami tidak
Kawin
berpenghasilan

1. Diri sendiri; 1. Diri sendiri;


Hanya untuk 2. Status kawin; 2. Tanggungan
diri sendiri 3. Tanggungan maks 3.
maks 3.

menunjukkan ket. tertulis dari pemerintah daerah setempat


serendah-rendahnya kecamatan bahwa suami tidak menerima/
memperoleh penghasilan
Sesuai
Pasal 17 ayat (1) huruf a
UU PPh

Sampai dengan Rp 50 juta


5%

15%
Tarif
Diatas Rp 50 juta s.d. Rp 250 juta

25%
Diatas Rp 250 juta s.d. Rp 500 juta

Di atas Rp 500 juta 30%


Dasar
DasarPengenaan
Pengenaan(1)
(1)
Penghasilan Kena Pajak (PKP)
• Berlaku PKP = Penghasilan netto - PTKP
• Pegawai tetap.
• Penerima pensiun berkala.
• Berlaku PKP = Penghasilan bruto - PTKP
• Pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayarkan
bulanan.
• Pegawai tidak tetap dengan penghasilan kumulatif
sebulan melebihi Rp 4.500.000,00.
• Berlaku PKP = 50% dari penghasilan bruto – PTKP per bulan
• Bukan pegawai yang menerima penghasilan
berkesinambungan (baik tenaga ahli maupun bukan).
Dasar Pengenaan (2)
Dasar Pengenaan (2)
Penghasilan yang Melebihi Rp 450.000,00 Sehari
• Berlaku bagi pegawai tidak tetap yang menerima upah
harian, mingguan, satuan, atau borongan.
• Berlaku sepanjang penghasilan kumulatif sebulan tidak
melebihi Rp 4.500.000,00.
50% dari Penghasilan Bruto
• Bukan pegawai yang menerima penghasilan tidak
berkesinambungan (baik tenaga ahli maupun bukan).

Penghasilan Bruto
• Merupakan seluruh jumlah penghasilan yg diterima atau
diperoleh dalam suatu periode atau saat dibayarkan.
• Berlaku atas penghasilan yang diterima oleh pihak selain
yang telah diatur berdasar ketiga DPP sebelumnya.
PPh Pasal 21:
Bukan Pegawai

Berkesinambungan Tidak
berkesinambungan Exc. Pasal 13 ayat (1) berkesinambungan

(50 % x Ph Bruto)
(50 % x Ph Bruto)
- (50 % x Ph Bruto)
PTKP sebulan,
Dihitung secara
Dihitung secara
kumulatif
kumulatif

Dalam hal Konsultan Yang Praktik di KKP Jumlah Penghasilan Bruto adalah
Sebesar Jasa Konsultan Yang Dibayarkan Klien sebelum
Dipotong Biaya-Biaya yang lainnya.
PPh Pasal 21:
Lainnya

Dewan Komisaris/ Peserta program


Pengawas non Mantan Pegawai Pensiun yang masih
Pegawai tetap Berstatus pegawai

jasa produksi,
honorarium atau tantiem, gratifikasi,
imbalan yang penarikan dana
bonus atau imbalan pensiun
bersifat tidak teratur lain yang bersifat
tidak teratur

Tarif Pasal 17 atas Penghasilan Bruto


PPh Pasal 21:
Peserta Kegiatan

Tarif Pasal 17
UU PPh

Penghasilan Bruto

Penghasilan Bruto merupakan pembayaran yang bersifat utuh


dan tidak dipecah
TETAP Ph NETO - PTKP
PEGAWAI BULANAN Ph BRUTO - PTKP
TIDAK TETAP
Ph BRUTO – 450 RIBU
HARIAN

Ph BRUTO(>10,2jt) – PTKP

PENSIUNAN BERKALA Ph NETO - PTKP

((50% X Ph Bruto) - PTKP bulanan)


BERKESINAMBUNGAN Kumulatif

BUKAN PEGAWAI BERKESINAMBUNGAN exc Psl 13 (1) (50% X Ph Bruto) Kumulatif

TIDAK BERKESINAMBUNGAN 50 % x Ph Bruto

KOMISARIS, MANTAN PEGAWAI, Ph Bruto Kumulatif


PENARIKAN DAPEN O/ PEGAWAI

PESERTA KEGIATAN Ph Bruto


Penerima Penghasilan Tidak ber-NPWP

PPh Pasal 21 sebesar 120%


lebih tinggi daripada PPh
Pasal 21 yang seharusnya
(20% lebih tinggi)

Setelah pemotongan sebelum pemotongan


PPh Pasal 21 bulan Ber-NPWP PPh Pasal 21 bulan
Desember Desember

Diperhitungkan oleh
merupakan kredit
pemotong dengan
pajak dalam SPT
PPh Pasal 21 bulan-
Tahunan PPh
bulan selanjutnya

Tidak berlaku untuk PPh Pasal 21 yang bersifat final


Ketentuan Khusus

Penghasilan bersumber dari


1. Uang Pesangon
APBN/D yang diterima oleh
2. Uang Manfaat Pensiun
Pejabat Negara, PNS,
3. THT/JHT
Anggota, TNI/Polri, dan
yang dibayarkan sekaligus
Pensiunannya

PP 68 Tahun 2010 PP 80 Tahun 2010


PPh Pasal 26

Tarif Pasal 26:


20 %

Penghasilan Bruto

Memperhatikan
Ketentuan P3B
Saat terutang
PPh Pasal 21/26

Penerima penghasilan Pemotong

akhir bulan dilaku-


Saat dilakukannya kannya pembayaran
pembayaran atau
atau akhir bulan
saat terutangnya terutangnya
penghasilan penghasilan
Kewajiban Pemotong

• Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP


• Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan
PPh Pasal 21 dan Pasal 26 yang terutang untuk setiap bulan
kalender.
• PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib disetor ke Kantor Pos
atau Bank paling lama 10 hari setelah Masa Pajak berakhir.
• Pemotong Pajak wajib lapor paling lama 20 hari setelah Masa
Pajak berakhir. (PPh nihil tidak perlu lapor SPT)
• Wajib Membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan PPh
Ps. 21/26 Untuk Setiap Masa Pajak
• Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas Kerja Sesuai
Ketentuan
• Wajib Membuat Bukti Potong dan Memberikannya Kepada
Penerima Penghasilan
Bukti Pemotongan PPh Pasal 21

• Untuk pegawai tetap/penerima pensiun berkala:


– dibuat sekali setahun (Form 1721 A1/A2)
– diberikan paling lama 1 bulan setelah akhir tahun atau
pegawai berhenti
• Untuk selain pegawai tetap/penerima pensiun berkala:
– Dibuat setiap kali ada pemotongan
– Jika dalam satu bulan > 1 kali pembayaran maka bukti
potong dapat dibuat sekali dalam satu bulan
• Bukti Potong PPh Pasal 21 Tidak wajib dilampirkan dalam
SPT Masa PPh Pasal 21
Kewajiban Penerima Penghasilan

• Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP


• Pegawai, Penerima Pensiun Berkala, dan Bukan Pegawai
tertentu Wajib Membuat Surat Pernyataan Yang Berisi Jumlah
Tanggungan Keluarga Pada Awal Tahun Kalender Atau Pada
Saat Menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri
• Wajib Menyerahkan Surat Pernyataan Tanggungan Keluarga
kpd Pemotong Pajak Pada Saat Mulai Bekerja Atau Mulai
Pensiun
• Wajib Membuat Surat Pernyataan Baru Dalam Hal Terjadi
Perubahan Tanggungan Keluarga Paling Lambat Sebelum
Mulai Tahun Kalender Berikutnya
Contoh Penghitungan PPh Pasal 21

Budiyanta pada tahun 2017 bekerja di PT Sejahtera


Masyarakat dengan gaji sebulan Rp 8.000.000,00 dan
membayar iuran pensiun sebesar Rp. 200.000,00. Artha
menikah tetapi belum mempunyai anak. Pada bulan Juli 2017
menerima kenaikan gaji, menjadi Rp 10.000.000,00 sebulan
dan berlaku surut sejak 1 Januari 2017. Dengan adanya
kenaikan gaji yang berlaku surut tersebut, Artha menerima
rapel sejumlah Rp 12.000.000,00 (kekurangan gaji untuk masa
Januari s.d. Mei 2017). Pada bulan Oktober 2017 menerima
bonus tahunan sebesar Rp 20.000.000,00.
A. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai Tetap - Gaji Bulanan
Gaji sebulan Rp 8.000.000
Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 8.000.000) Rp 400.000
Iuran Pensiun Rp 200.000 Rp 600.000
Penghasilan Neto sebulan Rp 7.400.000
Penghasilan Neto setahun (12 x Rp 7.400.000,00 ) Rp 88.800.000
PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 54.000.000
- tambahan WP kawin Rp 4.500.000 Rp 58.500.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 30.300.000
PPh Pasal 21 terutang :
5% x Rp 30.300.000,00 = Rp 1.515.000

Rp 1.515.000
PPh Pasal 21 sebulan
Rp 1.515.000,00 : 12 = Rp 126.250
B. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pembayaran Uang Rapel
Gaji sebulan Rp 10.000.000
Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 10.000.000) = Rp 500.000
Iuran Pensiun = Rp 200.000 Rp 700.000
Penghasilan Neto sebulan Rp 9.300.000
Penghasilan Neto setahun ( 12 x Rp 9.300.000,00 ) Rp 111.600.000
PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 54.000.000
- tambahan WP kawin Rp 4.500.000 Rp 58.500.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 53.100.000
PPh Pasal 21 setahun :
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000
15% x Rp 3.100.000,00 = Rp 465.000
Rp 2.965.000
PPh Pasal 21 sebulan
Rp 2.965.000,00 : 12 Rp 247.083
PPh Pasal 21 Januari s.d Juni 2017 seharusnya adalah :
6 x Rp 247.083,00 Rp 1.482.500
PPh Pasal 21 yang sudah dipotong Januari s.d Juni 2017
6 x Rp 126.250,00 (dari perhitungan contoh A) Rp 757.500
PPh Pasal 21 untuk uang rapel Rp 725.000
C. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pembayaran Bonus
Gaji setahun (12 x Rp 10.000.000,00) Rp 120.000.000
Bonus Rp 20.000.000
Penghasilan bruto setahun Rp 140.000.000
Pengurangan :
Biaya Jabatan (5% xRp 140.000.000,00) = Rp 7.000.000,00
*Biaya Jabatan dlm setahun maksimal Rp 6.000.000,00 6.000.000
Iuran Pensiun (12 x Rp 200.000,00) 2.400.000 Rp 8.400.000
Penghasilan Neto setahun Gaji + Bonus Rp 131.600.000
PTKP setahun :
- untuk diri sendiri Rp 54.000.000
- tambahan WP kawin Rp 4.500.000 Rp 58.500.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 73.100.000
PPh Pasal 21 setahun atas Gaji + Bonus :
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000
15% x Rp 23.100.000,00 = Rp 3.465.000
5.965.000

*PPh Pasal 21 setahun dibulatkan 5.965.000


PPh Pasal 21 atas Gaji (dari contoh B) 2.965.000
PPh Pasal 21 atas Bonus 3.000.000
Pelaporan SPT PPh Orang Pribadi Tahun Pajak 2017

 Batas waktu penyampaian 31 Maret 2018


Besaran PTKP yang digunakan menggunakan
besaran PTKP sesuai PMK No.
101/PMK.010/2016 
CONTOH SOAL

Penghasilan Joko sebagai karyawan PT Anugerah Panji Makmur adalah gaji


selama tahun 2018 adalah Rp. 380.000.000, tunjangan-tunjangan Rp.
190.000.000, THR Rp. 120.000.000. Sedangkan premi asuransi, iuran JHT dan
iuran pensiun yang dibayar perusahaan adalah Rp. 3.600.000, Rp. 1.200.000, Rp.
2.800.000 dan iuran JHT dan iuran pensiun yang dibayar sendiri oleh Joko adalah
Rp. 2.600.000, 3.200.000. Status PTKP K/1

Hitunglah PPh 21 Joko untuk tahun 2018?


    PPh 21

Penghasilan teratur        

Gaji     380.000.000  

Tunjangan2       190.000.000  

Jml Ph. Bruto teratur setahun     570.000.000  

Jml. Perkiraan Ph Bruto teratur setahun     570.000.000  

(12 bln x Ph. Bruto Sebulan)        

Bonus / THR     120.000.000  

Jml Ph teratur + tdk teratur     690.000.000  

Pengurangan:        

1. Biaya Jabatan          

(maksimum Rp6.000.000,- setahun) 6.000.000      

2. Iuran Pensiun   3.600.000      

3. Iuran – JHT   2.600.000 (+)    

  Jumlah     12.200.000 (-)

Jml Ph. Neto setahun     677.800.000  

Dikurangi:        

PTKP: K/1     63.000.000 (-)

Ph. Kena Pajak     614.800.000  

Ph. KP dibulatkan       614.800.000  

PPh 21 setahun     129.440.000  

         

           

Anda mungkin juga menyukai