Anda di halaman 1dari 37

Oleh:

Ai Rahmawati, S.Kep., Ners


 ketidakmampuan untuk menjadi hamil dalam satu tahun
setelah secara teratur menjalani hubungan intim tanpa
kontrasepsi
 Tidak hamil setelah 12 bulan melakukan hubungan intim
secara rutin (1-3 kali seminggu) dan bebas kontrasepsi bila
perempuan berumur kurang dari 34 tahun.
 Tidak hamil setelah 6 bulan melakukan hubungan intim secara
rutin (1-3 kali seminggu) dan bebas kontrasepsi bila
perempuan berumur lebih dari 35 tahun.
 Perempuan yang bisa hamil namun tidak sampai melahirkan
sesuai masanya (37-42 minggu).
 Secara umum, di dunia diperkirakan 1 dari 7 pasangan
bermasalah dalam hal kehamilan.
 Di Indonesia, angka kejadian perempuan infertil 15% pada
usia 30-34 tahun, meningkat 30 % pada usia 35-39 tahun dan
64 % pada usia 40-44 tahun.
 pada tahun 2010 hampir 50 juta pasangan di seluruh dunia
tidak dapat hamil setelah berusaha selama 5 tahun. Studi ini
memeriksa 277 survei nasional untuk memperkirakan tingkat
infertilitas di 190 negara pada tahun 1990-2010.
 pada tahun 2010 sekitar 1,9 persen perempuan berusia 20
tahun tidak mampu memiliki kelahiran pertamanya (infertilitas
primer) dan 10,5 persen perempuan yang sebelumnya sudah
melahirkan tidak mampu lagi memiliki anak (infertilitas
sekunder).
 Mereka disebut infertil karena belum hamil
setelah setahun menikah. Kini, para ahli
memastikan angka infertilitas telah meningkat
mencapai 15-20 persen dari sekitar 50 juta
pasangan di Indonesia.
 Penyebab infertilitas sebanyak 25-40% berasal
dari pria, 40-55% dari wanita, 10% dari pria
dan wanita, dan 10% tidak diketahui. Hal ini
dapat menghapus anggapan bahwa infertilitas
terjadi murni karena kesalahan dari pihak
wanita/istri.
Infertilitas sendiri ada dua macam, yaitu
infertilitas primer dan infertilitas sekunder.
 Pasangan dengan infertilitas primer tidak bisa
hamil
 infertilitas sekunder adalah sulit untuk hamil
setelah sudah pernah sekali hamil dan
melahirkan secara normal sebelumnya.
 Lama Infertilitas: lebih dari 50% pasangan dengan masalah
infertilitas datang terlambat. Terlambat (umur makin tua,
penyakit pada organ reproduksi yang makin parah, dan makin
terbatasnya jenis pengobatan yang sesuai dengan pasangan
tersebut)
 Emosi: Stres memicu pengeluaran hormon kortisol yang
mempengaruhi pengaturan hormon reproduksi
 Hubungan Seksual: Hubungan intim (disebut koitus) atau
onani (disebut masturbasi) yang dilakukan setiap hari akan
mengurangi jumlah dan kepadatan sperma. Frekuensi yang
dianjurkan adalah 2-3 kali seminggu sehingga memberi waktu
testis memproduksi sperma dalam jumlah cukup dan matang
 Posisi: Penetrasi yang optimal dilakukan dengan cara
posisi pria di atas, wanita di bawah
 Masa Subur: Satu sel telur dilepaskan oleh indung
telur dalam setiap menstruasi, yaitu 14 hari sebelum
menstruasi berikutnya. Peristiwa itu disebut ovulasi.
Sel telur kemudian menunggu sperma di saluran telur
(tuba falopi) selama kurang-lebih 48 jam. Masa
tersebut disebut masa subur
 Kondisi Sosial dan Ekonomi: Kondisi Sosial dan
ekonomi yang semakin buruk akan memperbesar
kemungkinan terjadinya infertilitas
 Pada saat subur, keluarlah cairan bening seperti putih telur sehingga
kelamin terkesan basah. Banyak wanita menganggap hal itu sebagai
keputihan. Di luar saat subur, lendir mulut rahim hanya sedikit dan
lebih kental sehingga kelamin terkesan kering.
 Dengan mengukur suhu tubuh setiap pagi sebelum bangun tidur
selama beberapa bulan siklus menstruasi (biasanya sampai tiga
bulan). Tanda ovulasi adalah apabila terjadi sedikit kenaikan suhu
tubuh pada pertengahan siklus haid. Suhu tubuh itu disebut sebagai
suhu basal tubuh, yaitu suhu tubuh dalam kondisi istirahat penuh.
Peningkatan suhu tubuh yang jelas, walalupun sedikit (sekitar 0,2-
0,5 °C), terjadi karena produksi hormon progesteron yang muncul
segera setelah ovulasi. Pemeriksaan meliputi pengukuran suhu tubuh
setiap pagi pada waktu bangun tidur, dan dicatat pada suatu grafik
khusus (bisa didapatkan dari dokter)
 Guncang termometer (termometer dapat dibeli di
apotek) hingga di bawah 36 °C, dan siapkan termometer
di dekat tempat tidur Anda sebelum tidur.
 Saat terbangun di pagi hari, letakkan termometer di
mulut anda (termometer oral) selama 10 menit. Penting
untuk Anda ingat adalah jangan banyak bergerak.
Tetaplah berbaring dan istirahat dengan mata tertutup.
Jangan bangun selama 10 menit hingga selesai
pengukuran.
 Setelah 10 menit, bacalah dan catat suhu tubuh Anda
pada grafik saat tanggal pemeriksaan itu.
 Umur
 Gangguan organ reproduksi
 Gangguan ovulasi
 Kegagalan implantasi
 Endometriosis
 Abrasi genetis
 Faktor immunologis
 Lingkungan
 Pada umur 35 tahun simpanan sel telur
menipis dan mulai terjadi perubahan
keseimbangan hormon sehingga
kesempatan wanita untuk bisa hamil
menurun drastis.
 Kualitas sel telur yang dihasilkan pun
menurun sehingga tingkat keguguran
meningkat.
 Sampai pada akhirnya kira-kira umur 45
tahun sel telur habis sehingga wanita tidak
menstruasi lagi alias tidak dapat hamil lagi.
 Pemeriksaan cadangan sel telur dapat
dilakukan dengan pemeriksaan darah atau
USG saat menstruasi hari ke-2 atau ke-3.
 Infeksi vagina  meningkatkan keasaman vagina  membunuh
sperma dan pengkerutan vagina  menghambat transportasi sperma
ke vagina
 Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon estrogen yang
mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di
serviks  perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu,
bekas operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut  dapat
menutup serviks  sperma tidak dapat masuk ke rahim
 Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus
yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus
 gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus  terjadi
abortus berulang
 Kelainan tuba falopii akibat infeksi  adhesi tuba falopii dan terjadi
obstruksi ovum dan sperma tidak dapat bertemu
 Dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal
seperti adanya hambatan pada sekresi hormon FSH
dan LH yang memiliki pengaruh besar terhadap
ovulasi.
 Hambatan ini dapat terjadi karena adanya tumor
kranial, stress, dan penggunaan obat-obatan yang
menyebabkan terjadinya disfungsi hipothalamus dan
hipofise.
 Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka
folicle mengalami hambatan untuk matang dan
berakhir pada gangguan ovulasi
 Wanita dengan kadar
progesteron yang rendah
mengalami kegagalan dalam
mempersiapkan endometrium
untuk nidasi.
 Setelah terjadi pembuahan,
proses nidasi pada endometrium
tidak berlangsung baik.
 Akibatnya fetus tidak dapat
berkembang dan terjadilah
abortus
 Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda
dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi
sebagai respon terhadap benda asing.
 Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan
pada wanita hamil
 Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok,
gas ananstesi, zat kimia, dan pestisida dapat
menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh
termasuk organ reproduksi yang akan
mempengaruhi kesuburan
 Abnormalitas sperma (morfologi, motilitas )
 Abnormalitas ejakulasi (ejakulasi retrograde,
hipospadia )
 Abnormalitas ereksi
 Abnormalitas cairan semen (perubahan pH dan
perubahan komposisi kimiawi )
 Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan
jaringan parut sehingga terjadi penyempitan pada
obstruksi
pada saluran genital
 Lingkungan (Radiasi,
obat-obatan anti cancer )
 Abrasi genetik
 Kuantitas: Seorang pria dianggap subur bila memiliki >20 juta
sperma per milimeter. hanya 200 sel sperma yang bisa mencapai sel
telur di tuba falopi (saluran indung telur). Dari jumlah ini, hanya satu
sel sperma yang beruntung bisa membuahi sel telur.
 Kualitas: Sperma yang normal memiliki bentuk kepala oval dan
ekor panjang untuk mendorongnya maju dan berenang mencapai sel
telur. Sperma yang bentuknya besar, kecil, lonjong, keriting, atau
memiliki ekor dobel, lebih sulit membuahi sel telur.
 Pergerakan: Sel sperma harus gesit dan berenang sejauh beberapa
inci untuk mencapai dan membuahi sel telur. Disebut subur bila
minimal separuh sperma bergerak maju
 Warna: Putih keruh
 Bau: Bunga akasia
 PH :7,2 – 7,8
 Volume: 2 – 5 ml
 Viskositas: 1,6 – 6,6 centipose
 Jumlah sperma: 20 juta / ml
 Sperma motil > 50%
 Bentuk normal > 60%
 Kecepatan gerak sperma: 0,18-1,2 detik
 persentase gerak sperma motil > 60%
 Aglutasi: Tidak ada
 Sel – sel: Sedikit,tidak ada
 Uji fruktosa 150-650 mg/dl
 Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya
gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus  pembentukan FSH dan LH
tidak adekuat  terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium.
 Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik  gangguan pada ovulasi.
 Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari
infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum
tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma.
 Kelainan bentuk uterus  hasil konsepsi tidak berkembang normal
walapun sebelumnya terjadi fertilisasi.
 Abnormalitas ovarium  mempengaruhi pembentukan folikel.
 Abnormalitas servik  proses pemasukan sperma.
 Aberasi genetik  kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia
tidak berkembang dengan baik.
 Infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun  terjadi
gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan, infeksi
juga  inflamasi berlanjut perlekatan yang  gangguan implantasi zigot
yang berujung pada abortus.
 Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi
hipotalamus dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status
fungsional testis.
 Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi
infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat
adiktif  abnormalitas sperma dan penurunan libido.
 Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang
mengakibatkan  berkurangnya pancaran sperma.
 Suhu disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas
spermatogenesis.
 Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya akibat pembedahan 
sperma masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi
sperma terganggu.
 Pemeriksaan Fisik: Perkembangan seks
sekunder yang tidak adekuat ( spt distribusi
lemak tubuh dan rambut yang tidak sesuai ).
 Pemeriksaan System Reproduksi
 Deteksi Ovulasi
 Analisa hormon
 Sitologi vagina
 Uji pasca senggama
 Biopsy endometrium terjadwal
 Histerosalpinografi
 Laparoskopi
 Pemeriksaan pelvis ultrasound
 Analisa Semen
 Pemeriksaan endokrin
 USG
 Biopsi testis
 Uji penetrasi sperma
 Uji hemizona
 Pengetahuan: siklus menstruasi, gejala, lendir serviks puncak
dan waktu yang tepat untuk coital
 Pemberian terapi obat: Stimulant ovulasi, Terapi penggantian
hormon, Glukokortikoid, Penggunaan antibiotika
 GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
 Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang
rusak secara luas
 Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate
 Pengangkatan tumor atau fibroid
  Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau
kemoterapi
 Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun 
diharapkan kualitas sperma meningkat
 Agen antimikroba
 Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
 HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
 FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
 Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus
 Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
 Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
 Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Mis. perbaikan
nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
 Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung
spermatisida
 Identitas klien
 Riwayat kesehatan
 Pemeriksaan Fisik: Terdapat berbagai kelainan
pada organ genital, pria atupun wanita
 Pemeriksaan penunjang
 Riwayat Kesehatan Dahulu: Riwayat terpajan benda –
benda mutan yang membahayakan reproduksi di rumah,
Riwayat infeksi genitorurinaria, Hipertiroidisme dan
hipotiroid, Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama,
Tumor hipofisis atau prolaktinoma, Riwayat penyakit
menular seksual, Riwayat kista
 Riwayat Kesehatan Sekarang:  Endometriosis dan
endometrits, Vaginismus (kejang pada otot vagina),
Gangguan ovulasi, Abnormalitas tuba falopi, ovarium,
uterus, dan servik, Autoimun
 Riwayat Kesehatan Keluarga: Memiliki riwayat
saudara/keluarga dengan aberasi genetik
 Riwayat Obstetri: Tidak hamil dan melahirkan selama
satu tahun tanpa alat kontrasepsi, Mengalami aborsi
berulang, Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil
selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
 Riwayat Kesehatan Dahulu: Riwayat terpajan benda – benda
mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok,
narkotik, alkohol, infeksi), Status gizi dan nutrisi terutama
kekurangan protein dan vitamin tertentu, Riwayat infeksi
genitorurinaria, Hipertiroidisme dan hipotiroid, Tumor
hipofisis atau prolactinoma, Trauma, kecelakan sehinga testis
rusak, Konsumsi obat-obatan yang mengganggu
spermatogenesis, Pernah menjalani operasi yang berefek
menganggu organ reproduksi contoh : operasi prostat, operasi
tumor saluran kemih, Riwayat vasektomi
 Riwayat Kesehatan Sekarang: Disfungsi ereksi berat,
Ejakulasi retrograt, Hypo/epispadia, Mikropenis,
Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha,
Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan
motilitas sperma), Saluran sperma yang tersumbat, Hernia
scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis ), Varikhokel
(varises pembuluh balik darah testis), Abnormalitas cairan
semen
 Riwayat Kesehatan Keluarga: Memiliki riwayat
saudara/keluarga dengan aberasi genetik
 Wanita: Deteksi Ovulasi, Analisa hormon, Sitologi vagina, Uji
pasca senggama, Biopsy endometrium terjadwal,
Histerosalpinografi, Laparoskopi, Pemeriksaan pelvis
ultrasound
 Pria: Analisa Semen, Parameter, Warna Putih keruh, Bau
Bunga akasia, PH 7,2 – 7,8, Volume 2 – 5 ml, Viskositas 1,6 –
6,6 centipose, Jumlah sperma 20 juta / ml, Sperma motil >
50%, Bentuk normal > 60%, Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2
detik, persentase gerak sperma motil > 60%, Aglutasi Tidak
ada, Sel – sel Sedikit,tidak ada, Uji fruktosa 150-650 mg/dl,
Pemeriksaan endokrin, USG, Biopsi testis, Uji penetrasi
sperma, Uji hemizona
 Ansietas b.d ketidaktahuan tentang hasil akhir proses
diagnostic
 Gangguan konsep diri; harga diri rendah b.d gangguan
fertilitas
 Gangguan konsep diri; gangguan citra diri b.d perubahan
struktur anatomis dan fungsional organ reproduksi
 Resiko tinggi terhadap kerusakan koping individu / keluarga
b.d metode yang digunakan dalam investigasi gangguan
fertilitas
 Konflik pengambilan keputusan b.d terapi untuk menangani
infertilitas, alternatif untuk terapi
 Perubahan proses keluarga b.d harapan tidak
terpenuhi untuk hamil
 Berduka dan antisipasi b.d prognosis yang buruk
 Nyeri akut b. d efek tes dfiagnostik
 Efek tes diagnostic ketedakberdayaan b.d kurang
control terhadap prognosis
 Resiko tinggi isolasi social b.d kerusakan fertilitas,
investigasinya, dan penataklaksanaannya

Anda mungkin juga menyukai