Anatomi Dan Fisiologi Otorisasi
Anatomi Dan Fisiologi Otorisasi
OTORISASI
“ PROSES DEFEKASI”
KELOMPOK 2
Amidia Mawadda : P07224220003 Indah Apriliani Saputri : P07224220022
Anita Karisma Arlistya: P07224220006 Leti Serina : P07224220025
Aura Ayu Atramadani : P07224220009 Pradita Cindy Zubarkhahidaty : P07224220028
Dhea Lestari : P07224220012 Riska Noor Fauziah Madjiid : P07224220031
Fitri Ani Wulan Dari : P07224220016 Sintia Sari : P07224220034
Harlenti Febilia : P07224220019 Wanda Rahel : P07224220037
PROSES DEFEKASI
Anatomi Defekasi
Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk
membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari sistem
pencernaan. Fisiologi Buang Air Besar
Fisiologi Defekasi
Refleks gastro-kolika yang biasanya bekerja sesudah makan pagi. Setelah makanan ini
mencapai lambung dan setelah pencernaan dimulai maka peristaltik di dalam usus
terangsang, merambat ke kolon, dan sisa makanan dari hari kemarinnya, yang waktu
malam mencapai sekum mulai bergerak. Isi kolon pelvis masuk ke dalam rektum,
serentak peristaltik keras terjadi di dalam kolon dan terjadi perasaan di daerah
perineum. Tekanan intra-abdominal bertambah dengan penutupan glottis dan kontraksi
diafragma dan otot abdominal, sfinkter anus mengendor dan kerjanya berakhir (Pearce,
2002).
Proses Buang Air besar
Proses Defekasi dipengaruhi 2 reflek :
1. Refleks Pendek 2. Refleks Panjang
Feses masuk ke rektum Distensi dinding Saraf di rektum terstimulasi oleh feses
rektum
●
Gerakan Mendorong “Pergerakan Massa”
Absorpsi Dalam Usus
Besar
Sekitar 1500 ml kimus secara normal
melewati katupileosekal, sebagian besar air dan
elektrolit didalam kimus diabsorpsi didalam kolon
dan sekitar 100 ml diekskresikan bersama feses.
sebagian besar absorpsi di pertengahan kolon
proksimal (kolon pengabsorpsi), sedang bagian
distal sebagai tempat penyimpananfeses sampai
akhirnya dikeluarkan pada waktu yang tepat
(kolon penyimpanan) absorpsi dan sekresi
elektrolit dan air
Kemampuan Aborpsi Maksimal Usus
Besar
isi Feses
terencana dan unsur kering dari pencernaan ,
atau melalui sekresi ( pigmen empedu , sel epitel terlepas )
usus besar melebihi
jumblah ini akan
terjadi diare
Konstipasi
Konstipasi adalah suatu penurunan defekasi yang normal pada
seseorang, disertai dengan kesulitan keluarnya feses yang tidak
lengkap atau keluarnya feses yang sangat keras dan kering ( Wilkinson,
2006).
• Konstipasi adalah defekasi dengan frekuensi yang sedikit, tinja tidak
cukup jumlahnya, berbentuk keras dan kering ( Oenzil, 1995).
• Konstipasi adalah kesulitan atau kelambatan pasase fases yang
menyangkut konsistensi tinja dan frekuensi berhajat. Konstipasi
dikatakan akut jika lamanya lebih dari 1 bulan (Mansjoer, 2000).
Penyebab Konstipasi
Kurang gerak
Sering menunda
Kurang minum
buang air besar
Kurang serat
Defekasi menjadi sulit Rasa takut akan nyeri sewaktu berdefekasi juga
manakala frekuensi pergerakan dapat menjadi stimulus psikologis bagi seorang
usus berkurang, yang akhirnya untuk menahan buang air besar dan dapat
akan memperpanjang masa menyebabkan konstipasi. Rangsangan simpatis
transit tinja. Semakin lama tinja atau saluran gastrointestinal menurunkan motilitas
tertahan dalam usus, maka dan dapat memperlambat defekasi. Aktivitas
konsistensinya akan semakin simpatis meningkat pada individu yang mengalami
keras, dan akhirnya membantu stress lama. Obat-obatan tertentu misalnya antasid
sehingga susah dikeluarkan dan opiate juga dapat menyebabkan konstipasi
( Arisman, 2004). ( Corwin , 2000).
Cara mengurangi resiko konstipasi
Menganju Menganjur
Menyaran rkan untuk kan untuk
kan untuk minum tidak
mengkons paling mengguna
umsi sedikit kan laksatif
makanan delapan secara
berserat gelas rutin
tinggi cairan (air, karena bisa
setiap hari jus, teh, menyebab
seperti dan kopi) kan
sayuran setiap hari ketergantu
dan buah- untuk ngan
melembut ( Moore,
buaha
kan feses. 1997).
Pemeriksaan
Daerah perut Pada pemeriksaan ketuk
Pemeriksaan
diperiksa apakah dicari pengumpulan gas
dimulai pada
ada pembesaran berlebih, pembesaran
rongga mulut
perut, peregangan organ , cairan dalam
gigi geligi
atau tonjolan rongga perut atau adanya
masa tinja
Pemeriksaan dubur untuk Pemeriksaan laboratorium dikaitkan Foto polos perut harus
mengetahui adanya wasir, dengan upaya mendeteksi factor resiko dikerjakan pada penderita
hernia, fissure (retakan) atau konstipasi seperti gula darah, kadar konstipasi untuk mendeteksi
fistula (hubungan abnormal hormone tiroid, elektrolit, anemia akibat adanya pemadatan berat
pada saluran cerna), juga keluarnya darah dari dubur, Anoskopi badan, anemia, keluarnya
kemungkinan tumor di dubur dianjurkan untuk menemukan hubungan darah dari dubur atau riwayat
yang bisa menganggu proses abnormal pada saluran cerna, tukak, keluarga dengan kanker usus
buang air besar wasir, dan tumor besar perlu dilakukan koloskopi
(Nri, 2004)
Terapi
Terapi diberikan sesuai penyebabnya
dan pada lansia pengobatannya Jika belum membaik,
harus hati-hati. Untuk pengobatan
biasanya dimulai fase1 yaitu
maka terapi memasuki
perubahan kebiasaan hidup meliputi fase 2, yaitu penggunaan
latihan buang air besar secara obat-obatan laksatif atau
teratur, dikombinasi olahraga, dan
diet banyak cairan minimum 1500 supositoria dan enema
cc/hari air/jus buah , makanan serta terapi lainnya
berserat sehari 20-30 gram