Infertilitas berarti tidak terjadinya fertilisasi (Pembua
han ) pada organ reproduksi wanita, yaitu tidak terja dinya proses peleburan antara satu sel sperma dan sa tu sel ovum yang sudah matang. Jenis-jenis Infertilitas Djuwanto, dkk., (2008) mengemukakan bahwa secara medis, infertilitas dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: Infertilitas primer Berarti pasangan suami-istri belum mampu dan belum pernah me miliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2—3 kal i per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk ap apun. Infertilitas sekunder Berarti pasangan suami-istri telah atau pernah memiliki anak sebel umnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1 ta hun berhubungan seksual sebanyak 2—3 kali per minggu tanpa me nggunakan alat atau metode kontrasepsi dalam bentuk apapun. Faktor penyebab fertilisasi (pada wanita) a. Gangguan organ reproduksi Infeksi vagina menyebabkan meningkatnya keasaman vag ina yang akan membunuh sperma, dan pengkerutan vagi na akan menghambat transportasi sperma ke vagina. Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esteroge n yang mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan sperma ke dalam rahi m terganggu. Selain itu, bekas operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat menutup serviks se hingga sperma tidak dapat masuk ke rahim Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malf ormasi uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan te rjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang. Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatk an adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu. b. Gangguan ovulasi Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan horm onal seperti adanya hambatan pada sekresi hormone FSH dan LH ya ng memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini dapat t erjadi karena adanya tumor cranial, stress, dan pengguna obat-obat an yang menyebabkan terjadinya disfungsi hiotalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormone ini, Maka folikel meng alami hambatan untuk matang dan berakhir pada gangguan ovulasi. c. Kegagalan implantasi Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagala n dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak berlangsung bai k. Akibatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadilah abortus. d. Endometriosis Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya berada di lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan tu mbuh di tempat lain. Endometriosis bisa terletak di lapisan tengah di nding rahim (lapisan myometrium) yang disebut juga adenomyosis, at au bisa juga terletak di indung telur, saluran telur, atau bahkan dalam rongga perut. Gejala umum penyakit endometriosis adalah nyeri yang sangat pada daerah panggul terutama pada saat haid dan berhubung an intim, serta tentu saja infertilitas. e. Faktor immunologis Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh i bu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi i ni dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil. F. Lingkungan Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimi a, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan. Faktor penyebab fertilisasi (pada pria) a. bentuk dan gerakan sperma yang tidak sempurna Sperma harus berbentuk sempurna serta dapat bergerak cepat dan ak urat menuju ke telur agar dapat terjadi pembuahan. Bila bentuk dan st ruktur (morfologi) sperma tidak normal atau gerakannya (motilitas) tid ak sempurna sperma tidak dapat mencapai atau menembus sel telur. b. Konsentrasi sperma rendah Konsentrasi sperma yang normal adalah 20 juta sperma/ml semen ata u lebih. Bila 10 juta/ml atau kurang maka menujukkan konsentrasi yang rendah (kurang subur). Hitungan 40 juta sperma/ml atau lebih berarti s angat subur. Jarang sekali ada pria yang sama sekali tidak memproduksi sperma. Kurangnya konsentrasi sperma ini dapat disebabkan oleh testi s yang kepanasan (misalnya karena selalu memakai celana ketat), terlal u sering berejakulasi (hiperseks), merokok, alkohol dan kelelahan. c. Tidak ada semen Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak ad a ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau kecelakaa n yang memengaruhi tulang belakang. d. Varikosel (varicocele) Varikosel adalah varises atau pelebaran pembuluh darah vena yang berhubungan dengan testis. Sebagaimana diketahui, testis adalah te mpat produksi dan penyimpanan sperma. Varises yang disebabkan k erusakan pada sistem katup pembuluh darah tersebut membuat pe mbuluh darah melebar dan mengumpulkan darah. Akibatnya, fungsi testis memproduksi dan menyalurkan sperma terganggu. e. Testis tidak turun Testis gagal turun adalah kelainan bawaan sejak lahir, terjadi saat sal ah satu atau kedua buah pelir tetap berada di perut dan tidak turun ke kantong skrotum. Karena suhu yang lebih tinggi dibandingkan su hu pada skrotum, produksi sperma mungkin terganggu. f. Kekurangan hormon testosteron Kekurangan hormon ini dapat memengaruhi kemampuan testis dalam memproduksi sperma. g. Kelainan genetik Dalam kelainan genetik yang disebut sindroma Klinefelter, seorang pri a memiliki dua kromosom X dan satu kromosom Y, bukannya satu X dan satu Y. Hal ini menyebab kan pertumbuhan abnormal pada testis sehingga sedikit atau sama se kali tidak memproduksi sperma. Dalam penyakit Cystic fibrosis, bebera pa pria penderitanya tidak dapat mengeluarkan sperma dari testis me reka, meskipun sperma tersedia dalam jumlah yang cukup. Hal ini kare na mereka tidak memiliki vas deferens, saluran yang menghubungkan testis dengan saluran ejakulasi. h. Infeksi Infeksi dapat memengaruhi motilitas sperma untuk sementara. Penya kit menular seksual seperti klamidia dan gonore sering menyebabkan i nfertilitas karena menyebabkan skar yang memblokir jalannya sperma. i. Masalah seksual Masalah seksual dapat menyebabkan infertilitas, misalnya disfu ngsi ereksi, ejakulasi prematur, sakit saat berhubungan (disparu nia). Demikian juga dengan penggunaan minyak atau pelumas t ertentu yang bersifat toksik terhadap sperma. j. Ejakulasi balik Hal ini terjadi ketika semen yang dikeluarkan justru berbalik ma suk ke kantung kemih, bukannya keluar melalui penis saat terja di ejakulasi. Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkannya , di antaranya adalah diabetes, pembedahan di kemih, prostat a tau uretra, dan pengaruh obat- obatan tertentu. k. Sumbatan di epididimis/saluran ejakulasi Beberapa pria terlahir dengan sumbatan di daerah testis yang b erisi sperma (epididimis) atau saluran ejakulasi. Beberapa pria tidak memiliki pembuluh yang membawa sperma dari testis ke lubang penis. l. Lubang kencing yang salah tempat (hipoepispadia) Kelainan bawaan ini terjadi saat lubang kencing berada di bagian bawah p enis. Bila tidak dioperasi maka sperma dapat kesulitan mencapai serviks. m. Antibodi pembunuh sperma Antibodi yang membunuh atau melemahkan sperma biasanya terjadi setel ah pria menjalani vasektomi. Keberadaan antibodi ini menyulitkannya men dapatkan anak kembali saat vasektomi dicabut. n. Pencemaran lingkungan Paparan polusi lingkungan dapat mengurangi jumlah sperma dengan efek l angsung pada fungsi testis dan sistem hormon. Beberapa bahan kimia yan g mempengaruhi produksi sperma antara lain: radikal bebas, pestisida (DD T, aldrin, dieldrin, PCPs, dioxin, furan, dll), bahan kimia plastik, hidrokarbo n (etilbenzena, benzena, toluena, dan xilena), dan logam berat seperti tim bal, kadmium atau arsenik. o. Kanker Testis Kanker testis berpengaruh langsung terhadap kemampuan testis mempro duksi dan menyimpan sperma. Penyakit ini paling sering terjadi pada pria usia 18 – 32 tahun. Pencegahan infertilitas -Hentikan kebiasaan merokok, mengkonsumsi obat-obatan te rlarang atau minum- minuman beralkohol. -Mengurangi mengkonsumsi minuman berkafein, karena dap at mengganggu kesuburan -Jaga keseimbangan berat badan, jangan terlalu gemuk dan ja ngan terlalu kurus. -Jangan stress berlebihan. -Periode bulanan tidak teratur, segerahlah konsultasikan deng an dokter ahli. -Jika merasa ada yang tidak beres dengan tubuh atau bagian vital, langsung periksakan ke dokter. Pengobatan Infertilitas -Pemeriksaan pasangan infertil Sekitar 1 dari 5 pasangan akan hamil dalam 1 tahun pertam a pernikahan dengan senggama yang normal dan teratur. -Riwayat penyakit dan pemeriksaan Pemeriksaan awal dari pasangan infertil mencakup riwayat penyakit, riwayat perkawinan terdahulu dan sekarang pem eriksaan terhadap masing- masing pasangan. Sungguh baik jika pertama kali pasangan diperiksa bersama- sama, karen a dokter yang memeriksa akan dapat menilai interaksi mer eka, untuk pemeriksaan berikutnya lebih baik dinilai sendir i-sendiri. -Analisis Sperma Analisis sperma harus dilakukan pada tahap awal, contoh sperma dikumpulkan d alam plastic atau dalam wadah gelas, tidak boleh pakai karet kondom, kemudian harus dikirim ke laboratorium dalam masa dua jam dari ejakulasi. Tidak adanya s emen dalam didalam dua atau lebih contoh semen merupakan indikasi untuk pe meriksaan ulang. Tiadanya fruktosa didalam contoh semen menjadi petunjuk tiadanya vesikula da n vasa seminalis yang bersifat congenital, ini menjadi patokan bahwa pemeriksaa n fungsi testis berikutnya tidak ada gunanya. Apabila frukosa dalam contoh seme n ada, maka perlu dilakukan biopsi testis. -Uji Pasca Senggama (UPS) Apabila telah diyakini bahwa analisis spermanya normal, maka UPS bisa dijadwal kan. Ini akan memperlihatkan apakah semen sudah terpancar dengan baik ke pu ncak vagina selama senggama. UPS dilakukan sekitar 2-3 hari sebelum perkiraan ovulasi. Pasien diminta dating 2-8 jam setelah senggama normal. Getah servik dihisap dari kanal endoserviks ya ng pada tahap ini harus banyak dan bening. Pemeriksaan dilakukan dengan mikr oskop. Jika dijumpai 20 sperma perlapang pandang, harapan untuk kehamilan cu kup besar jika 1-20 sperma aktif per lapang pandang. Uji ini harus dilakukan seku rang-kurangnya pada dua keadaan yang terpisah, hasil negative bias disebabkan oleh teknik senggama. -Pembasahan dan Pemantauan Ovulasi UPS dapat menyingkirkan sebab infertilitas suami, dan yang sangat penting adala h apakah ovarium secara teratur menghasilkan ova. Riwayat haid dapat memberi kan pegangan terhadap hal ini. Ovulasi lebih mungkin terjadi jika siklus haid berl angsung teratur dan dengan jumlah darah haid yang sedang untuk jangka waktu 3-5 hari. Haid yang tak teratur dan sedikit menjadi partanda siklus anovulatorik. Sebagian wanita merasakan nyeri pada satu sisi fossa illiaka untuk 12-24 jam pad a saat ovulasi, dan hal ini mungkin bersamaan atau tanpa disertai pendarahan ri ngan atau dengan suatu peningkatan limbah vagina. Matalgia prahaid menandak an adanya suatu korpus luteum yang aktif, artinya ovulasi sebelumnya telah terja di dalam siklus itu. -Uji Pakis Di bawah pengaruh estrogen, getah serviks yang dikeringkan pada obyek glass ak an mengalami kristalisasi dan menghasilkan suatu pola daun pakis yang cukup kh as. Ini terjadi antara hari ke-6 sampai hari ke-22 dari siklus haid dan kemudian ak an dihambat oleh progestron. Hambatan ini biasanya akan tampak pada hari ke- 23 hingga haid berikutnya. Menetapnya pola pakis setelah hari ke- 23 ini menunj ukan bahwa ovulasi tidak terjadi. Darah dan semen juga dapat menghambat pe mbentukan lukisan pakis itu sehingga hasil yang salah sering dijumpai pada uji ini . -Suhu Basal Badan (SBB) Pada beberapa wanita, SBB meningkat selama fase progesterone dari siklu s haid. Cara ini juga dapat menentukan apakah telah terjadi ovulasi. SBB di ambil setiap hari pada saat terjaga pagi hari, sebelum bangkit dari tempat tidur, ataupun makan dan minum. Nilainya ditandai pada kertas grafik. Jika wanita erovulasigrafik akan memperlihatkan pola bifasik yang khas (tipika l). Meskipun grafik bifasik berarti bahwa ovulasi telah terjadi, suatu grafik mo nofasik belum memastikan bahwa ovulasi tidak terjadi. SBB bisa dipakai un tuk menentukan kemungkinan hari ovulasi, sehingga senggama bias diarah kan sekitar saat itu. Dalam praktek penggunaan SBB tidak selalu mudah un tuk dipercaya (seperti umumnya sebagian besar pasien di Negara kita). -Sitologi vagina atau endoserviks Epitel dari sepertiga lateral atas dinding vagina memberikan respon yang a da pada hormon ovarium. Pemeriksaan ini dilakukan secara serial. Sekaran g telah dikembangkan pemeriksaan dari endoserviks pada fase pasca ovul asi dengan pengambilan tunggal (tanpa serial). Perubahan sitologik denga n melihat indeks kariopiknotik dapat dipakai untuk menentukan ada tidak nya ovulasi. -Biopsi Endometrium Biopsi endometrium bias dilakukan secara poliklinis t anpa anastesi, dengan memakai sendok kurret kecil t anpa dilatasi serviks. Saat yang tepat adalah fase sekr esi, yaitu 5-7 hari sebelum hari haid berikutnya. -Laparaskopi Cara ini memungkinkan visualisasi langsung secara en doskopik baik ovulasi yang baru saja terjadi dengan a danya bintik ovulasi, maupun adanya korpus luteum s ebagai hasil ovulasi diwaktu yang lebih dini dari siklus itu. (Widyastuti, dkk. 2009) Penanganan infertilitas -Inseminsi Buatan Inseminasi adalah suatu teknik untuk membantu spermatozoa pria sampai p ada tempat untuk membuahi sel telur wanita dalam organ reproduksi wanit a. Pada inseminasi, terdapat beberapa tahapan penting yang baik untuk dike tahui oleh setiap pasangan yang akan menjalani teknik tersebut. Antara lain: - Pengumpulan sperma pria, Pemisahan spermatozoa dari bahan-bahan lain yang terkandung dalam sper ma (isolasi), Penempatan spermatozoa pada zat tertentu yang dapat menjaga kelangsun gan hidup spermatozoa sementara di luar tubuh pria (medium), Penyuntikan spermatozoa ke dalam rahim wanita (Intrauterine Insemination : IUI). (Djuwantono, dkk., 2008) -Fertilisasi In Vitro (FIV) FIV (Fertilisasi = pembuahan sel telur oleh spermatozoa; In vitro = di luar tubuh) atau dalam masyarakat dikenal dengan istilah “bayi tabung” merupakan salah sa tu jalan keluar bagi pasangan suami istri yang belum memiliki anak. Pada teknik i ni, sel telur matang yang dihasilkan akan dipertemukan dengan spermatozoa dal am suatu wadah berisi cairan khusus di laboratorium. Cairan yang digunakan untuk merendam serupa dengan cairan yang terdapat pa da tuba wanita dengan tujuan untuk membuat suasana pertemuan antara sel tel ur matang dan spermatozoa senormal mungkin. Dengan demikian, keaktifan ger ak spermatozoa dan kondisi optimal sel telur dapat terjaga. Proses-proses utama dalam fertilisasi in vitro: Pengambilan sel telur matang dan spermatozoa oleh dokter ahli untuk kemudian ditempatkan pada sebuah tabung khusus yang steril. Proses fertilisasi sel telur oleh spermatozoa dalam sebuah cawan khusus di labor atorium. Embrio yang dihasilkan akan ditumbuhkan hingga cukup usia (pada um umnya 2—3 hari). Embrio yang telah siap (sekitar 2—3 hari pascafertilisasi) ditanamkan kembali ke dalam rahim sang ibu oleh dokter ahli. Embrio tersebut diharapkan terus tumbu h dan barkembang hingga menjadi bayi yang pada akhirnya dilahirkan oleh sang i bu.