Anda di halaman 1dari 36

PREECLAM

PSIA
ECLAMPSI
A
Preceptor: Dr.dr. Setyorini Irianti, Sp.OG(K)
Klasifikasi hipertensi pada kehamilan dibagi menjadi empat:

1. Preeclampsia syndrome and eclampsia

Sindrom khusus kehamilan yang dapat mempengaruhi hampir


setiap sistem organ. Pada klasifikasi ini Non-severe termasuk mild
dan moderate hypertension.

2
1. Cunningham, F. G., et.al. Williams Obstetrics (25th Edition ed.). New York: The McGraw-Hill Companies.
Kriteria Diagnosis
Preeclampsia
PNPK

Kriteria Minimal Preeclampsia Kriteria Preeclampsia Berat (Diagnosis


preeklampsia dipenuhi dan jika didapatkan
Hipertensi : ≥ 140/90 (2x jarak 15 menit lengan salah satu dibawah ini:
sama)
DAN Hipertensi : ≥ 160/110 (2x jarak 15 menit lengan
Proteinuria : >300 mg 24 jam/ dipstick >+1 sama)
Jika tidak terdapat proteinuria, dapat diikuti Jika tidak terdapat proteinuria, dapat diikuti
salah satu dibawah ini: salah satu dibawah ini:

Trombositopenia : Trombosit <100.000/ mikroliter Trombositopenia: Trombosit <100.000/ mikroliter


Gangguan ginjal : Serum Crt >1,1 mg/dL atau Gangguan ginjal: Serum Crt >1,1 mg/dL atau
peningkatan sebelumnya tanpa diikuti kelaian peningkatan sebelumnya tanpa diikuti kelaian
ginjal ginjal
Gangguan liver: Serum Transminase meningkat Gangguan liver: Serum Transminase meningkat
dua kali/ nyeri epigastrium dua kali/ nyeri epigastrium
Edema paru Edema paru
Gejala neurologis: Stroke, nyeri kepala, Gejala neurologis: Stroke, nyeri kepala,
gangguan visus gangguan visus
Gangguan sirkulasi uteroplacenta: Gangguan sirkulasi uteroplacenta:
Olgihidramnion, FGR, atau adanya ARDV Olgihidramnion, FGR, atau adanya ARDV 3
1. POGI. PNPK Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia. 2016;1–48. .
Hipertensi pada ibu hamil yang sudah ditemukan sebelum
2. Chronic Hypertension dari berbagai etiologi kehamilan atau yang dapat ditemukan pada umur
kehamilan kurang dari 20 minggu, dan yang menetap
setelah 12 minggu pasca persalinan.

3. Superimposed Preeclampsia Chronic hypertension + Organ impaired (table 40-1).

Timbulnya hipertensi dalam kehamilan pada wanita yang


4. Gestational Hypertension tekanan darah sebelumnya normal dan tidak mempunyai
gejala-gejala hipertensi kronik atau
preeclampsia/eclampsia (tidak disertai proteinuria). Gejala
ini akan hilang dalam waktu <12 minggu pascasalin.

1. Cunningham, F. G., et.al. Williams Obstetrics (25th Edition ed.). New York: The McGraw-Hill Companies. 4
2. Panduan Praktik Klinis Obstetri dan Ginekologis. 2015. Bandung: Departemen SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP DR
Hasan Sadikin.
Anamnesis Umur>35 tahun Penyakit ginjal
Ada yang menyebutkan >40 tahun perubahan Chronic kidney disease
Faktor Risiko sclerotic pada arteri intramyometrium meningkat
Penyakit autoimun
Antiphopolipid syndrome
Nulipara Systemic lupus eruythematous
Risiko hampir 3 kali lipat
Obesitas sebelum hamil
Multipara Risiko 4 kali ipat
Keluhan yang sedang dirasakan: • Riwayat preeklampsia
- Jantung berdebar • Jarak kehamilan sebelumnya 10 tahun atau lebih
- Pusing Diabetes mellitus
- Gangguan visus Risiko hampir 4 kali lipat pada wanita diabetes
-
-
Nyeri ulu hati Riwayat preeklampsia sebelum hamil
Oliguria
- Gangguan pernapasan keluarga
Ibu atau saudara peremmpuan

Hipertensi kronik
Merokok
IMT>30 kg/m2 Donor sperma, oosit, atau
Risiko sebanyak 2,47 kali lipat
embrio
Menyebabkan maladaptasi imun

1. POGI. PNPK Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia. 2016;1–48.


2. Cunningham, F. G., et.al. Williams Obstetrics (25th Edition ed.). New York: The McGraw-Hill Companies. 5
3. Uzan, Jennifer & Carbonnel, Marie & Piconne, Olivier & Asmar, Roland & Ayoubi, Jean. (2011). Pre-eclampsia: Pathophysiology, diagnosis, and management. Vascular
health and risk management. 7. 467-74. 10.2147/VHRM.S20181.
Risiko Tinggi Preeclampsia Risiko Sedang Preeclampsia

 Riwayat preeklampsia
 Kehamilan multipel  Nulipara
 Hipertensi kronis  Obesitas (IMT >30 kg/m2)
 Diabetes mellitus tipe 1 atau 2  Usia ≥ 35 tahun
 Penyakit ginjal  Kehamilan jarak sebelumnya >10
 Autoimun (SLE, tahun
Antiphospholipid syndrome)

1. POGI. PNPK Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia. 2016;1–48.


Pemeriksaan Perlu observasi lanjut/ rawat inap:
 Hipertensi yang nyata,
Fisik  Proteinuria,
 Sakit kepala berlebihan,
 Gangguan penglihatan
•Penegakkan diangosis berlebihan,
Preeklampsia harus sedini  Nyeri epigastrik berlebihan.
mungkin pada kunjungan
antenatal pertama
•Pengukuran TD dilakukan
setiap kali kunjungan untuk
menegakkan klasisifikasi
preeklampsia.

 IMT >30 kg/m2


 Tekanan darah diastolik
>80mmHg,
 Proteinuria (dipstick>+1 2x
jarak 6 jam atau 300mg/24
jam)
Wanita dengan hipertensi onset baru yang jelas ≥140/90 mmHg dirawat untuk menentukan apakah peningkatan ini disebabkan oleh
preeklampsia atau tidak.

7
1. POGI. PNPK Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia. 2016;1–48
2. Cunningham, F. G., et.al. Williams Obstetrics (25th Edition ed.). New York: The McGraw-Hill Companies.
Pemeriksaan
Fisik

Keadaan umum
Tekanan Darah
BMI >30kg/m2 (lemas, pusing,
(≥140/90 mmHg)
stroke)

Obestrical
Edema ekstrimitas,
Examination (Fetus,
Thorax dan jantung paru disertai
fundal height, DJJ,
sianosis
Kontraksi uterus)

Proteinuria

1. Panduan Praktik Klinis Obstetri dan Ginekologis. 2015. Bandung: Departemen SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas 8
Padjadjaran/RSUP DR Hasan Sadikin.
2. POGI. PNPK Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia. 2016;1–48
Pemeriksaan
Laboratorium dan
Penunjang

USG
Darah, Hb, Ht, Leukosit, Trombosit
(trombositopenia), Elektrolit (Na, K, Ca,
elektrolit Cl, Kadar glukosa, analisa gas darah Kondisi janin

Kidney • BPD, Abdominal circum, Femur length, EBW


Creatinine, Ureum, Uric acid level • Pertumbuhan janin (terhambat/tidak)
Function (GFR)
S/D ratio umbilical artery
Enzyme
• Penurunan placental blood flow
liver SGOT/SGPT (Liver damage)
USG doppler velocimetry +
Biomarker
Lainnya • Masih belom direkomendasikan (Level
ECG, KTG, Foto rontgen thorax evidence IIb, Rekomendasi C)
1. Panduan Praktik Klinis Obstetri dan Ginekologis. 2015. Bandung: Departemen SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas 9
Padjadjaran/RSUP DR Hasan Sadikin.
2. POGI. PNPK Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia. 2016;1–48
Pemeriksaan
Laboratorium dan
Penunjang

1
0
1. Cunningham, F. G., et.al. Williams Obstetrics (25th Edition ed.). New York: The McGraw-Hill Companies.
Patogenesis
Patofisiologi Secara fisiologis, trophoblast akan menjadi dua, menjadi outer
multinucleated syncytiotrophoblast dan inner mononucleated
Abnormal invasi
cytotrophoblast. Trophoblast berdiferensiasi lebih lanjut
trofoblas pada
implantasi plasenta menghasilkan :
Immunological
 Villous trophoblast akan membentuk chorionic villi
maladaptive tolerance  Extravillous trophoblasts. Terbagi menjadi dua :
antara maternal, plasenta,
dan janin
 Interstisial : invasi decidua dan penetrasi myometrium untuk
Maladaptasi maternal membentuk placental bed giant cell, serta mengelilingi spiral
terhadap perubahan
cardiovaskular dan faktor
artery
inflamasi saat hamil  Endovascular : penetrasi ke lumen artery
 Invasi ini menyebabkan vascular remodelling -> lumen menipis,
Faktor genetik spiral artery dilatasi, pembuluh darah uteroplacenta resistensinya
menurun

1
1. Cunningham, F. G., et.al. Williams Obstetrics (25th Edition ed.). New York: The McGraw-Hill Companies.
1
◂ Normal :
Patogenesis ◂ Dilatasi -> kecepatan darah turun -> Waktu ke uterine v. (25-30s) Pertukaran oksigen maksimal
◂ Patologi -> kecepatan darah naik -> merusak vili (thrombus) -> pertukaran oksigen berkurang -> perfusi buruk
Patofisiologi Damage villi
Abnormal invasi
trofoblas pada
implantasi plasenta

1
1. Cunningham, F. G., et.al. Williams Obstetrics (25th Edition ed.). New York: The McGraw-Hill Companies. 2
2. Burton GJ, Redman CW, Roberts JM, Moffett A. Pre-eclampsia: pathophysiology and clinical implications. BMJ. 2019;366:1–15.
Patogenesis
Patofisiologi Ekspresi HLA Kelas 1 Uterine Natural Killer Cells
• Pada invasive extravillous trophoblast
Immunological
terdapat MHC kelas 1 • Pada trimester pertama, banyak uNK
maladaptive tolerance
antara maternal, plasenta, • Gen Human leukocyte antigens (HLA) yang mendekati extravillous trophoblast
dan janin Kelas I pada trophoblast: HLA-C, -E, untuk meregulasi invasi dari trophoblast
and –G (agar tidak berlebihan)
• HLAG menghambat aktivitas sel Natural • Fase aktif uNK : banyak granulocyte
Killer dan Large granuar lymphocyte -> macrophage– colony-stimulating factor
melindungi extravillous trophoblast dari (GM-CSF)
pengaruh imun maternal dan serangan • GM-CSF berfungsi dalam apoptosis
sitotoksik trophoblast dan mencegah replikasi
• Fungsi umum : menginduksi toleransi trophoblast
imun, mengontrol invasi trophoblast, dan • Ekspresi dari angiogenik faktor oleh
berfungsi dalam remodelling arteri uNK juga menunjukkan fungsinya dalam
spiralis untuk menunjang implantasi dan menekan remodelling vaskular di
kehamilan desidua

Preeclampsia: ↓HLA-G dan ↑uNK 1


3
1. Cunningham, F. G., et.al. Williams Obstetrics (25th Edition ed.). New York: The McGraw-Hill Companies.
Patogenesis ◂ Perubahan faktor inflamasi (respon dari vasopsame dan iskemik)
◂ Vasospasme dan hipoksia -> penurunan faktor angiogenik (VEGF, PGF) & peningkatan faktor
Patofisiologi anti-angiogenik (sFlt-1, sEng) -> Disfungsi endhotel
◂ Vasospame dan hipoksia -> ROS meningkat -> pelepasan faktor plasenta ke sirkulasi
Endothelial Cell Activation maternal -> inflamasi sistemik dan aktivasi endhotel
dan Maladaptasi Faktor ◂ ROS -> koagulasi sistemik -> thrombocytopenia, deposit platelet fibrinogen di subendotel
inflamasi saat hamil ◂ Disfungsi endotel : penurunan zat vasodilator (intrikosida, prostasiklin, dll), peningkatan zat
vasokonsrikor (endothelin, tromboksan, angiotensin), peningkatan permeabilitas kapiler, dan
gangguan sistem pembekuan darah.

1
1. Martaadisoebrata, D, Wirakusuhmah F, F, Efendi J, S. Obstetri patologi: ilmu kesehatan reproduksi. Ed 3. Jakarta: EGC. 2013. 4
2. Cunningham, F. G., et.al. Williams Obstetrics (25th Edition ed.). New York: The McGraw-Hill Companies.
Patogenesis
MTHFR :
Patofisiologi Methylene
tetrahydrofolate
F5: Factor V leiden AGT: Angiotensin
reducatase

Faktor genetik
HLA: Human NOS3: Endothelial F2: Prothrombin
leukocye antigens nitric oxide (factor II)
Insidensi 20-40% anak perempuan
riwayat preeclampsia pada ibunya

CTLA4: Cytotoxic T-
ACE: Angiotensin LPL: Lipoprotein
lymphocyte
converting syndrome lipase
associated protein

GNA promoter:
SERPINE 1: Serine
Decreased
peptidase inhibitor
methylation

1
1. Cunningham, F. G., et.al. Williams Obstetrics (25th Edition ed.). New York: The McGraw-Hill Companies.
5
Patogenesis
Patofisiologi
Peningkatan afterload

Disfungsi diastolik

Hemokonsentrasi

Trombositopenia, hemolisis

Gangguan pembekuan darah

Perdarahan

DIC

1
6
1. Martaadisoebrata, D, Wirakusuhmah F, F, Efendi J, S. Obstetri patologi: ilmu kesehatan reproduksi. Ed 3. Jakarta: EGC. 2013.
Scotomata
Patogenesis Edema pupil
Purtcher retinopathy
Patofisiologi (retinal detachment/infarction)
Blindness (jarang)
Endoteliosis kapiler ginjal,
Penurunan bersihan asam urat,
Oliguria,
Proteinuria,
Gagal ginjal (Ureum, Ctr meningkat) Nekrosis
Gangguan pernapasan
Apneu
Peningakatan enzim hati
Ikterus
Nyeri ulu hati
Nekrosis
Necrosis dan periportal hermorrhage
Solusio plasenta
Pertumbuhan janin terhambat
Gawat janin

Kejang
Gangguan pembuluh darah otak
Gangguan kognitif
HELLP Syndrome
1
7
1. Martaadisoebrata, D, Wirakusuhmah F, F, Efendi J, S. Obstetri patologi: ilmu kesehatan reproduksi. Ed 3. Jakarta: EGC. 2013.
Eclampsia Tingkat invasi (tingkat permulaan)
Mata terpaku, kepala dipalingkan ke satu sisi, muka
Eclampsia merupakan komplikasi preklampsia memperlihatkan kejang-kejang halus. Tingkat ini
dengan ditandai adanya kejang tonic-clonic berlangsung beberapa detik
generalisata yang dialami oleh wanita hamil dalam Tingkat kontraksi (tingkat kejang tonis)
persalinan atau masa nifas yang disertai gejala-
Kaku generalisata, bisa terjad epistonus. Lamanya 15-20
gejala preeklampsia (hipertensi, edema, dan/atau detik
proteinuria). Menurut waktunya, eclampsia dibagi
menjadi 3 yaitu:
Tingkat konvulsi (tingkat kejang klonis)
◂ Eclampsia anterpartum Hilang timbul, rahang membuka dan menutup dan mata
◂ Eclampsia intrapartum juga, otot-otot muka dan badan kontraksi-relaksasi
berulang. Dapat terlempar dari tempat tidur dan
◂ Eclampsia pascasalin – Eclampsia dapat terjadi menggigit lidah sendiri, ludah becampur darah, mata
segera (setelah 24 jam-7 hari pascasalin) atau merah dan biru. Berangsur-angsur berkurang dan
lambat (setelah 7 hari pascasalin) akhirnya berhenti. Kejang terjadi kurang lebih 1 menit
Tingkat koma
Penderita dapat koma, lamanya bervariasi mulai dari
beberapa menit sampai berjam-jam. Dapat terjadi
amnesia retrogade. 1
8
1. Martaadisoebrata, D, Wirakusuhmah F, F, Efendi J, S. Obstetri patologi: ilmu kesehatan reproduksi. Ed 3. Jakarta: EGC. 2013.
Eclampsia

 Sering pada trimester 3, meningkat saat aterm


 Laju pernapasan setelah kejang bisa mencapai 50x/menit respons terhadap
hiperkarbia, asidemia laktat, dan hipoksia transien.
 Sianosis (kasus parah).
 Demam tinggi adalah tanda yang serius karena kemungkinan besar berasal dari
perdarahan serebrovaskular.
 TD tinggi (180/110mmHg), denyut nadi masih kuat namun dapat melemah.
 Proteinuria, oliguria, anuria dapat terjadi.
 Mungkin ada hemoglobinuria, tetapi hemoglobinemia jarang terjadi.
 Edema wajah dan perifer dapat juga terjadi.
 Penyebab kematian eclamsia biasanya terjadi dikarenakan ada pemberat seperti
edema paru, apopleksia dan asidosis.
 Penyebab eclampsia diperkirakan faktor risiko pada preeclampsia yang berprogesif.
1
9
1. Martaadisoebrata, D, Wirakusuhmah F, F, Efendi J, S. Obstetri patologi: ilmu kesehatan reproduksi. Ed 3. Jakarta: EGC. 2013.
Tatalaksana
Preeklampsia tanpa gejala
berat  Level evidence II, Rekomendasi A
Evaluasi USG, kesejahteraan janin (2
kali/minggu)
• Jika TD <160/110 mmHg obat Jika terdapat pertumbuhan janin terhambat,
antihipertensi tidak diperlukan
evaluasi doppler velocimetry
• Pemberian MgSO4 tidak  Level evidence IIb, Rekomendasi B
diperlukan Perawatan poliklinis secara ketat
 Level evidence II, Rekomendasi C
Perawatan ekspektatif direkomendasikan <37
minggu kehamilan tanpa gejala berat
(evaluasi yang ketat)
• Konservatif s.d 37 minggu Evaluasi ketat meliputi evaluasi gejala
• Evaluasi TD dan kesejahteraan maternal dan gerakan hanin setiap hari,
janin 2x/minggu evaluasi tekanan darah 2 kali/minggu,
evaluasi jumlah trombosit dan fungsi liver
setiap minggu

2
0
1. POGI. PNPK Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia. 2016;1–48.
 Level evidence I, Rekomendasi A

Tatalaksana Pemberian kortikosteroid (pematangan paru)


untuk ekspektatif
 Level evidence II, Rekomendasi A
Preeklampsia Berat
Ekspektatif direkomendasikan dengan usia
kehamilan <34 minggu dan kondisi ibu dan
janin stabil, dan dilakukan pada faskes yang
adekuat dengan tersedia perawatan intensif
• Terapi definitif PEB adalah
TERMINASI  Level evidence IIb, Rekomendasi B
KEHAMILAN Rawat inap bagi pereeklampsia berat dengan
• Terapi konservatif dilakukan manajemen ekspektatif
s.d janin viabel (uk 34
minggu) dengan syarat Kriteria terminasi kehamilan pada
kondisi maternal stabil preeklampsia pada preeklampsia berat
sebagai berikut:

2
1
1. POGI. PNPK Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia. 2016;1–48.
Tatalaksana

2
1. Panduan Praktik Klinis Obstetri dan Ginekologis. 2018. Bandung: Departemen SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas 2
Padjadjaran/RSUP DR Hasan Sadikin.
Tatalaksana
Cara terminasi kehamilan
Belum inpartu :
1. Induksi persalinan : Amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat skor Bishop > 6
2. Seksio sesarea, bila :
a. Syarat tetes oksitosin tidak dipenuhi atau adanya kontraindikasi tetes oksitosin.
b. 8 jam sejak dimulainya tetes oksitosin belum masuk fase aktif. Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan
terminasi dengan seksio sesarea.
Sudah inpartu :
Kala I
Fase laten: Amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat skor Bishop > 6.
Fase aktif:
1. Amniotomi
2. Bila his tidak adekuat, diberikan tetes oksitosin.
3. Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap, pertimbangkan seksio sesarea.
Catatan: amniotomi dan tetes oksitosin dilakukan sekurang-
kurangnya 15 menit setelah pemberian pengobatan medisinal.
Kala II :
Pada persalinan pervaginam, maka kala II diselesaikan dengan partus buatan.
2
1. Panduan Praktik Klinis Obstetri dan Ginekologis. 2015. Bandung: Departemen SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas 3
Padjadjaran/RSUP DR Hasan Sadikin.
Tatalaksana
Pemberian MgSO4

 Level evidence I, Rekomendasi A


Terapi lini pertama preeklampsia berat, atau sebagai
profilaksis terhadap eklampsia pada preeklampsia berat
(tidak diberikan pada preeklampsia tanpa gejala berat)
 Level evidence Ia, Rekomendasi A
Merupakan lini pertama jika dibandingkan dengan
diazepam/ fenitoin
 Level evidence II, Rekomendasi A
Dosis penuh IV atau IM sebagai pencegahan dan terapi
eklampsia
 Level evidence I, Rekomendasi C
Evaluasi kadar Mg secara rutin tidak direkomendasikan
 Level evidence III, Rekomendasi C
Tidak direkomendasikan secara rutin pada pasien
preeclampsia (tanpa gejala berat)

2
1. POGI. PNPK Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia. 2016;1–48.
2. Cunningham, F. G., et.al. Williams Obstetrics (25th Edition ed.). New York: The McGraw-Hill Companies.
4
Tatalaksana
Pemberian MgSO4
Pemberian IV terus menerus menggunakan infusion pump:
 Dosis awal- 4 gr MgSO4 20% (20cc) dilarutkan dalam 100 cc RL atau Ringer Dextrose selama 15-20 menit
 Dosis rumatan- 10 gr MgSO4 20% dalam 500cc RL/RD dengan kecepatan 1-2 gr/ jam
Pemberian IM berkala:
 Dosis awal- 4 gr MgSO4 20% (20 cc) IV dengan kecepatan 1 grr/menit
 Dosis rumatan- 4 gr MgSO4 40% (10 cc) IM setiap 4 jam. Tambahkan 1 cc Lidokain 2% setiap pemberian IM untuk mengurangi nyeri
dan panas
Syarat pemberian MgSo4:
 Adanya antidotum : kalsium glukonas 10% (1 gr dalam 10cc)
 Frekuensi pernapasan > 16x/menit
 Produksi urin > 30 cc/ jam (>0,5 cc/kgBB/jam)
 Refleks patella positif
MgSO4 dapat dihentikan bila:
 Adanya tanda-tanda intoksikasi
 Setelah 24 jam pascasalin
 Dalam jam pascasalin terjadi perbaikan (normotensif)
Diazepam dapat diberikan jika tidak tersedia MgSO4 dengan dosis 10 mg IV dapat diulang dalam 6 jam. 2
5
1. Martaadisoebrata, D, Wirakusuhmah F, F, Efendi J, S. Obstetri patologi: ilmu kesehatan reproduksi. Ed 3. Jakarta: EGC. 2013.
Tatalaksana
Pemberian Antihipertensi
 Level evidence I, Rekomendasi A
Target penurunan TD <160/100 mmHg dengan pemberian
obat lini pertama ialdah nifedipin oral short acting (CCB),
Indikasi utama pemberian obat hidrazaline, dan labetalol (Beta blocker)
antihipertensi ialah untuk keselamatan  Level evidence II, Rekomendasi A
ibu dan mencegah penyakit Direkomendasikan pada preeklampsia dengan hipertensi
serebrovaksular. Golongan penghambat berat atau tekanan darah ≥160/110 mmHg
 Level evidence I, Rekomendasi B
ACE dan ARB kontraindikasi selama
Alternatif obat antihipertensi ialah nitrogliserinm, metildopa
kehamilan. Dapat menyebabkan defek (alpha agonist), dan labetalol
pada ginjal, anuria, dan kematian janin.  Nifedipin : 10 mg setiap 30 menit (maksimal 120
Diuretik (furosemide) harus dihindari mg/hari) tidak boleh diberikan sublingual
dikarenakan dapat menyebabkan  Hidrazalin : 2 mg IV dilanjutkan 100 mg dalam 500
cc NaCl secara titrasi
retardasi pertumbuhan, bradikardia, dan
 Labetalol : 20 mg bolus IV dengan evaluasi selama
hipoglikemia pada neonatus. 10 menit, jika tidak turun dapat diulangi dengan 40
mg lalu 80 mg setiap 10 menit (maksimal 220 mg)

2
6
1. POGI. PNPK Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia. 2016;1–48.
Tatalaksana
Pemberian Kortikosteroid

Pemberian kortikosteroid antenatal berhubungan dengan penurunan mortalitas janin dan


neonatal, RDS, kebutuhan ventilasi mekanik/CPAP, kebutuhan surfaktan dan perdarahan
serebrovaskular, necrotizing enterocolitis serta gangguan perkembangan neurologis.
Kortikosteroid diberikan pada usia ≤34 minggu untuk menurunkan risiko RDS dan
mortalitas janin serta neonatal. Jenis obat yang dapat diberikan:

- Deksametason 6 mg IM setiap 12 jam sebanyak 4 kali, ATAU


- Betametason 12 mg IM setiap 24 jam sebanyak 2 kali

Merupakan Long acting glucocorticoid -> menembus plasenta


dalam bentuk aktif (Kategori D) jadi perlu diperhatikan dalam
pemberian dan indikasi obat kortikosteroid.
Betametason sulit ditemukan di Indonesia dan sangat mahal.
Pemberian ini tidak direkomendasikan <24 minggu dikarenakan
kurang dampaknya terhadap luaran pematangan paru 2
7
1. POGI. PNPK Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia. 2016;1–48.
Tatalaksana
Pemberian kardiotonika

Indikasi pemberian kardiotonika ialah, bila ada tanda-tanda payah jantung. Jenis
kardiotonika yang diberikan: Cedilanid-D
Perawatan dilakukan bersama dengan Sub Bagian Penyakit Jantung

Obat lain-lain

a. Obat-obat antipiretik
Diberikan bila suhu rektal di atas 38,5 °C.
Dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol
b. Antibiotika
Diberikan atas indikasi
c. Antinyeri
Bila pasien gelisah karena kontraksi rahim dapat diberikan
petidin HCl 50-75 mg sekali saja
2
1. Panduan Praktik Klinis Obstetri dan Ginekologis. 2015. Bandung: Departemen SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas 8
Padjadjaran/RSUP DR Hasan Sadikin.
Tatalaksana
Tatalaksana Eclampsia

Lindungi ibu terutama jalur nafas, karena kejang dapat bersifat


Tatalaksana Persistent Severe
kasar
postpartum Hypertension
Kontrol kejang-kejang menggunakan dosis magnesium sulfat
yang diberikan secara intravena yang diikuti dengan dosis
pemeliharaan, biasanya intravena.  Pemberian furosemide
Ketika kejang tidak berhenti (status epilepticus), dapat
 Penggantian Plasma
diberikan anestesi umum  Reversible Cerebral
Pemberian obat antihipertensi yang intermiten untuk
Vasoconstriction Syndrome:
menurunkan tekanan darah setiap kali dianggap sangat tinggi.
manajemen belum diketahui
Menghindari diuretik kecuali ada edema paru yang jelas,
sampai sekarang
pembatasan pemberian cairan intravena kecuali kehilangan
cairan berlebihan, dan penghindaran agen hiperosmotik
Apabila terjadi psikosis, berikan obat antipsikotik.

2
9
1. Martaadisoebrata, D, Wirakusuhmah F, F, Efendi J, S. Obstetri patologi: ilmu kesehatan reproduksi. Ed 3. Jakarta: EGC. 2013.
Tatalaksana
Tatalaksana Eclampsia

3
1. Panduan Praktik Klinis Obstetri dan Ginekologis. 2018. Bandung: Departemen SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas 0
Padjadjaran/RSUP DR Hasan Sadikin.
Konseling
Informasi
Edukasi
◂ Kematian ibu disebabkan oleh hipertensi dalam kehamilan (HDK) secara global menempati nomor
dua setelah kasus perdarahan
◂ Pada wanita yang ingin merencanakan kehamilan terlebih dahulu untuk melakukan konseling
kepada dokter saat preconception care maupun kunjungan prenatal, apakah memiliki risiko sedang
atau risiko tinggi preeklampsia.
◂ Memberikan pengertian tentang preeclampsia, Risiko kepada ibu (kejang, stroke, kerusakan organ,
mortalitas), Risiko kepada janin (premature, mortalitas), tanda dan gejala preeclampsia
◂ Selain itu perlu dilakukan pencegahan baik pencegahan primer, sekunder, maupun tersier.

3
1
1. Cunningham, F. G., et.al. Williams Obstetrics (25th Edition ed.). New York: The McGraw-Hill Companies.
Konseling
Informasi
Edukasi

Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan salah satu pencegahan lini
pertama dan menghindari terjadinya penyakit.
Pencegahan ini perlu dilakukan skrining risiko terjadinya
preeklampsia untuk setiap wanita sejak hamil (Level
evidence IIb, Rekomendasi C). Pemeriksan skrining
preeklampsia selain menggunakan riwayat medis pasien
seperti penggunaan biomarker dan USG Doppler Velocimetry
masih belum dapat direkomendasikan secara rutin (Level
evidence IIb, Rekomendasi C).

3
2
1. POGI. PNPK Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia. 2016;1–48.
Konseling
Informasi
Edukasi
Pencegahan Sekunder

Istirahat
Tidak direkomendasikan pada pencegahan primer dan untuk memperbaiki luaran wanita
hamil pada hipertensi (Level evidence III, Rekomendasi C).

Restriksi
Garam garam
Pembatatasan selama kehamilan tidak
direkomandasikan (Level evidence II, Rekomendasi C).

Aspirin Dosis
Rendah
Penggunaan aspirin (mengambat bioseintesis platelet thromboxane A2) dosis rendah (75
mg/hari) direkomendasikan pada pasien risiko tinggi preeklampsia (Level evidence II,
Rekomendasi A). Dan digunakan sebelum usia kehamilan 20 minggu (Level evidence
III, Rekomendasi C). Penggunaan low-molecular-weight-heparin (LMWH) dapat
3
dilakukan sebagai profilaksis preeklampsia pada beberapa randomized trial. 3
1. POGI. PNPK Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia. 2016;1–48.
Konseling
Informasi
Edukasi
Pencegahan Sekunder

Suplementasi
Kalisium
Konsumsi kalsium (minimal 1000 mg/ hari) direkomendasikan terutama pada wanita
wilayah asupan kalsium rendah dan risiko tinggi preeklampsia (Level evidence I,
Rekomendasi A). Penggunan kalsium tidak dapat mencegah preeklampsia
melainkan menurunkan risiko preeklampsia.

Pemberian
Antioksidan
Pemberian vitamin C dan E tidak direkomendasikan untuk diberikan dalam
pencegahan preeklampsia (Level evidence Ia, Rekomendasi A) dikarenakan tidak
menurunkan risiko hipertensi dalam kehamilan, preeklampsia dan eklampsia serta
BBLR, bayi kecil atau kematian perinatal. Statins dapat mencegah preeklampsia
dengan cara menstimulasi ekspresi hemoxygenase-1 dimana menghambat
pembentukan sFlt-1. Metformin menghambat hypoxic inducible factor 1-alpha
dengan cara menurunkan aktivitas rantai transport elektron mitokondria dan
menurunkan aktivitas sFlt-1 dan sEng (data terbatas). 3
4
1. POGI. PNPK Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia. 2016;1–48.
Konseling
Informasi
Edukasi
Pencegahan Sekunder

Selain itu terdapat program ZOOM (Zero Mother


Mortality Preeclampsia) yang dilakukan oleh
POGI Jawa Barat sejak Maret 2017 yang
bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu
sererndah mungkin di Jawa Barat. Konsep
program ZOOM sebagai berikut:

3
1.  Pribadi A. EDITORIAL: Program Akselerasi Penurunan Angka Kematian Ibu POGI Jabar Zero Mother Mortality Preeclampsia (ZOOM). Indones J Obstet
Gynecol Sci. 2018;1(1):1–5.
5
Hatur Nuhun

3
6

Anda mungkin juga menyukai