0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
33 tayangan26 halaman
Triase merupakan penilaian dan pemilihan korban bencana berdasarkan prioritas untuk mendapatkan penanganan medis. Metode triase yang dianjurkan adalah sistem METTAG atau Penuntun Lapangan START yang melakukan pengkategorian korban berdasarkan kondisi respirasi, perfusi, dan status mental dalam waktu 60 detik untuk menentukan prioritas penanganan. Tujuan triase adalah menyelamatkan korban yang memiliki kemungkinan hidup lebih besar
Triase merupakan penilaian dan pemilihan korban bencana berdasarkan prioritas untuk mendapatkan penanganan medis. Metode triase yang dianjurkan adalah sistem METTAG atau Penuntun Lapangan START yang melakukan pengkategorian korban berdasarkan kondisi respirasi, perfusi, dan status mental dalam waktu 60 detik untuk menentukan prioritas penanganan. Tujuan triase adalah menyelamatkan korban yang memiliki kemungkinan hidup lebih besar
Triase merupakan penilaian dan pemilihan korban bencana berdasarkan prioritas untuk mendapatkan penanganan medis. Metode triase yang dianjurkan adalah sistem METTAG atau Penuntun Lapangan START yang melakukan pengkategorian korban berdasarkan kondisi respirasi, perfusi, dan status mental dalam waktu 60 detik untuk menentukan prioritas penanganan. Tujuan triase adalah menyelamatkan korban yang memiliki kemungkinan hidup lebih besar
Npm : 920173036 Kelas : 4A Prodi : S1 Ilmu Keperawatan Pokok bahasan yang kita perlu sampaikan pada saat ini adalah : 1. Apa yang dimaksud dengan Triase ? 2. Bagaimana konsep dan model-model triase bencana ? 3. Apa yang dimaksud dengan berfikir kritis dan sistematis ? 1. Pengertian Triase : Triase berasal dari Bahasa Prancis “Trier” berarti mengambil atau memilih. Adalah penilaian, pemilihan dan pengelompokan penderita yang mendapat penanganan medis dan evakusasi pada kondisi kejadian masal atau kejadian bencana. Penanganan medis yang diberikan berdasarkan prioritas sesuai dengan keadaan penderita. Proses triase inisial harus dilakukan oleh petugas pertama yang tiba ditempat kejadian dan tindakan ini harus dinilai ulang terus menerus karena status triase pasien dapat berubah. Saat ini tidak ada standard nasional baku untuk triase. Metode triase yang dianjurkan bisa secara METTAG (Triage tagging system) atau sistim triase Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid Transportation). Tujuan Triase : Tujuan Triase adalah untuk memudahkan penolong untuk memberikan petolongan dalam kondisi korban masalah atau bencan dan diharapkan banyak penderita yang memiliki kesempatan untuk bertahan hidup. Triage secara umum dibagi menjadi dua yakni Triage di UGD/IGD Rumah Sakit dan Triage di Bencana. Pendekatan yang dianjurkan untuk memprioritisasikan tindakan atas korban adalah yang dijumpai pada sistim METTAG. Prioritas tindakan dijelaskan sebagai berikut : a. Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas dan tidak mungkin diresusitasi. b. Prioritas Pertama (Merah) : Pasien cedera berat yang memerlukan tindakan dan transport segera (gagal nafas, cedera torako-abdominal, cedera kepala atau maksilo-fasial berat, shok atau perdarahan berat, luka bakar berat). c. Prioritas Kedua (Kuning) : Pasien dengan cedera yang dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat (cedera abdomen tanpa shok, cedera dada tanpa gangguan respirasi, fraktura mayor tanpa shok, cedera kepala atau tulang belakang leher, serta luka bakar ringan). d. Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien degan cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera (cedera jaringan lunak, fraktura dan dislokasi ekstremitas, cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas serta gawat darurat psikologis). Penuntun Lapangan START berupa penilaian pasien 60 detik yang mengamati ventilasi, perfusi, dan status mental untuk memastikan kelompok korban seperti yang memerlukan transport segera atau tidak, atau yang tidak mungkin diselamatkan, atau mati. Ini memungkinkan penolong secara cepat mengidentifikasikan korban yang dengan risiko besar akan kematian segera atau apakah tidak memerlukan transport segera. Sistim METTAG atau pengkodean dengan warna tagging system yang sejenis bisa digunakan sebagai bagian dari Penuntun Lapangan START. Sistem triase terdiri dari Disaster dan Non Disaster. Disaster digunakan untuk menyediakan perawatan yang lebih efektif untuk pasien dalam jumlah banyak. Sedangkan Non Disaster digunakan untuk menyediakan perawatan sebaik mungkin bagi setiap individu pasien. KONSEP DAN KLASIFIKASI TRIASE
2. Konsep dan Klasifikasi Triase
A. Konsep Triase antara lain : • Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa • Tujuan kedua adalah untuk memprioritaskan pasien menurut ke akutannya • Pengkatagorian mungkin ditentukan sewaktu-waktu • Jika ragu, pilih prioritas yang lebih tinggi untuk menghindari penurunan triage B. Triase diklasifikasi berdasarkan pada : - Tingkat pengetahuan - Data yang tersedia - Situasi yang berlangsung 3. Sistem klasifikasi menggunakan nomor, huruf atau tanda. Adapun klasifikasinya sebagai berikut : a). Prioritas 1 atau Emergensi - Pasien dengan kondisi mengancam nyawa, memerlukan evaluasi dan intervensi segera - Pasien dibawa ke ruang resusitasi - Waktu tunggu 0 (Nol) b). Prioritas 2 atau Urgent - Pasien dengan penyakit yang akut - Mungkin membutuhkan trolley, kursi roda atau jalan kaki - Waktu tunggu 30 menit - Area Critical care c). Prioritas 3 atau Non Urgent - Pasien yang biasanya dapat berjalan dengan masalah medis yang minimal - Luka lama - Kondisi yang timbul sudah lama - Area ambulatory / ruang P3 d). Prioritas 0 atau 4 Kasus kematian - Tidak ada respon pada segala rangsangan - Tidak ada respirasi spontan - Tidak ada bukti aktivitas jantung - Hilangnya respon pupil terhadap cahaya 4. Klasifikasi Triage Dalam Gambaran Kasus a). Prioritas 1 – Kasus Berat - Perdarahan berat - Asfiksia, cedera cervical, cedera pada maxilla - Trauma kepala dengan koma dan proses shock yang cepat - Fraktur terbuka dan fraktur compound - Luka bakar > 30 % / Extensive Burn - Shock tipe apapun b). Prioritas 2 – Kasus Sedang - Trauma thorax non asfiksia - Fraktur tertutup pada tulang panjang - Luka bakar terbatas - Cedera pada bagian / jaringan lunak c). Prioritas 3 – Kasus Ringan - Minor injuries - Seluruh kasus-kasus ambulant / jalan d). Prioritas 0 – Kasus Meninggal - Tidak ada respon pada semua rangsangan - Tidak ada respirasi spontan - Tidak ada bukti aktivitas jantung - Tidak ada respon pupil terhadap cahaya PENILAIAN DI TEMPAT DAN PRIORITAS TRIASE
Sistim METTAG atau sistim tagging dengan kode warna
yang sejenis bisa digunakan sebagai bagian dari Penuntun Lapangan START. Resusitasi di ambulans atau di Area Tindakan Utama sesuai keadaan. Ketua Tim Medik mengatur Sub Tim Triase dari Tim Tanggap Pertama (First Responders) untuk secara cepat menilai dan men tag korban. Setelah pemilahan selesai, Tim Tanggap Pertama melakukan tindakan sesuai kode pada tag. Umumnya tim tidak mempunyai tugas hanya sebagai petugas triase, namun juga melakukan tindakan pasca triase dan setelah triase selesai. Kondisi penilaian di tempat dan prioritas triase antara lain : a. Pertahankan keberadaan darah universal dan cairan. b. Tim respons pertama harus menilai lingkungan atas kemungkinan bahaya, keamanan dan jumlah korban untuk menentukan tingkat respons yang memadai. c. Beritahukan koordinator untuk mengumumkan musibah massal dan kebutuhan akan dukungan antar instansi sesuai yang ditentukan oleh beratnya kejadian. d. Kenali dan tunjuk pada posisi berikut bila petugas yang mampu tersedia - Petugas Komando Musibah - Petugas Komunikasi - Petugas Ekstrikasi/Bahaya - Petugas Triase Primer - Petugas Triase Sekunder - Petugas Perawatan - Petugas Angkut atau Transportasi e. Kenali dan tunjuk area sektor musibah massal : 1). Sektor Komando/Komunikasi Musibah 2). Sektor Pendukung (Kebutuhan dan Tenaga 3). Sektor Musibah 4). Sektor Ekstrikasi/Bahaya 5). Sektor Triase 6). Sektor Tindakan Primer 7). Sektor Tindakan Sekunder 8). Sektor Transportasi f. Rencana Pasca Kejadian Musibah massal : 1). Kritik Pasca Musibah 2). CISD (Critical Insident Stress Debriefing) 4. Triase dalam Bencana Bencana merupakan peristiwa yang terjadi secara mendadak atau tidak terncana atau secara perlahan tetapi berlanjut, baik yang disebabkan alam maupun manusia, yang dapat menimbulkan dampak kehidupan normal atau kerusakan ekosistem, sehingga diperlukan tindakan darurat dan luar biasa untuk menolong, menyelamatkan manusia beserta lingkunganya. Kematian dini diakibatkan gagalnya oksigenasi adekuat pada organ vital (ventilasi tidak adekuat, gangguan oksigenisasi, gangguan sirkulasi, dan perfusi end-organ tidak memadai), cedera SSP masif (mengakibatkan ventilasi yang tidak adekuat dan/atau rusaknya pusat regulasi batang otak), atau keduanya. Cedera penyebab kematian dini mempunyai pola yang dapat diprediksi (mekanisme cedera, usia, sex, bentuk tubuh, atau kondisi lingkungan). Tujuan penilaian awal adalah untuk menstabilkan pasien, mengidentifikasi cedera/kelainan pengancam jiwa dan untuk memulai tindakan sesuai, serta untuk mengatur kecepatan dan efisiensi tindakan definitif atau transfer kefasilitas sesuai. Dalam Triase Medis sebaiknya menggunakan metode START (Simple Triage and Rapid Treatment) yaitu memilih korban berdasarkan pengkajian awal terhadap penderita degan menilai Respirasi, Perfusi, dan Status Mental. Berikut langkah-langkah yang harus dilakukan penolong saat terjadi bencana : a. Penolong pertama melakukan penilaian cepat tanpa menggunakan alat atau melakuakan tindakan medis. b. Panggil penderita yang dapat berjalan dan kumpulkan diarea pengumpulan c. Nilai penderita yang tidak dapat berjalan, mulai dari posisi terdekat dengan penolong. d. Inti Penilaian Triage Medis (TRIASE dalam bencana memiliki 4 warna Hitam (penderita sudah tidak dapat ditolong lagi/meninggal), Merah (penderita mengalami kondisi kritis sehingga memerlukan penanganan yang lebih kompleks), Kuning (kondisi penderita tidak kritis), Hijau (penanganan pendirita yang memiliki kemungkinan hidup lebih besar. Penderita tidak memiliki cedera serius sehingga dapat dibebaskan dari TKP agar tidak menambah korban yang lebih banyak. Penderita yang memiliki hidup lebih banyak harus diselamatkan terlebih dahulu). 1. Langkah 1: Respirasi a. Tidak bernapas, buka jalan napas, jika tetap tidak bernapas beri TAG HITAM b. Pernfasan >30 kali /menit atau <10 kali /meni beri TAG MERAH c. Pernafasn 10-30 kali /menit: lanjutkan ke tahap berikut 2). Langkah 2: Cek perfusi (denyut nadi radial) atau capillary refill test (kuku atau bibir kebiruan) a. Bila CRT > 2 detik: TAG MERAH b. Bila CRT < 2 detik: tahap berikutnya c. Bila tidak memungkinankan untu CRT (pencahayaan kurang), cek nadi radial, bila tidak teraba/lemah; TAG MERAH d. Bila nadi radial teraba: tahap berikutnya 3). Langkah 3: Mental Status a. Berikan perintah sederhana kepada penderita, jika dapat mengikuti perintah: TAG KUNING b. Bila tidak dapat mengikuti perintah: TAG MERAH c. Tindakan yang haru CEPAT dilakuakn adalah : d. Buka jalan napas, bebaskan benda asing atau darah d. Berikan nafas buatan segara jika korban tidak bernafas e. Balut tekan dan tinggikan jika ada luka terbuka/perdarahan BERFIKIR KRITIS DAN SISTEMATIS 1. Berfikir Kritis Berfikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Critical berasal dari bahasa Grika yang berarti : bertanya, diskusi, memilih, menilai, membuat keputusan. Kritein yang berarti to choose, to decide. Krites berarti judge. Criterion (bahasa Inggris) yang berarti standar, aturan, atau metode. Critical thinking ditujukan pada situasi, rencana dan bahkan aturan-aturan yang terstandar dan mendahului dalam pembuatan keputusan (Mz. Kenzie). Sementara itu Rahmat (2010) mengemukakan berpikir kritis (critical thinking) sinonim dengan pengambilan keputusan (decision making), perencanaan stratejik (strategic planning), proses ilmiah (scientific process), dan pemecahan masalah (problem solving). Critical thinking yaitu investigasi terhadap tujuan guna mengeksplorasi situasi, fenomena, pertanyaan atau masalah untuk menuju pada hipotesa atau keputusan secara terintegrasi. Menurut Bandman (1998) berfikir kritis adalah pengujian yang rasional terhadap ide-ide, pengaruh, asumsi, prinsip-prinsip, argument, kesimpulan-kesimpulan, isu-isu, pernyataan, keyakinan dan aktivitas. Pengujian ini berdasarkan alasan ilmiah, pengambilan keputusan, dan kreativitas. Menurut Brunner dan Suddarth (1997), berpikir kritis adalah proses kognitif atau mental yang mencakup penilaian dan analisa rasional terhadap semua informasi dan ide yang ada serta merumuskan kesimpulan dan keputusan. Berpikir kritis digunakan perawat untuk beberapa alasan : a. Mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi . b. Penerapan profesionalisme. c. Pengetahuan tehnis dan keterampilan tehnis dalam memberi asuhan keperawatan. d. Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat dalam menuju keberhasilan dalam berbagai aktifitas. e. Berpikir kritis juga dapat dikatakan sebagai konsep dasar yang terdiri dari konsep berpikir yang berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut pandang selain itu juga membahas tentang komponen berpikir kritis dalam keperawatan yang di dalamnya dipelajari karakteristik, sikap dan standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan keputusan dan kreatifitas dalam berpikir kritis. Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan pada pikiran rasional dan cermat menjadi pemikir kritis adalah denominator umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri. Berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih kemampuan dalam mengevaluasikan atau melakukan penilaian secara cermat tentang tepat tidaknya atau layak tidaknya suatu gagasan. Berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir (kognitif) yang mencakup penilaian analisa secara rasional tentang semua informasi, masukan, pendapat, dan ide yang ada, kemudian merumuskan kesimpulan. 2. Karakteristik Berpikir Kritis a. Konseptualisasi. Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep. Sedangkan konsep adalah fenomena atau pandangan mental tentang realitas, pikiran- pikiran tentang kejadian, objek, atribut, dan sejenisnya. Dengan demikian konseptualisasi merupakan pikiran abstrak yang digeneralisasi secara otomatis menjadi simbol-simbol dan disimpan dalam otak. b. Rasional dan beralasan. Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai dasar kuat dari fakta fenomena nyata. c. Reflektif.Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau persepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan menyediakan waktu untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu, fakta dan kejadian. d. Bagian dari suatu sikap. Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir kritis akan selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk dibanding yang lain. e. Kemandirian berpikir. Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif menerima pemikiran dan keyakinan orang lain menganalisis semua isu, memutuskan secara benar dan dapat dipercaya. f. Berpikir adil dan terbuka. Yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah dan kurang menguntungkan menjadi benar dan lebih baik. g. Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan. Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan kesimpulan, mencipta suatu pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan yang akan diambil. Wade (1995) mengidentifikasi delapan kerakteristik berpikir kritis, yakni meliputi: 1). Kegiatan merumuskan pertanyaan 2). Membatasi permasalahan 3). Menguji data-data 4). Menganalisis berbagai pendapat 5). Menghindari pertimbangan yang sangat emosional 6). Menghindari penyederhanaan berlebihan 7). Mempertimbangkan berbagai interpretasi 8). Mentolerasi ambiguitas 3. Model Berfikir Kritis Sebelum melanjutkan lebih jauh, kita perlu mencoba untuk menemukan jalan yang membantu pelajar pemula untuk belajar tentang berpikir kritis dan termasuk perkembangan model berpikir kritis yang menjadi pokok bahasan. Banyak klasifikasi berpikir yang ditemukan di literature. Costa and Colleagues (1985). Menurut Costa and Colleagues klasifikasi berpikir dikenal sebagai “The Six Rs” yaitu : a. Remembering (Mengingat) b. Repeating (Mengulang) c. Reasoning (Memberi Alasan/rasional) d. Reorganizing (Reorganisasi) e. Relating (Berhubungan) f. Reflecting (Memantulkan/merenungkan Meskipun The Six Rs sangat berguna namun tidak semuanya cocok dengan dalam keperawatan. Kemudian Perkumpulan Keperawatan mencoba mengembangkan gambaran berpikir dan mengklasifikasikan menjadi 5 model disebut T.H.I.N.K. yaitu: Total Recall, Habits, Inquiry, New Ideas and Creativity, Knowing How You Think. a. Total Recall (T) Total Recall berarti mengingat fakta atau mengingat dimana dan bagaimana untuk mendapatkan fakta/data ketika diperlukan. b. Habit/Kebiasaan (H) Habits merupakan pendekatan berpikir ditinjau dari tindakan yang diulang berkali-kali sehingga menjadi kebiasaan yang alami. c. Inquiry/Penyelidikan/menanyakan keterangan (I) Inquiry merupakan latihan mempelajari suatu masalah secara mendalam dan mengajukan pertanyaan yang mendekati kenyataan. d. New Ideas and Creativity (N) Ide baru dan kreativitas terdiri dari model berpikir unik dan bervariasi yang khusus bagi individu. e. Knowing How You Think / Mengetahui apa yang kamu fikirkan (K) Knowing How You Think merupakan yang terakhir tetapi bukannya yang paling tidak dihiraukan dari model T.H.I.N.K. yang berarti berpikir tentang apa yang kita pikirkan. Berpikir tentang berpikir disebut “metacognition”. Meta berarti “diantara atau pertengahan” dan cognition berarti “Proses mengetahui”. 4. Metode Berfikir Kritis Freely mengidentifikasi 7 metode critical thinking : a. Debate : metode yang digunakan untuk mencari, membantu, dan merupakan keputusan yang beralasan bagi seseorang atau kelompok dimana dalam proses terjadi perdebatan atau argumentasi. b. Individual decision : Individu dapat berdebat dengan dirinya sendiri dalam proses mengambil keputusan. c. Group discussion : sekelompok orang memperbincangkan suatu masalah dan masing-masing mengemukakan pendapatnya. d. Persuasi : komunikasi yang berhubungan dengan mempengaruhi perbuatan, keyajinan, sikap, dan nilai-nilai orang lain melalui berbagai alas an, argument, atau bujukan. Debat dan iklan adalah dua bentuk persuasi. e. Propaganda : komunikasi dengan menggunakan berbagai media yang sengaja dipersiapkan untuk mempengaruhi massa pendengar. f. Coercion : mengancam atau menggunakan kekuatan dalam berkomunikasi untuk memaksakan suatu kehendak. g. Kombinasi beberapa metode.
Makalah Perumusan Diagnosis Keperawatan Pada Lansia Dengan Masalah Komunikasi Serta Perencanaan Tindakan Keperawatan Pada Lansia Dengan Masalah Komunikasi
Makalah Perumusan Diagnosis Keperawatan Pada Lansia Dengan Masalah Komunikasi Serta Perencanaan Tindakan Keperawatan Pada Lansia Dengan Masalah Komunikasi