Anda di halaman 1dari 11

EPISTAKSIS

R I S Y U A N A U L FA C H O L I LY
DEFINISI

• Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung atau nasofaring. Epistaksis
bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari penyakit lain yang kebanyakan ringan dan dapat
berhenti sendiri. Walaupun jarang, epistaksis yang berat merupakan masalah kegawatdaruratan
yang dapat berakibat fatal bila tidak segera ditangani
ETIOLOGI

K E L AI N A N L O CA L K E L A I N A N S IS T E M IK

• Trauma • Penyakit kardivaskular


• Kelainan anatomi • Kelainan darah
• Kelinan pembuluh darah • Infeksi sistemik
• Infeksi local • Perubahan tekanan atmosfir
• Benda asing • Kelinan hormonal
• Tumor • Kelainan kongenital
• Pengaruh udara lingkungan
MACAM EPISTAKSIS

E P IS TA K S IS A N T E R IO R E P IS TA K S IS P O S T E R IO R

• Berasal dari pleksus Kisselbach di septum • Berasal dari arteri etmoidalis posterior
bagian anterior atau dari arteri etmoidalis atau arteri sfenopalatina. Perdarahan
anterior. biasanya lebih hebat dan jarang dapat
berhenti sendiri. Sering ditemukan pada
pasien hipertensi, arteriosclerosis atau
pasien dengan penyakir kardiovaskular
karena pecahnya arteri sfenopalatina.
PENATALAKSANAAN
• Anamnesis :
1. Riwayat perdarahan sebelumnya
2. Lokasi perdarhan
3. Apakah darah terutama mengalir ke dalam tenggorokan (posterior) ataukah keluar dari hidung depan (anterior) bila pasien duduk
tegak?
4. Lama perdarahan dan frekuensinya
5. Kecederungan perdarahan
6. Riwyat gangguan perdarahan dalam keluarga
7. Hipertensi
8. Diabetes mellitus
9. Penyakit hati
10. Penggunaan anti koagulan
11. Trauma hidung yang belum lama
12. Obat-obatan missal : aspirin, fenilbutzon (butazolidin).
PENATALAKSANAAN AWAL UNTUK
MENENTUKAN JENIS PERDARAHAN
1. Perhatikan KU : nadi, suhu, RR, tensi  jika adanya TD menurun pasang infus
2. Jika jalan nafas tersumbat oleh bekuan darah atau darah dibersihkan atau dihisap.
3. Untuk menghentikan perdarahan perlu dicari sumber perdarahannya.
4. Persiapkan alat-alat yang diperlukan (lampu vanhaselt, speculum hidung, alat penghisap)
5. Posisikan pasien posisi duduk jika keadaan lemah sebaiknya setengah duduk atau berbaring dengan kepala
ditinggikan.
6. Perdarahan dicari untuk membersihkn hidung dari darah dan bekuan darah dengan alat penghisap
7. Kemudian pasang tampon sementara yaitu kapas yang telah dibasahi dengan adrenalin 1/5000-1/10000 dan
pantocain atau lidocain 2% dimasukan ke rongga hidung untung menghentikan perdarahan mengurangi rasa nyeri.
Dibiarkan 10-15 menit setelah terjadi vasokontriksi biasanya dilihat apakah perdarahan anterior atau posterior
hidung.
PENATALASANAAN PERDARAHAN
ANTERIOR
Menekan hidung dari luar selama 10-15 menit, jika tidak
Berhasil perlu dilakukan pemasangan tampon anterior yang
Terbuat dari kassa yang diberi pelumas vaselin atau salep
Antibiotik. Tampon dimaksukan sebnyak 2-4 buah, disusun
Dengan teratur dan harus menekan asal perdrahan. Tampon
Diperthankan 2x24 jm, harus dikeluarkan mencegah infeksi hidung. Selam 2 hari ini dilakukan
pmx penunjang untuk mencari factor penyebab epistaksis. Bila setelah pengambilan tampon
perdarahan masih berlanjut dipasang tampon yang baru.
PENATALAKSANAAN PERDARAHAN
POSTERIOR
• Untuk menanggulangi perdarahan posterior dilakukan pemasangan tampon posterior, yang
disebut tampon bellocq (terbuat dari kassa padat terbentuk kubus atau bulat dengan diameter 3
cm), pada tampon ini terikat 3 utas benang . Untuk pemasangan tampon posterior digunakan
kateter karet yang dimasukan dari lubang hidung sampai benang keluar dan dapat ditarik.
KOMPLIKASI

• Akibat perdarahan yang hebat dapat terjadi aspirasi darah ke dalam saluran nafas bawah , juga
dapat menyebabkan syok, anemia dan gagal ginjal. Turunya tekanan darah secara mendadak
dapat enimbukan hipotensi, hipoksia, iskemia serebri, insufisiensi coroner samapai infark
miokard sehigga dapat menyebabkan kematian. Dalam hal ini pemberian infus atau transfuse
darah harus segera dilakukan secepatnya.
• Akibat pembuluh darah yang terbuka dapat terjadi infeeksi, sehingga perlu diberikan antibiotik
DAFTAR PUSTAKA

1. Arsyad efiaty, et al. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &
Leher. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai