Anda di halaman 1dari 22

Benign Prostate Hyperplasia (BPH)

Disusun Oleh :

Adam Aljabar

Riany Ghinanuari

Pembimbing :

dr. Dhika Ari Rizki, Sp.U

Bagian SMF Ilmu Penyakit Bedah


Fakultas Kedokteran Unswagati
RSUD WALED
ANATOMI
Definisi
• Benign Prostate Hyperplasia (BPH) adalah hiperplasia sel stroma
dan sel epitel kelenjar prostat.
Etiologi Faktor Resiko
Ketidakseimbangan antara estrogen modifiable Non – modifiable
testosteron Hormone Usia
Diet Genetic
Diabetes Geography
Inflamasi
Obesitas
Aktivitas fisik
Epidemiologi
Insidensi BPH akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya
usia, yaitu sekitar 20% pada pria usia 40 tahun, kemudian menjadi
70% pada pria usia 60 tahun dan akan mencapai 90% pada pria usia
80 tahun.
Gambaran Klinis
Keluhan yang disampaikan oleh pasien BPH seringkali berupa lower urinary tract
symptoms (LUTS), yang terdiri atas
• gejala obstruksi (voiding symptoms) : meliputi pancaran kemih lemah dan terputus
(intermitensi), merasa tidak puas sehabis berkemih.
• gejala iritasi (storage symptoms) : meliputi frekuensi berkemih meningkat, urgensi,
nokturia.
• gejala pasca berkemih : berupa urine menetes (dribbling); hingga gejala yang paling
berat adalah retensi urine.
Penegakan Diagnosis
ANAMNESIS
Pemeriksaan awal terhadap pasien BPH adalah melakukan anamnesis atau wawancara yang
cermat guna mendapatkan data tentang riwayat penyakit yang dideritanya. Anamnesis itu
meliputi:
• Keluhan yang dirasakan dan berapa lama keluhan itu telah mengganggu
• Riwayat penyakit lain dan penyakit pada saluran urogenitalia (pernah mengalami cedera,
infeksi, kencing berdarah (hematuria), kencing batu, atau pembedahan pada saluran kemih)
• Riwayat kesehatan secara umum dan keadaan fungsi seksual;
• Riwayat konsumsi obat yang dapat menimbulkan keluhan berkemih
Pemeriksaan colok dubur
Nilai
• Pembesaran prostat
• Adanya nodul (tanda keganasan prostat
• Menilai tonus sfingter ani
• Refleks bulbokavernosus
Tabel IPSS
Untuk menentukan adanya gejala obstruksi akibat pembesaran prostat.
Visual Prostatic Symptom Score (VPSS)
Metode lain untuk menilai secara
subyektif gangguan saluran kemih bawah
adalah dengan Visual Prostatic Symptom
Score (VPSS). Gambar pada VPSS mewakili
frekuensi, nokturia, pancaran lemah dan
kualitas hidup. VPSS memiliki keunggulan
dibandingkan IPSS, antara lain, lebih mudah
digunakan oleh lansia yang mengalami
gangguan penglihatan, yang sulit membaca
tulisan pada IPSS. VPSS juga lebih baik
dibandingkan IPSS pada populasi dengan
keterbatasan pendidikan.
Derajat Beratnya Hiperplasia Prostat
DERAJAT Colok Dubur (Digital Rectal Clinical Grading ( sisa
Examination) Vol. Urin)
I Penonjolan prostat, batas atas mudah Sisa urin <50 ml
di raba
II Penonjolan prostat jelas, batas atas Sisa urin 50-100 ml
dapat dicapai
III Batas atas prostat tidak dapat diraba Sisa urin >100 ml
IV - Retensi total
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan urinalisis
Menentukan adanya leukosituria dan hematuria. Bila dicurigai adanya infeksi saluran
kemih perlu dilakukan pemeriksaan kultur urine.

2. Pemeriksaan fungsi ginjal


3. Pemeriksaan PSA (Prostate Specific Antigen)
4. Pemeriksaan uroflowmetri
5. Residu urine
6. Pencitraan
 USG : menilai bentuk dan besar prostat
 Uretrosistoskopi
 Pemeriksaan urodinamik
USG
Tatalaksana
Watchful waiting :
Terapi ditunjukan untuk pasien dengan skor IPSS <7.
Pasien tidak mendapat terapi apapun dan hanya diberi penjelasan mengenai hal-hal
yang mungkin dapat memperburuk keadaan nya :
• Jangan banyak minum dan mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah makan malam
• Kurangi konsumsi makana atau minuman yang menyebabkan iritasi pada buli-buli
• Jangan menahan kencing terlalu lama
Pasien diminta untuk datang berkala (3-6 bln) untuk menilai perubahan keluhan
yang dirasakan.
Tatalaksana
Farmakologi
• Alfa 1-blocker : terazosin, doksazosin
• 5 alfa-reductase inhibitor : finasteride, dutasteride
• Antagonis reseptor muskarinik : fesoterodine fumarate, propiverine HCL
• Phospodiesterase 5-inhibitor : tadalafil
• Fitoterapi : serenoa repens, pygenium africanum
Tatalaksana
• Tindakan Operatif b. Prostatectomy perineal
1.Pembedahan terbuka
a. Prostatectomy suprapubic

c. Prostatectomy retropubic
Tatalaksana
2. Pembedahan endourologi
a. Transurethral Prostatic Resection (TURP)
b. Transurethral Incision of the Prostate (TUIP)
Diagnosis Banding
• - Striktur urethra
• - Karsinoma prostat
• - Prostatitis
Prognosis

• Quo ad vitam : Dubia ad bonam


• Quo ad functionam : Dubia ad bonam
• Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
Terima Kasih
Daftar pustaka :
• Panduan penatalaksanaan klinis pembesaran prostat jinak (BPH). Ikatan Ahli Urologi
Indonesia (IAUI). 2017

Anda mungkin juga menyukai