Anda di halaman 1dari 11

KELOMPOK 1

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA


KEJANG DEMAM

Agnes Sri Wahyuni


Alfiah Nur Hidyanti
Alfina Dwiyanti
Anas Nur Angkasa
Anindya Novita Sari
Bayu Perwira Aji

Dayang Masnia
Dela Seviana
Deni Fitriana
Desi Wulan Ani
Dilla Fifa Marlindawati
Ending Wini Aslimatun
Erin Nariswati Aisyah
APA ITU KEJANG DEMAM
Menurut International League Against Epilepsy (ILAE) (1993, dalam
Pellock, 2014) kejang demam merupakan gangguan neurologis akut
yang paling umum terjadi pada bayi dan anak-anak disebabkan tanpa
adanya infeksi sistem saraf pusat.

Kejang demam terjadi pada umur 3 bulan sampai 5 tahun dan jarang
sekali terjadi untuk pertama kalinya pada usia 3 tahun. Kejang
demam dapat terjadi bila suhu tubuh diatas 38oC dan suhu yang
tinggi dapat menimbulkan serangan kejang.
ETIOLOGI KEJANG DEMAM

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) (2013), menjelaskan


bahwa penyebab terjadinya kejang demam antara lain obat-
obatan, ketidak seimbangan kimiawi seperti hiperkalemia,
hipoglikemia, asidosis, demam, patologis otak dan eklamsia (ibu
yang mengalami hipertensi prenatal, toksimea gravidarum).

PATOFISIOLOGI KEJANG DEMAM

Ngastiyah (2014), menjelaskan bahwa untuk


mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak
diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku
untuk metabolisme otak terpenting adalah glukosa.
TANDA-TANDA ANAK
MENGALAMI KEJANG DEMAM
MENURUT DJAMALUDIN 2010

1. Suhu badan mencapai 39 derajat Celcius;

2. Saat kejang anak kehilangan kesadaran, kadang-kadang napas dapat terhenti beberapa
saat;

3. Tubuh termasuk tangan dan kaki jadi kaku, kepala terkulai ke belakang disusul
munculnya gejala kejut yang kuat;

4. Warna kulit berubah pucat bahkan kebiruan dan bola mata naik ke atas;

5. Gigi terkatup dan terkadang disertai muntah;

6. Napas dapat berhenti selama beberapa saat;

7. Anak tidak dapat mengontrol untuk buang air besar atau kecil.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang pada anak yang mengalami kejang demam adalah


sebagai berikut:

1. Pemeriksaan laboratorium pada anak yang mengalami kejang demam yang


bertujuan untuk mengevaluasi sumber infeksi
2. Pungsi lumbal Pada anak kejang demam sederhana yang berusia
menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis serta pada anak yang
memiliki kejang demam kompleks (karena lebih banyak berhubungan dengan
meningitis)
Pengkajian
● Riwayat keperawatan. Kaji gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh, terutama pada malam hari, terjadiya
kejang dan penurunan kesadaran.
● Data biografi
● Riwayat kesehatan sekarang
● Riwayat kesehatan dahulu
● Riwayat kesehatan keluarga
● Riwayat kesehatan psikososial
● Pola fungsi kesehatan
● Pemeriksaan fisik : kesadaran dan keadaan umum pasien, Tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik kepala-
kaki, Pemeriksaan saraf cranial.
Diagnosa keperawaan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan
dengan proses patologis
2. Gangguan volume cairan kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan suhu tubuh
3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan peningkatan
sekresi mucus
4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat
no Diagnosa perencanaan
keperawatan

Tujuan Intervensi rasional

1. Peningkatan suhu Setelah dilakukan tindakan 1.Pantau suhu pasien (derajat dan pola): perhatikan 1. Suhu 38,9-41,1ºC menunjukkan proses penyakit infeksius akut
tubuh berhubungan keperawatan selama 4x24 suhu
dengan proses tubuh normal dan proses menggigil daforesi
patologis patologis teratasi dengan kriteria: 2.Pantau suhu lingkungan, batasi/ tambahkan linen 2. Suhu ruangan, jumlah selimut harus dirubah untuk
TTV stabil dan suhu tubuh dalam mempertahankan suhu mendekati normal
batas normal tempat tidur sesuai indikasi
3.Berikan kompres hangat hindari penggunaan
3. Dapat membantu mengurangi demam, penggunaan air
kompres alkohol
es/alkohol mungkin menyebabkan kedinginan
4.Berikan selimut pendingin
4. Digunakan untuk mengurangi demam umumnya lebih besar

5.Berikan antipiretik sesuai indikasi dari 39,5-40ºC pada waktu terjadi gangguan pada otak
5. Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentral

2. Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan 1. Ukur/catat haluaran urine 1. Penurunan haluaran urine dan berat jenis akan menyebabkan
kekurangan keperawatan selama 2. Pantau tekanan darah dan denyut jantung hipovolemia
volume 3x24 jam kekurangan 2. Pengurangan dalam sirkulasi volume cairan dapat mengurangi
cairan volume cairan tidak 3. Palpasi denyut perifer tekanan darah/CVP, mekanisme kompensasi awal dari
berhubunga terjadi dan peningkatan 4. Kaji membran mukosa kering, turgor kulit takikardia untuk meningkatkan curah jantung dan
n dengan suhu tubuh teratasi, yang tidak elastis meningkatkan tekanan darah sistemik
peningkatan dengan kriteria hasil: 5. Berikan cairan intravena, misalnya kritaloid 3. Denyut yang lemah, mudah hilang dapat menyebabkan
suhu tubuh dan koloid hipovolemia
1. Tidak ada tanda-tanda 4. Hipovolemia/ cairan ruang ketiga akan memperkuat tanda-
dehidrasi 6. Pantau nilai laboratorium
tanda dehidrasi
2. Menunjukkan adanya
keseimbangan cairan 5. Sejumlah besar cairan mungkin dibutuhkan untuk mengatasi
seperti output urine hipovolemia relatif (vasodilasi perifer), menggantikan
adekuat kehilangan dengan meningkatkan permeabilitas kapiler
3. Turgor kulit baik 6. Mengevaluasi perubahan didalam hidrasi/viskositas darah
4. Membran mukosa mulut
Implementasi

Menurut Iyer et al (2003) yang dikutip oleh


Nursalam (2008).Implementasi adalah
pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencaai tujuan spesifik.Tahap implementasi
dimulai setelah rencana intervensi disusun
dan ditunjukkan pada nursing orders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan.
Evaluasi

Fase terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap


asuhan keperawatan yang diberikan dengan melihat perkembangan
masalah klien.
Thank you all

Anda mungkin juga menyukai