• Kriteria inklusi dan eksklusi yang direncanakan dinyatakan secara jelas, meskipun
kriteria demam tifoid tidak dinyatakan secara gamblang
• Karakteristik subjek pada tiap kelompok sebelum penelitian adalah hampir sama
pada semua indikator, kecuali subjek laki-laki yang lebih banyak pada kelompok
gatifloxacin
• Rumus perhitungan besar sampel tidak dituliskan oleh peneliti, namun dinyatakan
jika dibutuhkan 300 subjek , dengan mempertimbangkan nilai DO 10%, power
80%, dan signifikansi 0,05
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
• Peneliti menjelaskan alasan adanya subjek yang Drop Out (DO), beserta
alasannya, dan ikut dimasukkan dalam analisis penelitian analisis ITT
tingkat kemaknaan lebih tinggi
• Semua outcome yang diinginkan oleh peneliti dijabarkan secara jelas dan
gamblang, dengan instrument yang valid, jelas, dan tersandarisasi
(termasuk metode analisis yang digunakan)
• Alokasi terapi disimpan dalam amplop tertutup yang telah diberi label
sesuai dengan randomisasi pasien dibuka oleh klinisi bersifat open
label, tanpa masking
PENILAINAN KESAHIHAN/VALIDITAS
Intervensi yang diberikan :
• Darah diambil untuk dilakukan kultur 3 mL untuk umur < 14 tahun, dan
8mL untuk umur ≥ 14 tahun pada awal intervensi dan hari ke 8 (jika
positif saat awal atau ada kecurigaan relaps) pada media mengandung
tryptone soya broth dan dosium polyanethol sulfonat sampai volume 50
mL (untuk pediatrik BectecPeds Plus cultur bottles) salmonella
diidentifikasi menggunakan tes biokimia dan antisera serotype
PENILAINAN KESAHIHAN/VALIDITAS
PENILAINAN KESASIHAN/VALIDITAS
2. Secondary end point :
Di Indonesia, hal ini merupakan hal yang baru golongan florokuinolon yang biasa
digunakan adalah ciprofloxacin, ofloxacin, pefloxacin, dan feroxacin terapi lain yang
lebih sering adalah kloramfenikol dan cefixime
Hasil ini menunjukkan bahwa penelitian pada akhirnya kurang penting karena
intervensi baru tidak menunjukkan hasil yang baik dibanding intervensi lama
PENILAIAN KEMAMPUAN TERAPAN/
APPLICABILITY
Terdapat permasalahan dalam compliance terhadap penggunaan ceftriaxone
akan menjadi sulit ketika obat injeksi diberikan dengan rawat jalan selama 7 hari
berturut turut pada akhirnya obat oral tetap lebih superior untuk demam tifoid
Namun, dengan hasil efikasi terhadap gatifloxacin yang cukup menjanjikan (HR
umunya kurang dari 1, dan tidak ada efek samping berat) dapat
dipertimbangkan sebagai terapi tifoid di Indonesia jika memang sudah tersedia
Dengan angka drop out berjumlah 15,9% maka penelitian ini dapat diterapkan
pada sampel terpilih di Indonesia (batas toleransi 10-20%).
PENILAIAN KEMAMPUAN TERAPAN/
APPLICABILITY
Metode pengambilan subjek dengan sistem randomisasi terkomputerisasi
menandakan dapat diterapkannya penelitian tersebut pada populasi
terjangkau karena variable perancu yang dapat disingkirkan (walaupun resiko
bias tetap ada karena tidak adanya masking/blinding).
• Terdapat perbedaan intevensi yang sangat nyata antar kedua kelompok, yaitu
pemberian obat secara oral dan injeksi, serta tidak dapat dilakukan masking
KEKUATAN PENELITIAN
• Studi menggunakan analisis ITT sehingga tingkat kemaknaan lebih tinggi
• Hasil peneltiian ditampilkan dalam bentuk diagram dan tabel yang cukup mudah
untuk dipahami
• Tidak adanya konflik kepentingan dari peneliti atau sponsor dana penelitian
PERBANDINGAN DENGAN PENELITIAN LAIN
• Penelitian oleh Pandit dkk, menyatakan bahwa gatifloxacin aman dan efektif
untuk demam enterik uncomplicated
Intervention
• Pemberian gatifloxacin oral
Comparison
• Pemberian injeksi ceftriaxone
Outcome
• Kegagalan terapi, waktu hiangnya demam, keamanan obat
CHECKLIST OXFORD
1a. R- Was the assignment of patients to treatments randomised?
What is best? Where do I find the information?
Centralised computer randomisation is ideal The Methods should tell you how patients were
and often used in multi-centred trials. Smaller allocated to groups and whether or not
trials may use an independent person (e.g, the randomisation was concealed.
hospital pharmacy) to “police” the
randomization.
Semua prosedur penelitian dijelaskan kepada subjek, dan diminta inform consent
CHECKLIST OXFORD
1b. R- Were the groups similar at the start of the trial?
What is best? Where do I find the information?
If the randomisation process worked (that is, The Results should have a table of "Baseline
achieved comparable groups) the groups should be Characteristics" comparing the randomized
similar. The more similar the groups the better it is. groups on a number of variables that could
There should be some indication of whether affect the outcome (ie. age, risk factors etc). If
differences between groups are statistically not, there may be a description of group
significant (ie. p values). similarity in the first paragraphs of the Results
section.
• 38 subjek yang drop out (sebanyak 15,9%) dijelaskan alasan oleh peneliti
CHECKLIST OXFORD
3. M - Were measures objective or were the patients and clinicians kept “blind” to which
treatment was being received?
What is best? Where do I find the information?
It is ideal if the study is ‘double-blinded’ – First, look in the Methods section to see if
that is, both patients and investigators are there is some mention of masking of
unaware of treatment allocation. If the treatments, eg., placebos with the same
outcome is objective (eg., death) then appearance or sham therapy. Second, the
blinding is less critical. If the outcome is Methods section should describe how the
subjective (eg., symptoms or function) then outcome was assessed and whether the
blinding of the outcome assessor is critical. assessor/s were aware of the patients'
treatment.
• Kegagalan terapi pada kelompok ITT modified 15% pada kelompok gatifloxacin dan 16% pada
kelompok ceftriaxone HR 1,04 (95%CI 0,55-1,98;p=0,91) tidak signifikan
• Pada kelompok kultur positif 26% gagal terapi pada kelompok gatifloxacin dan 7% pada kelompok
ceftriaxone HR 0,24 (95% CI 0,08-0,73;p=0,01 signifikan
• Pada kelompok kultur negatif 2% gagal terapi pada gatifloxacin dan 23% pada kelompok
ceftriaxone HR 7,5 (95% CI 1,71-32,80;p=0,01
• Pada kelompok kultur positif median waktu hilang demam lebih panjang pada kelompok
gatifloxacin dibanding ceftriaxone, dan outcome kelompok gatifloxacin lebih buruk pada
peningkatan MIC terhadap ciprofloxacin dan gatifloxacin p=0,001, relaps tidak terdapat
perbedaan
• Pada kelompok kultur negatif median waktu hilang demam lebih pendek pada kelompok
gatifloxacin dibanding ceftriaxone p<0,0001, relaps tidak terdapat perbedaan
CHECKLIST OXFORD
What is the measure? What does it mean?
Perubahan setelah dengan sebelum intervensi.
Perubahan pada kegagalan terapi dan waktu hilangnya demam
Absolute Risk Reduction (ARR) = risk of the outcome in the The absolute risk reduction tells us the absolute difference in the rates of events
control group - risk of the outcome in the treatment group. This is between the two groups and gives an indication of the baseline risk and treatment
also known as the absolute risk difference. effect. An ARR of 0 means that there is no difference between the two groups thus,
the treatment had no effect.
The questions that you should ask before you decide to apply the results of the study to
your patient are:
Is my patient so different to those in the study that the results cannot apply? No
(Karakteristik subjek hampir serupa dengan kondisi di Indonesia)
Is the treatment feasible in my setting? Yes (Dapat laksana, dan namun compliance
untuk pemberian injeksi pada rawat jalan perlu diperhatikan)
Will the potential benefits of treatment outweigh the potential harms of treatment for my
patient? Yes (Studi ini sejalan dengan tata laksana demam tifoid di Indonesia)
THANK YOU