Anda di halaman 1dari 22

PBL sk 1.

2
Sifilis
IVANA TUAHATU (201883037)
Definisi

 Sifilis adalah penyakit menular seksual yang sangat infeksius, disebabkan oleh bakteri
berbentuk spiral, Treponema pallidum subspesies pallidum. Penularan sifilis biasanya
melalui kontak seksual dengan pasangan yang terinfeksi, kontak langsung dengan
lesi/luka yang terinfeksi atau dari ibu yang menderita sifilis ke janinnya melalui plasenta
pada stadium akhir kehamilan
Etiologi

 Treponema pallidum, yang termasuk Bentuknya sebagai spiral teratur.

Gram-Negatif dengan pannjang rata-rata 11 p.m (antara 6-20 um)


Tingkatan Nama dengan diameter antara 0.09 s/d 0.18 um
Kingdom Bacteria
Phylum Spirochaete
Ordo Spirochaetales
Family Spirochaeraceae
Genus Treponema
Species T. palidum.
Subspecies Pallidum
Klasifikasi

 Sifilis Primer  Sifilis Sekunder


Timbul 10-90 hari setelah terjadi infeksi. Lesi Manifestasi akan timbul pada beberapa minggu
pertama berupa makula atau papula merah yang atau bulan, muncul gejala sistemik berupa demam
kemudian menjadi ulkus (chancre), dengan yang tidak terlalu tinggi, malaise, sakit kepala,
pinggir keras, dasar ulkus biasanya merah dan adenopati, dan lesi kulit atau mukosa. Lesi
tidak sakit bila dipalpasi (CDC,2010). Kulit tidak sekunder yang terjadi merupakan manifestasi
menunjukkan tanda-tanda radang akut. Yang khas penyebaran Treponema pallidum secara
ialah ulkus tersebut indolen dan teraba indurasi hematogen dan limfogen.
karena itu disebut ulkus durum.
Sifilis Laten Sifilis Tersier

Sifilis laten yaitu apabila pasien dengan riwayat Sifilis tersier terdiri dari tiga grup sindrom yang
sifilis dan pemeriksaan serologis reaktif yang utama yaitu neurosifilis, sifilis kardiovaskular,
belum mendapat terapi sifilis dan tanpa gejala dan sifilis benigna lanjut. Pada perjalanan
atau tanda klinis. Sifilis laten terbagi menjadi dini penyakit neurosifilis dapat asimptomatik dan
dan lanjut, dengan batasan waktu kisaran satu. sangat jarang terjadi dalam bentuk murni. Pada
Dalam perjalanan penyakit sifilis akan melalui semua jenis neurosifilis, terjadi perubahan berupa
tingkat laten, selama bertahun-tahun atau seumur endarteritis obliterans pada ujung pembuluh darah
hidup. Tetapi bukan bearti penyakit akan berhenti disertai degenerasi parenkimatosa yang mungkin
pada tingkat ini, sebab dapat berjalan menjadi sudah atau belum menunjukkan gejala saat
sifilis tersier pemeriksaan.
Sifilis Kardiovaskular Sifilis Benigna
Disebabkan terutama karena nekrosis aorta yang Merupakan proses inflamasi proliferasi
berlanjut ke katup. Tanda-tanda sifilis granulomatosa yang dapat menyebabkan destruksi
kardiovaskuler adalah insufisiensi aorta atau pada jaringan yang terkena. Disebut benigna
aneurisma, berbentuk kantong pada aorta torakal. sebab jarang menyebabkan kematian kecuali bila
Bila komplikasi ini telah lanjut, akan sangat menyerang jaringan otak. Gumma mungkin
mudah dikenal terjadi akibat reaksi hipersensitivitas infeksi
Treponema palidum.
Neurosifilis  Sifilis Kongenital
Akibat pengobatan sifilis dengan penisillin, kini Sifilis kongenital pada bayi terjadi jika ibunya
jarang ditemukan neurosifilis. Neurosifilis lebih terkena sifilis, terutama sifilis dini sebab banyak
sering terjadi pada orang berkulit putih dari pada T.pallidum beredar dalam darah, bakteri masuk
orang kulit berwarna, juga lebih sering terjadi secara hematogen ke janin malalui plasenta yang
pada pria dari pada wanita. Infeksi terjadi pada sudah dapat terjadi pada saat masa kehamilan 10
stadium dini. Sebagian besar kasus tidak minggu. Sifilis yang mengenai wanita hamil
memberikan gejala, setelah bertahun-tahun baru gejalanya ringan.
menimbulkan gejala
Sifilis dengan HIV
Individu yang paling berisiko menderita sifilis (penduduk di pusat kota dan laki-laki homoseksual yang aktif
juga mempunyai resiko tinggi mendapat HIV, kedua infeksi ini sering dijumpai pada pasien yang sama.
Terdapat bukti bahwa sifilis dan penyakit ulkus genital lainnya dapat menjadi faktor risiko penerimaan dan
penularan infeksi HIV. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penampakan sifilis dapat berubah pada
pasien yang secara bersamaan terinfeksi HIV dan sudah dilaporkan banyak kasus yang mengalami
kekambuhan neurologik setelah pemberian pengobatan standar pada pasien yang terinfeksi HIV.
Patogenesis

 Treponema palidum masuk melalui selaput lendir yang utuh, atau kulit yang mengalami abrasi, menuju kelenjar limfe,
kemudian masuk ke dalam pembuluh darah, dan diedarkan ke seluruh tubuh. Setelah beredar beberapa jam, infeksi menjadi
sistemik walaupun tanda-tanda klinis dan serolois belum jelas. Kisaran satu minggu setelah terinfeksi Treponema palidum,
ditempat masuk timbul lesi primer berupa ulkus. Ulkus akan muncul selama satu hingga lima minggu, kemudian menghilang.

 Uji serologis masih akan negatif Ketika ulkus pertama kali muncul dan baru akan reaktif setelah satu sampai empat minggu
berikutnya. Enam minggu kemudian, timbul erupsi seluruh tubuh pada sebagian kasus sifilis sekunder. Ruam ini akan hilang
kisaran dua sampai enam minggu, karena terjadi penyembuhan spontan. Perjalanan penyakit menuju ke tingkat laten, dimana
tidak ditemukan tanda-tanda klinis, kecuali hasil pemeriksaan serologis yang reaktif. Masa laten dapat berlangsung
bertahuntahun atau seumur hidup.
Maninfestasi Klinis

Sifilis Primer : Papul membesar dengan ukuran 0,5 – 1,5 cm kemudian mengalami ulserasi, membentuk
ulkus. Ulkus sifilis yang khas berupa bulat, diameter 1-2 cm , tidak nyeri, dasar ulkus bersih tidak ada
eksudat, teraba indurasi, soliter tetapi dapat juga multipel. Hampir sebagian besar disertai pembesaran
kelenjar getah bening inguinal medial unilateral atau bilateral.
Sifilis Sekunder : berbagai ruam pada kulit, selaput lendir, dan organ tubuh. Lesi kulit biasanya
simetris, dapat berupa makula, papula, folikulitis, papuloskuamosa, dan pustul, jarang disertai keluhan
gatal. Lesi dapat ditemukan di trunkus dan ekstermitas, termasuk telapak tangan dan kaki. Papul biasanya
merah atau coklat kemerahan, diskret, diameter 0,5 – 2 cm, umumnya berskuama tetapi kadang licin.
 Sifilis Kardiovaskular : insufisiensi aorta atau aneurisma, berbentuk kantong pada aorta
torakal. Bila komplikasi ini telah lanjut, akan sangat mudah dikenal.
 Sifilis Benigna : Lesi pada kulit biasanya soliter atau multipel, membentuk lingkaran atau
setengah lingkaran, destruktif dan bersifat kronis, penyembuhan di bagian sentral dan
meluas ke perifer. Lesi pada tulang biasanya berupa periostitis disertai pembentukan
tulang atau osteitis gummatosa disertai kerusakan tulang. Gejala khas ialah
pembengkakan dan sakit. Lokasi terutama pada tulang kepala, tibia, dan klavikula.
Pemeriksaan serologis biasanya reaktif dengan titer tinggi.
Diagnosis Diferensial

 Diagnosis Banding Stadium I/Sifilis Primer yaitu herpes simplek, skabies, erosif
balanitis, limfogranuloma venerum (LGV), karsinoma, penyakit behcet, ulkus mole, dan
furunkel (Panduan Praktik Klinis, 2014).
 Diagnosa banding stadium II/ sifilis sekunder yaitu erupsi obat alergi, morbili, pitiriasis
rosea, psoriasis, dermatitis seroboroika, kondiloma akuminatum, dan alopesia areata.
 Adapun diagnosa banding stadium III/ sifilis tersier yaitu tuberkulosis, frambusia, dan
mikosis profunda.
Alur Penegakan Diagnosis

 Anamnesis
Keluhan utama

Keluhan utama (misalnya rasa gatal, nyeri, panas, baal, lepuh, koreng, benjolan, perubahan bentuk atau estetika, gangguan fungsi
berkemih dan duh tubuh) hendaknya disertai keterangan lama sakit. Hal tersebut penting guna menilai apakah penyakit bersifat akut
atau kronis.

Hal yang penting ditanyakan pada pasien adalah :


• Kapan munculnya sakit (onset of the disease)
• Riwayat perjalanan penyakit dan kejadian selama penyakit berlangsung.
• Faktor yang memengaruhi penyakit (menjadikan lebih berat atau buruk, lebih baik atau berkurang).
• Faktor genetik atau penyakit di keluarga sedarah dan faktor predisposisi, seperti diabetes atau riwayat penyakit di masa lampau,
misalnya alergi atau riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit sekarang.
• Riwayat penggunaan obat tertentu untuk penyakit yang dideritanya maupun untuk penyakit lain, dan pengaruh obat tersebut.
 Pemeriksaan Fisik :
Inspeksi
Anamnesis terarah biasanya ditanyakan pada pasien bersamaan dengan dilakukan inspeksi untuk melengkapi
data diagnostik. Bila ada kelainan di tempat lain, perlu dilakukan inspeksi seluruh kulit tubuh pasien.

Palpasi
Pada palpasi perhatikan masingmasing jenis lesi, apakah permukaan rata, tidak rata (berbenjol-benjol), licin/
halus atau kasar, dan konsistensi lesi misalnya padat, kenyal, lunak, dan nyeri pada penekanan.
 Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan T. Pallidum
Cara pemeriksaan adalah dengan mengambil serum dari lesi kulit dan dilihat bentuk dan pergerakannya dengan
mikroskop lapangan gelap. Pemeriksaan dilakukan tiga hari berturut-turut. Jika hasil pada hari I dan II negatif.
Sementara itu lesi dikompres dengan larutan garam faal. Bila negatif bukan selalu berarti diagnosisnya bukan
sifilis, mungkin kumannya terlalu sedikit. Treponema tampak berwama putih pada latar belakang gelap.
b) Tes Serologik Sifilis (T.S.S.)
Sebagai ukuran untuk mengevaluasi tes serologi ialah sensitivitas dan spesifisitas. Sensitivitas ialah kemampuan
untuk bereaksi pada penyakit sifilis. Sedangkan spesifisitas berarti kemampuan nonreaktif pada penyakit bukan
sifilis. S I pada mulanya memberi hasil T.S.S. negatif (seronegatif), kemudian menjadi positif (seropositif)
dengan titer rendah, jadi positif lemah. Pada S II yang masih dini reaksi menjadi positif agak kuat, yang akan
menjadi sangat kuat pada S II lanjut. Pada S Ill reaksi menurun lagi menjadi positif lemah atau negatif
Komplikasi

 Sifilis menyebabkan peningkatan kemungkinan penularan HIV hingga 2-5 kali. Lesi
sifilis mudah berdarah sehingga memudahkan penularan virus HIV saat melakukan
hubungan seksual.
Tatalaksana
Prognosis

 Dengan ditemukannya penisilin, maka prognosis sifilis menjadi lebih baik. Untuk
menentukan penyembuhan mikrobiologik, yang berarti bahwa semua T. Pallidum di
badan terbunuh tidaklah mungkin. Penyembuhan berarti sembuh klinis seumur hidup,
tidak menular ke orang lain.
 Jika sifilis tidak diobati, maka hampir seperempatnya akan kambuh, 5% akan mendapat S
Ill, 10% mengalami sifilis kardiovaskular, neurosifilis pada pria 9% dan pada wanita 5%,
23% akan meninggal
KIE

 Pada seluruh pasien dengan infeksi menular seksual perlu diberikan penekanan mengenai
pentingnya penggunaan kondom dan deskripsi gejala yang berkaitan dengan infeksi
menular seksual.
 Pada pasien dengan sifilis perlu diinfokan untuk memberi informasi pada pasangan
seksualnya bila terinfeksi dan perlu dilakukan terapi bersama. Profilaksis antibiotik
diberikan pada individu yang memiliki kontak seksual dengan pasangan yang positif
sifilis pada stadium primer, sekunder, atau latent awal dalam 90 hari pertama dengan
regimen benzil benzatin penicillin G 2,4 juta IU intramuskular dosis tunggal.
Program Nasional penaggulangan IMS

 Edukasi
 Penyediaan Kondom
 Konseling
 Pengobatan

Anda mungkin juga menyukai