Anda di halaman 1dari 31

PBL 1.

2
Gabriela D Saiya
2018-83-036
DEFINISI & ETIOLOGI
SIFILIS
• Sifilis ialah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema
pallidum, sangat kronik dan bersifat sistemik. Pada perjalannya dapat
menyerang hampir semua alat tubuh, dapat menyerupai banyak
penyakit, mempunyai masa laten, dan dapat ditularkan dari ibu ke
janin.
• Pada tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh Schaudinn dan
Hoffman ialah Treponema pallidum, yang termasuk ordo
Spirochaetales, familia Spirochaetaceae, dan genus Treponema.
KLASIFIKASI
SIFILIS
• Sifilis dibagi menjadi sifilis kongenital dan sifilis akuisita (didapat).
• Sifilis kongenital dibagi menjadi: dini (sebelum dua tahun), lanjut
(sesudah dua tahun), dan stigmata.
• Sifilis akuisita dapat dibagi menurut dua cara, secara klinis dan
epidemiologik. Menurut cara pertama sifilis dibagi menjadi tiga
stadium: stadium I (S I), stadium II (S II), dan stadium Ill (S 111).
• Secara epidemiologik menurut WHO dibagi menjadi:
1. Stadium dini menular (dalam satu tahun sejak infeksi), terdiri atas S I,
S II, stadium rekuren, dan stadium laten dini.
2. Stadium lanjut tak menular (setelah satu tahun sejak infeksi), terdiri
atas stadium laten lanjut dan S Ill.
PATOMEKANI
SME
MANIFESTASI KLINIS
DIAGNOSIS DIFERENSIAL
• Ulkus mole
a) Ulkus mole atau sering disebut chancroid ialah penyakit ulkus genital akut,
setempat, dapat berinokulasi sendiri (autoinoculation), disebabkan oleh
Haemophilusducreyi, dengan gejala klinis khas berupa ulkus di tempat masuk
kuman dan seringkali disertai supurasi kelenjar getah bening regional.
b) Penyebab : basil gram negatif, tidak berkapsul, dan anaerob fakultatif yang
disebut Haemophilusducreyi. Kuman ini menginfeksi kulit genitalia dan
sekitarnya, permukaan mukosa, serta kelenjar getah bening regional.
c) Penyakit ini terutama menular melalui hubungan seksual dengan seseorang
yang telah terinfeksi.
d) Gejala : Ulkus Multipel, dangkal, tidak terdapat indurasi, sangat nyeri. Bagian
tepi bergaung, rapuh, tidak rata, kulit atau mukosa sekeliling ulkus eritematosa.
Dasar ulkus dilapisi oleh eksudat nekrotik kuning keabu-abuan dan mudah
berdarah jika lapisan tersebut diangkat
• Granuloma inguinal
a) Gambaran klinis : Nodus subkutan tunggal atau multiple, tidak terdapat
limfadenopati, kadang-kadang pembengkakan subkutan di daerah inguinal,
dapat terjadi penyebaran sistemik meskipun jarang, berupa lesi-lesi di hepar
dan tulang.
• Skabies
a) Penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi Sarcoples scabies
Var. Hominis.
b) Penyebab skabies pada manusia adalah varietas hominis, sedangkan varietas
pada mamalia lain dapat mengin-festasi manusia. tetapi tidak dapat hidup
lama.
c) Gejala : Pruritus pada malam hari, lesi khas skabies adalah papul yang gatal
sepanjang terowongan yang berisi tungau. Lesi pada penis berbentuk khas
terutama berupa nodul dan sering disertai lesi ulseratif dan pioderma
• Herpes genitalis
a) Herpes genitalis adalah infeksi pada genital yang disebabkan oleh Herpes simplex
virus (HSV) dengan gejala khas berupa vesikel yang berkelompok dengan dasar
critema dan bersifat rekurens.
b) Biasanya didahului rasa terbakar dan gatal di daerah lesi yang terjadi beberapa jam
sebelum timbulnya lesi.
c) Lesi pada kulit berbentuk vesikel yang berkelompok dengan dasar eritem. Vesikel
ini mudah pecah dan menimbulkan erosi multipel.
d) Setelah lesi timbul dapat disertai gejala konstilusi seperti malaise, demam dan nye.i
otot.
ALUR PENEGAKAN DIAGNOSIS
SIFILIS
ANAMNESIS
a) Keluhan utama
Keluhan utama (misalnya rasa gatal, nyeri, panas, baal, lepuh, koreng, benjolan, perubahan bentuk atau
estetika, gangguan fungsi berkemih dan duh tubuh) hendaknya disertai keterangan lama sakit. Hal tersebut
penting guna menilai apakah penyakit bersifat akut atau kronis.
b) Hal yang penting ditanyakan pada pasien adalah
• Awitan sakit (onset of the disease)
• Riwayat perjalanan penyakit dan kejadian selama penyakit berlangsung.
• Faktor yang memengaruhi penyakit (menjadikan lebih berat atau buruk, lebih baik atau berkurang).
• Faktor genetik atau penyakit di keluarga sedarah dan faktor predisposisi, seperti diabetes atau riwayat
penyakit di masa lampau, misalnya alergi atau riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan
penyakit sekarang.
• Riwayat penggunaan obat tertentu untuk penyakit yang dideritanya maupun untuk penyakit lain, dan
pengaruh obat tersebut.
Anamnesis tidak perlu lebih terinci, tetapi dapat dilakukan lebih terarah pada diagnosis kerja
atau diagnosis banding setelah dan sewaktu inspeksi
PEMERIKSAAN FISIK
a) Inspeksi
Anamnesis terarah biasanya ditanyakan pada pasien bersamaan dengan dilakukan
inspeksi untuk melengkapi data diagnostik. Bila ada kelainan di tempat lain, perlu
dilakukan inspeksi seluruh kulit tubuh pasien. Mintalah dengan hormat agar pasien
bersedia diperiksa seluruh tubuhnya, dan terangkan tujuan dan manfaat dengan jelas.

b) Palpasi
Pada palpasi perhatikan masingmasing jenis lesi, apakah permukaan rata, tidak rata
(berbenjol-benjol), licin/ halus atau kasar, dan konsistensi lesi misalnya padat, kenyal,
lunak, dan nyeri pada penekanan.
Pada sifilis pemeriksaan fisik didapatkan lesi dimulai dengan papul soliter, kemerahan dan
keras yang muncul pada glans penis, vulva, serviks, anus, jari, orofaring, lidah, dan puting.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan T. Pallidum
Cara pemeriksaan adalah dengan mengambil serum dari lesi kulit dan dilihat bentuk dan
pergerakannya dengan mikroskop lapangan gelap. Pemeriksaan dilakukan tiga hari berturut-turut.
Jika hasil pada hari I dan II negatif. Sementara itu lesi dikompres dengan larutan garam faal. Bila
negatif bukan selalu berarti diagnosisnya bukan sifilis, mungkin kumannya terlalu sedikit.
Treponema tampak berwama putih pada latar belakang gelap.
b) Tes Serologik Sifilis (T.S.S.)
Sebagai ukuran untuk mengevaluasi tes serologi ialah sensitivitas dan spesifisitas. Sensitivitas ialah
kemampuan untuk bereaksi pada penyakit sifilis. Sedangkan spesifisitas berarti kemampuan
nonreaktif pada penyakit bukan sifilis. S I pada mulanya memberi hasil T.S.S. negatif (seronegatif),
kemudian menjadi positif (seropositif) dengan titer rendah, jadi positif lemah. Pada S II yang masih
dini reaksi menjadi positif agak kuat, yang akan menjadi sangat kuat pada S II lanjut. Pada S Ill
reaksi menurun lagi menjadi positif lemah atau negatif
T.S.S. dibagi menjadi dua berdasarkan antigen yang dipakai:
1. Nontreponemal (tes reagin)
Pada tes ini digunakan antigen tidak spesifik yaitu kardiolipin yang dikombinasikan dengan lesitin dan kolesterol, karena itu tes
ini dapat memberi Reaksi Biologik Semu (RBS) atau Biologic Fase Positive (BFP). Antibodinya disebut reagin, yang terbentuk
setelah infeksi dengan T. pallidum.
Conteh tes nontreponemal
1) Tes fiksasi komplemen: Wasserman (WR), Kolmer.
2) Tes flokulasi: VDRL (Venereal Disease Research Laboratories), Kahn, RPR (Rapid
Plasma Reagin), ART (Automated Reagin Test), dan RST (Reagin Screen Test).
Di antara tes-tes tersebut, yang dianjurkan ialah VDRL dan RPR secara
kuantitatif, karena teknis lebih mudah dan lebih cepat daripada tes fiksasi
komplemen, lebih sensitif daripada tes Kolmer/Wasserman, dan baik untuk
menilai terapi
2. Treponemal
Tes ini bersifat spesifik karena antigennya ialah treponema atau ekstraknya dan dapat
digolongkan menjadi empat kelompok:
• Tes imobilisasi: TPI (Treponemal pallidum /mobilization Test).
• Tes fiksasi komplemen: RPCF (Reiter Protein Complement Fixation Test).
• Tes lmunofluoresen: FTA-Abs (Fluorecent Treponemal Antibody Absorption Test). Ada
dua: lgM, lgG; FTA-Abs DS (Fluorescent Treponemal Antibody-Absorption Double
Staining).
• Tes hemoglutisasi: TPHA (Treponemal pallidum Haemoglutination Assay), 19S lgM SPHA
(Solid-phase Hemabsorption Assay), HATIS (Hemagg/utination Treponemal Test for
Syphillis), MHA-TP (Mirohemagglutination Assay for Antibodies to Treponema Pallidum)
• TPI merupakan tes yang paling spesifik, tetapi mempunyai kekurangan; biayanya mahal,
teknis sulit, membutuhkan waktu banyak. Selain itu juga reaksinya lambat, baru positif
pada akhir stadium primer, tidak dapat digunakan untuk menilai hasil pengobatan, hasil
dapat negatif pada sifilis dini dan sangat lanjut.
• RPCF sering digunakan untuk tes screening karena biayanya murah; kadang-kadang
didapatkan reaksi positif semu.
KOMPLIKASI SIFILIS
• Benjolan kecil atau gumma
Kondisi ini bisa muncul di area kulit, tulang, hati, atau  organ lainnya.
• Infeksi HIV
Orang-orang yang menderita sifilis dan sering bergonti-ganti pasangan memiliki
risiko terkena HIVdua kali lipat dari orang biasa.
• Gangguan saraf
Gangguan saraf yang dapat terjadi adalah impotensi, gangguan berkemih,
gangguan pengelihatan, kehilangan pendengaran, stroke, atau meningitis.
• Gangguan jantung
Kelainan jantung yang dapat terjadi akibat sifilis adalah aneurismaaorta dan
kerusakan katup jantung.
• Komplikasi kehamilan
Komplikasi yang dapat dialami ibu hamil antara lain keguguran, kematian janin
dalam kandungan, atau kematian bayi beberapa saat setelah persaliinan.
TATALAKSANA
PROGNOSIS
• Pada sifilis dini yang diobati, angka penyembuhan mencapai 95%. Kelainan
kulit akan sembuh dalam 7-14 hari. Pembesaran kelenjar getah bening akan
menetap berminggu-minggu
• Pada sifilis laten lanjut prognosisnya baik, prognosis pada sifilis gumatosa
bergantung pada alat yang dikenal dan banyaknya kerusakan. Dengan
melihat hasil T.S.S. pada sifilis lanjut sukar ditentukan prognosisnya.
• Pada sifilis kardiovaskular, prognosisnya sukar ditentukan. Pada aortitis
tanpa komplikasi prognosisnya baik. Pada payah jantung prognosisnya buruk
• Prognosis sifilis kongenital dini baik. Pada yang lanjut prognosisnya
bergantung pada kerusakan yang telah ada
KIE
• Dokter mengedukasi pasien sifilis dengan cara menjelaskan tentang apa
penyakit yang diderita oleh pasien, penjelasan tentang obat dan aturan
penggunaan obat, penjelasan bagaimana cara agar tidak menular kepada
orang lain, dan kontrol rutin pasien untuk melihat perkembangan
kesembuhan pasien.
1) Penjelasan kepada pasien tentang penyakit sifilis
2) Penjelasan tentang obat dan aturan penggunaan obat
3) Bagaimana cara agar tidak menular kepada orang lain
4) Kontrol rutin pasien
PROGRAM NASIONAL UNTUK
MENANGGULANGI IMS
Program nasional untuk menanggulangi IMS

Identifikasi Penyediaan
Edukasi Pasien Kondom
sindrom

Pemberitahuan dan
Konseling Pengobatan antibiotik pemgobatan pasangan
terhadap sindrom seksual
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai