Anda di halaman 1dari 13

Demokrasi

Liberal Kelompok 6

XII IPS 5 1. Farah Andini


2. Farah Tri H
3. Mita Madinah
START! 4. M. Razid Alvian
5. Raka Naufal W
6. Tocyanda Mutiara M
Pengertian

Demokrasi liberal adalah demokrasi yang memberi kebebasan seluas-luasnya kepada warganya.
Dalam hal politik, tidak ada batasan bagi tiap individu atau golongan untuk berserikat.

Demokrasi kala ini ditandai dengan banyaknya partai politik. Pada Pemilu 1955, ada 172 partai
politik yang bertanding.
Tidak ada partai yang paling unggul. Namun empat partai dengan perolehan suara terbesar yakni:
1. Partai Nasional Indonesia (PNI) (22,3 persen)
2. Masyumi (20,9 persen)
3. Nahdlatul Ulama (NU) (18,4 persen)
4. Partai Komunis Indonesia (PKI) (15,4 persen)
Sejarah Singkat

Kesepakatan antara Indonesia dan Belanda dalam Konferensi Meja Bundar tanggal 6-15 Desember 1949
salah satunya adalah membentuk Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan panduan Undang-Undang Dasar
Sementara (UUDS) 1950. RIS terdiri atas 16 negara bagian, dengan luas wilayah dan penduduk yang
berbeda-beda. Sidang Parlemen dan Senat RIS pada 16 Desember 1949 menunjuk Ir. Soekarno sebagai
Presiden RIS, yang kemudian menunjuk Mohammad Hatta sebagai perdana Menteri. 17 Agustus 1950 RIS
kembali menjadi Republik Indonesia (negara kesatuan). Tampuk kepemimpinan selanjutnya dipegang oleh
M. Natsir sebagai perdana Menteri sejak September 1950. Demokrasi Liberal berjalan terpincang-pincang
dengan adanya tujuh kabinet dalam sembilan tahun, gerakan separatisme di banyak tempat, dan kekacauan
ekonomi nasional. Ketidakstabilan berkepanjangan ini nantinya dihentikan oleh presiden dan diganti dengan
pemerintahan otoritarian.
Kabinet
2. Kabinet Sukiman (27 April 1951-
1. Kabinet Natsir (6 September 03 April 1952)
1950-21 Maret 1951) Merupakan kabinet koalisi antara
Merupakan kabinet koalisi yang di Masyumi dan PNI. Dipimpin Oleh
pimpim oleh partai Masyumi, Sukiman Wiryosanjoyo.
dipimpin oleh Muhammad Natsir. Program :
Program: 1. Menjamin keamanan dan
1. Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman.
ketentraman. 2. Menjalankan politik luar negeri
2. Memperjuangkan penyelesaian secara bebas aktif serta memasukkan
masalah Irian Barat. Irian Barat ke dalam wilayah RI
Hasil: berlangsung perundingan secepatnya.
antara Indonesia-Belanda pertama Hasil : Tidak terlalu berarti sebab
kalinya mengenai masalah Irian programnya melanjtkan program
Barat. Natsir hanya saja terjadi perubahan
skala prioritas dalam pelaksanaan
programnya.
3. Kabinet Wilopo (3 April 1952-3 Juni 1953)
merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang
terdiri dari para pakar yang ahli dalam
bidangnya, di pimpin oleh Mr. Wilopo
Program :
1. Program dalam negeri : Menyelenggarakan 4. Kabinet Alisastroamijoyo i (31
pemilihan umum (konstituante, DPR, dan Juli 1953-12 Agustus 1955)
DPRD), meningkatkan kemakmuran rakyat, Kabinet ini merupakan koalisi antara
dan pemulihan keamanan PNI dan NU.
2. Program luar negeri : Penyelesaian masalah Program :
hubungan Indonesia-Belanda, Pengembalian 1. Pembebasan Irian Barat
Irian Barat ke pangkuan Indonesia, serta secepatnya.
menjalankan politik luar negeri yang bebas- 2. Penyelesaian Pertikaian politik.
aktif.
Hasil : Hasil :
* Adanya kondisi krisis ekonomi yang * Persiapan Pemilihan Umum untuk
disebabkan karena jatuhnya harga barang- memilih anggota parlemen yang akan
barang eksport Indonesia sementara kebutuhan diselenggarakan pada 29 September
impor terus meningkat. 1955.
5. Kabinet Burhanuddin Haeahap 6. Kabinet Alisastroamijoyo II (20
(12 Agustus 1955- 03 Maret 1956) Maret 1956 – 04 Maret 1957)
Dipimpin Oleh : Burhanuddin Kabinet ini merupakan hasil koalisi 3
Harahap. partai yaitu PNI, Masyumi, dan NU.
Program : Program:
1. Melaksanakan pemilihan umum 1. Perjuangan pengembalian Irian
menurut rencana yang sudah Barat
ditetapkan dan mempercepat 2. Pembentukan daerah-daerah
terbentuknya parlemen baru otonomi dan mempercepat
2. Masalah desentralisasi, inflasi, terbentuknya anggota-anggota
pemberantasan korupsi DPRD.

Hasil : Hasil :
* Penyelenggaraan pemilu pertama Mendapat dukungan penuh dari
yang demokratis pada 29 September presiden dan dianggap sebagai titik
1955 (memilih anggota DPR) dan 15 tolak dari periode planning and
Desember 1955 (memilih investment, hasilnya adalah
konstituante). Pembatalan seluruh perjanjian KMB
7. Kabinet Djuanda (09 April 1957 – 05
Juli 1959)
Kabinet ini merupakan kabinet yang terdiri
dari para pakar yang ahli dalam bidangnya.
Dibentuk karena Kegagalan konstituante
dalam menyusun Undang-undang Dasar
pengganti UUDS 1950.

Hasil:
Terbentuknya Dewan Nasional sebagai
badan yang bertujuan menampung dan
menyalurkan pertumbuhan kekuatan yang
ada dalam masyarakat dengan presiden
sebagai ketuanya. Sebagai titik tolak untuk
menegakkan sistem demokrasi terpimpin.
Ciri - Ciri

1. Perlemen memegang posisi


yang kuat terhadap kabinet 5. Terjadi banyak gerakan
2. Presiden dan Wakil Presiden ketidakpuasan karena lemah
bertugas sebagai kepala negara dan tidak stabilnya
saja. pemerintahan.
3. Penentuan kebijakan 6. Pemilu terlaksana sebagai
didasarkan atas keputusan proses demokrasi.
mayoritas. 7. Konstitusi menjadi landasan
4. Sering terjadi mosi tidak penting bagi negara, dilihat
percaya pada kabinet dari pembentukan konstituante.
Kebijakan Ekonomi

Permasalahan utama ekonomi masa ini adalah defisit anggaran


negara akibat penerimaan yang kecil. Ekspor sempat meledak
pada masa Perang Korea pada tahun 1950, namun kembali
menurun pada 1951. Jumlah uang yang beredar tidak
terkontrol, dan biaya hidup yang terus meningkat juga masalah
utama di masyarakat. Presentase defisit terus meningkat, pada
1950 mencapai 20%, sedangkan pada 1960 mencapai 100%.
Ekonomi pada masa ini sangat carut-marut dan terus
berlangsung sampai dengan tahun 1965.
Kebijakan Politik

1. Konferensi Asia-Afrika
merupakan lanjutan dari 2. Pemilu 1955
Konferensi Colombo pada April Pemilu ini adalah pertama kalinya
1954. Kegiatan ini dilaksanakan dilaksanakan sejak Indonesia merdeka
sebagai lanjutan pertemuan antara 1955. Kegiatan ini perlu dilaksanakan
pimpinan negara Asia-Afrika untuk dalam rangka memperoleh legitimasi
mengupayakan kedamaian. sebagai penyelenggara negara
Konferensi ini memunculkan relasi demokrasi. Pemilu Konstituante
dan kekuatan baru antar negara dilaksanakan pada 15 Desember, dan
baru, serta membuat Indonesia Pemilu DPR pada 22 Desember.
memperoleh dukungan dalam Hasilnya adalah PNI, Masyumi, NU, dan
merebut Irian Barat, serta PKI sebagai pemenang pemilu dan
persetujuan dwikewarganegaraan menghasilkan Kabinet Ali
dengan RRC Sastroamidjojo II.
3. Politik Luar Negeri Bebas-Aktif
Indonesia menerapkan politik luar negeri bebas-aktif di
tengah ketegangan dunia antara Amerika Serikat dan Uni
Soviet. Sikap ini ditunjukkan dalam keikutsertaan Indonesia
dalam Gerakan Non-Blok serta memprakarsai Konferensi
Asia-Afrika sebagai bentuk penghimpunan kekuatan yang
tidak memihak serta dapat berhubungan dengan semua
negara yang menjunjung tinggi kedamaian dunia.
Akhir Masa Demokrasi Liberal
Masa demokrasi liberal diakhiri oleh keluarnya Dekrit Presiden
5 Juli 1959, ketika kondisi tidak membaik selama sembilan
tahun dan kegagalan konstituante untuk merancang
pengganti UUDS 1950. Presiden mengambil alih tampuk
kekuasaan dengan membubarkan konstituante,
mengembalikan konstitusi pada UUD 1945, serta membentuk
MPR dan DPA. Presiden Soekarno dengan dukungan utama
dari TNI dan kemudian PKI berupaya untuk menuntaskan
revolusi nasional dan mewujudkan stabilitas negara dengan
kekuasaan penuh di tangannya.

Anda mungkin juga menyukai