Anda di halaman 1dari 39

MEMBANGUN KARAKTER

ISLAM PADA MASA


ADAPTASI KEBIASAN
BARU
OLEH
DRS. JOHARI EFENDI, M.PD
WIDYAISWARA LPMP ACEH
BIODATA

NAMA : DRS. JOHARI EFENDI, M.PD

TTL : LANGKAT, 10 DESEMBER 1966

PENDIDIKAN : 1. Sarjana Pendidikan Jurusan PLS

FKIP UNSYIAH

2. Magister Ilmu Pendidikan PAUD UPI

BANDUNG

ALAMAT : Jl. Belibis No 95 Kota Jantho, ABES

JABATAN : Widyaiswara LPMP Aceh

PHONE : +6281320561283

EMAIL : joe.jantho@gmail.com
SEBUAH RENUNGAN

Heboh, heboh... Pendidikan karakter di


Indonesia ...

Apakah sesuatu yang baru?


ataukah sesuatu yang telah ada tapi
diulang-ulang?
Ataukah muncul kembali karena
keresahan dan fenomena sosial ?
SEBUAH FENOMENA…!
• Pemerintah resah
• Masyarakat resah
• Orangtua resah
• Akhlak bukan merupakan sesuatu yang
penting (siswa memukul guru, tawuran
terjadi dimana-mana, pacaran dan
perselingkuhan, sek bebas, narkoba dll
keresahan moral)
• Pornografi dan porno aksi
• Tumbuh Berkembang generasi Instan
DAMPAK YANG TAK BISA
DIPUNGKIRI

Idola anak-anak adalah para artis yang


kehidupannya hura-hura dan tidak
memiliki landasan moral yang jelas,
(mereka berpakaian tapi telanjang bahkan
ada yang telanjang dan menganggapnya
sebagai sesuatu yang wajar). Dan sejuta
keluhan lainnya.
PERTANYAAN YANG
HARUS DIJAWAB ?

Adakah yang salah dari pendidikan kita?


SDM - kah?
Kurikulum - kah?
Keluarga – kah ?
Televisi dan Sosmed – kah ?
Keuangan - kah?
Pendidikan agama – kah ?
Ataukah yang lain-lain?
Pendidikan Pada Masa Adaptasi Kebisaan Baru

Belajar dari rumah bagi siswa dan mengajar/


bekerja dari rumah bagi guru untuk semua jenjang
pendidikan. Belajar dari rumah atau secara
konseptual adalah pembelajaran jarak jauh
Guru tidak sendiri lagi mengelola pembelajaran
seperti di sekolah, demikian juga orang tua
tidak lagi dapat menyerahkan seluruh aktivitas
belajar anak kepada guru, namun orang tua
dan guru bekerja sama untuk mendampingi
siswa dalam kegiatan belajarnya
Ketika pendidikan harus
menerapkan pembalajaran jarak
jauh, ketika siswa harus belajar dari
rumah, ketika guru harus mengajar
dari rumah, maka siapa yang
bertanggung jawab terhadap
pendidikan karakter siswa?
Bapak Pendidikan Indonesia “Ki Hajar
Dewantara” dalam ajarannya mengatakan
“Setiap orang menjadi guru setiap rumah
menjadi sekolah”
Mengintegrasikan ajaran beliau maka kita
dapat mengambil dua pelajaran.
1. bahwa setiap anggota keluarga yang lebih dewasa
harus dapat mengajarkan sikap spiritual, sosial,
pengetahuan, dan keterampilan.
2. bahwa setiap rumah hendaknya menjadi tempat
bagi setiap anggota keluarga, khususnya anak –
anak, untuk bisa memperoleh sikap spiritual,
sosial, pengetahuan, dan keterampilan untuk
kehidupan yang penuh makna di masa depan.
Sikap spiritual dan sosial inilah yang akan
membentuk karakter peserta didik.
Karakter

Karakter atau watak adalah sifat batin yang


memengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi
pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau
makhluk hidup lainnya.(KBBI)

Pemerolehan pengetahuan, keterampilan, dan


karakter yang baik bagi anak itu tidak selalu
harus mengandalkan ruang – ruang kelas
melalui guru yang secara resmi mengajar di
sekolah, namun seyogyanya bisa diperoleh dari
orang tua dan orang dewasa yang ada di
rumah dan di sekitarnya (community based
education).
KARAKTER DALAM
PERSPEKTIF ISLAM

Islam memiliki kekuatan karakter


yang kokoh dan tidak akan
pernah bisa runtuh apabila
terpatri secara kokoh nilai-nilai
Islam itu dalam sanubari para
pendidik.
Karakter yang kokoh itu adalah
1. Aqidah Islam yang shahih.
2. Ibadah yang bersandar pada
sunah Nabi Shalallahu’alaihi
Wassalam.
3. Kemuliaan akhlak
(memuliakan orang lain).
Pengaruh Lingkungan Terhadap Pendidikan :

Pendidikan Sekolah :
Pendidikan Lingkungan :
Pendidikan Keluarga :
KARAKTER DALAM AL QUR’AN

‫سنَةٌ لِّ َم ْن‬ ‫ح‬ ‫ة‬


ٌ ‫و‬ ‫ُس‬ ‫أ‬ ِ
‫ه‬ َّ
‫ل‬ ‫ٱل‬ ‫ول‬ِ ‫س‬ ‫ر‬ ‫ى‬ ِ
‫ف‬ ‫م‬ ‫ك‬
ُ ‫ل‬
َ ‫ان‬
َ ‫ك‬
َ ‫د‬
ْ ‫ق‬
َ َّ
‫ل‬
َ َ َْ َُ ْ
.‫َكا َن َي ْر ُجوا ٱللَّهَ َوٱلَْي ْوَم ٱْالَ ِخ َر َوذَ َك َر ٱللَّهَ َكثِْي ًرا‬
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
(Al- Ahzab : 21)
KARAKTER DALAM HADITS
Dari Jabir radiyallahu’anhu, dari Nabi
sholallahu’alaihu wassalam, beliau bersabda:

.‫س ًرا‬ ‫م‬ ‫ا‬ ‫م‬ِّ


‫ل‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫ي‬ِ‫ن‬‫ث‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ن‬‫ك‬ِ ‫ل‬‫و‬ ‫ا‬ ‫ف‬‫ن‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫ي‬ِ
ِّ َ ُ ً َ ُ َ َ َ ْ َ َ ً َِّ ُ ْ ْ َ ْ َ ْ َ َ ‫ا‬
‫ي‬ ‫ن‬ ‫ث‬ ‫ع‬‫ب‬ ‫ي‬ ‫م‬‫ل‬ ‫اهلل‬ َّ
‫ن‬ ِ
“sesungguhnya Allah tidak mengutusku sebagai
seorang yang bersikap keras, tetapi Dia
mengutusku sebagai pengajar (guru) yang
memberikan kemudahan.” (HR. Imam Ahmad
dan Imam an-Nasa-i)
PENDIDIKAN KARAKTER
Multi Krisis yang muncul di negeri yang kita
cintai ini hanya bisa terselesaikan apabila
pendidikan keagamaan mendominasi seluruh
aspek kehidupan dengan pemahaman
akidah yang benar dengan kesungguhan
beribadah kepada Allah Subhanahu wata’ala
dan kemuliaan akhlak seseorang dengan
meniru akhlak Nabi Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam.
PENDIDIKAN KARAKTER
Orangtua di rumah dan guru di sekolah adalah
2 komponen besar yang membentuk karakter
anak didik.
Guru bidang studi apapun terlebih guru yang
mengajar rumpun keagamaan (PAI, Akidah
Akhlak, Fiqih Ibadah, Syiroh maupun Tahsin
dan Tahfizh) harus kokoh dalam akidah yang
shahih, ibadah yang sungguh-sungguh dan
akhlak yang mulia.
PENDIDIKAN KARAKTER

Insya Allah, apabila karakteristik


orangtua dan guru seperti hal tersebut
mampu diterapkan maka akan
melahirkan anak-anak Islam yang
memiliki karakter yang kokoh yang
ditakuti dan disegani serta tampak
bermartabat dan sangat diperhitungkan
oleh siapapun.
Nabi shalallahu ‘alaihi wassallam,
bersabda :

‫َم ِام ْن َم ْولُ ْو ٍد إِالَّ ُي ْولَ ُد َعلَى ال ِْفطْ َرِة فَأ ََب َواهُ ُي َه ِّو َدانِِه أ َْو‬
.‫ص َرانِِه أ َْو يُ َم ِّج َسانِِه‬ ِّ َ‫ُين‬

“Setiap bayi dilahirkan sesuai fitrah,


namun kedua orang tuanyalah yang
menjadikannya beragama Yahudi,
Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari
Muslim)
PENDIDIKAN KARAKTER
Empat cara utama pendidikan dan
penguatan karakter
1. melalui keteladanan dari orangtua dan
guru;
2. pembiasaan-pembiasaan kepada siswa;
3. Penanaman tanggung jawab dan
kesadaran.
4. internalisasi seluruh nilai karakter
tersebut dalam proses pembelajaran
didukung oleh quality control terhadap
penerapannya.
RESPECT:
Menghargai lawan bicara (siswa)

EMPATHY:
Ikut merasakan kondisi org lain
PRINSIP DASAR
AUDIBLE:
MENDIDIK Dapat didengar/dimengerti org lain
(REACH)

CLARITY:
Jelas materi yg disampaikan

HUMBLE:
Sikap rendah hati
MEMBANGUN KERJASAMA
DENGAN siswa

1. Membangun karakteristik siswa.


2. Menjadikan siswa memiliki sifat asertif.
3. Anti Bullying (kekerasan) pada anak.
4. Menumbuhkan sikap percaya diri pada
siswa.
5. Meningkatkan kecerdasan anak dengan
olah hati, olah pikir, olah karsa, dan olah
raga.
Habituasi Perilaku Siswa

cerdas, kritis, beriman dan bertakwa,


kreatif, inovatif, jujur, sabar, amanah,
ingin tahu, berpikir adil, bertanggung
terbuka, produktif, jawab, berempati,
berorientasi Ipteks, OLAH OLAH berani mengambil
dan reflektif PIKIR HATI resiko, pantang
menyerah, rela
berkorban, dan berjiwa
patriotik
ramah, saling
OLAH OLAH menghargai, toleran,
bersih dan sehat, peduli, suka menolong,
RAGA RASA/
disiplin, sportif, gotong royong,
KARSA
tangguh, andal, nasionalis, kosmopolit ,
berdaya tahan, mengutamakan
bersahabat, kepentingan umum,
kooperatif, bangga menggunakan
determinatif, bahasa dan produk
kompetitif, ceria, dan Indonesia, dinamis,
gigih kerja keras, dan beretos
kerja 23
MEMBANGUN KERJASAMA
DENGAN SISWA
1. Membangun karakteristik siswa.
EQ= 80 %
IQ = 20 %
Membangkitkan Karakter EQ Anak didik:
a. Kedisiplinan g. Kesopanan
b. Kasih sayang. h. Menyelesaikan masalah
c. Keikhlasan. yang dihadapi
d. Kejujuran. i. Kesabaran
e. Kekeluargaan. j. Kedisiplinan
f. Kesantunan k. Empati,
l. Kesabaran, dll
MEMBANGUN KERJASAMA
DENGAN SISWA

2. Menjadikan siswa memiliki sifat asertif.


Definisi
Asertif adalah keberanian mengungkapkan
apa yang dirasakan, dan dibutuhkan anak
kepada orang lain dengan tetap menjaga,
menghargai hak dan perasaan orang lain.
MEMBANGUN KERJASAMA
DENGAN SISWA

Langkah menanamkan sikap asertif


pada anak didik:
a. Dorong sikap keberanian anak.
b. Tanamkan sifat empati.
c. Komunikasi yang benar.
MEMBANGUN KERJASAMA
DENGAN SISWA
Komunikasi Efektif
1. Komunikasi yang baik membangun
efektivitas belajar.
2. Spirit berkomunilkasi.
3. Kurangi bahasa verbal (kata
perbandingan, kata abstrak, kata
emosional, nada suara negatif, dll).
4. Perhatikan media transmisi.
MEMBANGUN KERJASAMA
DENGAN SISWA
3. Anti Bullying (kekerasan) pada anak.
Kebutuhan anak untuk aktualisasi dirinya,
dalam hal:
a. fisik,
b. rasa aman,
c. harga diri,
d. dikasihi,
e. aktualisasi diri
MEMBANGUN KERJASAMA
DENGAN ANAK DIDIK
4. Menumbuhkan sikap percaya diri pada
siswa.
5. Meningkatkan kecerdasan anak dengan
olah hati, olah pikir, olah karsa dan olah
raga.
6. Meningkatkan kecerdasan anak dengan
refreshing.
Enam Langkah Membangun Komunikasi
dengan anak

1. Berkomunikasi dengan menatap


mata, sehingga perhatian dapat
terfokus pada pembicaraan.
2. Berkomunikasi dengan sentuhan
lembut dan hangat.
3. Senantiasa respon terhadap apa yang
disampaikan anak, disertai dengan
ucapan atau gerakan yang
memberikan efek positif.
4. Senantiasa senyum dalam
menanggapi ucapannya
5. Jelaskan pada anak, bahwa kita
paham apa yang diungkapkan, dan
ulangi apa yang telah dikatakan
dengan gaya bahasanya
6. Bawalah dunia mereka ke dalam
duniamu, dan hantarkan duniamu
ke dalam dunia mereka.
Membangun Karakter di Masa Adap
Kebiasaan Baru
1.Memberikan contoh teladan
2.Berdialog
3.Bercerita
4.Menciptakan kondisi untuk berbuat
kebaikan
5.Pendidikan secara bertahab
6.Santun
1. Memberikan ContohTeladan

Memberikan contoh teladan yang baik dalam prilaku dan


sikap merupakan bagian yang tak terlepaskan dalam
kepribadian Rasulullah.

Allah Ta’ala berfirman :


‫لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو‬
‫اللَّهَ وَالْيَوْمَ اآلخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا‬
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah & (kedatangan) hari kiamat &
Dia banyak menyebut Allah”. (Al-Ahzab:21)
2. Berdialog dan diskusi, implementasi metode ini
dapat kita lihat dalam dialog Luqman dan anaknya ,
 Jangan Mempersekutukan Allah (QS. Luqman:13), Dan (ingatlah) ketika
Luqman berkata kepada Anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:
Wahai, Anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) merupakan suatu kedzaliman yang besar.”.
 Dirikan Shalat dan Menyeru Pada Kebaikan (QS. Luqman : 17), “Hai Anakku,
dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah
(mereka) dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpamu.
 Janganlah Sombong (QS. Luqman : 19), “Dan sederhanalah kamu dalam
berjalan dan lunakkan lah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara
adalah suara keledai.”
3. Bercerita, implementasi metode ini dapat kita lihat dalam
cerita para nabi dan kaum-kaum terdahulu, kisah ini juga
dapat kita lihat dalam hadist-hadits nabi, seperti contoh 3
orang yang terjebak dalam goa.

Cerita memiliki efek positif dalam proses pembelajaran


dan pembentukan karakter. Berbagai cerita bisa kita
dapatkan didalam Al-Qur’an maupun Sunnah, berikut ini
beberapa keistimewaan kisah-kisah yang terdapat
didalam Al-Qur’an dan Sunnah :
 Memberikan efek positif yang kuat bagi pembaca serta
menambah respon dan perhatian.
 Interaksi seorang pembaca dengan kisah memberikan
pengaruh yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari.
 Mendidik dan membimbing kepekaan sesuai dengan nilai-
nilai Islam.
4. Menciptakan kondisi untuk
berbuat kebaikan

orang tua dan guru haruslah senantiasa


menciptakan contoh karakter yang baik
ditengah-tengah anak sehingga dapat
dicontoh.
Contoh-contoh perbuatan baik tersebut
haruslah dijiwai oleh ketaatan kepada
Allah dan Rasul-Nya.
5. Pendidikan secara bertahab
Sesungguhnya mendidik secara bertahap merupakan ciri
konsep pendidikan Islam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan pengajaran kepada
kita melalui Al-Quran, beberapa contoh yang terdapat
didalamnya memberikan gambaran utuh tentang bagaimana
seharusnya mendidik secara bertahap, antara lain :
 Al-Qur’an diturunkan secara bertahap diawali dengan
informasi yang terkait dengan aqidah dan perubahan pola
pikir tentang kehidupan.
 Ayat-ayat yang terkait dengan hukum larangan minum
khamar turun secara bertahap
6. Santun
Orang tua dan Pendidik hendaklah
berlaku santun dalam membangun
karakter anaknya. Adakalanya
perlakuan keras terhadap anak didik
memang diperlukan,tetapi perlakuan
tersebut harus dilakukan dengan tidak
merusak harga diri dan kehormatan
anak.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai