Kelompok 11:
2008016025 Rita Evita Sari
2008016031 Mega Pratama Putri
2008016037 Ovia Penina
2008016044 Sahalatua Samosir.P
II KAJIAN PEMBAHASAN
Negara Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, memiliki suatu dasar filsafat negara
yang memiliki asas politik yang berlandaskan pada sila ‘Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan’. Hal itu dapat diketahui dengan Pembukaan UUD 1945
sebagai penjelmaan Proklamasi 17 Agustus 1945, dan merupakan suatu naskah proklamasi yang terinci, yang
menentukan Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia, yang termuat dalam alinea keempat. Oleh
karena itu karena dasar politik negara termuat dalam pembukaan maka juga memiliki kedudukan yang kuat
juga sebagaiman kedudukan ‘pokok kaidah negara yang fundamental’. Hakikat dan sifat negara yang
berkaitan dengan dasar politik negara memungkinkan terwujudnya suatu dasar demokrasi bagi negara
Indonesia. Berdasarkan asas ‘Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan’ maka negara Indonesia yang diproklamasikan 17 Agustus 1945 adalah negara
demokrasi yang bersifat ‘monodualis’.
2
Pengertian ‘kedaulatan rakyat’ berkaitan dengan kekuasaan negara, yaitu dari rakyat sebagai asal mula
kekuasaan negara (Souverenitas rakyat) dan kedaulatan dari rakyat sebagai pendukung dan penyelenggaraan
kepentingan. Berdasarkan pengertian tersebut diatas maka pengertian sila ‘Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan’ dapat dirumuskan dalam empat hal yaitu:
Pertama : Bahwa sila kerakyatan sebagai suatu kesatuan dengan semua sila.
Kedua : Negara Indonesia adalah negara berkedaulatan rakyat.
Ketiga : Dasar politik negara merupakan dasar yang kuat kedukan hukumnya sebagaimana Pembukaan UUD
1945 yang tidak dapat diubah secara hukum.
Keempat : Di dalam penjelasan resmi Pembukaan UUD 1945, dasar kedaulatan rakyat ini disebutkan bahwa
“…berdasarkan Kerakyatan dan dalam permusyawaratan/perwakilan…”.
Oleh karena itu sistem negara Indonesia dibentuk dalam UUD 1945 juga harus “berdasarkan atas
kedaulatan rakyat dan atas dasar permusyawaratan/perwakilan”.
3 Cita-Cita Kefilsafatan
yang Terkandung dalam Sila Keempat
Rumusan sila keempat Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah sila Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam pemusyawaratan /perwakilan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan di atas
maka dapat dirinci bahwa dalam dasar filsafat dan dasar politik negara terdapat tiga unsur yaitu :
1.Kerakyatan
2.Permusyawaratan / perwakilan
3.Kedaulatan rakyat
-Kerakyatan, adalah merupakan suatu dasar filsafat dan dasar kerohanian. Dan selanjutnya dapat disebut
juga bahwa kerakyatan merupakan suatu cita-cita kefilsafatan, yaitu bahwa negara pada hakikatnya adalah
untuk seluruh rakyat. Adapun cita-cita kefilsafatan ini ada dua macam yaitu cita-cita kefilsafatan :
a.Demokrasi Politik
b.Demokrasi sosial-ekonomi
4
-Permusyawaratan/perwakilan, bahwa pengertian demokrasi itu tidak bisa dilepaskan dengan pengertian
‘permusyawaratan/perwakilan’ bahkan tidak bisa dilepaskan ‘permusyawaratan/perwakilan’ berkaitan
dengan pengertian demokrasi politik. Maka demokrasi politik ini merupakan syarat mutlak bagi tercapainya
‘kerakyatan’.
Kedaulatan Rakyat, adalah merupakan penjelmaan kedua unsur pokok yang lainnya yang merupakan dasar
filsafat ( dasar kerohanian ) negara, yang terkandung dalam sila keempat merupakan cita-cita kefilsafatan
atau dasar filsafat, dan kemudian dalam kaitannya dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara,
dijelmakan menjadi Kedaulatan rakya
5 Hakikat Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Inti pokok sila 'kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan',
yaitu 'kerakyatan', yang berarti kesesuaian hakikat keadaan dan sifat negara dengan hakikat rakyat maka
tidak bisa dipisahkan dengan hakikat manusia yaitu kodrat manusia yang terkandung dalam sila kedua
pancasila.Dalam masalah ini agar pancasila benar-benar dapat merupakan suatu kesatuan sebagai dasar
filsafat maka kesatuan dan persatuan pancasila selain sila-silanya yang mrupakan suatu kesatuan yang
majemuk tunggal, juga kesatuan dan persatuan tersebut terdapat ada dasar ontologisnya, di dalam
pendukungnya yaitu manusia. maka dalam pancasila tersimpul hal hal mutlak manusia, yang sebagaimana
dijelaskan di muka terdiri atas:
Tubuh raga
Jiwa:akal,rasa,kehendak susunan kodrat
Makhluk individu
Makhluk sosial sifat kodrat
Makhluk pribadi berdiri sendiri
Makhluk Tuhan kwudukan kodrat
6
keseluruhan unsur-unsur manusia tersebut disebut 'monupluralis', adapun bilamana kita lihat pada sifat
kodratnya yaitu makhluk individu dan makhluk sosial, maka sifat kedua-tunggalnya atau 'monodualis' (lihat
Notonagoro, 1975:124,125)
dalam kaitannya dengan hakikat dan sifat maka hakikat sifat kodrat manusia itu merupakan dasarnya, karena
pada hakikatnya pendukung pokok negara adalah manusia. hal ini berdasarkan pada suatu pengertian bahwa
salah satu unsur pokok negara adalah rakyat, adapun rakyat pada hakikatnya merupakan kumpulan dari
manusia-manusia, oleh karena itu dasar pokok dalam setiap negara berdasarkan pada konsep dasar tentang
beberapa hakikat manusia.
Makna dan Aktualisasi sila ke 4 dalam bidang politik, ekonomi,
7 sosial-budaya dan hankam.