PSIA
ECLAMPSI
A
Preceptor: Dr.dr. Setyorini Irianti, Sp.OG(K)
Klasifikasi hipertensi pada kehamilan dibagi menjadi empat:
2
1. Cunningham, F. G., et.al. Williams Obstetrics (25th Edition ed.). New York: The McGraw-Hill Companies.
Kriteria Diagnosis
Preeclampsia
PNPK
1. Cunningham, F. G., et.al. Williams Obstetrics (25th Edition ed.). New York: The McGraw-Hill Companies. 4
2. Panduan Praktik Klinis Obstetri dan Ginekologis. 2015. Bandung: Departemen SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP DR
Hasan Sadikin.
Anamnesis Umur>35 tahun Penyakit ginjal
Ada yang menyebutkan >40 tahun perubahan Chronic kidney disease
Faktor Risiko sclerotic pada arteri intramyometrium meningkat
Penyakit autoimun
Antiphopolipid syndrome
Nulipara Systemic lupus eruythematous
Risiko hampir 3 kali lipat
Obesitas sebelum hamil
Multipara Risiko 4 kali ipat
Keluhan yang sedang dirasakan: • Riwayat preeklampsia
- Jantung berdebar • Jarak kehamilan sebelumnya 10 tahun atau lebih
- Pusing Diabetes mellitus
- Gangguan visus Risiko hampir 4 kali lipat pada wanita diabetes
-
-
Nyeri ulu hati Riwayat preeklampsia sebelum hamil
Oliguria
- Gangguan pernapasan keluarga
Ibu atau saudara peremmpuan
Hipertensi kronik
Merokok
IMT>30 kg/m2 Donor sperma, oosit, atau
Risiko sebanyak 2,47 kali lipat
embrio
Menyebabkan maladaptasi imun
Riwayat preeklampsia
Kehamilan multipel Nulipara
Hipertensi kronis Obesitas (IMT >30 kg/m2)
Diabetes mellitus tipe 1 atau 2 Usia ≥ 35 tahun
Penyakit ginjal Kehamilan jarak sebelumnya >10
Autoimun (SLE, tahun
Antiphospholipid syndrome)
7
1. POGI. PNPK Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia. 2016;1–48
2. Cunningham, F. G., et.al. Williams Obstetrics (25th Edition ed.). New York: The McGraw-Hill Companies.
Pemeriksaan
Fisik
Keadaan umum
Tekanan Darah
BMI >30kg/m2 (lemas, pusing,
(≥140/90 mmHg)
stroke)
Obestrical
Edema ekstrimitas,
Examination (Fetus,
Thorax dan jantung paru disertai
fundal height, DJJ,
sianosis
Kontraksi uterus)
Proteinuria
1. Panduan Praktik Klinis Obstetri dan Ginekologis. 2015. Bandung: Departemen SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas 8
Padjadjaran/RSUP DR Hasan Sadikin.
2. POGI. PNPK Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia. 2016;1–48
Pemeriksaan
Laboratorium dan
Penunjang
USG
Darah, Hb, Ht, Leukosit, Trombosit
(trombositopenia), Elektrolit (Na, K, Ca,
elektrolit Cl, Kadar glukosa, analisa gas darah Kondisi janin
1
0
1. Cunningham, F. G., et.al. Williams Obstetrics (25th Edition ed.). New York: The McGraw-Hill Companies.
Patogenesis
Patofisiologi Secara fisiologis, trophoblast akan menjadi dua, menjadi outer
multinucleated syncytiotrophoblast dan inner mononucleated
Abnormal invasi
cytotrophoblast. Trophoblast berdiferensiasi lebih lanjut
trofoblas pada
implantasi plasenta menghasilkan :
Immunological
Villous trophoblast akan membentuk chorionic villi
maladaptive tolerance Extravillous trophoblasts. Terbagi menjadi dua :
antara maternal, plasenta,
dan janin
Interstisial : invasi decidua dan penetrasi myometrium untuk
Maladaptasi maternal membentuk placental bed giant cell, serta mengelilingi spiral
terhadap perubahan
cardiovaskular dan faktor
artery
inflamasi saat hamil Endovascular : penetrasi ke lumen artery
Invasi ini menyebabkan vascular remodelling -> lumen menipis,
Faktor genetik spiral artery dilatasi, pembuluh darah uteroplacenta resistensinya
menurun
1
1. Cunningham, F. G., et.al. Williams Obstetrics (25th Edition ed.). New York: The McGraw-Hill Companies.
1
◂ Normal :
Patogenesis ◂ Dilatasi -> kecepatan darah turun -> Waktu ke uterine v. (25-30s) Pertukaran oksigen maksimal
◂ Patologi -> kecepatan darah naik -> merusak vili (thrombus) -> pertukaran oksigen berkurang -> perfusi buruk
Patofisiologi Damage villi
Abnormal invasi
trofoblas pada
implantasi plasenta
1
1. Cunningham, F. G., et.al. Williams Obstetrics (25th Edition ed.). New York: The McGraw-Hill Companies. 2
2. Burton GJ, Redman CW, Roberts JM, Moffett A. Pre-eclampsia: pathophysiology and clinical implications. BMJ. 2019;366:1–15.
Patogenesis
Patofisiologi Ekspresi HLA Kelas 1 Uterine Natural Killer Cells
• Pada invasive extravillous trophoblast
Immunological
terdapat MHC kelas 1 • Pada trimester pertama, banyak uNK
maladaptive tolerance
antara maternal, plasenta, • Gen Human leukocyte antigens (HLA) yang mendekati extravillous trophoblast
dan janin Kelas I pada trophoblast: HLA-C, -E, untuk meregulasi invasi dari trophoblast
and –G (agar tidak berlebihan)
• HLAG menghambat aktivitas sel Natural • Fase aktif uNK : banyak granulocyte
Killer dan Large granuar lymphocyte -> macrophage– colony-stimulating factor
melindungi extravillous trophoblast dari (GM-CSF)
pengaruh imun maternal dan serangan • GM-CSF berfungsi dalam apoptosis
sitotoksik trophoblast dan mencegah replikasi
• Fungsi umum : menginduksi toleransi trophoblast
imun, mengontrol invasi trophoblast, dan • Ekspresi dari angiogenik faktor oleh
berfungsi dalam remodelling arteri uNK juga menunjukkan fungsinya dalam
spiralis untuk menunjang implantasi dan menekan remodelling vaskular di
kehamilan desidua
1
1. Martaadisoebrata, D, Wirakusuhmah F, F, Efendi J, S. Obstetri patologi: ilmu kesehatan reproduksi. Ed 3. Jakarta: EGC. 2013. 4
2. Cunningham, F. G., et.al. Williams Obstetrics (25th Edition ed.). New York: The McGraw-Hill Companies.
Patogenesis
MTHFR :
Patofisiologi Methylene
tetrahydrofolate
F5: Factor V leiden AGT: Angiotensin
reducatase
Faktor genetik
HLA: Human NOS3: Endothelial F2: Prothrombin
leukocye antigens nitric oxide (factor II)
Insidensi 20-40% anak perempuan
riwayat preeclampsia pada ibunya
CTLA4: Cytotoxic T-
ACE: Angiotensin LPL: Lipoprotein
lymphocyte
converting syndrome lipase
associated protein
GNA promoter:
SERPINE 1: Serine
Decreased
peptidase inhibitor
methylation
1
1. Cunningham, F. G., et.al. Williams Obstetrics (25th Edition ed.). New York: The McGraw-Hill Companies.
5
Patogenesis
Patofisiologi
Peningkatan afterload
Disfungsi diastolik
Hemokonsentrasi
Trombositopenia, hemolisis
Perdarahan
DIC
1
6
1. Martaadisoebrata, D, Wirakusuhmah F, F, Efendi J, S. Obstetri patologi: ilmu kesehatan reproduksi. Ed 3. Jakarta: EGC. 2013.
Scotomata
Patogenesis Edema pupil
Purtcher retinopathy
Patofisiologi (retinal detachment/infarction)
Blindness (jarang)
Endoteliosis kapiler ginjal,
Penurunan bersihan asam urat,
Oliguria,
Proteinuria,
Gagal ginjal (Ureum, Ctr meningkat) Nekrosis
Gangguan pernapasan
Apneu
Peningakatan enzim hati
Ikterus
Nyeri ulu hati
Nekrosis
Necrosis dan periportal hermorrhage
Solusio plasenta
Pertumbuhan janin terhambat
Gawat janin
Kejang
Gangguan pembuluh darah otak
Gangguan kognitif
HELLP Syndrome
1
7
1. Martaadisoebrata, D, Wirakusuhmah F, F, Efendi J, S. Obstetri patologi: ilmu kesehatan reproduksi. Ed 3. Jakarta: EGC. 2013.
Eclampsia Tingkat invasi (tingkat permulaan)
Mata terpaku, kepala dipalingkan ke satu sisi, muka
Eclampsia merupakan komplikasi preklampsia memperlihatkan kejang-kejang halus. Tingkat ini
dengan ditandai adanya kejang tonic-clonic berlangsung beberapa detik
generalisata yang dialami oleh wanita hamil dalam Tingkat kontraksi (tingkat kejang tonis)
persalinan atau masa nifas yang disertai gejala-
Kaku generalisata, bisa terjad epistonus. Lamanya 15-20
gejala preeklampsia (hipertensi, edema, dan/atau detik
proteinuria). Menurut waktunya, eclampsia dibagi
menjadi 3 yaitu:
Tingkat konvulsi (tingkat kejang klonis)
◂ Eclampsia anterpartum Hilang timbul, rahang membuka dan menutup dan mata
◂ Eclampsia intrapartum juga, otot-otot muka dan badan kontraksi-relaksasi
berulang. Dapat terlempar dari tempat tidur dan
◂ Eclampsia pascasalin – Eclampsia dapat terjadi menggigit lidah sendiri, ludah becampur darah, mata
segera (setelah 24 jam-7 hari pascasalin) atau merah dan biru. Berangsur-angsur berkurang dan
lambat (setelah 7 hari pascasalin) akhirnya berhenti. Kejang terjadi kurang lebih 1 menit
Tingkat koma
Penderita dapat koma, lamanya bervariasi mulai dari
beberapa menit sampai berjam-jam. Dapat terjadi
amnesia retrogade. 1
8
1. Martaadisoebrata, D, Wirakusuhmah F, F, Efendi J, S. Obstetri patologi: ilmu kesehatan reproduksi. Ed 3. Jakarta: EGC. 2013.
Eclampsia
2
0
1. POGI. PNPK Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia. 2016;1–48.
Level evidence I, Rekomendasi A
2
1
1. POGI. PNPK Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia. 2016;1–48.
Tatalaksana
2
1. Panduan Praktik Klinis Obstetri dan Ginekologis. 2018. Bandung: Departemen SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas 2
Padjadjaran/RSUP DR Hasan Sadikin.
Tatalaksana
Cara terminasi kehamilan
Belum inpartu :
1. Induksi persalinan : Amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat skor Bishop > 6
2. Seksio sesarea, bila :
a. Syarat tetes oksitosin tidak dipenuhi atau adanya kontraindikasi tetes oksitosin.
b. 8 jam sejak dimulainya tetes oksitosin belum masuk fase aktif. Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan
terminasi dengan seksio sesarea.
Sudah inpartu :
Kala I
Fase laten: Amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat skor Bishop > 6.
Fase aktif:
1. Amniotomi
2. Bila his tidak adekuat, diberikan tetes oksitosin.
3. Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap, pertimbangkan seksio sesarea.
Catatan: amniotomi dan tetes oksitosin dilakukan sekurang-
kurangnya 15 menit setelah pemberian pengobatan medisinal.
Kala II :
Pada persalinan pervaginam, maka kala II diselesaikan dengan partus buatan.
2
1. Panduan Praktik Klinis Obstetri dan Ginekologis. 2015. Bandung: Departemen SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas 3
Padjadjaran/RSUP DR Hasan Sadikin.
Tatalaksana
Pemberian MgSO4
2
1. POGI. PNPK Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia. 2016;1–48.
2. Cunningham, F. G., et.al. Williams Obstetrics (25th Edition ed.). New York: The McGraw-Hill Companies.
4
Tatalaksana
Pemberian MgSO4
Pemberian IV terus menerus menggunakan infusion pump:
Dosis awal- 4 gr MgSO4 20% (20cc) dilarutkan dalam 100 cc RL atau Ringer Dextrose selama 15-20 menit
Dosis rumatan- 10 gr MgSO4 20% dalam 500cc RL/RD dengan kecepatan 1-2 gr/ jam
Pemberian IM berkala:
Dosis awal- 4 gr MgSO4 20% (20 cc) IV dengan kecepatan 1 grr/menit
Dosis rumatan- 4 gr MgSO4 40% (10 cc) IM setiap 4 jam. Tambahkan 1 cc Lidokain 2% setiap pemberian IM untuk mengurangi nyeri
dan panas
Syarat pemberian MgSo4:
Adanya antidotum : kalsium glukonas 10% (1 gr dalam 10cc)
Frekuensi pernapasan > 16x/menit
Produksi urin > 30 cc/ jam (>0,5 cc/kgBB/jam)
Refleks patella positif
MgSO4 dapat dihentikan bila:
Adanya tanda-tanda intoksikasi
Setelah 24 jam pascasalin
Dalam jam pascasalin terjadi perbaikan (normotensif)
Diazepam dapat diberikan jika tidak tersedia MgSO4 dengan dosis 10 mg IV dapat diulang dalam 6 jam. 2
5
1. Martaadisoebrata, D, Wirakusuhmah F, F, Efendi J, S. Obstetri patologi: ilmu kesehatan reproduksi. Ed 3. Jakarta: EGC. 2013.
Tatalaksana
Pemberian Antihipertensi
Level evidence I, Rekomendasi A
Target penurunan TD <160/100 mmHg dengan pemberian
obat lini pertama ialdah nifedipin oral short acting (CCB),
Indikasi utama pemberian obat hidrazaline, dan labetalol (Beta blocker)
antihipertensi ialah untuk keselamatan Level evidence II, Rekomendasi A
ibu dan mencegah penyakit Direkomendasikan pada preeklampsia dengan hipertensi
serebrovaksular. Golongan penghambat berat atau tekanan darah ≥160/110 mmHg
Level evidence I, Rekomendasi B
ACE dan ARB kontraindikasi selama
Alternatif obat antihipertensi ialah nitrogliserinm, metildopa
kehamilan. Dapat menyebabkan defek (alpha agonist), dan labetalol
pada ginjal, anuria, dan kematian janin. Nifedipin : 10 mg setiap 30 menit (maksimal 120
Diuretik (furosemide) harus dihindari mg/hari) tidak boleh diberikan sublingual
dikarenakan dapat menyebabkan Hidrazalin : 2 mg IV dilanjutkan 100 mg dalam 500
cc NaCl secara titrasi
retardasi pertumbuhan, bradikardia, dan
Labetalol : 20 mg bolus IV dengan evaluasi selama
hipoglikemia pada neonatus. 10 menit, jika tidak turun dapat diulangi dengan 40
mg lalu 80 mg setiap 10 menit (maksimal 220 mg)
2
6
1. POGI. PNPK Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia. 2016;1–48.
Tatalaksana
Pemberian Kortikosteroid
Indikasi pemberian kardiotonika ialah, bila ada tanda-tanda payah jantung. Jenis
kardiotonika yang diberikan: Cedilanid-D
Perawatan dilakukan bersama dengan Sub Bagian Penyakit Jantung
Obat lain-lain
a. Obat-obat antipiretik
Diberikan bila suhu rektal di atas 38,5 °C.
Dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol
b. Antibiotika
Diberikan atas indikasi
c. Antinyeri
Bila pasien gelisah karena kontraksi rahim dapat diberikan
petidin HCl 50-75 mg sekali saja
2
1. Panduan Praktik Klinis Obstetri dan Ginekologis. 2015. Bandung: Departemen SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas 8
Padjadjaran/RSUP DR Hasan Sadikin.
Tatalaksana
Tatalaksana Eclampsia
2
9
1. Martaadisoebrata, D, Wirakusuhmah F, F, Efendi J, S. Obstetri patologi: ilmu kesehatan reproduksi. Ed 3. Jakarta: EGC. 2013.
Tatalaksana
Tatalaksana Eclampsia
3
1. Panduan Praktik Klinis Obstetri dan Ginekologis. 2018. Bandung: Departemen SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas 0
Padjadjaran/RSUP DR Hasan Sadikin.
Konseling
Informasi
Edukasi
◂ Kematian ibu disebabkan oleh hipertensi dalam kehamilan (HDK) secara global menempati nomor
dua setelah kasus perdarahan
◂ Pada wanita yang ingin merencanakan kehamilan terlebih dahulu untuk melakukan konseling
kepada dokter saat preconception care maupun kunjungan prenatal, apakah memiliki risiko sedang
atau risiko tinggi preeklampsia.
◂ Memberikan pengertian tentang preeclampsia, Risiko kepada ibu (kejang, stroke, kerusakan organ,
mortalitas), Risiko kepada janin (premature, mortalitas), tanda dan gejala preeclampsia
◂ Selain itu perlu dilakukan pencegahan baik pencegahan primer, sekunder, maupun tersier.
3
1
1. Cunningham, F. G., et.al. Williams Obstetrics (25th Edition ed.). New York: The McGraw-Hill Companies.
Konseling
Informasi
Edukasi
Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan salah satu pencegahan lini
pertama dan menghindari terjadinya penyakit.
Pencegahan ini perlu dilakukan skrining risiko terjadinya
preeklampsia untuk setiap wanita sejak hamil (Level
evidence IIb, Rekomendasi C). Pemeriksan skrining
preeklampsia selain menggunakan riwayat medis pasien
seperti penggunaan biomarker dan USG Doppler Velocimetry
masih belum dapat direkomendasikan secara rutin (Level
evidence IIb, Rekomendasi C).
3
2
1. POGI. PNPK Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia. 2016;1–48.
Konseling
Informasi
Edukasi
Pencegahan Sekunder
Istirahat
Tidak direkomendasikan pada pencegahan primer dan untuk memperbaiki luaran wanita
hamil pada hipertensi (Level evidence III, Rekomendasi C).
Restriksi
Garam garam
Pembatatasan selama kehamilan tidak
direkomandasikan (Level evidence II, Rekomendasi C).
Aspirin Dosis
Rendah
Penggunaan aspirin (mengambat bioseintesis platelet thromboxane A2) dosis rendah (75
mg/hari) direkomendasikan pada pasien risiko tinggi preeklampsia (Level evidence II,
Rekomendasi A). Dan digunakan sebelum usia kehamilan 20 minggu (Level evidence
III, Rekomendasi C). Penggunaan low-molecular-weight-heparin (LMWH) dapat
3
dilakukan sebagai profilaksis preeklampsia pada beberapa randomized trial. 3
1. POGI. PNPK Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia. 2016;1–48.
Konseling
Informasi
Edukasi
Pencegahan Sekunder
Suplementasi
Kalisium
Konsumsi kalsium (minimal 1000 mg/ hari) direkomendasikan terutama pada wanita
wilayah asupan kalsium rendah dan risiko tinggi preeklampsia (Level evidence I,
Rekomendasi A). Penggunan kalsium tidak dapat mencegah preeklampsia
melainkan menurunkan risiko preeklampsia.
Pemberian
Antioksidan
Pemberian vitamin C dan E tidak direkomendasikan untuk diberikan dalam
pencegahan preeklampsia (Level evidence Ia, Rekomendasi A) dikarenakan tidak
menurunkan risiko hipertensi dalam kehamilan, preeklampsia dan eklampsia serta
BBLR, bayi kecil atau kematian perinatal. Statins dapat mencegah preeklampsia
dengan cara menstimulasi ekspresi hemoxygenase-1 dimana menghambat
pembentukan sFlt-1. Metformin menghambat hypoxic inducible factor 1-alpha
dengan cara menurunkan aktivitas rantai transport elektron mitokondria dan
menurunkan aktivitas sFlt-1 dan sEng (data terbatas). 3
4
1. POGI. PNPK Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia. 2016;1–48.
Konseling
Informasi
Edukasi
Pencegahan Sekunder
3
1. Pribadi A. EDITORIAL: Program Akselerasi Penurunan Angka Kematian Ibu POGI Jabar Zero Mother Mortality Preeclampsia (ZOOM). Indones J Obstet
Gynecol Sci. 2018;1(1):1–5.
5
Hatur Nuhun
3
6