Anda di halaman 1dari 34

Kalimat Efektif

Nama: Salsa Ditya Nabila


Nim: 20601025
Dosen pembimbing: Roza Afifah,S.Pd.,M.Hum
Apa itu
“Kalimat Efektif”?

Kalimat Efektif ialah kalimat yang disusun


berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku, seperti
unsur-unsur penting yang dimiliki setiap kalimat
(subjek dan predikat)
Definisi Kalimat Efektif
Menurut Para Ahli

1
Rahayu
2
Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan
3
Arifin
Kalimat yang tidak hanya memenuhi Kalimat yang benar dan jelas Kalimat yang memenuhi kriteria
syarat komunikatif, tetapi juga harus sehingga mudah dipahami orang jelas, sesuai dengan kaidahnya,
mudah dipahami dengan waktu cepat ringkas, dan mudah dibaca

4
Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi
5
Arif HP
Kalimat yang dapat menyampaikan Kalimat yang membantu menjelaskan
informasi dan informasi tersebut mudah isu dengan lebih singkat dan jelas
dipahami oleh pembaca
Nama : Siska Saputriyani
Nim : 20601027
Prodi : S1 Kebidanan

Syarat-syarat kalimat efektif


Syarat-syarat kalimat efektif

1. Koherensi 5. Penakanan gagasan


pokok
2. Kesatuan
6. kevariasian
3. kehematan
4. Paralelisme 7. Logis atau nalar
atau kesejajaran
koherensi

Koherensi adalah hunbungan timbal


balik yang baik dan jelas antara
unus-unsur (kata atau kelompok
kata) yang membentuk kata itu.
Kesatuan

suatu kalimat efektif harus mempunyai


struktur yang baik. Antrinya, kalimat itu
harus memiliki unsur-unsur subyek dan
predikat, atau bisa di tambah dengan
obyek, keterangan, dan pelengkap
yang bisa melahirkan arti yang
merupakan ciri-ciri keutuhan kalimat.
kehematan

adalah kehematan dalam pemakaian


kata, frase atau bentuk lainnya yang di
anggap tidak diperlukan. Kehematan
tersebut menyangkut soal gramatikal
dan makna kata. Namun, dalam hal ini
tidak bararti bahwa kata yang
menambahkan kejelasan kalimat boleh
di hilangkan.
Paralelisme atau kesejajaran

adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan


yang digunakan dalam kalimat itu jika
pertama menggunakan vebra, maka bentuk
kedua juga menggunakan vebra. Lalu, jika
kalimat pertama menggunakan kata kerja
berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya juga
harus menggunakan kata kerja berimbuhan
me-, juga.
Penekanan gagasan
pokok

Penakanan gagasan pokok atau misi yang


ingin di tekankan oleh pembicara
biasanya dilakukan dengan
memperlambat ucapan, melirihkan suara
dan sebagainya pada bagian kalimat tadi.
kevariasian

Yaitu untuk menghindari


kebosanan dan keletihan saat
membaca, diperlukan variasi
dalam teks. Ada kalimat yang
dimulai subyek, predikat atau
keterangan. Ada kalimat yang
pendek dan panjang.
Logis atau nalar

suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi dalam


kalimat tersebut dapat diterima oleh akal dan nalar.
Logis atau tidaknya kalimat dilihat dari segi maknanya,
bukan sturkturnya .Suatu kalimat dikatakan logis
apabila gagasan yang disampaikan masuk akal,
mempunyai anatar gagasan dalam kalimat masuk akal,
dan hubungan gagasan pokok serta gagasan penjelas
juga masuk akal.
NAMA : Siti Masyithah
Assakinah
NIM: 20601028
FAKTOR
PENDUKUNG
KALIMAT
EFEKTIF
Bahasa Indonesia
01 yang Baik dan
Benar

03 Penggunaan Ejaan
yang Disempurnakan

02 Bahasa Baku
BAHASA INDONESIA
01 YANG BAIK DAN
BENAR
Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa
Indonesia yang penggunaannya sesuai dengan situasi
pemakaiannya dan sesuai kaidah yang berlaku. Situasi
pemakaian berkaitan dengan masalah baku dan tidak baku.
Apabila situasinya resmi, seperti dalam pengajaran, kotbah,
rapat, surat-menyurat resmi, laporan resmi bahasa yang
digunakan bahasa yang benar atau baku. Sebaliknya, jika
situasinya tidak resmi, misalnya di rumah di pasar, di tempat
tempat rekreasi, asal bahasa yang digunakan dapat dipahami
oleh orang lain, maka bahasu itu sudah tergolong baik.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, bahwa bahasa Indonesia yang baik
belum tentu merupakan bahasa Indonesia yang benar, sebaliknya bahasa
Indonesia yang benar belum tentu juga merupakan bahasa Indonesia yang
baik karena semua hal itu bergantung pada situasi pemakaian dan kaidah-
kaidah yang berlaku.Sebagai contoh, situasi rapat dinas, seminar, atau
penulisan karya ilmiah adalah situasi pemakaian bahasa resmi. Dalam situasi
resmi semacam itu, kita dituntut menggunakan bahasa yang mencerminkan
sifat keresmian, yaitu bahasa baku. Apabila dalam situasi semacam itu kita
tidak menggunakan bahasa baku, misalnya menggunakan kata- kata dong
gimana, dibilang, dibikin, ngapain, dan lain- lainnya, bahasa yang kita
gunakan dapat berstruktur seperti:
a. "Kemarin telah dibilang oleh pembicara bahwa masalah itu
sangatkompleks“
b. "Ngapain kamu kamu menanyakan masalah itu dalam seminar?"
c. "Tadi jawabannya sudah dibikin komunikatif, "
Berdasarkan contoh di atas dapat dikatakan, bahwa
penggunaan bahasa pada kalimat-kalimat itu
merupakan kalimat yang baik, tetapi tidak benar.
Agar menjadi benar, susunan kalimat itu
seharusnya:
a “Kemarin pembicara telah mengatakan bahwa
masalah itu sangat kompleks”
b. “Mengapa kamu menanyakan masalah itu dalam
seminar?”
c. “ Tadi jawabannya sudah dibuat komunikatif”
BAHASA
02
BAKU
Bahasa baku adalah bahasa resmi atau formal baik
tertulis maupun lisan. Ragam baku adalah ragam yang
dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar masyarakat
pemakaiannya sebagai bahasa resmi dan sebagai
kerangka rujukkan norma- norma bahasa dalam
penggunaannya (Ida Bagus Putrayasa, 2007).
Ragam baku mempunyai sifat- sifat sebagai berikut:
a. Kemantapan Dinamis
Kemantapan dinamis berupa kaidah- kaidah dan aturan-aturan yang tetap.
Bahasa baku atau standar tidak dapat berubah setiap saat.
b. Cendekia
Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat-tempat
resmi. Perwujudannya dalam kalimat, paragraph, dan satuan bahasa yang lain
yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis,
dan masuk akal. Proses pencendekiaan bahasa itu sangat penting karena
pengenalan ilmu dan teknologi modern, yang kini umumnya masih bersumber
dari bahasa asing, harus dapat disampaikan dalam bahasa Indonesia.
c. Seragam
Ragam baku bersifat seragam. Artinya, proses pembakan adalah proses
penyeragaman bahasa. Jadi pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik
keseragaman
Bahasa baku memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Memakai ucapan baku

Ucapan atau pelafalan masih sulit dilakukan sampai sekarang. Sebagai acuan,
pelafalan yang baik adalah pelafalan yang tidak terpengaruh oleh ucapan- ucapan
kedaerahan. Sebagai contoh masyarakat Jawa mengucapkan bunyi b, d, j, dan g,
diucapkan di awal kata : mBandung, mDemak, nJombang, ngGarut. Demikian pula,
pengucapan kata-kata bersuku mati fonem akhir/b/d/, dan ig', dilafalkan/p//t//k.
Misalnya pada kata: bab, murid, ajeg, diucapkan menjadi bap, murit, ajek.Ucapan
baku/ benar berkaitan dengan penggunaan bahasa lisan.
2. Memakai ejaan resmi

Bahasa Indonesia memakai ejaan resmi, yaitu Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan EYD)dalam bahasa tulis.
IF YOU WANT TO MODIFY THIS
GRAPH, CLICK ON IT, FOLLOW
THE LINK, CHANGE THE DATA
AND REPLACE IT
NAMA: NALLA GUSTINA
NIM: 20601021
PRODI: S1 KEBIDANAN
MK: BAHASA INDONESIA
Pengertian Ketidak Efektifan Kalimat

Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak


memiliki sifat-sifat yang terdapat pada kalimat efektif.
Ciri-Ciri Ketidakefektifan Kalimat

1.Memiliki dua konjungsi pada suatu kalimat yang memiliki


dua klausa.
2.Terdapat konjungsi setelah tanda koma.
3.kalimatnya diawali dengan konjungsi.
4.Kalimat yang diawali dengan preposisi kemudian diikuti oleh
predikat yang berimbuhan me.
5.Kalimat yang tidak mengikuti kaidah EYD.
6.Bahasanya terkadang tidak logis.
Kalimat Efektif

Nama : Rahmawati
Nim : 20601024
Prodi : SI Kebidanan
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Faktor penyebab ketidakefektifan kalimat

menurut Nazar (1991: 44) ketidak


efektifan kalimat dapat dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok:

1. Ketidak lengkapan unsur kalimat


Kalimat efektif harus memiliki unsur-unsur
yang lengkap dan eksplisit. Untuk  itu kalimat
efektif sekurang-kurangnya harus mengandung
unsur subjek dan predikat. Jika salah satu
unsur atau kedua unsur itu tidak ada maka
kalimat itu dikatakan tidak sempurna.
2. Kalimat dipengaruhi bahasa asing
Dalam hal ini yang sering kita jumpai yaitu bahasa inggris, dalam karya
ilmiah sering dijumpai pemakaian bentuk-bentuk di mana, dalam mana, di
dalam mana, dari mana dan yang mana sebagai penghubung. Menurut
Ramlan (1994: 35) penggunaan bentuk-bentuk tersebut kemungkinan besar
dipengaruhi oleh bahasa asing, khususnya bahasa inggris. Bentuk dimana
sejajar dengan penggunaan where, di mana sejajar dengan penggunaan
which. Dikatakan dipengaruhi oleh bahasa inggris karena dalam bahasa
inggris bentuk-bentuk itu lazim digunakan sebagai penghubung.

3. Kalimat mengandung makna ganda


Yaitu kalimat yang menimbulkan penafsiran makna yang lebih dari
satu makna. Agar kalimat tidak menimbulkan tafsiran ganda, kalimat
tersebut harus dibuat selengkap mungkin atau menggunakan tanda
baca tertentu.
4. Kalimat mengandung pleonasme
Kalimat pleonasme merupakan kalimat yang tidak ekonomis karena
terdapat kata-kata yang sebetulnya tidak perlu digunakan. Menurut
Babudu (1983: 29) timbulnya gejala pleonasme disebabkan oleh
(1) Dua kata atau lebih yang sama maknanya dipakai sekaligus dalam
suatu ungkapan.
(2) Dalam suatu ungkapan yang terdiri atas dua patah kata, kata kedua
sebenarnya tidak diperlukan lagi sebab maknanya sudah
terkandung  dalam kata yang pertama.
(3) Bentuk kata yang dipakai mengandung makna yang sama dengan
kata-kata yang lain yang dipakai bersama-sama dalam ungkapan itu.
contoh:
a. Para hadirin ( hadirin sudah jamak, tidak perlu kata para lagi)
5. Kalimat bermakna tidak logis
Kalimat efektif harus dapat diterima oleh akal sehat atau bersifat
logis. Kalimat berikut tergolong kalimat yang tidak logis.
" Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah selesailah makalah
ini."
Kalau kita perhatikan secara sepintas kalimat diatas tampaknya
tidak salah. Akan tetapi, apabila diperhatikan lebih seksama ternyata
tidak masuk akal. Seseorang untuk menyelesaikan sebuah makalah
dia harus bekerja dulu dan tidak mungkin makalah itu akan dapat
selesai hanya dengan membaca alhamdulilah. Jadi supaya
kalimat  itu dapat diterima, kalimat itu dapat diubah menjadi "
Syukur alhamdulillah penulis mengucapkan ke hadirat Allah yang
Maha kuasa karena dengan ijinnya makalah ini dapat diselesaikan’’.
6. Kalimat dengan struktur rancu
Kalimat rancu adalah kalimat yang kacau susunannya. Menurut
Badudu ( 1983: 21) timbulnya kalimat rancu disebabkan oleh:
(a) Pemakai bahasa tidak menguasai benar-benar strukutur bahasa
Indonesia yang baku, yang baik dan benar.
(b) Pemakai bahasa tidak memiliki cita rasa bahasa yang baik
sehingga tidak dapat merasakan kesalahan bahasa yang dibuatnya.
(c) Dapat juga kesalahan itu terjadi dengan sengaja
contoh:
“Mahasiswa dilarang tidak boleh merokok di ruang kelas“.

Kalimat di atas terjadi kerancuan karena pemakaian kata dilarang


dan tidak boleh disatukan pemakaiannya.

Anda mungkin juga menyukai