Anda di halaman 1dari 70

ELIMINASI URIN & AS

HAN KEPERAWATAN
By: Musthika Wida Mashitah
Contents

1 Review Anatomi & Fisiologi

2 Faktor yang Mempengaruhi

3 Gangguan pada Eliminasi Urin

4 Asuhan Keperawatan

Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed


Anatomi

Sistem urinari terdiri dari:


 2 ginjal (kidney/renal)
 dua ureter
 kandung kemih (bladder,
Buli, vesika urinaria)
 Uretra
Uretra wanita: ± 4-6 cm
Uretra laki-laki: ± 20 cm
Anatomi Ginjal/Kidney/Renal

Berbentuk seperti kacang merah, retro


peritoneal (rongga perut bagian belakan
g), di samping vertebrae, ginjal kiri lebi
h tinggi (ginjal kanan lebih rendah, kar
ena di atasnya terdapat hepar)
Nefron: unit fungsio
al ginjal
 1,3 juta nefron tiap ginjal
 Ginjal tidak dapat meregenerasi nefron
baru
 Setelah usia 49 tahun, jumlah nefron b
iasanya menurun 10% setiap 10 tahun
 1 nefron terdiri dari:
 renal corpuscle (glomerulus & caps
ula bowman)
 tubulus proksimal
 lengkung Henle
 tubulus distal
Fungsi Sistem Urinari

Fungsi utama: mengontrol komposisi dan volume cairan tubuh


1. Ekskresi/eliminasi urin: ginjal adalah organ ekskresi utama tubuh
 menyaring & membuang sampah dalam darah dalam bentuk
urin
2. Regulasi volume dan tekanan darah: mengontrol cairan ekstrase
luler, dapat menghasilkan volume urin yg banyak & encer atau s
edikit & pekat  meregulasi volume & tekanan darah
3. Regulasi konsentrasi larutan dalam darah: mengatur konsentrasi
ion & molekul dalam darah (Na+, Cl-, K+, Ca2+, HCO3-, HPO42-)
Fungsi Sistem Urinari

4. Regulasi pH darah: ginjal mengekskresikan ion H+ yang menga


tur pH atau keasaman darah
5. Regulasi sintesis sel darah merah/eritrosit: ginjal menghasilkan
hormon eritropoetin  bahan pembentuk Hb (hemoglobin) se
l darah merah di sumsum tulang
6. Regulasi sintesis vitamin D (calsitriol): mengontrol kadar kalsiu
m dalam darah  meningkatkan penyerapan kalsium dari mak
anan di usus u/ diendapkan pada tulang
Komposisi cairan tubuh

Cairan antar jaringan

Intravaskular/di dalam
pembuluh darah
Pembentukan
Urin

Aliran darah melalui ginjal


Darah dari aorta abdominalis
 masuk melalui arteri renali
s  arteriole aferen  gomer
ulus  proses pembentukan
urin:
 Darah yang sudah tersarin
g kembali ke aliran darah l
ewat arteri efferent & peri
tubular kapiler
 Urin yg terbentuk masuk
ke tubulus ginjal
Pembentukan Urin

Dilaksanakan melalui mekanisme :


1. filtrasi (penyaringan)  menghasilkan filtrat
2. reabsorbsi (penyerapan kembali)
3. sekresi (produksi bahan tertentu  penambahan zat)
4. ekskresi (mengeluarkan bahan tertentu)
Pembentukan Urin

Pergerakan material melewati


membran filtrasi ke dalam capsula
Bowman  terbentuk filtrat

Beberapa zat terlarut (solute)(panah ungu)


direabsorbsi menembus dinding nefron ke
cairan insterstitial

Air direabsorbsi (panah orange) menembus


dinding nefron dg osmosis. Air & solute dr
interstitial masuk ke dalam peritubular
kapiler

Solute (panah hijau) disekresikan


menembus dinding nefron ke dalam
filtrat
Ekskresi urin = Filtrasi - Reabsorpsi + Sekresi
Komponen Utama Urin
Komposisi Filtered Reabsorbed Excreted
Air 167.5 liters 166 liters 1.5 liters
Sodium (Na+) 24,000 23,900 mmoles 100 mmoles
mmoles
Potasium (K+) 720 mmoles 630 mmoles 90 mmoles
Chloride (Cl-) 19,500 19,400 mmoles 100 mmoles
mmoles
Bicarbonate 4,500 mmoles 4,498 mmoles 2 mmoles
(HCO3-)
Phosphate 6g 5g 1g
(PO43-)
Glucose 150 g 150 g 0 g  (+) ada pada diabetes mellitus/kencing manis
Urea 50 g 25 g 25 g  Berasal dari pemecahan metabolisme protein
Uric acid 8g 7.2 g 0.8 g
Creatinine** 1.5 g 0g 1.8 g  Digunakan u/ menentukan RFT (Renal Function
Test), tes fungsi/faal ginjal/GFR (Glomerular Filtration
Rate)
Proses Pembentukan Urin

1. Filtrasi: 21% darah yg dipompa jantung tiap menitnya masuk ke


ginjal  19% terfiltrasi (180 L/hari)  1% yg menjadi urin
2. Reabsorbsi: 99% filtrat filtrat direabsorbsi, 1% menjadi urin
zat yg direabsorbsi: protein, asam amino, urea, glukosa, ion Na +,
K+, Ca2+, HCO3-, Cl-
3. Sekresi: amonia, H+, K+, kreatinin, obat-obatan, zat yg toksik dg
konsentrasi tinggi
Regulasi Konsentrasi dan Volume Urin

 Produksi urin penting u/ mempertahankan volume darah d


an tekanan darah

 Pe↑ volume darah  ↑ tekanan darah


 Pe↓ volume darah  ↓ tekanan darah
 Saat volume darah ↑  ginjal me ↑ produksi urin
 Saat volume darah ↓  ginjal me ↓ produksi urin
Pergerakan Urin (Pengaturan Miksi)

 Ureter adalah saluran muscular yang membawa urin dari ginjal ke bladder
 Bladder berfungsi sebgai reservoir (tempat penyimpanan) urin dan secara peri
odik dikosongkan (miksi/BAK)

MICTURITION
melibatkan nervus autonomic dan somatic, spinal reflexes, dan sistem saraf pusa
t (otak)
Sphincter internal
(otot polos)
Sphincter eksternal
(otot rangka) Otot detrusor
Reflek Miksi

Pertambahan vol urine → tek intra vesicalis ↑ → keregangan din


ding vesicalis (m.detrusor) → sinyal-sinyal miksi ke pusat saraf le
bih tinggi (pusat kencing) → untuk diteruskan kembali ke saraf s
araf spinal → timbul refleks spinal → melalui n. Pelvicus → timbu
l perasaan tegang pada vesica urinaria shg akibatnya menimbul
kan permulaan perasaan ingin berkemih
Reflek Miksi

 Jika ingin berkemih : Sfingter Uretra External (SUE) berelaksasi dan otot detru
sor berkontraksi sehingga miksi terjadi
 Jika tidak ingin berkemih SUE berkontraksi dan reflek miksi dihambat
Bladder Control System

Otot detrusor bladder Otot detrusor bladder

bladder bladder
urine urine

Uretra menutup Urethra terbuka

Otot Sphincter kontraksi Otot Sphincter relaksasi


1. Pengisian bladder
Otot Detrusor relaksasi

Urinasi/miksi Urethral sphincter


kontraksi
2. Keinginan u/ berkemih
(bladder setengah penuh)

Siklus
pengisian &
pengosongan
Otot Detrusor Urethral sphincter bladder
kontraksi relakasasi

3. Miksi
Secara volunter/sadar dihambat
sampai pada waktu & tempat
yang tepat
Normal Control of Urination

Kapasitas bladder: 500-600 cc


Faktor yg Mempengaruhi Eliminasi Urin

1. Usia
2. Faktor psikologis
3. Intake cairan & makanan
4. Medikasi/obat2an
5. Tonus otot
6. Kondisi patologis
7. Prosedur diagnostik & pembedahanFaktor
Usia
Usia Variasi
Fetus/janin Ginjal janin mulai mengekskresikan urin pada usia 11-12 minggu

Infant (1 bln-1 tahun) Kemampuan mengkonsentrasikan urin minimal  urin pucat (kuning terang)
Neuromuskular masih imatur  kontrol volunter/sadar berkemih belum ada
Anak-anak Fungsi ginjal mencapai kematangan antara usia 1-2 tahun, urin terkonsentrasi efektif,
berwarna normal kuning jernih
Usia 18-24 bulan  kemampuan kontrol berkemih mulai berkembang  bisa merasakan
ingin berkemih & menahannya  Toilet Training
2,5-3 tahun  dapat memastikan bladder jika penuh  mengkomunikasikannya
3 tahun  kontrol berkemih pada siang hari tercapai
4-5 tahun  kontrol penuh berkemih tercapai baik siang atau malam
Dewasa Ginjal mencapai ukuran maksimal pada usia 35-40 tahun
Setelah 50 thn fungsi & ukuran ginjal menurun (jumlah nefron bertahap turun)
Lansia Sekitar 30% nefron hilang pada usia 80 thn
Penurunan aliran darah ke ginjal krn perubahan pembuluh darah & penurunan cardiak output
(curah jantung)
Penurunan kemampuan konsentrasi urin
Tonus bladder menurun (frekuensi berkemih meningkat & nocturia)
Residual urin meningkat  resiko ISK meningkat
Resiko inkontinensia urin meningkat
2. Faktor psikologis
 privasi, posisi, waktu, air yg mengalir, kebersihaan kamar mandi,
 kebiasaan menahan kencing krn pekerjaan dll
3. Intake cairan & makanan
intake cairan meningkat  urinasi meningkat
alkohol, cafein, teh, cola  diuretik, menghambat produksi hormon ADH
(antidiuretik hormon)  meningkatkan produksi urin
makanan tinggi garam  meretensi cairan
makanan tinggi caroten  urin bewarna kuning-kemerahan
4. Medikasi/obat2an
Diuretik  ex. furosemid, chlorotiazide
Retensi urin  antikolinergik (atropin, robinul, pro-bantin), antidepresan,
antipsikotik, antihistamin, antihipertensi, beta-adrenergik bloker, opioid
PSIKOLOGIS
• Cemas oleh stress emosional
– Meningkatkan perasaan ingin kencing
– Peningkatan frekuensi miksi
– Dapat mencegah berkemih sempurna
• Ketegangan emosional
Menghambat relaxasi otot-otot abdomen dan
perineal
TONUS OTOT
• Kelemahan otot abdomen dan dasar panggul
mengganggu kontraksi bladder dan kontrol SUE
• Penyebab : immobilisasi lama, peregangan otot
selama persalinan, atropi otot pada masa
menapouse, trauma, penggunaan indwelling
cateter terus menerus
5. Tonus otot
Kekuatan otot panggul/pelvis penting untuk kontrol berkemih 
mempengaruhi kekuatan otot detrusor
Penggunaan kateter jangka panjang  menurunkan kekuatan otot detrusor

6. Prosedur diagnostik & pembedahan


Cystoscopy  edema uretra
Prosedur pembedahan pada sistem urinary  adanya darah post op
Agen anastesi  menurunkan reflek miksi
Kondisi Patologis
Ada 3 kategori
 Kondisi prarenal
Faktor-faktor yang mengurangi sirkulasi aliran darah
ke ginjal sehingga menurunkan perfusi renal (menye
babkan oliguri dan anuri)
 Penurunan volume intravaskuler
 Perubahan tekanan vasculer perifer
 Gagalnya pompa jantung
 Kondisi renal
Cedera langsung pada glomerulus adalah tubulus gin
jal yang mempengaruhi fungsi normal filter, reabsorb
si dan sekresi.
 Agen nefrotoxis
 Reaksi tranfusi
 Neoplasma, infeksi
 Penyakit sistemik
 Penyakit herediter
 Kondisi PosT Renal :
Obstruksi pada sistem pengumpulan dimanapun dari sis
tem drainase ginjal ke meatus uretra
Contoh: BPH (Benigna Prostat Hiperplasia)/pembesaran
prostat, urolitiasis (batu) di kandung kemih/ureter
Gangguan Produksi Urin

0,5-1 cc/kgBB/jam
Gangguan Eliminasi Urin Normal Vs Abnormal Miksi

Frequency Urgency
Nocturia Sensasi
Berkemih

Pengosongan Miksi yang Permulaan


Incomplete puas berkemih Hesitancy

Aliran
Tidak ada
lancar
aliran urin Penurunan daya
tambahan Tidak nyeri dorong urin
Dribbling
setelah Tdk
bladder
Intermittency
terinterupsi
kosong Dysuria
Urgency

Keinginan kuat & tiba2 u/ BAK segera setelah


ada sensasi berkemih
Hesitancy (butuh mengejan kuat u/ me
mulai berkemih)
Dribbling: aliran urin menetes bertahap
Frequency

BAK lebih dari 8x dalam 24 jam


Nocturia (nycturia): sering kencing di m
alam hari
Disuria  nyeri ketika berkemih
Enuresis  mengompol
Inkontinensia urin (UI)  ketidakmampuan mengontrol BAK/peng
eluaran urin involunter/tidak sadar
Retensi urin  urin tidak dapat dikeluarkan, bendungan urin di bla
dder
Insert Your Image

Asuhan Keperawatan
Pengkajian

1. Riwayat
Pola eliminasi, karakteristik urin, masalah eliminasi yg d
ialami
2. Pemeriksaan Fisik
Ketok ginjal
Palpasi distensi bladder
3. Pengkajian Karakteristik Urin
4. Pemeriksaan Diagnostik
Karakteristik kuning pucat-putih jernih

Urin Normal
0,5-1 cc/kgBB/jam

Tidak ada

Tidak ada
Warna Urin
Tes Fungsi/Faal Ginjal (Renal Function T
est/RFT)
No. Pemeriksaan Nilai Normal
1. BUN (Blood Urea Nitrogen) Normal BUN : 10 - 20 mg/dL
pengukuran kadar nitrogen sbg bagian dari Normal BUN/creatinine ratio:
urea di darah 10:1 - 20:1
2. SCr Men: 0.6 - 1.2 mg/dL
Serum kreatinin Women: 0.5 - 1.1 mg/dL
3. Ureum 15 - 40 mg/dl
GFR
(Glomerular Filtration Rate)
 Kecepatan filtrasi/penyaringan glomerulus
NILAI NORMAL (> 90 mL/menit)
Tergantung pada :
• jenis kelamin
• umur
• berat badan/luas pemukaan tubuh

Berkurang  1% setiap tahun, di atas umur 30 th


Menghitung :
Dengan mengukur, kreatinin Serum (Cr), berat badan (BB), umur (U)
Kemudian dimasukkan dalam rumus Cockroft - Gault

(140 – U ) X BB
GFR = -------------------------- ml/mnt
72 X SCr

Catatan : pada perempuan : X 85%


Stadium CKD

End stage renal disease


(ESRD)
Contoh:

Pasien Tn. Y, laki-laki usia 40 tahun, BB 50, hasil faal ginjal serum creatinin (SCr)
10 mg/dL. Hitung GFRnya!
GFR=

(140 – U ) X BB
GFR = -------------------------- ml/mnt
72 X SCr
= (140-40) x 50 / 72 x 10 = 5000/720
= 6,94  CKD stadium V  hemodialisa/cuci darah
Hemodialisis
Diagnosa Keperawatan

 Gangguan eliminasi urin: gangguan pola berkemih


 Retensi urin: urin tidak dapat keluar, pengosongan blad
der tidak tuntas
 Inkontinensia urin: pengeluaran urin involunter/tidak sa
dar
Inkontinensia Urin Fungsional

 Keluarnya urine tanpa sadar dengan sistem urinari dan sis


tem syaraf baik/intack
 Sebab : ketidakmampuan individu mengatur miksi secara
emosional/fisik.
 Perubahan lingkungan, keadaan yang tidak familiar, pe
ralatan yang tidak menyenangkan, kurang privasi, mob
ility limited.
Inkontinensia Urin Urgen/Dorongan

 Pengeluaran urin involunter/tanda sadar segera setelah a


da sensasi/dorongan yg kuat untuk berkemih
 Jumlah urine banyak
 Dirangsang oleh faktor emosional, perubahan posisi tubu
h, melihat dan mendengar air mengalir.
Inkontinensia Urin Stress

 Kebocoran urine secara intermitten disebabkan oleh peni


ngkatan tekanan intra abdomen (batuk, bersin, tegang,
muntah, obesity, hamil trimester III)
 Gangguan mekanisme spincter otot pelvic
Inkontinensia Urin aliran berlebih (over f
low)

 Pengeluaran urin involunter yg dikaitkan dengan distensi


kandung kemih berlebihan
Inkontinensia Urin Refleks

 Pengeluaran urin yg tidak terkendali pd saat volum kandu


ng kemih tertentu tercapai
 Terdapat lesi/gangguan di serabut syaraf di sakrum (di ata
s T12) motorik dan sensori yang menyebabkan reflek blad
der
 miksi tidak bisa dimulai dan di stop dengan cara sadar
Inkontinensia Urin Total/berlanjut

 Pengeluaran urin terus menerus, tidak terkendali, kandun


g kemih tidak bisa menampung urin sama sekali
 Penyebb: gangguan kandung kemih sejak lahir, cedera sa
raf tulang belakang, munculnya lubang (fistula) antara ka
ndung kemih & organ sekitarnya misalnya vagina
Diagnosa Keperawatan Lain

 Resiko infeksi
 Resiko gangguan integritas kulit
 Defisit perawatan diri (toileting)
 Resiko kekurangan atau kelebihan volume cairan
 Gangguan body image
Planning

Tujuan & kriteria hasil:


 Mempertahankan pola berkemih normal
 Urin output normal
 Mencegah resiko infeksi, gangguan integritas kulit, , kesei
mbangan cairan & elektrolit
 Toileting mandiri dengan atau tanpa alat bantu
Implementasi

1. Mempertahankan pola eliminasi urin normal


Pertahankan intake cairan sesuai kebutuhan: 1500-2000 mL
selama tidak ada kontra indikasi
ISK & batu: 2000-3000 mL
Implementasi

Mempertahankan pola berkemih normal


1. Membantu BAK di kamar mandi atau tempat tidur (menggunakan pispot atau bed
pan
2. Mencegah ISK/UTI (urinary track infection):
• Minum 8 gelas per hari
• Berkemih teratur (2-4 jam sekali), segera berkemih & dibilas setelah hubungan seks
ual
• Tidak pakai celana dalam ketat, pakai celana dalam dari bahan katun
• Membilas dari depan ke belakang setelah BAK/BAB
• Gunakan air mengalir, shower lebih baik
Continence Training

 Bladder training: peningkatan durasi berkemih secara bertahap


2-3 jam kemudian 4-6 jam
 Kegel exercise: latihan otot dasar panggul (mengkontraksikan dan
merelaksasikan otot2 dasar panggul/perineum bergantian)
Retensi Urin

 Katerisasi
Insert Your Image

Terimakasih...

Anda mungkin juga menyukai