Anda di halaman 1dari 74

Perdarahan

Oleh : Luh Putu Widiastini, S.SiT., M.Kes


Perdarahan hamil muda
Abortus
•keluarnya produk konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan, pada usia kehamilan 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram
•Jenis-jenis Abortus
Abortus imminens
•Perdarahan intrauterin sebelum kehamilan 20 minggu pada
kehamilan yang masih lengkap, dengan atau tanpa kontraksi
uterus, tanpa dilatasi serviks dan tanpa pengeluaran hasil
konsepsi.
•Terapi : Bedrest, kontra indikasi koitus,
USG:kesejahteraan janin

#
 Abortus insipien
Perdarahan intrauterin sebelum kehamilan 20 minggu,
dengan proses dilatasi serviks tetapi tanpa
pengeluaran hasil konsepsi
Gejala yang timbul :
 Pendataran serviks
 Dilatasi serviks > 3 cm
 Pecahnya selaput ketuban
 Perdarahan > 7 hari
 Kejang perut
 Tanda-tanda pengakhiran kehamilan.
Terapi : Evakuasi sisa konsepsi : kuretase,
Komplikasi: perforasi

#
 Abortus habitualis
Abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-
turut.
 Abortus inkomplitus
Keluarnya sebagian hasil konsepsi sebelum usia kehamilan
20 minggu.
Terapi : Evakuasi sisa konsepsi : kuretase
Komplikasi: perforasi.
 Abortus kompletus
Keluarnya seluruh hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 20
minggu.
Jika hasil seluruh hasil konsepsi sudah keluar, rasa sakit
akan berkurang, tetapi perdarahan bercak tetap ada
selama beberapa hari.
Terapi : Observasi, pantau TTV, perdarahan, nyeri, involusi
sampai 2 minggu
#
 Missed abortus
Kematian embrio atau fetus < 20 minggu usia kehamilan
tetapi hasil konsepsi tertahan didalam rahim selama
lebih dari 8 minggu.
Dengan ciri-ciri sebagai berikut :
 Tanda kehamilan menghilang
 Perdarahan bercak pervaginam
 Tidak ada perdarahan aktif
 Servik terbuka sedikit
Terapi : USG sebagai diagnosa, terapi induksi persalinan

#
Mola Hidatidosa
•Kehamilan anggur yaitu ada jonjot
korion yang tumbuh berganda
berupa gelembung-gelembung kecil
yang mengandung banyak cairan
sehingga menyerupai anggur atau
mata ikan.
•Mola hidatidosa merupakan
bentuk neoplasma trofoblas yang
jinak.

#
#
• Tanda gejala :
 Pada anamnesis ditemukan tanda dan gejala seperti
berikut :
 Terdapat gejala-gejala kehamilan muda yang lebih nyata
dari kehamilan normal, misalnya mual muntah yang
berlebihan.
 Terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, warna
kecokelatan seperti bumbu rujak, tidak teratur.
 Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan.
 Keluar jaringan mola (seperti anggur) yang merupakan
diagnosis pasti, namun jaringan mola ini tidak selalu
ditemukan

#
 Pada inspeksi :
 Muka dan terkadang badan kelihatan lebih pucat atau
kekuningan, yang disebut muka mola (mola face)
 Jika gelembung mola sampai keluar, maka tanda ini akan
kelihatan lebih jelas.
 Pada palpasi :
 Uterus membesar tetapi tidak sesuai dengan usia
kehamilan yang seharusnya.
 Tidak teraba bagian-bagian ballotement janin dan
gerakan janin

#
 Pada auskultasi :
 Tidak terdengar DJJ
 Terdengar bising dan bunyi khas
 Pada test kehamilan ditemukan kadar HCG yang tinggi
 Pada pemeriksaan dalam :
 Rahim lebih besar
 Konsistensi lebih lembek
 Tidak ada bagian-bagian janin
 Terdapat perdarahan
 Teraba jaringan dikanalis dan vagina
 Pada foto rontgen abdomen tidak terlihat adanya
kerangka janin (pada usia kehamilan lebih dari tiga bulan)
 Pada pemeriksaan USG ditemukan adanya gambaran
badai salju (gambaran khas pada kehamilan mola) dan
tidak terlihat adanya janin
#
Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik : kehamilan dengan implantasi terjadi
diluar rongga uterus. Tuba falopii merupakan tempat
tersering untuk terjadi implantasi kehamilan ektopik
(>90%).
Diagnosis dan gejala-gejala klinis yang yang biasanya
ditemui adalah sebagai berikut :
Pada anamnesis ditemukan tanda dan gejala amenore
serta keluhan hamil muda dan gejala hamil lainnya.
Perasaan nyeri dan sakit yang tiba-tiba di perut seperti
diiris-iris dengan pisau disertai dengan muntah dan bisa
sampai jatuh pingsan

#
#
 Tanda-tanda akut nyeri abdomen :
 Nyeri tekan yang hebat
 Muntah, gelisah, pucat dan anemis
 Pada pemeriksaan tanda vital didapat denyut nadi yang
kecil serta tekanan darah yang rendah sampai tidak
teratur.
 Pada pemeriksaan dalam :
 Adanya nyeri goyang porsio
 Douglas crise, yaitu rasa nyeri tekan yang hebat ketika
kavum douglas ditekan.
 Kavum douglas teraba menonjol karena adanya
penumpukan darah

#
Perdarahan hamil lanjut

• Perdarahan pervaginam antara 24 minggu


kehamilan sampai kelahiran bayi
• Plasenta normal:
 Berinsersi di fundus atau corpus
 Tali pusat berinsersi di sentral atau parasentral
 Plasenta lepas setelah bayi lahir

#
Plasenta Previa
• Placenta Previa : plasenta yang berimplantasi
pada segmen bawah rahim dan menutupi
sebagian atau seluruh osteum uteri internum
• Klasifikasi Plasenta Previa
 Plasenta Previa Totalis : plasenta yang menutupi
seluruh ostium uteri internum.
 Plasenta Previa Partialis : plasenta yang
menutupi sebagian ostium uteri internum.
 Plasenta Previa Marginalis : plasenta yang
tepinya agak jauh letaknya dan menutupi
sebagian ostium uteri internum

#
Plasenta Previa

#
• Etiologi
Belum diketahui pasti tetapi meningkat pada
grademultipara, primigravida tua, bekas section
sesarea, bekas operasi, kelainan janin dan leiomioma
uteri.
• Faktor predisposisi
 Pernah mengalami plasenta previa pada kehamilan
sebelumnya.
 Pernah menjalani operasi caesar.
 Pernah menjalani operasi pada rahim, misalnya kuret
atau pengangkatan mioma.
 Berusia 35 tahun atau lebih.
 Pernah melahirkan sebelumnya.
 Pernah menjalani operasi pada rahim.
#
• Tanda dan Gejala Plasenta Previa 
 Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dan berulang.
 Darah biasanya berwarna merah segar.
 Terjadi pada saat tidur, kontraksi dan saat melakukan
aktivitas.
 Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai
kelainan letak janin.
 Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak
banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa
dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan berikutnya
(reccurent bleeding) biasanya lebih banyak.

#
• Penatalaksanaan Plasenta Previa 
 Konservatif
 Usia kehamilan <34 minggu
 Perdarahan sedikit, berhenti
 Persiapan donor darah
 Konseling pasien untuk persiapan SC
 Seksio sesaria
 Perdarahan banyak
 Kehamilan aterm

#
Solusio Plasenta
• Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau
keseluruhan plasenta dari implantasi normalnya
(korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan
sebelum janin lahir

#
• Klasifikasi
Menurut derajat pelepasan plasenta
 Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.
 Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.
 Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir
plasenta yang terlepas.
Menurut bentuk perdarahan 
 Solusio plasenta dengan perdarahan keluar
 Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, yang
membentuk hematoma retroplacenter
 Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam
kantong amnion

#
#
 Menurut tingkat gejala klinisnya :
 Ringan : perdarahan <100-200 cc,uterus tidak tegang,
belum ada tanda renjatan, janin hidup,pelepasan
plasenta <1/6 bagian permukaan,kadar fibrinogen
plasma >150 mg%
 Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang,
terdapat tanda pre renjatan, gawat janin atau janin
telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian
permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.
 Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik,
terdapat tanda renjatan, janin mati, pelepasan plasenta
dapat terjadi lebih 2/3 bagian atau keseluruhan.

#
• Etiologi
Faktor predisposisi
 Faktor kardio-reno-vaskuler
 Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma
preeklamsia dan eklamsia.
 Faktor trauma
 Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
 Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin
yang banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan
persalinan
 Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.

#
 Faktor paritas ibu
 Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara.
 Faktor usia ibu
 Makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi
menahun.
 Leiomioma uteri menyebabkan solusio plasenta apabila
plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung
leiomioma
 Faktor pengunaan kokain
 Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan
darah dan peningkatan pelepasan katekolamin

#
 Faktor kebiasaan merokok
 Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus
solusio plasenta sampai dengan 25%
 Riwayat solusio plasenta sebelumnya
 Pengaruh lain anemia, malnutrisi/defisiensi gizi.
• Komplikasi
 Syok perdarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta
hampir tidak dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan
persalinan segera
 Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
penderita solusio plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan
hipovolemia karena perdarahan yang terjadi
 Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia

#
• Komplikasi
 Apoplexi uteroplacenta
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-
otot rahim dan di bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam
ligamentum latum
 Komplikasi yang dapat terjadi pada janin:  
Fetal distress, Gangguan pertumbuhan/perkembangan, Hipoksia,
anemia, Kematian

#
• Diagnosis 
 Anamnesis
 Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut
 Perdarahan pervaginam yang sifatnya hebat  terdiri dari darah
segar dan bekuan-bekuan darah yang berwarna kehitaman
 Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan
akhirnya berhenti
 Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-
kunang.
 Inspeksi
 Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.
 Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.
 Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).

#
• Diagnosis 
 Palpasi
 Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
 Uterus tegang dan keras seperti papan yang
disebut uterus in bois (wooden uterus) baik waktu his maupun di
luar his.
 Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.
 Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang
 Auskultasi
 Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila DJJ terdengar biasanya di
atas 140, kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila
plasenta yang terlepas lebih dari 1/3 bagian.

#
• Diagnosis 
 Pemeriksaan dalam
 Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.
 Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan
tegang
 Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya,
plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan,
disebut prolapsus placenta
 Pemeriksaan umum
 Tekanan darah semula tinggi akan turun dan pasien jatuh dalam
keadaan syok. Nadi cepat dan kecil

#
• Diagnosis 
 Pemeriksaan laboratorium
 Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan
silinder dan leukosit.
 Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-
match test. Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan
pembekuan darah hipofibrinogenemia
 Pemeriksaan plasenta.
 Plasenta biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang
terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang
biasanya menempel di belakang plasenta, yang disebut hematoma
retroplacenter.
 Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)
 Terlihat daerah terlepasnya plasenta, Janin dan kandung kemih ibu,
Darah, Tepian plasenta

#
• Terapi
 Solusio plasenta ringan
 Bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada
perbaikan (perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus
tidak tegang, janin hidup) dengan tirah baring dan
observasi ketat, kemudian tunggu persalinan spontan.
 Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala
solusio plasenta makin jelas, pada pemantauan dengan USG
daerah solusio plasenta bertambah luas), maka kehamilan
harus segera diakhiri. Bila janin hidup, lakukan seksio
sesaria, bila janin mati lakukan amniotomi disusul infus
oksitosin untuk mempercepat persalinan

#
• Terapi
 Solusio plasenta sedang dan berat
 Apabila diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan berarti
perdarahan telah terjadi sekurang-kurangnya 1000 ml.
Maka transfusi darah harus segera diberikan. Amniotomi
akan merangsang persalinan dan mengurangi tekanan
intrauterin.

#
Ruptur uteri
• Pengertian
Ruptur uteri atau robekan uterus merupakan robekan atau
diskontinuitas dinding rahim akibat dilampauinya daya
regang mio metrium
• Klasifikasi
Menurut waktu terjadinya, ruptur uteri dapat dibedakan:
 Ruptur Uteri Gravidarum
Terjadi waktu sedang hamil, sering berlokasi pada korpus.
 Ruptur Uteri Durante Partum
Terjadi waktu melahirkan anak, lokasinya sering pada SBR.
Jenis inilah yang terbanyak.

#
Ruptur uteri

#
Menurut lokasinya, ruptur uteri dapat dibedakan:
 Korpus Uteri
Biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami
operasi, seperti seksio sesarea klasik (korporal) atau
miomektomi.
 Segmen Bawah Rahim
Biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama (tidak
maju). SBR tambah lama tambah regang dan tipis dan
akhirnya terjadilah ruptur uteri.
 Serviks Uteri
Biasanya terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forsep
atau versi dan ekstraksi, sedang pembukaan belum lengkap.
 Kolpoporeksis-Kolporeksis
Robekan – robekan di antara serviks dan vagina.

#
Menurut robeknya peritoneum, ruptur uteri dapat
dibedakan:
 Ruptur Uteri Kompleta
Robekan pada dinding uterus berikut peritoneumnya
(perimetrium), sehingga terdapat hubungan langsung
antara rongga perut dan rongga uterus dengan bahaya
peritonitis.
 Ruptur Uteri Inkompleta
Robekan otot rahim tetapi peritoneum tidak ikut robek.
Perdarahan terjadi subperitoneal dan bisa meluas sampai
ke ligamentum latum.

#
Menurut etiologinya, ruptur uteri dapat dibedakan:
 Karena dinding rahim yang lemah dan cacat, misalnya pada
bekas SC, miomektomi, perforasi waktu kuretase,
histerorafia, pelepasan plasenta secara manual.
 Kelainan kongenital dari uterus seperti hipoplasia uteri dan
uterus bikornus, penyakit pada rahim
 Karena peregangan yang luar biasa dari rahim, misalnya
pada panggul  sempit atau kelainan bentuk panggul, janin
besar seperti janin penderita DM, hidrops fetalis,
postmaturitas dan grandemultipara. Juga dapat karena
kelainan kongenital dari janin

#
Ruptur Uteri Violenta (Traumatika), karena tindakan dan
trauma lain seperti:
Ekstraksi Forsep
Versi dan ekstraksi
Embriotomi
Manual plasenta
Kuretase
Ekspresi Kristeller atau Crede
Pemberian Pitosin tanpa indikasi dan pengawasan
Trauma tumpul dan tajam dari luar.
Menurut Gejala Klinis, ruptur uteri dapat dibedakan:
Ruptur Uteri Iminens (membakat=mengancam)
Ruptur Uteri sebenarnya.

#
• Gejala Ruptur Uteri Iminens/mengancam :
 Pasien tampak gelisah, ketakutan, disertai dengan perasaan
nyeri diperut
 Pernafasan dan denyut nadi lebih cepat dari biasa.
 Ada tanda dehidrasi karena partus yang lama (prolonged
labor), yaitu mulut kering, lidah kering dan haus, badan
panas (demam).
 His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering bahkan terus-
menerus.
 Ligamentum rotundum teraba seperti kawat listrik yang
tegang, tebal dan keras terutama sebelah kiri atau keduanya.

#
• Gejala Ruptur Uteri Iminens/mengancam :
 Pada waktu datang his, korpus uteri teraba keras
(hipertonik) sedangkan SBR teraba tipis dan nyeri kalau
ditekan.
 Diantara korpus dan SBR nampak lingkaran Bandl sebagai
lekukan melintang yang bertambah lama bertambah tinggi,
menunjukan SBR yang semakin tipis dan teregang.
 Pada auskultasi terdengar denyut jantung janin tidak teratur
(asfiksia)
 Pada pemeriksaan dalam dapat kita jumpai tanda-tanda dari
obstruksi, seperti oedem porsio, vagina, vulva dan kaput
kepala janin yang besar

#
• Penanganan
 Bila keadaan umum penderita mulai membaik, selanjutnya
dilakukan laparotomi dengan tindakan jenis operasi:
 Histerektomi, baik total maupun subtotal.
 Histerorafia, yaitu tepi luka dieksidir lalu dijahit sebaik-
baiknya.
 Konservatif, hanya dengan tamponade dan pemberian
antibiotik yang cukup

#
Perdarahan post partum

• Retensio plasenta
• Sisa Plasenta
• Perlukaan jalan lahir
• Atonia Uteri
• Inversio uteri
• Kelainan pembekuan darah

#
Retensio Plasenta
• Retensio Plasenta ialah tertahannya atau belum lahirnya plasenta
hingga 30 menit atau lebih setelah bayi
• Etiologi 
 Sebab fungsional 
 His yang kurang kuat (sebab utama)
 Tempat melekatnya yang kurang menguntungkan (contoh :
insersi di sudut tuba)
 bentuknya (plasenta membranacea, plasenta anularis)
 Ukuran plasenta terlalu kecil
 Lingkaran kontriksi pada bagian bawah perut 

#
 Sebab patologi anatomik (perlekatan plasenta yang abnormal)
 Plasenta Adhesive : Implantasi yang kuat dari jonjot korion
plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi
fisiologis
 Plasenta Akreta : Implantasi jonjot korion plasenta hingga
memasuki sebagian lapisan miometrium.
 Plasenta Inkreta : Implantasi jonjot korion plasenta yang
menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding
uterus.
 Plasenta Prekreta : Implantasi jonjot korion plasenta yang
menembus lapisan serosa dinding uterus hingga ke peritonium
 Plasenta Inkarserata : Tertahannya plasenta di dalam kavum
uteri disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.

#
#
Gambaran dan dugaan penyebab retensio plasenta

Gejala Separasi/ akreta Plasenta inkarserata Plasenta akreta


parsial
Konsistensi Kenyal Keras Cukup
uterus
Tinggi fundus Sepusat 2 jari bawah pusat Sepusat

Bentuk fundus Diskoid Agak globuler Diskoid

Perdarahan Sedang-banyak Sedang Sedikit/tidak ada

Tali pusat Terjulur sebagian Terjulur Tidak terjulur

Ostium uteri Terbuka Konstriksi Terbuka

Separasi plasenta Lepas sebagian Sudah lepas Melekat seluruhnya

syok sering jarang Jarang sekali #


• Komplikasi
 Perdarahan
Terjadi bila retensio plasenta terdapat sedikit pelepasan
hingga kontraksi memompa darah tetapi bagian yang melekat
membuat luka tidak menutup.
 Infeksi
Plasenta yang tertinggal didalam rahim meingkatkan
pertumbuhan bakteri dibantu dengan pot d’entre dari tempat
perlekatan plasenta.
 Terjadi polip plasenta sebagai masa proliferative yang
mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
  Terjadi degenerasi (keganasan) koriokarsinoma
Dengan masuknya mutagen, perlukaan yang semula fisiologik
dapat berubah menjadi patologik (displastik-dikariotik) dan
akhirnya menjadi karsinoma invasive, proses keganasan akan
berjalan terus. #
• Penanganan Retensio Plasenta
 Tentukan jenis retensio yang terjaid karena berkaitan dengan
tindakan yang di ambil.
 Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan. Bila ekspulsi
plasenta tidak terjadi, coba traksi terkontrol tali pusat.
 Pasang infus oksitosin 20 IU dalam 500 mL NS/RL dengan 40 tetes
permenit. Bila perlu, kombinasikan dengan misoprostol 400 mg per
rektal (sebaiknya tidak menggunakan ergometrin karena kontraksi
tonik yang timbul dapat menyebabkan plasenta terperangkap dalam
kavum uteri).
 Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta, lakukan
manual palsenta secara hati-hati dan halus untuk menghindari
terjadinya perforasi dan perdarahan.
 Lakukan tranfusi darah apabila diperlukan.
 Berikan antibiotika profilaksis (ampisislin 2 g IV / oral +
metronidazole 1 g supositoria/oral).
 Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi, syok
neurogenik. #
Melakukan manual plasenta (tindakan untuk melepas
plasenta secara manual)

#
Perdarahan Post Partum
Perdarahan sisa plasenta
•Adalah perdarahan yang terjadi akibat tertinggalnya
kotiledon dan selaput kulit ketuban yang menggangu kontraksi
uterus dalam menjepit pembuluh darah dalam uterus sehingga
mengakibatkan perdarahan
•Bentuk perdarahan
Perdarahan pasca partus berkepanjangan sehingga
pengeluaran lochea disertai darah >7-10 hari.
Dapat terjadi perdarahan baru setelah partus pengeluaran
lochea normal.
Dapat berbau

#
• Etiologi
 Perdarahan pada kala III
Hal ini disebabkan oleh pemijatan rahim yang tidak merata.
Pijatan sebelum plasenta lepas, pemberian uterotonika dan
lain-lain.
 Tindakan pengeluaran plasenta dengan menekan dan
mendorong uterus yang terlalu dalam sedangkan plasenta
belum terlepas dari uterus
 Perdarahan dari tempat implantasi plasenta
 Kotiledon atau selaput ketuban tersisa
 Plasenta susenturiata
 Plasenta akreta, inkreta, perkreta

#
• Tanda dan Gejala
 Perdarahan terus menerus
 Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang
 Plasenta tidak lengkap/utuh saat dilahirkan
 Adanya tanda-tanda syok
 Mual
 Gelisah
 Peningkatan nadi
 Penurunan tekanan darah
 Evaluasi pemeriksaan dalam
Terdapat pembukaan dan masih dapat diraba sisa plasenta
atau membrannya.

#
• Penatalaksanaan
 Pasang infus
 Berikan antibiotika (sesuai intruksi dokter) karena
perdarahan juga merupakan gejala metritis. Antibiotika yang
dipilih adalah ampisilin dosis awal 1 g IV dilanjukan 3x1 g
oral dikombinasi dengan metrodinazol 1 g supositoria
dilanjutkan 3 x 500 mg oral
 Lakukan eksplorasi digital (bidan boleh melakukan) (bila
serviks terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah atau
jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen,
lakukan evakuasi sisa plasenta dengan dilatasi dan kuretase
(dilakukan oleh dokter obgyn
 Bila kadar HB < 8 g/dL berikan transfusi darah. Bila kadar
HB > 8 g/dL, berkian sulfas ferosus 600 mg/hari selama 10
hari (sesuai petunjuk dokter kandungan).
#
Perlukaan Jalan Lahir
•Jenis-jenis Perlukaan Jalan Lahir :
Robekan Perinium
Luka perinium, dibagi atas 4 tingkatan :
Tingkat I : Robekan hanya pada selaput lendir vagina dengan
atau tanpa mengenai kulit perinium
Tingkat II : Robekan mengenai selaput lender vagina dan otot
perinea transversalis, tetapi tidak mengenai spingter ani
Tingkat III : Robekan mengenai seluruh perinium dan otot
spingter ani
Tingkat IV : Robekan sampai mukosa rektum
•Penatalaksanaan : penjahitan robekan

#
Perlukaan Perineum

#
• Robekan Serviks
 Robekan serviks paling sering terjadi pada jam 3 dan
jam 9
 Penatalaksanaan : robekan dijahit dengan catgut
kromik dimulai dari ujung untuk menghentikan
perdarahan.

#
Atonia Uteri
•Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak
berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan
fundus uteri(plasenta telah lahir).
•Faktor Penyebab Terjadinya Atonia Uteri
Uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan :
Jumlah air ketuban yang berlebihan (Polihidramnion)
Kehamilan gemelli
Janin besar (makrosomia)

#
• Faktor Penyebab Terjadinya Atonia Uteri
 Kala satu atau kala 2 memanjang
 Persalinan cepat (partus presipitatus)
 Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin
 Infeksi intrapartum
 Multiparitas tinggi
 magnesium sulfat yang digunakan untuk mengendalikan
kejang pada   preeklamsia atau eklamsia.
 umur yang terlalu tua atau terlalu muda(<20 tahun dan >35
tahun)

#
• Tanda dan gejala atonia uteri
 perdarahan pervaginam
 konsistensi rahim lunak
 fundus uteri naik    
 terdapat tanda-tanda syok
 nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih)
 tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg
 pucat
 keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap
 pernafasan cepat frekuensi30 kali/ menit atau lebih
 gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran
 urine yang sedikit ( < 30 cc/ jam)                       

#
• Penatalaksanaan
 Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri.
 Teruskan pemijatan uterus. Masase uterus akan menstimulasi kontraksi
uterus yang menghentikan perdarahan.
 Oksitosin dapat diberikan bersamaan atau berurutan
 Jika uterus berkontraksi. Evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi
perdarahan uterus berlangsung, periksa apakah perineum / vagina dan
serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera.
 Jika uterus tidak berkontraksi maka :Bersihkanlah bekuan darah atau
selaput ketuban dari vagina & ostium serviks. Pastikan bahwa kandung
kemih telah kosong
 Antisipasi dini akan kebutuhan darah dan lakukan transfusi sesuai
kebutuhan. Jika perdarahan terus berlangsung:
 Pastikan plasenta plasenta lahir lengkap;Jika terdapat tanda-tanda sisa
plasenta (tidak adanya bagian permukaan maternal atau robeknya
membran dengan pembuluh darahnya), keluarkan sisa plasenta
tersebut.Lakukan uji pembekuan darah sederhana.
 Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan
lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan adanya koagulopati.
#
• Penatalaksanaan

#
Inversio Uteri
•Adalah keadaan dimana lapisan dalam uterus
(endometrium) turun dan keluar lewat ostium uteri
eksternum yang dapat bersifat inkomplit sampai komplit
•Pembagian :
Inversio uteri ringan, Fundus uteri terbalik menonjol
dalam kavum uteri, namun belum keluar dari ruang
rongga rahim.
Inversio uteri sedang, Terbalik dan sudah masuk dalam
vagina.
Inversio uteri berat, Uterus dan vagina semuanya
terbalik dan sebagian sudah keluar vagina.

#
#
• Etiologi
 Penatalaksanaan yang salah pada kala tiga persalinan
termasuk penarikan tali pusat yang berlebihan untuk
pelahiran plasenta secara aktif.
 Kombinasi tekanan fundus dan penarikan tali pusat untuk
melahirkan plasenta
 Penggunaan tekanan fundus untuk melahirkan plasenta saat
uterus atonik
 Perlekatan plasenta yang patologis
 Terjadinya secara spontan tidak diketahui penyebabnya
 Makrosomia janin
 Tali pusat pendek

#
• Tanda dan Gejala
 Syok
 Fundus uteri sama sekali tidak teraba atau teraba lekukan
pada fundus
 Perdarahan yang bisa terjadi bisa tidak, bergantung pada
derajat perlekatan plasenta ke dinding uterus
 Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa
plasenta yang masih melekat
 Bila baru terjadi prognosis cukup baik akan tetapi bila
kejadiannya cukup lama, maka jepitan serviks yang
mengecil akan membuat uterus mengalami iskemia,
mekrosis dan infeksi.

#
• Penatalaksanaan
 Memanggil bantuan, anestesi dan memasang infus untuk
cairan/darah penggantian dan pemberian obat
 Memberikan tokolitik/ MgSO4 untuk melemaskan uterus
yang ter balik sebelum dilakukan reposisi manual yaitu
mendorong endometrium ke atas masuk ke dalam vagina
dan terus melewati serviks sampai tangan masuk ke dalam
uterus pada posisi normalnya.
 Didalam uterus plasenta dilepaskan secara manual dan bila
berhasil di keluarkan dari rahim dan sambil memberikan
uterotonika lewat infuse atau intra muscular tangan tetap di
pertahankan agar konfigurasi uterus kembali normal dan
tangan operator baru dilepaskan.

#
• Penatalaksanaan
 Pemberian antibiotika dan tranfusi darah sesuai dengan
keperluannya
 Intervensi bedah dilakukan bila karena jepitan serviks yang
keras menyebabkan maneuver di atas tidak bisa dikerjakan,
maka dilakukan laparotomi untuk reposisi dan kalau
terpaksa dilakukan histerektomibila uterus sudah
mengalami infeksi dan nekrosis .

#
REPOSISI UTERUS : PENANGANAN INVERSIO UTERI

#
Kelainan Pembekuan darah
 Gangguan pada tingkat pembuluh darah
Kekurangan vitamin C dalam jumlah yang banyak dan jangka waktu yang agak lama akan menyebabkan kerapuhan kapiler.
Akibatnya, mudah terjadi pendarahan, bahkan oleh trauma yang ringan sekalipun.
 Gangguan pada tingkat trombosit
Penurunan jumlah trombosit ataupun perubahan sifatnya akan menyebabkana gangguan pada proses penggumpalan darah
 Gangguan pada factor penggumpalan
Kelainan genetik, kelainan karena kerusakan dari organ yang membuatnya protein, kelainan yang disebabkan oleh adanya
masalah pada faktor pendukung proses sintesis.

#
Syok Hemoragik
• Syok hemoragik : suatu sindrom yang terjadi akibat
gangguan hemodinamik dan metabolik ditandai dengan
kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan
perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh yang
biasanya terjadi akibat perdarahan yang massif
• Penyebab Obstetrik/ginekologi
 Plasenta previa
 Abruptio plasenta
 Ruptur kehamilan ektopik
 Ruptur kista ovarium

#
Perubahan Patologi dan Fisiologi
pada Syok Hemoragik
Derajat I Derajat II Derajat III Derajat IV
Jumlah darah yang hilang S/d 750 ml 1000-1250 ml 1500-1800 ml 2000-2500 ml
(ml)
Jumlah darah yang hilang S/d 15% 20-25% 30-35% >40%
(%)
Denyut nadi 72-84 > 100 > 120 > 140
Tekanan darah 118/72 110/80 70-90/50-60 Sistolik ,< 50-60
Frekuensi pernapasan 14-20 20-30 30-40 > 35

Urine output (ml/jam) 30-35 ml 25-30 5-15 Bisa diabaikan


SSP: status mental Gelisah Lebih gelisah Gelisah dan Bingung, letargi
bingung
Asam laktat Normal Borderline Meningkat Meningkat

Ref. Demling RH, Wilson RF.: Decision Making in Surgical Critical Care.B.C. Decker Inc, 1988. p 64. #
Penatalaksanaan syok hipovolemik
•Mengembalikan tanda-tanda vital dan
hemodinamik kepada kondisi dalam
batas normal.
•Pertahankan kondisi agar tetap pada
kondisi stabil.
•terapi cairan sebagai pengganti cairan
tubuh atau darah yang hilang.

#
#

Anda mungkin juga menyukai