Anda di halaman 1dari 54

MANAJEMEN KEMOTERAPI

PADA HEAD & NECK CANCER


Oleh :
Joyo Wardoyo

Pembimbing :
Dr. Dwi Antono, Sp.THT-KL(K)

BAGIAN IK THT- KL FK UNDIP / KSM KTHT- KL


RSUP Dr. KARIADI SEMARANG
2020
Pendahuluan
Epidemiologi kanker kepala leher

Angka • Insidensi 890.000


kejadian • Angka kematian 250.000
tahun 2018

• Usia tua
Faktor risiko • Penggunaan rokok/alcohol
• Infeksi HPV, terutama HPV 16
HPV dan kanker kepala leher

Identifikasi hubungan
Peningkatan HPV dengan kanker Peningkatan evaluasi
kewaspadaan kepala leher diagnosis HPV

Peningkatan diagnosis kanker orofaringeal positif


HPV naik dari 16,3% pada tahun 1980-an menjadi
72,7% pada tahun 2000-an di Amerika
Prognosis pada kanker orofaring positif HPV

Efektivitas vaksinasi HPV profilaksis untuk kanker orofaring tidak begitu jelas
dibandingkan terhadap kanker serviks atau kanker anogenital.

Prognosis kanker orofaring positif Kesintasan pasien juga


HPV lebih baik daripada yang dapat ditingkatkan melalui
HPV negatif
• Cara pemberian radioterapi
• Lebih respon terhadap
• Pemberian terapi sistemik
kemoterapi dan radioterapi radiosensitizing dengan
• Kondisi pasien lebih baik radioterapi definitif
• Komorbid lebih sedikit (kemoradioterapi) secara
bersamaan
Jenis dan lokasi kanker kepala leher

Jenis keganasan yang paling sering terjadi adalah


karsinoma sel skuamosa

Sel kanker tersebut dari permukaan mukosa dari empat


lokasi anatomi utama, antara lain rongga mulut, rongga
sinonasal, faring, dan laring.
Dampak kanker kepala leher

• Kesulitan dan nyeri saat


Tumor primer pada menelan
kepala dan leher • Penurunan berat badan
yang signifikan

Karsinoma pada
• Obstruksi jalan napas yang
hipofaring dan membutuhkan trakeostomi.
laring
Manajemen Kemoterapi pada Kanker
Kepala Leher
Pencitraan awal pada kanker kepala leher

MRI CT-scan
• Lebih dipilih pada pasien dengan • Komplemen MRI untuk
gejala saraf kranial mengevaluasi erosi tulang atau
• Untuk mengevaluasi keterlibatan invasi kartilago
saraf kranial pada tumor yang • Evaluasi erosi tulang kortikal atau
terdapat di dasar tengkorak invasi periosteal
• Evaluasi invasi sumsum tulang
pada kanker rongga mulut
FDG-PET/CT

Evaluasi nodus limfa dapat menggunakan CT scan


maupun MRI.

FDG-PET/CT lebih akurat dalam mengevaluasi kelenjar


limfa.

Dalam sebuah studi meta-analisis, spesifitas dan


sensitivitas FDG-PET/CT dalam mengevaluasi metastasis
nodus sebesar 91% dan 87%.
Pencitraan pada kasus metastasis

Apabila terdapat indikasi metastasis pada organ tertentu,


dapat dilakukan pemeriksaan CT scan atau MRI
langsung pada organ terkait

Jika terdapat kecurigaan adanya metastasis jauh, dapat


dilakukan CT scan thoraks atau FDG-PET/CT
Pilihan terapi pada kanker kepala leher

Savvides P. The role of chemotherapy in the management of patients with head and neck cancer. Seminars in Plastic
Surgery 2010;24(2):137-47
Pilihan terapi pada kanker kepala leher

• Tumor itu sendiri


Pilihan terapi pembedahan, • Lokasi
radiasi, dan/atau kemoterapi • Pendekatan dengan preservasi organ mungkin untuk
sangat bergantung:
dilakukan

Pilihan terapi utama dari • Terapi pembedahan dengan bantuan laser transoral yang
keganasan primer dan
diikuti dengan radioterapi merupakan tatalaksana umum
sekunder, dan juga penyakit pada karsinoma orofaring, hipofaring, dan supraglotik
rekuren adalah terapi stadium dini
pembedahan
Tujuan terapi pembedahan

Mencapai negative surgical margins

Sulit dicapai

Radiokemoterapi primer merupakan alternatif tatalaksana


pada kanker kepala leher stadium lanjut
Kanker Kepala Leher yang Berkaitan dengan
HPV
 Data yang ada saat ini masih kurang cukup untuk dapat memberikan
rekomendasi adanya perubahan tatalaksana kasus penyakit kanker kepala leher
yang berhubungan dengan HPV.
 Sstudi pada 4443 pasien dengan kanker orofaring positif HPV menunjukkan
bahwa pengelompokkan atau stratifikasi menjadi kelompok stadium
penyakit menurut AJCC-UICC staging manual edisi kedelapan dengan tujuan
terapi justru menyebabkan undertreatment dan luaran yang lebih buruk.
Kanker Kepala Leher yang Berkaitan dengan
HPV
Pasien dengan Radioterapi definitif saja menunjukkan penurunan kesintasan, bila
penyakit dibandingkan dengan pasien yang menjalani kemoradioterapi, pembedahan
stadium I dengan radioterapi adjuvan, atau pembedahan dengan kemoradioterapi
adjuvan.

Pasien dengan Pembedahan saja atau radioterapi saja memiliki kesintasan yang lebih buruk
penyakit daripada yang mendapat kemoradioterapi.
stadium II

Pasien dengan Kemoradioterapi saja memiliki kesintasan yang lebih buruk daripada yang
penyakit terlebih dulu dilakukan pembedahan, dilanjutkan dengan kemoradioterapi
stadium III
Kanker Kepala Leher yang Berkaitan dengan
HPV

Pasien dengan karsinoma orofaring HPV positif ganas lokal


memiliki laju kesintasan jangka panjang yang tinggi, sehingga
masalah morbiditas dan kualitas hidup menjadi sorotan utama.

• Pembedahan terlebih dahulu dapat mengurangi total radioterapi yang juga


berpotensi mengurangi efek toksik jangka panjang.
• Untuk mengurangi efek toksik jangka panjang dengan tetap menjaga kesintasan
secara keseluruhan, pada pasien yang respon terhadap kemoterapi induksi
direkomendasikan untuk menurunkan dosis atau dosis dan volume radiasi
secara selektif
Kanker Kepala Leher Stadium Awal

±30-40% pasien stadium I • Hal ini dapat meningkatkan kontrol tumor dan
atau II dapat disembuhkan
dengan tatalaksana bedah
laju kesintasan jangka panjang hingga 70-90%
atau radioterapi saja pada pasien stadium awal

Teknik baru meningkatkan • Bedah robotik untuk kanker orofaring


kemungkinan terjaganya • Bedah mikro dengan laser yang minimal invasif
fungsi untuk kanker laring dan hipofaring
Kanker Kepala Leher Stadium Awal

Kanker rongga mulut


• Terapi pembedahan karena dapat dengan mudah diakses secara transoral, dan
berkaitan dengan tingginya laju kesembuhan dan penurunan morbiditas.

Kanker orofaring
• Bedah primer atau radioterapi, dimana radioterapi berperan dalam menjaga keutuhan
fungsi laring pada pasien dengan kanker laring.

Kanker sinus paranasal


• Terapi pembedahan
Kanker Kepala Leher Stadium Awal

Perlu juga diperhatikan kemunkinan terjadinya metastasis melalui aliran limfatik

Diseksi leher selektif yang Diseksi leher elektif dengan


Radioterapi profilaksis
terbatas dalam pengangkatan pengangkatan nodus yang
nodus limfe servikal lebih luas pada leher

Menurunkan risiko rekurensi dan penyebaran ke lokasi nodus, baik ipsilateral atau
bilateral, dengan terapi yang tetap disesuaikan dengan lokasi kanker primernya
Kanker Kepala Leher Lokal Stadium Lanjut atau Locally Advanced
Head and Neck Squamous Cell Carcinomas (LAHNSCC)

Lebih dari 60% pasien dengan karsinoma sel skuamosa kepala leher tampil
pada stadium III atau IV.

Keganasan lokal ini menyebabkan risiko tinggi terjadinya rekurensi lokal,


hingga 15-40% dan metastasis yang jauh dengan prognosis yang buruk,
sekitar <50% pada 5-year overall survival.

Pendekatan multimodal terbukti meningkatkan laju kesembuhan dalam dua


dekade terakhir, yang juga mampu menjaga fungsi dan kualitas hidup pasien.
Pendekatan klinis dalam terapi awal kanker
kepala leher local stadium lanjut

Pembedahan yang dilakukan bersama dengan kemoradiasi berbasis


platinum

Pembedahan diseksi leher dan rekonstruksi, diikuti dengan radiasi adjuvant atau
kemoradiasi, bergantung pada faktor risiko pasien

Kemoterapi induksi diikuti dengan kemoradiasi definitif dan/atau pembedahan.


Alur diagnosis dan tatalaksana pada kanker kepala leher stadium lanjut
yang baru terdiagnosis atau unresectable nodal disease atau tidak dapat
menjalani pembedahan

Pfister DG, Spencer S, Adelstein D, Adkins D, Anzai Y, Brizel DM, et al. Head and neck cancers, version 2.2020. J
Natl Com- pr Canc Netw 2020;18(7):873-98
Alur diagnosis dan tatalaksana pada kanker kepala leher stadium lanjut
yang bermetastasis saat awal (M1)

Pfister DG, Spencer S, Adelstein D, Adkins D, Anzai Y, Brizel DM, et al. Head and neck cancers, version 2.2020. J
Natl Com- pr Canc Netw 2020;18(7):873-98
Kanker Kepala Leher Lokal Stadium Lanjut atau Locally
Advanced Head and Neck Squamous Cell Carcinomas
(LAHNSCC)
Kanker rongga mulut Kanker di lokasi lain
• Terapi pembedahan • Pembedahan pada tumor berukuran kecil
dengan diseksi leher yang mudah diakses.
elektif, diikuti dengan • Pembedahan dapat dipertimbangkan pada
radioterapi adjuvan atau tumor yang dapat direseksi, yang memiliki
kemoradioterapi, sesuai respon buruk terhadap kemoterapi induksi
dengan penilaian • Bedah dengan tujuan penyelamatan pada
terhadap adanya risiko penyakit yang persisten atau rekuren setelah
tinggi. kemoradioterapi definitif.
Kanker Kepala Leher Lokal Stadium Lanjut atau Locally
Advanced Head and Neck Squamous Cell Carcinomas
(LAHNSCC)

Kemoterapi mempunyai peran yang sangat


penting dalam tatalaksana LAHNSCC

Definitif Adjuvan Neo-adjuvan


Kanker Kepala Leher Lokal Stadium Lanjut atau Locally
Advanced Head and Neck Squamous Cell Carcinomas
(LAHNSCC)
 Pembedahan yang diikuti dengan radioterapi merupakan tatalaksana standar dari
karsinoma sel skuamosa kepala leher lokal stadium lanjut yang dapat direseksi
(LAHNSCC).

Namun, kejadian relaps


lokoregional dan metastasis jauh
Untuk mengatasi masalah ini,
cukup tinggi, yaitu 30% dan 25%
diperkenalkan peran kemoterapi
pasien, bahkan setelah pembedahan
sebagai terapi dari LAHNSCC.
dan radioterapi, dengan 5-year
survival yang buruk, yaitu <40%.
Kanker Kepala Leher Lokal Stadium Lanjut atau Locally Advanced
Head and Neck Squamous Cell Carcinomas (LAHNSCC)

Ketika reseksi bedah kurang mungkin dilakukan atau akan menghasilkan luaran
fungsional jangka panjang yang lebih buruk, kemoradioterapi menjadi pilihan terapi
kuratif.

• Studi MACH-NC (9.248 pasien) dengan LAHNSCC, baik yang dapat direseksi maupun
tidak dapat direseksi, menyatakan bahwa pemberian kemoterapi secara bersamaan
dengan radioterapi menunjukkan penurunan absolut dalam mortalitas 5 tahun hingga
6,5 persen dan penurunan laju kegagalan lokoregional dengan kemoradioterapi
dibandingkan dengan terapi lokal saja.

Walaupun peran kemoterapi atau kemoradioterapi sebagai tatalaksana LAHNSCC sudah


diakui, namun masalah penjadwalan dan waktunya masih dalam perdebatan.
Terapi sistemik primer + radioterapi bersamaan
Regimen terplilih Rekomendasi regimen Dapat berguna pada kondisi
lainnya tertentu
 Cisplatin dosis tinggi  5-FU/hidroksiurea  Pada kanker sinus
(kategori 1) (kategori 2B) etmoid/maksila:
 Carboplatin/infusional  Karboplatin/paclitaxel - Karboplatin/etoposide
5-FU (kategori 1) (kategori 2B)  radioterapi
 Cetuximab (kategori 2B) bersamaan
 Cisplatin/infusional 5- - Cisplatin/etoposide 
FU (kategori 2B) radioterapi bersamaan
 Cisplatin/paclitaxel - Siklofosfamid /

Tatalaksana definitif primer


(kategori 2B) doxorubisin /
 2
Cisplatin 40 mg/m setiap vincristine (kategori

pada kanker kepala leher minggu (kategori 2B)


Terapi sistemik postoperatif atau radioterapi
2B)

non-nasofaringeal Regimen terplilih Rekomendasi


lainnya
regimen Dapat berguna pada kondisi
tertentu
Cisplatin (kategori 1 untuk Tidak ada Docetaxel/cetuximab
risiko tinggi kanker non- (kategori 2B)
orofaring)
Terapi sistemik induksi atau sekuensial
Regimen terplilih Rekomendasi regimen
lainnya
Docetaxel/cisplatin/5-FU Paclitaxel/cisplatin/infusional
(kategori 1 bila induksi 5-FU
dipilih)
Terapi sistemik atau radioterapi setelah terapi infuksi, atau kombinasi kemoterapi untuk
penyakit rekuren atau persisten
Regimen terplilih Rekomendasi regimen
lainnya
Pfister DG, Spencer S, Adelstein D, Adkins D,
 Carboplatin dan Cetuximab dan radioterapi
Anzai Y, Brizel DM, et al. Head and neck cancers,
radioterapi bersamaan setiap minggu
version 2.2020. J Natl Com- pr Canc Netw
2020;18(7):873-98.
Tatalaksana untuk kanker
kepala leher non-
nasofaringeal yang rekuren,
tidak dapat direseksi, atau
metastasis (tanpa ada pilihan
pembedahan atau
radioterapi)

Pfister DG, Spencer S, Adelstein D, Adkins D,


Anzai Y, Brizel DM, et al. Head and neck cancers,
version 2.2020. J Natl Com- pr Canc Netw
2020;18(7):873-98.
Setting Regimen Dosis
Kemoterapi TPF (regimen Docetaxel 75 mg/m2 + cisplatin 100 mg/m 2 pada
induksi US) hari pertama diikuti dengan infus kontinyu 5FU
1000 mg/m2/hari selama 4 hari setiap 3 minggu
untuk 3 siklus
Dosis regimen standar terapi TPF (regimen Docetaxel 75 mg/m2 + cisplatin 75 mg/m2 pada hari
Eropa) pertama diikuti dengan infus kontinyu 5FU 750
sistemik HNSCC mg/m2/hari selama 5 hari setiap 3 minggu untuk 3
siklus
Kemoradioterapi/ Cisplatin Cisplatin 100 mg/m2 pada hari ke-1, 22, dan 43
bioradioterapi selama radioterapi standard (atau pada hari ke-1 dan
primer 22 pada radioterapi akselerasi)
Carboplatin/5FU Carboplatin 70 mg/m2 pada hari 1-4, infus kontinyu
5FU 600 mg/m2/hari pada hari 1-4 di minggu 1, 4,
dan 7 selama radioterapi
Cetuximab Cetuximab 400 mg/m2 1 minggu sebelum memulai
radioterapi dan diberikan 250 mg/m 2 tiap minggu
selama radioterapi
Kemoradioterapi Cisplatin Cisplatin 100 mg/m2 pada hari ke-1, 22, dan 43
post-operatif selama radioterapi
Cisplatin 50 mg setiap minggu
Kasus rekuren/ Pembrolizumab Pembrolizumab 200 mg setiap 3 minggu
metastasis untuk
paliatif, lini
pertama
Platinum, 5FU, Cisplatin 100 mg/m2 atau carboplatin AUC (area
dan under the curve) 5 pada hari pertama, ditambah 5FU
pembrolizumab 1000 mg/m2/hari pada hari 1-4 setiap 3 minggu
dengan maksimum 6 siklus dan pembrolizumab 200

Oosting SF, Haddad RI. Best practice in systemic mg tiap 3 minggu


EXTREME Cisplatin 100 mg/m2 atau carboplatin AUC (area
therapy for head and neck squamous cell
under the curve) 5 pada hari pertama, ditambah 5FU
carcinoma. Front Oncol 2019;9:815
1000 mg/m2/hari pada hari 1-4 setiap 3 minggu
Kanker Kepala Leher Lokal Stadium Lanjut atau Locally Advanced
Head and Neck Squamous Cell Carcinomas (LAHNSCC)

Pemberian cisplatin dosis tinggi post-operasi bersama dengan radioterapi terbukti lebih
efektif daripada pemberian radioterapi saja.

Meta-analisis oleh Bernier, et al menunjukkan terapi radiasi kombinasi bersama dengan 5-


fluorouracil (5-FU), cisplatin, carboplatin, dan mitomycin C sebagai regimen tunggal atau
kombinasi 5-FU dengan obat lain menghasilkan kesintasan yang tinggi.

Cisplatin dapat diberikan bersama dengan regimen empat obat yang terdiri dari antagonis
reseptor neurokinin 1, antagonis reseptor serotonin, deksametason, dan olanzapin.
Kanker Kepala Leher Lokal Stadium Lanjut atau Locally Advanced
Head and Neck Squamous Cell Carcinomas (LAHNSCC)

Persiapan pasien sebelum terapi


Efek samping cisplatin
cisplatin
• Emesis • Audiometri
• Toksisitas renal • EKG
• Gangguan pendengaran • Klirens kreatinin ≥ 60 ml/menit
• Neuropati • Hidrasi intravena adekuat selama 2-
• Masalah kardiovaskular 12 jam sebelum hingga 6 jam
• Alergi sesudah
• Diuresis dapat dibantu
menggunakan mannitol atau agen
diuretik lain.
Kanker Kepala Leher Lokal Stadium Lanjut atau Locally Advanced
Head and Neck Squamous Cell Carcinomas (LAHNSCC)

Kombinasi 5-FU dengan cetuximab menjadi alternatif baru pada pasien


yang tidak dapat tertangani dengan regimen lini pertama.

Cetuximab

• Kemoterapi lini pertama kasus berulang atau metastasis


• Lini kedua kasus yang refrakter dengan platinum.
Kanker Kepala Leher Lokal Stadium Lanjut atau Locally Advanced
Head and Neck Squamous Cell Carcinomas (LAHNSCC)

Cetuximab yang dikombinasikan dengan radioterapi


menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam
kontrol locoregional dan kesintasan jangka panjang
dibandingkan terapi dengan radioterapi saja.

Setelah kemoterapi induksi, kombinasi cetuximab dan


radioterapi dapat ditoleransi lebih baik dibandingkan
pemberian kemoradioterapi berbasi platinum
Kanker Kepala Leher Lokal Stadium Lanjut atau Locally Advanced
Head and Neck Squamous Cell Carcinomas (LAHNSCC)

Efek samping cetuximab


Reaksi anafilaktik  antihistamin
Hipomagnesemia (pada pasien yang
pre-medikasi diikuti dengan test
menerima ≥ 7 infus cetuximab
dose cetuximab 20 mg dalam 10
dengan cisplatin atau carboplatin)
menit dan observasi 30 menit
Kanker Kepala Leher Lokal Stadium Lanjut atau Locally Advanced
Head and Neck Squamous Cell Carcinomas (LAHNSCC)

Pengobatan dengan taxane banyak digunakan pada kemoterapi


induksi.

Baik digunakan pada pasien dengan risiko tinggi relaps


locoregional dan metastasis jauh.

Penambahan taxane (docetaxel and paclitaxel) dapat meningkatkan


responsifitas induksi kemoterapi dengan 5-FU.
Kanker Kepala Leher Lokal Stadium Lanjut atau Locally Advanced
Head and Neck Squamous Cell Carcinomas (LAHNSCC)

Efek samping
Efek samping docetaxel
paclitaxel
• Retensi cairan dan reaksi hipersensitivitas • Neurotoksisitas,
berupa eritema generalis dan hipotensi  terlebih bila
Deksametason selama tiga hari sebelum digunakan bersamaan
pemberian docetaxel dengan agen
• Infeksi neutropeni  antibiotik profilaksis neurotoksik lain
berupa ciprofloxacin 2x500 mg per oral seperti cisplatin.
pada regimen TPF mulai hari ke-5 sampai
15
• Neuropati  perlu evaluasi sebelum dan
sesudah siklus
Kanker Kepala Leher Lokal Stadium Lanjut atau Locally Advanced
Head and Neck Squamous Cell Carcinomas (LAHNSCC)

Pasien risiko tinggi


yang dimaksud
• Pasien dengan T3 atau T4
Pada terapi post-operatif, dapat • Margin positif
diberikan kemoradioterapi adjuvant • Penyebaran extranodal
berupa cisplatin dosis tinggi dan • Invasi
radioterapi (60-66 Gy) sebagai
perineural atau
standard pelayanan pasien HNSCC limfovaskular
risiko tinggi. • Emboli
• Pasien dengan tumor rongga
mulut atau orofaring dengan
level nodus IV atau V
Kanker Kepala Leher Lokal Stadium Lanjut atau Locally Advanced
Head and Neck Squamous Cell Carcinomas (LAHNSCC)

 Modalitas baru terapi HNSCC yang menargetkan komponen


molekular spesifik, seperti EGFR (Epidermal growth factor
receptor) yang terdapat pada lebih dari 90% komponen HNSCC
 EGFR berperan dalam pertumbuhan, angiogenesis, dan invasi sel
tumor.
 Terapi target bekerja dengan menghambat beberapa mekanisme
pertumbuhan tumor tersebut.
Kasus Rekuren atau Metastasis

Sebanyak 65% kasus kanker kepala dan leher


dapat menjadi rekuren atau metastasis.

Pada kasus rekuren lokal yang tidak dapat ditatalaksana dengan


pembedahan, radioterapi, atau kombinasi keduanya memiliki
prognosis yang kurang baik dikarenakan psudah terjadinya
toleransi pada jaringan.

Dapat diberikan agen aktif seperti platinum,


taxane, antifolate, dan cetuximab untuk paliatif.
Kasus Rekuren atau Metastasis

Pemilihan penggunaan satu agen atau kombinasi beberapa agen


berdasarkan pada toksisitas obat, komorbid pasien, umur, gejala, dan
kondisi penyakit (derajat tumor, agen spesifik yang sudah digunakan
dan kombinasinya, interval progresi).

Regimen EXTREME dipertimbangkan sebagai lini pertama kasus


dengan metastasis.
Alur diagnosis dan tatalaksana pada kanker
kepala leher yang rekuren atau persisten

Pfister DG, Spencer S, Adelstein D, Adkins D, Anzai Y, Brizel DM, et al. Head and neck cancers, version 2.2020. J Natl
Com- pr Canc Netw 2020;18(7):873-98.
Alur diagnosis dan tatalaksana pada kanker kepala leher
yang rekuren atau persisten dengan metastasis jauh

Pfister DG, Spencer S, Adelstein D, Adkins D, Anzai Y, Brizel DM, et al. Head and neck cancers, version 2.2020. J Natl
Com- pr Canc Netw 2020;18(7):873-98.
Tatalaksana Nutrisi dan Pelayanan Suportif

Pasien dengan kanker kepala dan leher cenderung mengalami penurunan berat badan
dan dehidrasi.

Oleh karena itu, diperlukan penanganan multidisplin bersama dengan ahli gizi dan ahli
terapi bicara/menelan untuk penanganan jangka panjang.

Pasien dengan penurunan berat badan yang signifikan (5% dalam 1 bulan atau 10%
dalam 6 bulan) membutuhkan evaluasi nutrisi.

Pasien juga memerlukan asesmen nutrisi sebelum dan sesudah diberikan tatalaksana
untuk mengetahui intervensi gizi yang diperlukan
Tatalaksana Nutrisi dan Pelayanan Suportif

Risiko lain yang juga dimiliki oleh pasien kanker kepala dan leher adalah
masalah kesehatan gizi seperti mukositis oral atau kerusakan jaringan akibat
radioterapi.

Mukositis oral dapat menyebabkan nyeri pada mulut saat menelan sehingga
memengaruhi pasien saat makan dan minum

Mukositis oral juga dapat berhubungan dengan adanya penundaan pada terapi
atau meningkatkan lama perawatan di rumah sakit.
Rekomendasi Tatalaksana Nutrisi dan Pelayanan
Suportif

Penggunaan cuci mulut doxepin, difenhidramin-


lidokain-antasida, atau gabapentin untuk nyeri terkait
mukositis oral sesuai dengan indikasi dan toleransi
klinis

Penggunaan NGT pada pasien tertentu yaitu pasien


berisiko tinggi (penurunan berat badan signifikan,
dehidrasi atau disfagia, komorbid yang signifikan,
serta mencegah aspirasi dan masalah menelan lainnya)
Manajemen dan Evaluasi Kesehatan Gigi

Xerostomia yang diinduksi terapi serta disfungsi kelenjar saliva


yang menyebabkan peningkatan karies gigi.

Radioterapi pada jaringan saliva dan mulut berhubungan


dengan demineralisasi dan trismus otot masseter.

Evaluasi dan manajemen dental/oral diperlukan untuk


menurunkan kejadian karies gigi dan masalah lain seperti infeksi
dentoalveolar dan osteoradionecrosis.
Manajemen dan Evaluasi Kesehatan Gigi
Evaluasi gigi post
Evaluasi gigi pre radioterapi
radioterapi
• Eliminasi kemungkinan infeksi • Xerostomia
• Tatalaksana karies gigi • Mencegah trismus
• Penyakit periodontal • Mendeteksi serta
• Kandidiasis oral tatalaksana dini
• Memberi waktu jeda sebelum radioterapi kandidiasis oral
apabila dilakukan pencabutan gigi
• Edukasi pasien mengenai tindakan
pencegahan terkait mulut kering dan
higienitas mulut
Follow-up

Pemeriksaan • Setiap 1-3 bulan pada tahun pertama


• Setiap 2-6 bulan pada tahun kedua
kepala dan • Setiap 4-8 bulan pada tahun 3-5
leher lengkap • Setiap 12 bulan setelah > 5 tahun

• Evaluasi fungsi menelan dan berbicara/mendengar, serta


Pengobatan melakukan rehabilitasi jika terdapat indikasi
suportif dan • Evaluasi nutrisi
• Evaluasi depresi
rehabilitasi • Berhenti merokok dan minum alkohol
Follow-up

Pencitraan sesuai kebutuhan

Thyroid-stimulating hormone (TSH) setiap 6-12 bulan

Pemeriksaan gigi

Monitoring DNA EBV pada kanker nasofaring


Kesimpulan

 Pengobatan kanker kepala dan leher memerlukan keterlibatan tim


multidisplin.
 Sebelum memilih modalitas terapi, diperlukan upaya penegakan
diagnosis yang tepat, salah satunya dengan melakukan pencitraan
untuk mengetahui keparahan penyakit.
 Dalam penanganan kanker kepala dan leher, terdapat beberapa
pilihan terapi yaitu pembedahan, kemoterapi, radioterapi, dan
kemoradioterapi.
Kesimpulan

 Pasien kanker kepala dan leher juga memerlukan terapi nutrisi dan
suportif karena rentan terhadap penurunan berat badan akibat
toksisitas obat yang diterima.
 Adanya beberapa efek samping yang ditimbulkan dari terapi kanker
kepala dan leher, diperlukan follow-up lengkap yang mencakup
pemeriksaan fisik dan laboratorium secara berkala.
 Pasien juga memerlukan evaluasi dan perawatan gigi yang baik,
utamanya setelah menerima radioterapi.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai