Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN

BPH (BENIGNA PROSTAT


HIPERPLASIA)

Disusun Oleh : Kelompok 14


Disusun Oleh Kelompok 14 :

• 1.Emilianynovia Putri (1911050) AKTIF


• 2.Muliaty Manurung (1911094) AKTIF
• 3.wahyuni Alanisa(1911180) TIDAK AKTIF
Definisi BPH (Benigna Prostat Hiperplasia)

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) dapat


didefinisikan sebagai pembesaran kelenjar prostat yang
memanjang ke atas, ke dalam kandung kemih, yang
menghambat aliran urin, serta menutupi orifisium uretra
(Roehrborn, 2011).
Etiologi:
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui secara
pasti, tetapi ada beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya
hyperplasia prostat, yaitu sebagai berikut (Basuki, 2011):
•Proses penuaan dan adanya sirkulasi androgen membutuhkan perkembangan BPH
•Dihydrostestosteron, peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen
menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat yang mengalami hiperplasi
•Bentuk nodular jaringan prostat mengalami pembesran
•Normalnya jaringan yang tipis dan fibrous pada permukaan kapsul prostat menjadi
spons menebal dan membesar
•Uretra prostatic menjadi tertekan dan sempit menyebabkan kandung kemih
menjdai kencang untuk bekerja lebih keras mengeluarkan urine
•Efek obstruksi yang lama menyebabkan tegangan dinding kandung kemih dan
menurun dari elastisitasnya
Klasifikasi BPH (Benigna Prostat Hiperplasia)
1. Stadium I: Ada obstruktif tapi kandung kemih masih mampu
mengeluarkan urine sampai habis. 
2. Stadium II: Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu
mengeluarkan urine walaupun tidak sampai habis, masih tersisa
kira-kira 60-150 cc. Ada rasa ridak enak BAK atau disuria dan
menjadi nocturia.
3. Stadium III : Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.
4. Stadium IV: Retensi urine total, buli-buli penuh pasien tampak
kesakitan, urine menetes secara periodik (over flowin kontinen).
(Roehrborn, 2011)
Patofisiologi
Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, maka akan
terjadi penyempitan lumen uretra prostatika dan akan menghambat
aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intra
vesikel. Untuk dapat mengeluarkan urine buli-buli harus
berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan tersebut, sehingga
akan terjadi resistensi pada buli-buli dan daerah prostat meningkat,
serta otot detrusor menebal dan meregang sehingga timbul sakulasi
atau divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut fase
kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi
lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi
untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urine (Basuki, 2011).
Manifestasi Klinis

• Gejala obstruksi, hesitensi, ukurannya mengecil dan


menekan pengeluaran urine, adanya perasaan ingin
berkemih tidak tuntas, dan retensi urine (Nursalam,
2008)
• Terdapat gejala iritasi, berkemih mendadak, sering dan
nokturia (Nursalam, 2008)
Komplikasi
• Retensi urin
• Infeksi saluran kemih
• Involusi kontraksi kandung kemih
• Refluk kandung kemih
• Hidroureter dan hidronefrosis
• Gagal ginjal
• Hematuri
• Hernia atau hemoroid
Operasi:
Penatalaksanaan 1.Pembedahan
2. Pembedahan Terbuka
3. Pembedahan Endourologi
4. TURP (Trausetra Reseksi Prostat)
5. Elektrovaporasi Prostat
Terapi: 6. Laser prostatektomi
1.Watchful waiting 7. Tindakan invasive minimal
2. Medikamnetosa 8. Termoterapi
9. TUNA (Transuretrhal needle ablation of
the prostate)
10. Stent
11. HIFU (High intensity focused
ultrasound)
12. Control berkala
Pemeriksaan Diagnostik
• Pemeriksaan rectal
• Urinalisis
• Serum kreatinin dan BUN
• Serum PSA
• Radiologis
• Pemeriksaan darah lengkap
• Residual Urine
• Urodynamic.
• USG.
• Cytourethroscope
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
• Identitas Klien: Nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan,
alamat.
• Keluhan Utama: Keluhan yang diungkapkan klien pada umumnya yaitu adanya
rasa nyeri. Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing. Hesitansi yaitu memulai
kencing yang lama dan seringkali disertai dengan mengejan.
• Riwayat Kesehatan: riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu,
riwayat kesehatan keluarga.
• Pola Fungsi Kesehatan: Pola Manajement Kesehatan Presepsi Kesehatan, Pola
Nutrisi dan Metabolisme, Pola Eliminasi, Pola aktivitas latihan, Pola istirahat
tidur, Pola Presepsi kongnitif, Pola konsep diri presepsi diri, Pola hubungan
peran, Pola reproduksi seksual, Pola terhadap stres dan koping, Pola keyakinan
nilai.
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan Umum: Keadaan penyakit, kesadaran, suara bicara, status/ habitus, pernafasan,
tekanan darah, suhu tubuh, nadi.
• Sistem Pernafasan (BI): Pada pemeriksaan ini kaji bentuk bagaimana, apakah ada
pencembungan atau penarikan. Pergerakan bagaimana, suara nafasnya. Apakah ada suara
nafas tambahan seperti ronchi , wheezing.
• Sistem Kardiovaskuler (B2): Bagaimana pulsasi jantung (tampak atau
tidak).Bagaimana dengan iktus atau getarannya.
• Sistem Persyarafan (B3): Pada daerah kaudal akan mengalami kelumpuhan (relaksasi
otot) dan mati rasa karena pengaruh anasthesi SAB
• Sistem Perkemihan (B4): Setelah dilakukan tindakan TURP klien akan mengalami
hematuri . Retensi dapat terjadi bila kateter tersumbat bekuan darah.
• Sistem Pencernaan (B5): Bagaimana bentuk abdomen. Pada klien dengan keluhan
retensi umumnya ada penonjolan kandung kemih pada supra pubik. Apakah ada nyeri
tekan, turgornya bagaimana. Pada klien biasanya terdapat hernia atau hemoroid.
• Sistem Muskoloskletal (B6): Apakah ada pembengkakan pada sendi. . Pada sekitar
pemasangan infus ada tanda – tanda infeksi seperti merah atau bengkak atau nyeri tekan.
Bentuk tulang belakang bagaimana
Pemeriksaan Penunjang:
• Pemeriksaan  Laboratorium
• Pemeriksaan  Uroflowmetri
• Pemeriksaan  Imaging  dan  Rontgenologik
• Pemeriksaan CT- Scan dan MRI
• Pemeriksaan sistografi
Diagnosa Keperawatan
• Nyeri Akut b/d agens-agens penyebab cedera karena adaya pembesaran kelenjar
prostat.
• Retensi Urin b/d peningkatan tekanan ureter dan ketidakmampuan kandung
kemih untuk berkontraksi secara adekuat.
• Gangguan Eliminasi Urin b/d obstruksi anatomik yg abnormal karena adanya
pembesaran kelenjar prostat
• Gangguan Pola Tidur b/d sering terbagun di malam hari karena adanya gangguan
eliminasi urin (Retensi Urin)
• Ansietas b/d perubahan status kesehatan karena penyakit BPH (Benigna Prostat
Hiperplasia)
• Kurang Pengetahuan b/d kondisi prognosis penyakit dan kebutuhan pengobatan
BPH (Benigna Prostat Hiperplasia)
(NANDA NIC NOC, 2014)
Diagnosa Keperawatan Pre Operatif

1. Retensi Urin b/d ketidakmampuan kandung kemih untuk berkontraksi


secara adekuat.
2. Gangguan Eliminasi urin b/d obstruksi anatomik yg abnormal karena
adanya pembesaran kelenjar prostat
3. Gangguan Pola Tidur b/d sering terbagun di malam hari karena adanya
gangguan eliminasi urin (Retensi Urin)
(NANDA NIC NOC, 2014)
Diagnosa Keperawatan Intra Operatif

• Ansietas b/d tindakan operatif pembedahan kelenjar prostat


• Ketakutan b/d prosedur invasive pembedahan kelenjar
prostat
(NANDA NIC NOC, 2014)
Diagnosa Keperawatan Post Operatif
• Nyeri Akut b/d agens-agens penyebab cedera karena adanya tindakan
pembedahan
• Hambatan Mobilisasi Fisik b/d penurunan kekuatan, kendali atau masa otot
karena pembedahan kelenjar prostat
• Defisit Perawatan Diri b/d kelemahan akibat adanya tindakan pembedahan
prostat.
• Kurang Pengetahuan b/d prosedur infasif akibat adanya pembedahan kelenjar
prostat
• Resiko Kekurangan Volume Cairan b/d kehilangan volume cairan aktif karena
adanya perdarahan post operasi prostat
• Resiko Disfungsi Seksual b/d perubahan structur atau fungsi tubuh akibat
adanya pembedahan prostat
• Resiko Infeksi b/d masuknya organisme atau adanya prosedur invasive pada
pembedahan prostat.
• Resiko Cedera b/d penurunan kesadaran akibat tindakan operasi
(NANDA NIC NOC, 2014)
SEKIAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai