Anda di halaman 1dari 20

INFERTILITAS

Oleh : Ana Riandari (19.01.0001)


Pengertian Infertilitas

Infertilitas berarti tidak terjadinya fertilisasi (Pembua


han ) pada organ reproduksi wanita, yaitu tidak terja
dinya proses peleburan antara satu sel sperma dan sa
tu sel ovum yang sudah matang.
Jenis-jenis Infertilitas
Djuwanto, dkk., (2008) mengemukakan bahwa secara medis,
infertilitas dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
Infertilitas primer
Berarti pasangan suami-istri belum mampu dan belum pernah me
miliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2—3 kal
i per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk ap
apun.
Infertilitas sekunder
Berarti pasangan suami-istri telah atau pernah memiliki anak sebel
umnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1 ta
hun berhubungan seksual sebanyak 2—3 kali per minggu tanpa me
nggunakan alat atau metode kontrasepsi dalam bentuk apapun.
Faktor penyebab fertilisasi
(pada wanita)
a. Gangguan organ reproduksi
Infeksi vagina menyebabkan meningkatnya keasaman vag
ina yang akan membunuh sperma, dan pengkerutan vagi
na akan menghambat transportasi sperma ke vagina.
Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esteroge
n yang mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila
mukus sedikit di serviks, perjalanan sperma ke dalam rahi
m terganggu. Selain itu, bekas operasi pada serviks yang
menyisakan jaringan parut juga dapat menutup serviks se
hingga sperma tidak dapat masuk ke rahim
Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malf
ormasi uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus,
mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan te
rjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan
fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang.
Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatk
an adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga
ovum dan sperma tidak dapat bertemu.
b. Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan horm
onal seperti adanya hambatan pada sekresi hormone FSH dan LH ya
ng memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini dapat t
erjadi karena adanya tumor cranial, stress, dan pengguna obat-obat
an yang menyebabkan terjadinya disfungsi hiotalamus dan hipofise.
Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormone ini, Maka folikel meng
alami hambatan untuk matang dan berakhir pada gangguan ovulasi.
c. Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagala
n dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi
pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak berlangsung bai
k. Akibatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadilah abortus.
d. Endometriosis
Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya berada
di lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan tu
mbuh di tempat lain. Endometriosis bisa terletak di lapisan tengah di
nding rahim (lapisan myometrium) yang disebut juga adenomyosis, at
au bisa juga terletak di indung telur, saluran telur, atau bahkan dalam
rongga perut. Gejala umum penyakit endometriosis adalah nyeri yang
sangat pada daerah panggul terutama pada saat haid dan berhubung
an intim, serta tentu saja infertilitas.
e. Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh i
bu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi i
ni dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
F. Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimi
a, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh
termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.
Faktor penyebab fertilisasi
(pada pria)
a. bentuk dan gerakan sperma yang tidak sempurna
Sperma harus berbentuk sempurna serta dapat bergerak cepat dan ak
urat menuju ke telur agar dapat terjadi pembuahan. Bila bentuk dan st
ruktur (morfologi) sperma tidak normal atau gerakannya (motilitas) tid
ak sempurna sperma tidak dapat mencapai atau menembus sel telur.
b. Konsentrasi sperma rendah
Konsentrasi sperma yang normal adalah 20 juta sperma/ml semen ata
u lebih. Bila 10 juta/ml atau kurang maka menujukkan konsentrasi yang
rendah (kurang subur). Hitungan 40 juta sperma/ml atau lebih berarti s
angat subur. Jarang sekali ada pria yang sama sekali tidak memproduksi
sperma. Kurangnya konsentrasi sperma ini dapat disebabkan oleh testi
s yang kepanasan (misalnya karena selalu memakai celana ketat), terlal
u sering berejakulasi (hiperseks), merokok, alkohol dan kelelahan.
c. Tidak ada semen
Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju
vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak ad
a ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau kecelakaa
n yang memengaruhi tulang belakang.
d. Varikosel (varicocele)
Varikosel adalah varises atau pelebaran pembuluh darah vena yang
berhubungan dengan testis. Sebagaimana diketahui, testis adalah te
mpat produksi dan penyimpanan sperma. Varises yang disebabkan k
erusakan pada sistem katup pembuluh darah tersebut membuat pe
mbuluh darah melebar dan mengumpulkan darah. Akibatnya, fungsi
testis memproduksi dan menyalurkan sperma terganggu.
e. Testis tidak turun
Testis gagal turun adalah kelainan bawaan sejak lahir, terjadi saat sal
ah satu atau kedua buah pelir tetap berada di perut dan tidak turun
ke kantong skrotum. Karena suhu yang lebih tinggi dibandingkan su
hu pada skrotum, produksi sperma mungkin terganggu.
f. Kekurangan hormon testosteron
Kekurangan hormon ini dapat memengaruhi kemampuan testis dalam
memproduksi sperma.
g. Kelainan genetik
Dalam kelainan genetik yang disebut sindroma Klinefelter, seorang pri
a memiliki dua kromosom
X dan satu kromosom Y, bukannya satu X dan satu Y. Hal ini menyebab
kan pertumbuhan abnormal pada testis sehingga sedikit atau sama se
kali tidak memproduksi sperma. Dalam penyakit Cystic fibrosis, bebera
pa pria penderitanya tidak dapat mengeluarkan sperma dari testis me
reka, meskipun sperma tersedia dalam jumlah yang cukup. Hal ini kare
na mereka tidak memiliki vas deferens, saluran yang menghubungkan
testis dengan saluran ejakulasi.
h. Infeksi
Infeksi dapat memengaruhi motilitas sperma untuk sementara. Penya
kit menular seksual seperti klamidia dan gonore sering menyebabkan i
nfertilitas karena menyebabkan skar yang memblokir jalannya sperma.
i. Masalah seksual
Masalah seksual dapat menyebabkan infertilitas, misalnya disfu
ngsi ereksi, ejakulasi prematur, sakit saat berhubungan (disparu
nia). Demikian juga dengan penggunaan minyak atau pelumas t
ertentu yang bersifat toksik terhadap sperma.
j. Ejakulasi balik
Hal ini terjadi ketika semen yang dikeluarkan justru berbalik ma
suk ke kantung kemih, bukannya keluar melalui penis saat terja
di ejakulasi. Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkannya
, di antaranya adalah diabetes, pembedahan di kemih, prostat a
tau uretra, dan pengaruh obat- obatan tertentu.
k. Sumbatan di epididimis/saluran ejakulasi
Beberapa pria terlahir dengan sumbatan di daerah testis yang b
erisi sperma (epididimis) atau saluran ejakulasi. Beberapa pria
tidak memiliki pembuluh yang membawa sperma dari testis ke
lubang penis.
l. Lubang kencing yang salah tempat (hipoepispadia)
Kelainan bawaan ini terjadi saat lubang kencing berada di bagian bawah p
enis. Bila tidak dioperasi maka sperma dapat kesulitan mencapai serviks.
m. Antibodi pembunuh sperma
Antibodi yang membunuh atau melemahkan sperma biasanya terjadi setel
ah pria menjalani vasektomi. Keberadaan antibodi ini menyulitkannya men
dapatkan anak kembali saat vasektomi dicabut.
n. Pencemaran lingkungan
Paparan polusi lingkungan dapat mengurangi jumlah sperma dengan efek l
angsung pada fungsi testis dan sistem hormon. Beberapa bahan kimia yan
g mempengaruhi produksi sperma antara lain: radikal bebas, pestisida (DD
T, aldrin, dieldrin, PCPs, dioxin, furan, dll), bahan kimia plastik, hidrokarbo
n (etilbenzena, benzena, toluena, dan xilena), dan logam berat seperti tim
bal, kadmium atau arsenik.
o. Kanker Testis
Kanker testis berpengaruh langsung terhadap kemampuan testis mempro
duksi dan menyimpan sperma. Penyakit ini paling sering terjadi pada pria
usia 18 – 32 tahun.
Pencegahan infertilitas
-Hentikan kebiasaan merokok, mengkonsumsi obat-obatan te
rlarang atau minum- minuman beralkohol.
-Mengurangi mengkonsumsi minuman berkafein, karena dap
at mengganggu kesuburan
-Jaga keseimbangan berat badan, jangan terlalu gemuk dan ja
ngan terlalu kurus.
-Jangan stress berlebihan.
-Periode bulanan tidak teratur, segerahlah konsultasikan deng
an dokter ahli.
-Jika merasa ada yang tidak beres dengan tubuh atau bagian
vital, langsung periksakan ke dokter.
Pengobatan Infertilitas
-Pemeriksaan pasangan infertil
Sekitar 1 dari 5 pasangan akan hamil dalam 1 tahun pertam
a pernikahan dengan senggama yang normal dan teratur.
-Riwayat penyakit dan pemeriksaan
Pemeriksaan awal dari pasangan infertil mencakup riwayat
penyakit, riwayat perkawinan terdahulu dan sekarang pem
eriksaan terhadap masing- masing pasangan. Sungguh baik
jika pertama kali pasangan diperiksa bersama- sama, karen
a dokter yang memeriksa akan dapat menilai interaksi mer
eka, untuk pemeriksaan berikutnya lebih baik dinilai sendir
i-sendiri.
-Analisis Sperma
Analisis sperma harus dilakukan pada tahap awal, contoh sperma dikumpulkan d
alam plastic atau dalam wadah gelas, tidak boleh pakai karet kondom, kemudian
harus dikirim ke laboratorium dalam masa dua jam dari ejakulasi. Tidak adanya s
emen dalam didalam dua atau lebih contoh semen merupakan indikasi untuk pe
meriksaan ulang.
Tiadanya fruktosa didalam contoh semen menjadi petunjuk tiadanya vesikula da
n vasa seminalis yang bersifat congenital, ini menjadi patokan bahwa pemeriksaa
n fungsi testis berikutnya tidak ada gunanya. Apabila frukosa dalam contoh seme
n ada, maka perlu dilakukan biopsi testis.
-Uji Pasca Senggama (UPS)
Apabila telah diyakini bahwa analisis spermanya normal, maka UPS bisa dijadwal
kan. Ini akan memperlihatkan apakah semen sudah terpancar dengan baik ke pu
ncak vagina selama senggama.
UPS dilakukan sekitar 2-3 hari sebelum perkiraan ovulasi. Pasien diminta dating
2-8 jam setelah senggama normal. Getah servik dihisap dari kanal endoserviks ya
ng pada tahap ini harus banyak dan bening. Pemeriksaan dilakukan dengan mikr
oskop. Jika dijumpai 20 sperma perlapang pandang, harapan untuk kehamilan cu
kup besar jika 1-20 sperma aktif per lapang pandang. Uji ini harus dilakukan seku
rang-kurangnya pada dua keadaan yang terpisah, hasil negative bias disebabkan
oleh teknik senggama.
-Pembasahan dan Pemantauan Ovulasi
UPS dapat menyingkirkan sebab infertilitas suami, dan yang sangat penting adala
h apakah ovarium secara teratur menghasilkan ova. Riwayat haid dapat memberi
kan pegangan terhadap hal ini. Ovulasi lebih mungkin terjadi jika siklus haid berl
angsung teratur dan dengan jumlah darah haid yang sedang untuk jangka waktu
3-5 hari. Haid yang tak teratur dan sedikit menjadi partanda siklus anovulatorik.
Sebagian wanita merasakan nyeri pada satu sisi fossa illiaka untuk 12-24 jam pad
a saat ovulasi, dan hal ini mungkin bersamaan atau tanpa disertai pendarahan ri
ngan atau dengan suatu peningkatan limbah vagina. Matalgia prahaid menandak
an adanya suatu korpus luteum yang aktif, artinya ovulasi sebelumnya telah terja
di dalam siklus itu.
-Uji Pakis
Di bawah pengaruh estrogen, getah serviks yang dikeringkan pada obyek glass ak
an mengalami kristalisasi dan menghasilkan suatu pola daun pakis yang cukup kh
as. Ini terjadi antara hari ke-6 sampai hari ke-22 dari siklus haid dan kemudian ak
an dihambat oleh progestron. Hambatan ini biasanya akan tampak pada hari ke-
23 hingga haid berikutnya. Menetapnya pola pakis setelah hari ke- 23 ini menunj
ukan bahwa ovulasi tidak terjadi. Darah dan semen juga dapat menghambat pe
mbentukan lukisan pakis itu sehingga hasil yang salah sering dijumpai pada uji ini
.
-Suhu Basal Badan (SBB)
Pada beberapa wanita, SBB meningkat selama fase progesterone dari siklu
s haid. Cara ini juga dapat menentukan apakah telah terjadi ovulasi. SBB di
ambil setiap hari pada saat terjaga pagi hari, sebelum bangkit dari tempat
tidur, ataupun makan dan minum. Nilainya ditandai pada kertas grafik. Jika
wanita erovulasigrafik akan memperlihatkan pola bifasik yang khas (tipika
l).
Meskipun grafik bifasik berarti bahwa ovulasi telah terjadi, suatu grafik mo
nofasik belum memastikan bahwa ovulasi tidak terjadi. SBB bisa dipakai un
tuk menentukan kemungkinan hari ovulasi, sehingga senggama bias diarah
kan sekitar saat itu. Dalam praktek penggunaan SBB tidak selalu mudah un
tuk dipercaya (seperti umumnya sebagian besar pasien di Negara kita).
-Sitologi vagina atau endoserviks
Epitel dari sepertiga lateral atas dinding vagina memberikan respon yang a
da pada hormon ovarium. Pemeriksaan ini dilakukan secara serial. Sekaran
g telah dikembangkan pemeriksaan dari endoserviks pada fase pasca ovul
asi dengan pengambilan tunggal (tanpa serial). Perubahan sitologik denga
n melihat indeks kariopiknotik dapat dipakai untuk menentukan ada tidak
nya ovulasi.
-Biopsi Endometrium
Biopsi endometrium bias dilakukan secara poliklinis t
anpa anastesi, dengan memakai sendok kurret kecil t
anpa dilatasi serviks. Saat yang tepat adalah fase sekr
esi, yaitu 5-7 hari sebelum hari haid berikutnya.
-Laparaskopi
Cara ini memungkinkan visualisasi langsung secara en
doskopik baik ovulasi yang baru saja terjadi dengan a
danya bintik ovulasi, maupun adanya korpus luteum s
ebagai hasil ovulasi diwaktu yang lebih dini dari siklus
itu.
(Widyastuti, dkk. 2009)
Penanganan infertilitas
-Inseminsi Buatan
Inseminasi adalah suatu teknik untuk membantu spermatozoa pria sampai p
ada tempat untuk membuahi sel telur wanita dalam organ reproduksi wanit
a. Pada inseminasi, terdapat beberapa tahapan penting yang baik untuk dike
tahui oleh setiap pasangan yang akan menjalani teknik tersebut. Antara lain:
- Pengumpulan sperma pria,
Pemisahan spermatozoa dari bahan-bahan lain yang terkandung dalam sper
ma (isolasi),
Penempatan spermatozoa pada zat tertentu yang dapat menjaga kelangsun
gan hidup spermatozoa sementara di luar tubuh pria (medium),
Penyuntikan spermatozoa ke dalam rahim wanita (Intrauterine Insemination
: IUI).
(Djuwantono, dkk., 2008)
-Fertilisasi In Vitro (FIV)
FIV (Fertilisasi = pembuahan sel telur oleh spermatozoa; In vitro = di luar tubuh)
atau dalam masyarakat dikenal dengan istilah “bayi tabung” merupakan salah sa
tu jalan keluar bagi pasangan suami istri yang belum memiliki anak. Pada teknik i
ni, sel telur matang yang dihasilkan akan dipertemukan dengan spermatozoa dal
am suatu wadah berisi cairan khusus di laboratorium.
Cairan yang digunakan untuk merendam serupa dengan cairan yang terdapat pa
da tuba wanita dengan tujuan untuk membuat suasana pertemuan antara sel tel
ur matang dan spermatozoa senormal mungkin. Dengan demikian, keaktifan ger
ak spermatozoa dan kondisi optimal sel telur dapat terjaga.
Proses-proses utama dalam fertilisasi in vitro:
Pengambilan sel telur matang dan spermatozoa oleh dokter ahli untuk kemudian
ditempatkan pada sebuah tabung khusus yang steril.
Proses fertilisasi sel telur oleh spermatozoa dalam sebuah cawan khusus di labor
atorium. Embrio yang dihasilkan akan ditumbuhkan hingga cukup usia (pada um
umnya 2—3 hari).
Embrio yang telah siap (sekitar 2—3 hari pascafertilisasi) ditanamkan kembali ke
dalam rahim sang ibu oleh dokter ahli. Embrio tersebut diharapkan terus tumbu
h dan barkembang hingga menjadi bayi yang pada akhirnya dilahirkan oleh sang i
bu.

Anda mungkin juga menyukai