Anda di halaman 1dari 10

Permasalahan bentuk badan Usaha dalam uu no 11 tahun 2020 tentang ciptakerDikaitkan

dengan ketentuan Dan teoritis bentuk badan


Usaha (PT)

Nama: Elsa illaila Firdaus


NPM: 201000302
Dosen: Tuti Rastuti,S.H,M.H & Zakki Abdillah,S.H,M.H.
ABSTRAK

DPR bersama Presiden telah resmi mengesahkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja pada tanggal 2 November 2020 dengan LN Nomor 245 dan TLN
Nomor 6573. Salah satu yang menimbulkan polemik di masyarakat diantaranya adalah
mengenai perubahan terhadap beberapa ketentuan yang ada pada Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menegah serta pengaturan tentang bentuk
perseroan baru yaitu Perseroan Mikro dan Kecil.

Kata Kunci: Keabsahan Pendirian Perseroan Mikro dan Kecil, Akibat Hukum


Pendirian Perseroan Mikro dan Kecil
Tinjauan Pustaka

Perseroan Terbatas (PT), dulu disebut juga Naamloze Vennootschaap


(NV), adalah suatu persekutuan untuk menjalankan usaha yang
memiliki modal terdiri dari saham-saham, yang pemiliknya memiliki
bagian sebanyak saham yang dimilikinya. Karena modalnya terdiri
dari saham-saham yang dapat diperjualbelikan, perubahan
kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu membubarkan
perusahaan
Latar Belakang
Latar Belakang

DPR bersama Presiden telah resmi mengesahkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja pada tanggal 2 november 2020 dengan LN Nomor 245 dan TLN
Nomor 6573. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja yang
selanjutnya di sebut UU CIpta Kerja ini berbentuk Omnibus Law yang menyatukan dan
mengamandemen beberapa Undang-Undang sekaligus di dalam suatu Undang-Undang
yang berkaitan dengan pembukaan lapangan kerja. Pengesahan Undang-Undang tersebut
menimbulkan polemik dalam masyarakat karena merupakan suatu hal baru di Indonesia
yang menganut sistem hukum Civil Law, sedangkan Omnibus Law tersebut lazim
digunakan pada sistem hukum Common Law. Salah satu yang menimbulkan polemik di
masyarakat diantaranya adalah mengenai pengaturan tentang Pasal 153J Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, bagian kelima tentang Perseroan
Terbatas.
Identifikasi Masalah

1. Status Badan Hukum Perseroan


2. Pengesampingan Kewajiban PT harus didirikan
oleh dua orang atau lebih
3. Tidak adanya Modal Dasar
Status
1.Status Badan
Badan Hukum
Hukum Perseroan
Perseroan

Perseroan Berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (4) UU PT, Perseroan


memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya keputusan
menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan. Dari ketentuan itu
status badan hukum PT baru diperoleh setelah adanya keputusan dari
menteri.  Ketentuan tersebut dalam UU Cipta Kerja telah diubah.
Berdasarkan Pasal 109 angka 2 UU Cipta Kerja, Perseroan memperoleh
status badan hukum  setelah didaftarkan kepada menteri dan mendapatkan
bukti pendaftaran. Dalam ketentuan UU Cipta Kerja status badan hukum
PT dapat diperoleh setelah melakukan pendaftaran kepada Menteri.
Sehingga tidak perlu menunggu keputusan dari Menteri seperti yang diatur
dalam UU PT.
2. Pengesampingan Kewajiban PT harus didirikan dua orang atau lebih

Menurut Pasal 7 ayat (7) UU PT, menyatakan bahwa ketentuan yang mewajibkan
perseroan didirikan oleh 2 orang atau lebih tidak berlaku bagi:
1. Persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara
2. Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga
penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Tentang Pasar Modal.
Ketentuan tersebut diubah dalam Pasal 109 angka 2 UU Cipta Kerja, menyatakan bahwa
Kewajiban mendirikan PT oleh 2 (dua) orang atau lebih tidak berlaku bagi :
3. Persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara;
4. Badan Usaha Milik Daerah;
5. Badan Usaha Milik Desa;
6. Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga
penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain sesuai dengan Undang-Undang
tentang Pasar Modal atau  Perseroan yang memenuhi kriteria untuk usaha mikro dan
kecil 
3. Tidak Adanya Modal Dasar

Ketentuan modal dasar dalam pendirian PT, baik UU PT dan UU Cipta


Kerja mewajibkan adanya modal dasar. Namun, yang membedakan adalah
ketentuan penyetoran modal dasar PT. Menurut Pasal 32 ayat (1) UU PT,
memberikan batasan minimal modal dasar PT paling sedikit Rp50 juta.
Ketentuan itu diubah dalam Pasal 109 angka  3 UU Cipta Kerja,
menyatakan bahwa PT wajib memiliki modal dasar perseroan dan besaran
modal dasar perseroan tersebut ditentukan berdasarkan keputusan pendiri
perseroan. Sehingga dalam UU Cipta Kerja tidak memberikan batasan
minimal modal dasar PT sebagaimana diatur dalam UU PT. 
Kesimpulan
Menganalisis problem krusial di dalam substansi UU Cipta Kerja, khususnya di bidang-bidang
yang berdampak pada aspek sosial dan lingkungan saya memberikan rekomendasikan adanya
perbaikan substansi. Perbaikan substansi dapat dilakukan melalui keterlibatan semua pihak
secara bertahap, pertama oleh Presiden (executive review) dan selanjutnya DPR (legislative
review) sebagai wujud tanggungjawab karena menghasilkan UU yang bermasalah secara
substansi. Selain itu tentunya keterlibatan publik yang lebih luas untuk mewacanakan hukum
yang berkeadilan sesuai dengan amanat konstitusi maupun MK dalam porsinya masingmasing
melalui judicial review.
Saran

Sekian yang dapat saya sampaikan apabila ada salah kata dapat dimaafkan
wibllah taufik walidayah wassallamualaikum wr wb
Link youtube :

THANK FOR WATCHING

Anda mungkin juga menyukai