Anda di halaman 1dari 26

TUTORIAL 1.

SKENARIO 1
RABU, 03 MARET 2021
SKENARIO
Anis, seorang laki-laki berusia 23 tahun datang ke
puskesmas dengan keluhan luka lecet pada kemaluan
dialami sejak 4 hari yang lalu. Awalnya berupa plentingan,
kemudian pecah menjadi luka, luka tidak nyeri, tidak ada
demam, tidak ditemukan bercak merah pada kedua telapak
kaki atau tangan. Riwayat luka pada kemaluan sebelumnya
disangkal. Pekerjaan pasien adalah supir truk antar kota.
Pasien sudah menikah namun mengaku sering berganti-
ganti pasangan. Pada pemeriksaan fisik ditemukan ulkus
soliter pada regio glans penis, tidak nyeri, dasar bersih, tepi
jelas, meninggi dan indurasi. Tidak ditemukan roseola
sifilitika pada kedua telapak tangan dan kaki.  Pemeriksaan
lapang gelap ditemukan T. Pallidum.
Learning Objective
1. Definisi dan etiologi dari sifilis
2. DD sesuai skenario
3. Tatalaksana sesuai skenario
4. APD dari sifilis
5. Patogenesis dan patomekanisme sesuai skenario
6. prognosis sesuai skenario
7. klasifikasi sifilis
8. manifestasi klinis skenario
9. komplikasi dari sifilis
10. KIE kepada pasien sifilis
11. Program nasional untuk menanggulangi IMS
Defenisi dan Etiologi

- Sifilis merupakan salah satu penyakit infeksi menular seksual yang


disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Pada perjalanannya dapat
menyerupai macam-macam penyakit, mempunyai masa laten dan dapat
rekuren.
Penularan melalui :
a. Ibu ke janin (sifilis congenital)
b. Hubungan seksual
c. Luka
d. Transfusi darah
e. Jarum suntik.

- - Treponema pallidum merupakan patogen penyebab sifilis.


Treponema pallidum, ordo Spirochaetales, familia Spirochaetaceae, genus
Treponema.
- Ukuran 6-15um dengan lebar 0,15 um
- Terdiri dari 8-24 lekukan
Diagnosis diferensial

Sifillis stadium Herpes Limfogrnuloma


Balanitis Ulkus mole
primer simpleks venerum
Tatalaksana
Tatalaksana
Alur Penegakan Diagnosis

- Data diri pasien (nama, umur, alamat, status pernikahan


- Menanyakan keluhan utama dan keluhan penyerta
- Riwayat pasien (Lokasi lesi, kapan waktu onset dan evolusi)
- Apakah adanya gejala sistemik seperti demam, malaise,
Anamnesis gastrointestinal, atau gejala saluran pernapasan atas
- Bagaimana lingkungan pekerjaan pasien
- Apakah pasien memiliki riwayat sering berganti-ganti pasangan
- Pemeriksaan TTV
- Pemeriksaan seluruh kulit dan permukaan mukosa sekitar (Inspeksi).
Perhatikan lokasi, warna, perbatasan, dan jenis lesi
- Palpasi kulit untuk membantu menilai tekstur lesi, kedalaman,
struktur lesi
Pemeriksaan
Fisik
1. Pemeriksaan T.Pallidum
Pemeriksaan dengan mengambil serum dari lesi kulit dan dilihat bentuk
dan pergerkan dengan mikroskop lapang gelap
2. Tes serologic sifilis
Sebagai ukran untuk mengevaluasi tes serologi ialah sensitivitas dan
Pemeriksaan spesifisitas.
Penunjang Tes serologi difilis dibagi menjadi dua berdasarkan antigen yang dipakai
:
3. Nontreponemal (tes reagin)
4. Treponemal

5. Pemeriksaan lain
b. Tes treponema
Tes treponema mendeteksi antibodi yang secara
spesifik terkait dengan bakteri penyebab sifilis.

Beberapa macam tes treponema antara lain


1. Tes imobilisasi: TPI
2. Tes fiksasi komplemen : RPCF
3. Tes imunofluoresen: FTA-Abs (fluorescent treponemal
antibody absorption),
4. Tes hemoglutisasi :TP-HA (treponema pallidum
hemagglutination assay), MHA-TP
(microhemagglutination assay)

Tes serologi sifillis pada neurosifillis


Tes serologi sifilis pada kehamilan
Diagnosis pasti

Sifilis Stadium Primer


Treponema pallidum dapat masuk dengan cepat ke tubuh manusia melalui
kulit atau mukosa yang intak.Masa inkubasi bervariasi antara 30-90 hari, dengan
rata-rata 3 minggu. Lesi primer akan muncul 10-90 hari setelah inokulasi.
Multiplikasi Treponema pallidum di tempat infeksi akan menimbulkan lesi
primer dan pembesaran kelenjar getah bening regional. Reaksi inflamasi
menimbulkan papul kemudian mengalami erosi menjadi lesi ulseratif. Lesi ini
disebut ‘chancre’.
Pada lesi primer ditemukan banyak Treponema pallidum dan bersifat sangat
infeksius. Lesi primer akan sembuh spontan, namun 25%-30% pasien yang tidak
diobati atau dengan pengobatan yang tidak adekuat akan berkembang ke stadium
sekunder
Patomekanisme
Klasifikasi
Manifestasi klinik
Manifestasi klinik

Stadium I (sifilis primer)

- Kuman masuk → masa inkubasi 9-90 hari (rata-rata 2-4 minggu)


- Manifestasi klinis /Afek primer berupa Papula erosif ulkus durum atau
Hunterian charcre, sifat yang khas :
a. Berbentuk bulat
b. Lonjong
c. Tepi teratur tegas
d. Dinding tidak menggaung
e. Permukaan bersih
f. Dasar jaringan granulasi berwarna merah daging
g. Perabaan ada indurasi
h. Tidak nyeri bila di tekan
Manifestasi klinik

Stadium II (Sifilis Sekunder)

- Biasanya stadium II timbul 6-8 minggu kemudian.


- Sifatnya sistemik didahului gejala prodomal, misalnya sakit di daerah otot atau sendi,suhu badan
subfebris, sukar menelan, malaise, anoreksia dan sefalgia. Kelainan yang timbul dapat mengenai
kulit (75%), selaput lendir (30%),kelenjar (50%) dan alat-alat dalam (10%).
- Kelainan kulit:
a. Makula merah terang (roseolasifilitika) distribusi di seluruh tubuh tanpa rasa gatal.
b. Papula dengan berbagai bentuk dan variasi, misalnya:
1. Papula dengan susunan arsiner, sirsiner, polisiklik.
2. Papula diskret pada telapak kaki dan tangan.
3. Papula korimbiformis.
4. Kondilomata lata
5. Papula dengan folikulitis
6. Papulaskokumosa seperti psoriasis (psoriasis sifilitika), papulokrustosa seperti frambusia
(frambusia sifilitika).
7. Pustula, biasanya bersifat yang buruk (lues maligna).
Manifestasi klinik

Stadium laten lanjut

- Bila terjadi lebih dari 2 tahun sejak dimulainya infeksi


- Tidak terdapat gejala klinis tapi hasil S.T.S yang positif
- Dapat bertahun-tahun bahkan seumur hidup.

Stadium III (sifilis tersier)

- Kelainan timbul 3-10 tahun sesudah stadium I. Disebut juga sifilis Lanjut
benigna (belum membahayakan kehidupan). Dapat menyerang :
a. Struktur pembungkus badan : kulit, mukosa, subkutis dengan kelainan yang
khas berupa gumma. Bila melunak akan menghasilkan ulkus gumosum
bersifat yang serpiginosa.
b. Struktur penyangga tubuh : tulang, sendi, otot, ligamen, dan lain-lain
Manifestasi klinik
Prognosis
Dengan ditemukannya penisilin, maka program sifilis menjadi lebih
baik. Prognosis juga ditentukan oleh kepatuhan pasien berobat dan
mengubah perilaku berisiko.
Pada sifilis dini yang diobati, angka penyembuhan mencapai 95%.
Kelainan kulit akan sembuh dalam 7-14 hari. Kegagalan terapi sebanyak
5% pada S I dan S II.
Komplikasi

Pada terapi sifilis dengan penisilin dapat terjadi reaksi Jarish-


Herxheimer. Sebab yang pasti tentang reaksi ini belum diketahui,
mungkin disesbabkan oleh hipersensitivitas akibat toksin yang
dikeluarakan oleh banyak T. pallidum yang mati.
KIE

Edukasi dilakukan secara langsung oleh dokter yang menangani kepada pasien.
Disampaikan dengan bahasa sehari-hari, agar apa yang disampaikan oleh dokter
mudah dipahami dan dimengerti oleh pasien.
Cara mengdekuasi pasien yang terkena sifilis sebagai upaya dalam pencegahan dan
pengobatan pasien disampaikan bagaimana cara penyakit ini bisa menular dan
memberi peringatan kepada pasien agar tidak berhubungan seksual terlebih dahulu
termasuk kedalam upaya agar pasien tidak menularkannya kepada orang lain.
Dokter menjelaskan aturan untuk meminum obat dan kontrol rutin yang harus dijalani
oleh pasien minimal 2 minggu sekali sebagai bentuk pengobatan terhadap pasien.
Cara edukasi yang dilakukan dokter sangat baik, karena tidak hanya dalam bentuk
pengobatan untuk pasien, tetapi juga dalam bentuk pencegahan agar pasien tidak
menularkan penyakitnya kepada orang lain.
Program Nasional

1. Mengurangi morbiditas dan mortalitas berkaitan dengan IMS


2. Mencegah infeksi HIV
3. Mencegah komplikasi serius pada kaum perempuan
4. Mencegah efek kehamilan yang buruk
Sumber :

1. Rinandari U, Sari EYE. Terapi Sifilis terkini. Surakarta:Cermin


dunia kedokteran;2020:47(9).
2. Efrida, Elvinawaty Imunopatogenesis treponema pallidum dan
pemeriksaan serologi. Sumatera Barat:Jurnal kesehatan
Andalas;2017:3(3).
3. Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelaamin:Sifilis. 7 th, ed. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2019
4. Suryani DPA, Sibero HT. Syphilis. Lampung:J Majority;2017:3(7).
1-16 p.
5. Effendi Ida. Pemeriksaan Molekular Treponema pallidum. Jurnal
Kedokteran Meditek. 2018;Vol 24 (No 68).

Anda mungkin juga menyukai