Anda di halaman 1dari 26

MATERI MENGENAI TRIASE PADA

BENCANA
Di Susun Oleh :

Nama : Nawa Evalatul Hawa


Npm : 920173036
Kelas : 4A
Prodi : S1 Ilmu Keperawatan
Pokok bahasan yang kita perlu sampaikan pada saat ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan Triase ?
2. Bagaimana konsep dan model-model triase bencana ?
3. Apa yang dimaksud dengan berfikir kritis dan sistematis ?
1. Pengertian Triase :
Triase berasal dari Bahasa Prancis “Trier” berarti mengambil atau
memilih. Adalah penilaian, pemilihan dan pengelompokan penderita
yang mendapat penanganan medis dan evakusasi pada kondisi
kejadian masal atau kejadian bencana. Penanganan medis yang
diberikan berdasarkan prioritas sesuai dengan keadaan penderita.
Proses triase inisial harus dilakukan oleh petugas pertama yang tiba
ditempat kejadian dan tindakan ini harus dinilai ulang terus menerus
karena status triase pasien dapat berubah. Saat ini tidak ada standard
nasional baku untuk triase. Metode triase yang dianjurkan bisa secara
METTAG (Triage tagging system) atau sistim triase Penuntun
Lapangan START (Simple Triage And Rapid Transportation).
Tujuan Triase :
Tujuan Triase adalah untuk memudahkan penolong untuk
memberikan petolongan dalam kondisi korban masalah atau
bencan dan diharapkan banyak penderita yang memiliki
kesempatan untuk bertahan hidup. Triage secara umum dibagi
menjadi dua yakni Triage di UGD/IGD Rumah Sakit dan Triage
di Bencana.
Pendekatan yang dianjurkan untuk memprioritisasikan tindakan atas korban adalah
yang dijumpai pada sistim METTAG. Prioritas tindakan dijelaskan sebagai berikut :
a. Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas dan tidak
mungkin diresusitasi.
b. Prioritas Pertama (Merah) : Pasien cedera berat yang memerlukan tindakan dan
transport segera (gagal nafas, cedera torako-abdominal, cedera kepala atau
maksilo-fasial berat, shok atau perdarahan berat, luka bakar berat).
c. Prioritas Kedua (Kuning) : Pasien dengan cedera yang dipastikan tidak akan
mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat (cedera abdomen tanpa shok, cedera
dada tanpa gangguan respirasi, fraktura mayor tanpa shok, cedera kepala atau
tulang belakang leher, serta luka bakar ringan).
d. Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien degan cedera minor yang tidak membutuhkan
stabilisasi segera (cedera jaringan lunak, fraktura dan dislokasi ekstremitas, cedera
maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas serta gawat darurat psikologis).
Penuntun Lapangan START berupa penilaian pasien 60 detik yang
mengamati ventilasi, perfusi, dan status mental untuk memastikan
kelompok korban seperti yang memerlukan transport segera atau tidak,
atau yang tidak mungkin diselamatkan, atau mati. Ini memungkinkan
penolong secara cepat mengidentifikasikan korban yang dengan risiko
besar akan kematian segera atau apakah tidak memerlukan transport
segera. Sistim METTAG atau pengkodean dengan warna tagging system
yang sejenis bisa digunakan sebagai bagian dari Penuntun Lapangan
START.
Sistem triase terdiri dari Disaster dan Non Disaster. Disaster
digunakan untuk menyediakan perawatan yang lebih efektif untuk pasien
dalam jumlah banyak. Sedangkan Non Disaster digunakan untuk
menyediakan perawatan sebaik mungkin bagi setiap individu pasien.
KONSEP DAN KLASIFIKASI TRIASE

2. Konsep dan Klasifikasi Triase


A. Konsep Triase antara lain :
• Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa
• Tujuan kedua adalah untuk memprioritaskan pasien menurut ke akutannya
• Pengkatagorian mungkin ditentukan sewaktu-waktu
• Jika ragu, pilih prioritas yang lebih tinggi untuk menghindari penurunan
triage
B. Triase diklasifikasi berdasarkan pada :
- Tingkat pengetahuan
- Data yang tersedia
- Situasi yang berlangsung
3. Sistem klasifikasi menggunakan nomor, huruf atau tanda. Adapun
klasifikasinya sebagai berikut :
a). Prioritas 1 atau Emergensi
- Pasien dengan kondisi mengancam nyawa, memerlukan evaluasi dan
intervensi segera
- Pasien dibawa ke ruang resusitasi
- Waktu tunggu 0 (Nol)
b). Prioritas 2 atau Urgent
- Pasien dengan penyakit yang akut
- Mungkin membutuhkan trolley, kursi roda atau jalan kaki
- Waktu tunggu 30 menit
- Area Critical care
c). Prioritas 3 atau Non Urgent
- Pasien yang biasanya dapat berjalan dengan masalah medis yang
minimal
- Luka lama
- Kondisi yang timbul sudah lama
- Area ambulatory / ruang P3
d). Prioritas 0 atau 4 Kasus kematian
- Tidak ada respon pada segala rangsangan
- Tidak ada respirasi spontan
- Tidak ada bukti aktivitas jantung
- Hilangnya respon pupil terhadap cahaya
4. Klasifikasi Triage Dalam Gambaran Kasus
a). Prioritas 1 – Kasus Berat
- Perdarahan berat
- Asfiksia, cedera cervical, cedera pada maxilla
- Trauma kepala dengan koma dan proses shock yang cepat
- Fraktur terbuka dan fraktur compound
- Luka bakar > 30 % / Extensive Burn
- Shock tipe apapun
b). Prioritas 2 – Kasus Sedang
- Trauma thorax non asfiksia
- Fraktur tertutup pada tulang panjang
- Luka bakar terbatas
- Cedera pada bagian / jaringan lunak
c). Prioritas 3 – Kasus Ringan
- Minor injuries
- Seluruh kasus-kasus ambulant / jalan
d). Prioritas 0 – Kasus Meninggal
- Tidak ada respon pada semua rangsangan
- Tidak ada respirasi spontan
- Tidak ada bukti aktivitas jantung
- Tidak ada respon pupil terhadap cahaya
PENILAIAN DI TEMPAT DAN PRIORITAS
TRIASE

Sistim METTAG atau sistim tagging dengan kode warna


yang sejenis bisa digunakan sebagai bagian dari Penuntun
Lapangan START. Resusitasi di ambulans atau di Area Tindakan
Utama sesuai keadaan.
Ketua Tim Medik mengatur Sub Tim Triase dari Tim Tanggap
Pertama (First Responders) untuk secara cepat menilai dan men
tag korban. Setelah pemilahan selesai, Tim Tanggap Pertama
melakukan tindakan sesuai kode pada tag. Umumnya tim tidak
mempunyai tugas hanya sebagai petugas triase, namun juga
melakukan tindakan pasca triase dan setelah triase selesai.
Kondisi penilaian di tempat dan prioritas triase antara lain :
a. Pertahankan keberadaan darah universal dan cairan.
b. Tim respons pertama harus menilai lingkungan atas kemungkinan bahaya,
keamanan dan jumlah korban untuk menentukan tingkat respons yang memadai.
c. Beritahukan koordinator untuk mengumumkan musibah massal dan kebutuhan
akan dukungan antar instansi sesuai yang ditentukan oleh beratnya kejadian.
d. Kenali dan tunjuk pada posisi berikut bila petugas yang mampu tersedia
- Petugas Komando Musibah
- Petugas Komunikasi
- Petugas Ekstrikasi/Bahaya
- Petugas Triase Primer
- Petugas Triase Sekunder
- Petugas Perawatan
- Petugas Angkut atau Transportasi
e. Kenali dan tunjuk area sektor musibah massal :
1). Sektor Komando/Komunikasi Musibah
2). Sektor Pendukung (Kebutuhan dan Tenaga
3). Sektor Musibah
4). Sektor Ekstrikasi/Bahaya
5). Sektor Triase
6). Sektor Tindakan Primer
7). Sektor Tindakan Sekunder
8). Sektor Transportasi
f. Rencana Pasca Kejadian Musibah massal :
1). Kritik Pasca Musibah
2). CISD (Critical Insident Stress Debriefing)
4. Triase dalam Bencana
Bencana merupakan peristiwa yang terjadi secara mendadak atau tidak terncana atau
secara perlahan tetapi berlanjut, baik yang disebabkan alam maupun manusia, yang dapat
menimbulkan dampak kehidupan normal atau kerusakan ekosistem, sehingga diperlukan
tindakan darurat dan luar biasa untuk menolong, menyelamatkan manusia beserta
lingkunganya.
Kematian dini diakibatkan gagalnya oksigenasi adekuat pada organ vital (ventilasi tidak
adekuat, gangguan oksigenisasi, gangguan sirkulasi, dan perfusi end-organ tidak
memadai), cedera SSP masif (mengakibatkan ventilasi yang tidak adekuat dan/atau
rusaknya pusat regulasi batang otak), atau keduanya. Cedera penyebab kematian dini
mempunyai pola yang dapat diprediksi (mekanisme cedera, usia, sex, bentuk tubuh, atau
kondisi lingkungan). Tujuan penilaian awal adalah untuk menstabilkan pasien,
mengidentifikasi cedera/kelainan pengancam jiwa dan untuk memulai tindakan sesuai,
serta untuk mengatur kecepatan dan efisiensi tindakan definitif atau transfer kefasilitas
sesuai.
Dalam Triase Medis sebaiknya menggunakan metode START (Simple Triage and
Rapid Treatment) yaitu memilih korban berdasarkan pengkajian awal terhadap
penderita degan menilai Respirasi, Perfusi, dan Status Mental.
Berikut langkah-langkah yang harus dilakukan penolong saat terjadi bencana :
a. Penolong pertama melakukan penilaian cepat tanpa menggunakan alat atau
melakuakan tindakan medis.
b. Panggil penderita yang dapat berjalan dan kumpulkan diarea pengumpulan
c. Nilai penderita yang tidak dapat berjalan, mulai dari posisi terdekat dengan
penolong.
d. Inti Penilaian Triage Medis (TRIASE dalam bencana memiliki 4 warna Hitam
(penderita sudah tidak dapat ditolong lagi/meninggal), Merah (penderita mengalami
kondisi kritis sehingga memerlukan penanganan yang lebih kompleks), Kuning
(kondisi penderita tidak kritis), Hijau (penanganan pendirita yang memiliki
kemungkinan hidup lebih besar. Penderita tidak memiliki cedera serius sehingga dapat
dibebaskan dari TKP agar tidak menambah korban yang lebih banyak. Penderita yang
memiliki hidup lebih banyak harus diselamatkan terlebih dahulu).
1. Langkah 1: Respirasi
a. Tidak bernapas, buka jalan napas, jika tetap tidak bernapas beri TAG HITAM
b. Pernfasan >30 kali /menit atau <10 kali /meni beri TAG MERAH
c. Pernafasn 10-30 kali /menit: lanjutkan ke tahap berikut
2). Langkah 2: Cek perfusi (denyut nadi radial) atau capillary refill test (kuku atau bibir kebiruan)
a. Bila CRT > 2 detik: TAG MERAH
b. Bila CRT < 2 detik: tahap berikutnya
c. Bila tidak memungkinankan untu CRT (pencahayaan kurang), cek nadi radial, bila tidak
teraba/lemah; TAG MERAH
d. Bila nadi radial teraba: tahap berikutnya
3). Langkah 3: Mental Status
a. Berikan perintah sederhana kepada penderita, jika dapat mengikuti perintah: TAG KUNING
b. Bila tidak dapat mengikuti perintah: TAG MERAH
c. Tindakan yang haru CEPAT dilakuakn adalah :
d. Buka jalan napas, bebaskan benda asing atau darah
d. Berikan nafas buatan segara jika korban tidak bernafas
e. Balut tekan dan tinggikan jika ada luka terbuka/perdarahan
BERFIKIR KRITIS DAN SISTEMATIS
1. Berfikir Kritis
Berfikir merupakan suatu proses yang berjalan secara
berkesinambungan mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran
dan persepsi. Critical berasal dari bahasa Grika yang berarti :
bertanya, diskusi, memilih, menilai, membuat keputusan. Kritein yang
berarti to choose, to decide. Krites berarti judge. Criterion (bahasa
Inggris) yang berarti standar, aturan, atau metode. Critical thinking
ditujukan pada situasi, rencana dan bahkan aturan-aturan yang
terstandar dan mendahului dalam pembuatan keputusan (Mz. Kenzie).
Sementara itu Rahmat (2010) mengemukakan berpikir kritis (critical
thinking) sinonim dengan pengambilan keputusan (decision making),
perencanaan stratejik (strategic planning), proses ilmiah (scientific
process), dan pemecahan masalah (problem solving).  
Critical thinking yaitu investigasi terhadap tujuan guna mengeksplorasi situasi, fenomena,
pertanyaan atau masalah untuk menuju pada hipotesa atau keputusan secara terintegrasi. Menurut
Bandman (1998) berfikir kritis adalah pengujian yang rasional terhadap ide-ide, pengaruh, asumsi,
prinsip-prinsip, argument, kesimpulan-kesimpulan, isu-isu, pernyataan, keyakinan dan aktivitas.
Pengujian ini berdasarkan alasan ilmiah, pengambilan keputusan, dan kreativitas. Menurut
Brunner dan Suddarth (1997), berpikir kritis adalah proses kognitif atau mental yang mencakup
penilaian dan analisa rasional terhadap semua informasi dan ide yang ada serta merumuskan
kesimpulan dan keputusan. Berpikir kritis digunakan perawat untuk beberapa alasan :
a.  Mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi .
b. Penerapan profesionalisme.
c. Pengetahuan tehnis dan keterampilan tehnis dalam memberi asuhan keperawatan.
d. Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat dalam menuju keberhasilan dalam
berbagai aktifitas.
e. Berpikir kritis juga dapat dikatakan sebagai konsep dasar yang terdiri dari konsep berpikir yang
berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut pandang selain itu juga
membahas tentang komponen berpikir kritis dalam keperawatan yang di dalamnya dipelajari
karakteristik, sikap dan standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan keputusan
dan kreatifitas dalam berpikir kritis.
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang
berdasarkan pada pikiran rasional dan cermat menjadi pemikir
kritis adalah denominator umum untuk pengetahuan yang
menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri.
Berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih
kemampuan dalam mengevaluasikan atau melakukan penilaian
secara cermat tentang tepat tidaknya atau layak tidaknya suatu
gagasan. Berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir
(kognitif) yang mencakup penilaian analisa secara rasional
tentang semua informasi, masukan, pendapat, dan ide yang ada,
kemudian merumuskan kesimpulan.
2. Karakteristik Berpikir Kritis
a. Konseptualisasi. Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep.
Sedangkan konsep adalah fenomena atau pandangan mental tentang realitas, pikiran-
pikiran tentang kejadian, objek, atribut, dan sejenisnya. Dengan demikian
konseptualisasi merupakan pikiran abstrak yang digeneralisasi secara otomatis menjadi
simbol-simbol dan disimpan dalam otak.
b. Rasional dan beralasan. Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis
dan mempunyai dasar kuat dari fakta fenomena nyata.
c. Reflektif.Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau
persepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan menyediakan waktu
untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu, fakta dan
kejadian.
d. Bagian dari suatu sikap. Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil
pemikir kritis akan selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih
buruk dibanding yang lain.
e. Kemandirian berpikir. Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif menerima
pemikiran dan keyakinan orang lain menganalisis semua isu, memutuskan secara benar dan dapat
dipercaya.
f. Berpikir adil dan terbuka. Yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah dan kurang
menguntungkan menjadi benar dan lebih baik.
g. Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan. Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi
suatu argumentasi dan kesimpulan, mencipta suatu pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan yang
akan diambil. Wade (1995) mengidentifikasi  delapan kerakteristik berpikir kritis, yakni meliputi:
1). Kegiatan merumuskan pertanyaan
2). Membatasi permasalahan
3). Menguji data-data
4). Menganalisis berbagai pendapat
5). Menghindari pertimbangan yang sangat emosional
6). Menghindari penyederhanaan berlebihan
7). Mempertimbangkan berbagai interpretasi
8). Mentolerasi ambiguitas
3. Model Berfikir Kritis
Sebelum melanjutkan lebih jauh, kita perlu mencoba untuk menemukan
jalan yang membantu pelajar pemula untuk belajar tentang berpikir kritis dan
termasuk perkembangan model berpikir kritis yang menjadi pokok bahasan.
Banyak klasifikasi berpikir yang ditemukan di literature. Costa and Colleagues
(1985). Menurut Costa and Colleagues klasifikasi berpikir dikenal sebagai “The
Six Rs” yaitu :
a. Remembering (Mengingat)
b. Repeating (Mengulang)
c. Reasoning (Memberi Alasan/rasional)
d. Reorganizing (Reorganisasi)
e. Relating (Berhubungan)
f. Reflecting (Memantulkan/merenungkan
Meskipun The Six Rs sangat berguna namun tidak semuanya
cocok dengan dalam keperawatan. Kemudian Perkumpulan
Keperawatan mencoba mengembangkan gambaran berpikir dan
mengklasifikasikan menjadi 5 model disebut T.H.I.N.K. yaitu:
Total Recall, Habits, Inquiry, New Ideas and Creativity, Knowing
How You Think.
a. Total Recall (T) Total Recall berarti mengingat fakta atau
mengingat dimana dan bagaimana untuk mendapatkan fakta/data
ketika diperlukan.
b. Habit/Kebiasaan (H) Habits merupakan pendekatan berpikir ditinjau dari
tindakan yang diulang berkali-kali sehingga menjadi kebiasaan yang alami.
c. Inquiry/Penyelidikan/menanyakan keterangan (I) Inquiry merupakan
latihan mempelajari suatu masalah secara mendalam dan mengajukan
pertanyaan yang mendekati kenyataan.
d. New Ideas and Creativity (N) Ide baru dan kreativitas terdiri dari model
berpikir unik dan bervariasi yang khusus bagi individu.
e. Knowing How You Think / Mengetahui apa yang kamu fikirkan (K)
Knowing How You Think merupakan yang terakhir tetapi bukannya yang
paling tidak dihiraukan dari model T.H.I.N.K. yang berarti berpikir tentang
apa yang kita pikirkan. Berpikir tentang berpikir disebut “metacognition”.
Meta berarti “diantara atau pertengahan” dan cognition berarti “Proses
mengetahui”.
4. Metode Berfikir Kritis
Freely mengidentifikasi 7 metode critical thinking :
a. Debate : metode yang digunakan untuk mencari, membantu, dan merupakan keputusan yang
beralasan bagi seseorang atau kelompok dimana dalam proses terjadi perdebatan atau argumentasi.
b. Individual decision : Individu dapat berdebat dengan dirinya sendiri dalam proses mengambil
keputusan.
c. Group discussion : sekelompok orang memperbincangkan suatu masalah dan masing-masing
mengemukakan pendapatnya.
d. Persuasi : komunikasi yang berhubungan dengan mempengaruhi perbuatan, keyajinan, sikap,
dan nilai-nilai orang lain melalui berbagai alas an, argument, atau bujukan. Debat dan iklan adalah
dua bentuk persuasi.
e. Propaganda : komunikasi dengan menggunakan berbagai media yang sengaja dipersiapkan
untuk mempengaruhi massa pendengar.
f. Coercion : mengancam atau menggunakan kekuatan dalam berkomunikasi untuk memaksakan
suatu kehendak.
g. Kombinasi beberapa metode.

Anda mungkin juga menyukai