Menurut The Series For Clinical Execellence Nursing, penyebab dari gagal ginjal akut ini
terbagi menjadi 3 penyebab:
Gagal ginjal prerenal akibat berkurangnya aliran darah ke ginjal, yang bisa disebabkan oleh
Gangguan autoimun misalnya scleroderma.
Gagal ginjal intrarenal akibat kerusakan ginjal, yang bisa disebabkan oleh
Glomerulonefritis poststreptokokal akut
Gagal postrenal akibat obstruksi bilateral di aliran urin keluar, yang bisa disebabkan oleh
Hiperplasia prostatik jinak
PATOFISIOLOGI
Gagal ginjal akut adalah hilangnya fungsi ginjal secara mendadak dan hampir
lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi tubular dan
glomerular. Ini dimanifestasikan dengan anuria, oliguria, atau volume urin
normal. Anuria (kurang dari 50 ml urin per hari) dan normal haluaran urin
tidak seperti oliguria. Oliguria (urin kurang dari 400 ml per hari) adalah
situasi klinis yang umum dijumpai pada gagal ginjal akut. terdapat empat
tahapan klinik dari gagal ginjal akut yaitu periode awal, periode oliguria,
periode diuresis, dan periode perbaikan.
Gejala Klinik
Hasil uji darah yang mengindikasikan gagal ginjal akut intrinsik meliputi kenaikan kadar
nitrogen urea, kreatinin, dan kalium; kadar bikarbonat dan hemoglobin (Hb) rendah; dan pH
hematrokit (HTC) rendah.
Spesimen urin menunjukan warna tambahan, debris seluler, gravitasi spesifik menurun, dan
dalam penyakit glomerular menunjukan proteinuria dan osmolitas urin yang mendekati
osmolalitas serum kadar kalium urin kurang dari 20 mEq/L jika oliguria disebabkan oleh
berkurangnya perfusi dan lebih dari 40 mEq/L jika disebabkan oleh masalah intrinsik.
Studi lainya meliputi ultrasonografi renal, radiografi ginjal-ureter-kandung kemih, urografi
ekskretori, scan renal, pielografi retrograd, computed temography, dan nefrotomografi
Penatalaksanaan
Identifikasi dan tangani penyebab yang bisa disembuhkan, misalnya terapi obat
nefrotoksik, uropati obstruktif, dan penipisan volume.
Tindakan suportif meliputi makanan kaya kalori dan rendah protein, natrium, dan kalium,
dengan suplemen vitamin dan pembatasan cairan.
Pemantauan elektrolit secara saksama penting untuk mendeteksi hiperkalemia.
Hemodialisis atau dialisis peritoneal bisa diperlukan jika tindakan tersebut tidak bisa
mengontrol hiperkalemia dan gejala uremik.
Terapi penggantian ginjal secara kontinu bisa dilakukan bagi pasien yang tidak bisa
menoleransi hemodialisis atau yang tidak stabil secara hemodinamik.
Asuhan Keperawatan Klien
dengan Gagal Ginjal Akut
A. Pengkajian
a. Anamnesa:
1. Identitas:
Nama :Ny. A
Umur :35 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat :Wonogiri
Pekerjaan :Wiraswasta
Agama :Islam
Status :Menikah
2. Riwayat Sakit Dan Kesehatan
a. Keluahan utama: penurunan produksi urine
b. Riwayat kesehatan sekarang : pengkajian ditujukan sesuai dengan predisposisi etiologi penyakit terutama
pada prerenal dan renal. Secara ringkas perawat menanyakan berapa lama keluhan penurunan jumlah
urine output dan apakan penurunan jumlah urine output tersebut ada hubungannya dengan predisposisi
penyebab, seperti pasca-perdarahan setelah melahirkan, diare, muntah berat, luka bakar luas, cedera luka
bakar, setelah mengalami episode serangan infark, adanya riwayat minum obat NSAID atau pemakaian
antibiotik, adanya riwayat pemasangan transfusi darah, serta adanya riwayat trauma langsung pada
ginjal.
c. Riwayat kesehatan dahulu: kaji adanya riwayat batu saluran kemih, infeksi sistem perkemihan yang
berulang, penyakit diabetes melitus dan penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi
presisposisi penyebab pasca-renal. Penting untuk dikaji tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu
dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat dan dokumentasikan.
3. Diagnosa
Diagnosis keperawatan yang muncul untuk pasien gagal ginjal akut meliputi :
1. Jelaskan alasan kehilangan cairan dan ajrkan pada pasien cara memantau volume cairan (contohnya dengan
mencatat berat badan setiap hari dan mengukur asupan dan haluaran)
R/ tindakan ini mendorong keterlibatan pasien dalam perawatan personal
2. Kolaborasi pemberian cairan secara intravena
R/ jalur yang paten penting untuk pemberian cairan secara cepat dan memudahkan perawat dalam melakukan
kontrol intake dan output cairan.
3. Selimuti pasien hanya dengan kain yang tipis. Hindari terlalu panas
R/ untuk mencegah vasodilatasi, terkumpulnya darah di ekstremitas dan berkurangnya volume darah sirkulasi.
4. Pantau status cairan (turgor kulit, membran mukosa, intake dan output)
R/ jumlah dan tipe cairan pengganti ditentukan dari keadaan status cairan. Penurunan volume cairan
mengakibatkan menurunnya produksi urine, monitoring yang ketat pada produksi urin <600 ml/hari karena
merupakan tanda-tanda terjadinya syok hipovolemik.
Diagnosa 2
1. dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan keluhan tentang masalah perkemihan.
R/ mendengan aktif menunjukan respek terhadap pasien; pengungkapan secara bebas membantu
menentukan ketakutan pasien secara tepat.
2. Jelaskan kondisi perkemihan pasien kepada pasien dan anggota keluarga atau pasangan.
R/ pengetahuan kesehatan yang akurat akan meningkatkan kemampuan pasien dalam
mempertahankan kesehatan.
3. Dorong asupan cairan yang seimbang
R/ untuk melembabkan membran mukosa dan melarutkan zat kimia dalam tubuh
4. Kolaborasi pemberian obat nyeri sesuai program dan pantau keefektifannya
R/ untuk meredakan nyeri dan menurunkan ketegangan akibat ansietas
Evaluasi keperawatan