Anda di halaman 1dari 37

Pemeriksaan Laboratorium Klinik

pada Penyakit Kulit & Kelamin


Gonorea
Etiologi
• Neisseria gonorrhoeae
▫ Diplokokus Gram (-)
▫ Diameter 0,8 um
▫ Nonmotil
▫ Fastidious (Sulit tumbuh)
▫ Kapnofilik (Butuh CO2)
▫ Tidak berkapsul

• Kultur:
▫ Konveks, mengkilat, meninggi,
mukoid, diameter 1-5 mm.
▫ Transparan atau opaq, tidak
berpigmen, & nonhemolitik.
Patogenesis
• Gonokokus memiliki
afinitas terhadap epitel
torak. Epitel berlapis
& gepeng lebih resisten.

• Jaringan yang terkena:


▫ Traktus genitourinarius
▫ Mata
▫ Rektum
▫ tenggorok
http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http%3A%2F%2Fwww.nature.com%2Fnrmicro%2Fjournal%2Fv7%2Fn4%2Fimages%2Fnrmicro2097-f1.jpg&imgrefurl=http%3A%2F%2Fwww.nature.com
%2Fnrmicro%2Fjournal%2Fv7%2Fn4%2Ffull%2Fnrmicro2097.html&h=882&w=785&tbnid=Bxv0jaxL7pawSM
%3A&zoom=1&docid=xHDzb6sgWqnHlM&ei=RKwLVOCHJcqWuATU3YDwBA&tbm=isch&ved=0CCcQMygNMA0&iact=rc&uact=3&dur=289&page=1&start=0&ndsp=25
Patogenesis
Patogenesis
Manifestasi Klinis
• Pada laki-laki:
▫ Urethritis, folikulitis/selulitis di
paha/abdomen, prostatitis, epididimitis,
vesikulitis, sistitis.

• Pada perempuan:
▫ Uretritis, duh tubuh dari serviks tanpa
vaginitis, vulvovaginitis pada prepubertas,
abses Bartholin, PID dengan tanda peritonitis,
endoservisits, endosalpingitis, endometritis.

• Infeksi non-genital:
▫ anorektum, faring, mata, sistemik (infeksi
gonokokal diseminata).
Diagnosis
• Spesimen:
▫ Pus & sekret dari uretra, serviks, rektum, konjungtiva, tenggorok, atau cairan sendi untuk
pewarnaan Gram & kultur.

• Gram:
▫ Diplokokus Gram negatif, intraselular dan ekstraselular.
▫ Gram dari eksudat uretra laki-laki: sensitivitas 90% & spesifisitas 99%.
▫ Gram dari eksudat endoserviks: sensitivitas 50% & spesifisitas 95%

• Kultur:
▫ Media selektif diperkaya (modified Thayer-Martin) dan diinkubasi di kondisi 5% CO2 (candle
extinction jar) pada suhu 37 C. Kuman tumbuh setelah 48 jam.
▫ Untuk menghindari kontaminan, ditambahkan vankomisin, kolistin, amfoterisin B,
trimetoprim).

• Serologi:
▫ Deteksi antibodi terhadap pili dan protein membran luar → kurang bermanfaat → beragamnya
antigen gonokokus & lambatnya kemunculan antibodi pada infeksi akut.
Sifilis
Etiologi
• Treponema pallidum
▫ Bentuk spiral teratur berjarak 1 um,
ramping

▫ Lebar 0,2 um & panjang 5-15 um  tidak


bisa dilihat dengan mikroskop cahaya.

▫ Motil aktif

▫ Dapat motil selama 3-6 hari pada suhu


25 C.

▫ Pada darah atau plasma yang disimpan 4


°C, dapat tetap viabel selama 24 jam.
Patogenesis
T. pallidum masuk melalui
membran mukosa intak atau
abrasi kulit mikroskopik

Masuk ke sistem limfatik  darah


 sistemik

Sifilis primer: kuman membelah lokal  inflamasi  chancre


Sifilis sekunder
Diagnosis
• Spesimen:
▫ Cairan jaringan dari permukaan lesi awal, serum untuk serologi

• Mikroskop medan gelap:


▫ 1 tetes cairan jaringan atau eksudat ditaruh di atas kaca objek
& dilihat dengan mikroskop medan gelap.
▫ Beberapa jam setelah pemberian antibiotik, Treponema tidak
dapat ditemukan dari lesi

• Imunofloresens:
▫ Cairan jaringan atau eksudat diteteskan di kaca objek, dikeringkan, lalu diwarnai dengan
serum antitreponema berlabel fluoresein, lalu diperiksa dengan mikroskop
imunofloresens.

• Serologi:
▫ Nontreponemal antigen test:
 reagen: kardiolipin, lesitin, & kolesterol
 Ab yang dideteksi: reagin (IgM & IgA terhadap kompleks kardiolipin-kolesterol-lesitin)
▫ Treponemal antibody test: TPHA
Herpes simplex
Etiologi
• Herpes simplex virus
▫ Virus DNA

▫ HSV-1: menular dengan kontak, biasanya dari saliva --


orofaring

▫ HSV-2: menular dengan kontak seksual

▫ Dapat bereplikasi di berbagai macam sel, cepat


berkembang, & sangat sitolitik
Patogenesis
HSV menular dengan kontak dekat dari lesi perifer, mukosa, sekret penderita.
(HSV terinaktivasi pada suhu kamar, jarang menyebar dalam bentuk aerosol)

Virus masuk melalui mukosa yang rentan atau kulit yang tidak intak.

Infeksi pada sel epitel dan fibroblas  lisis sel

Virus menuju saraf sensorik perifer  ganglia radiks saraf sensorik atau autonom 
latensi (dormant)
Manifestasi Klinis
• Infeksi primer:
▫ Laki-laki: penis, skrotum,
paha, bokong
▫ Perempuan: labia, perineum,
paha bagian medial

• Infeksi rekurens:
▫ Laki-laki: batang penis,
glans, bokong
▫ Perempuan: labia, bokong
Diagnosis
• Sitopatologi
▫ Bahan kerokan dari dasar vesikel dengan pewarnaan
Giemsa: multinucleated giant cells  HSV-1, HSV-2,
varicella-zoster.

• Isolasi & identifikasi virus


▫ Bahan: lesi herpes, throat washing, CSF, tinja
▫ Inokulasi pada kultur jaringan, lalu diidentifikasi
dengan imunofloresens

• PCR:
▫ sensitif dan spesifik

• Serologi
▫ Antibodi muncul 4-7 hari setelah infeksi & mencapai
puncak 2-4 minggu, bertahan seumur hidup.
▫ Dapat bereaksi dengan varicella-zoster virus
Ulkus Molle/Chancroid
Etiologi
• Haemophillus ducreyi
▫ Batang Gram negatif, ramping
▫ Berpasangan atau bentuk rantai

• Bakteri masuk melalui epitel yang tidak intak 


infeksi fokal di mukosa atau kulit traktus
genitalia.

• Patogenesis chancroid belum banyak diketahui.


Patogenesis
Bakteri masuk melalui epitel yang tidak intak

Ulkus genital: infiltrat makrofag, sel-T CD8, sel-T CD4


(delayed type hypersensitivity)

Limfadenitis
Manifestasi Klinis
• Lesi primer:
▫ Papul nyeri dengan halo
eritem  pustul  erosi 
ulkus nyeri, batas tegas, tidak
ada indurasi.

• Sekitar 7-21 hari setelah lesi


primer  limfadenitis
inguinal
Diagnosis
• Probable diagnosis:
▫ ulkus genital nyeri,
▫ serologi/mikroskopik sifilis (-),
▫ morfologi ulkus & limfadenopati tipikal untuk chancroid & tes HSV (-).

• Diagnosis definitif  kultur:


▫ Bahan: kerokan dasar ulkus
▫ Media: agar coklat dengan 1% IsoVitaleX & vankomisin 3 ug/mL,
diinkubasi pada kondisi 10% CO2 di suhu 33 C.

• PCR:
▫ lebih sensitif dari kultur, tapi belum banyak tersedia.
Hipersensitivitas Tipe 1
Pendahuluan

Respon imun berlebihan terhadap antigen


yang menyebabkan kerusakan jaringan,
penyakit, sampai kematian
Mekanisme
sensitisasi

aktivasi

efektor
Reaksi Fase Cepat & Fase Lambat
Pemeriksaan laboratorium

Tes in vivo Tes in vitro


• Cutaneous test • Pengukuran IgE
• Intradermal test total
• Pengukuran IgE
untuk Ag spesifik.
Cutaneous test (prick test)

• Small drop of material/alergen disuntikan ke


dalam kulit pada 1 titik
• Nilai titik tersebut setelah 15 menit
• + : diameter wheal > 3 mm dibanding kontrol
-
• Kontrol negatif : saline
• Kontrol positif : histamin
Intradermal test

• Dilakukan bila prick test (–), alergi masih


diduga.
• Dengan menggunakan tuberculin syringe
suntikan 0.01-0.05 mL test solution secara
intradermal.
• Nilai hasil setelah 15-20 menit : eritema dan
wheal
• (+) : diameter wheal >3 mm dibanding kontrol
(-)
Pemeriksaan In vitro

Pemeriksaan IgE total

Kadar IgE bervariasi.


IgE total bisa meningkat juga pada  infeksi parasit,
sindrom hiper-IgE
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai