Fracilia A'an A. Simbadjoe 201783096
Fracilia A'an A. Simbadjoe 201783096
SIMBADJOE
201783096
LEARNING OBJEKTIF
Secara Klinis
SK dini < 2 tahun Gangguan terjadi beberapa minggu (±3 minggu) setelah bayi lahir
2. Pada sifilis dini hasil pemeriksaan lapangan gelap ditemukan T. pallidum, pada sifilis lanjut tidak
ditemukan.
3. Pada sifilis dini infeksi ulang dapat terjadi walau telah diberi pengobatan yang cukup, sedangkan pada
sifilis lanjut sangat jarang.
4. Pada sifilis dini tidak bersifat destruktif, sedangkan pda sifilis lanjut destruktif
5. Pada sifilis dini hasil tes serologis selalu reaktif dengan titer tinggi, setelah diberi pengobatan yang
adekuat akan berubah menjadi non reaktif atau titer rendah, sedangkan pada sifilis lanjut umumnya
reaktif, selalu dengan titer rendah dan sedikit atau hampir tidak ada perubahan setelah diberi pengobatan.
Titer yang tinggi pada sifilis lanjut dijumpai pada gumma dan paresis.
MANIFESTASI KLINIS
Sifilis tersier (S III)
• Pemeriksaan TTV
• Pemeriksaan seluruh kulit dan permukaan mukosa sekitar (Inspeksi).
Perhatikan lokasi, warna, perbatasan, dan jenis lesi
• Palpasi kulit untuk membantu menilai tekstur lesi, kedalaman, struktur
lesi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan T. Pallidum
• Mengambil serum dari lesi kulit dan dilihat bentuk dan pergerakannya dengan
microskop lapangan gelap. Treponema tampak berwarna putih pada latar belakang
gelap. Pergerakannya memutar terhadap sumbunya, bergerak perlahan-lahan
melintasi lapangan pada pandangan, jika tidak bergerak cepat seperti Borrelia
vincentii penyebab stomatitis.
• Pemeriksaan lain dengan pewarna menurut Buri, tidak dapat dilihat pergerakannya
karena treponema tersebut telah mati, jadi hanya tampak bentuknya saja.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan serologis dibagi menjadi 2, yaitu pemeriksaan non treponema (uji
Wassermann, Rapid Plasma Reagin, Venereal Disease Research laboratory) dan
pemeriksaan treponema (TPPA, FTA-Abs, MHA-TP/TPHA, RPCF, uji Western
Blot).
•Rapid plasma reagin (RPR), dan Venereal Disease Reaserch Laboratoris (VDRL)
murah dan cepat namun tidak spesifik. RPR dan VDRL diikuti oleh test yang
lebih spesifik yaitu Treponemal palidum haemoglutination assay (TPHA) dan
Fluorecent treponemal antibody absorption test (FTA-Abs),
•Pada neurosifilis dilakukan test dengan menemukan leukosit dalam jumlah tinggi
dan adanya protein abnormal yang tinggi pada LCS.
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSAAN
Pengobatan dimulai sedini mungkin, makin dini
hasilnya makin baik. Mitra seksualnya juga diobati
Pada sifilis laten terapi bermaksud mencegah
proses lebih lanjut.
Selama belum sembuh penderita dilarang
bersenggama
Sifilis Pengobatan Pemantauan Serologik
Sifilis primer 1. Penisilin G benzatin dosis 4,8 juta unit IM, 2,4 juta unit dan diberikan 1x seminggu. Pada bulan I, III, VI, &
XII & setiap 6 bulan pada
2. Penisilin G prokain dalam akua dosis total 6 juta, diberi 0,6 juta unit/hari selama 10 hari
tahun ke 2
3. PAM (penisilin prokain +2% aluminium monostrerat) dosis 4,8 juta unit, diberikan 1,2 juta
unit/kali 2 kali seminggu
2.Penisilin G prokain dalam akua, dosis total 12 juta unit (0,6 juta unit/hari)
2.Penisilin G prokain dalam akua, dosis total 18 juta unit (0,6 juta unit/hari)
3. PAM dosis total 9,6 juta unit (1,2 juta unit/kali, 2x seminggu)
PENATALAKSANAAN