PERDARAHA INSPEKSI
PEM. PENUNJANG
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
N PER PALPASI
VAGINAM BETA HCG
AUSKULTASI
HIPEREMESIS T3/T4
Pemeriksaan USG
HIPERTIROID dalam Plain foto
abdomen-pelvis
TATALAKSANA
Evakuasi.
Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap
Bila Kanalis servikalis belum terbuka dipasang laminaria dan
PROGNOSIS
No 1 2 3 4
2 Besar uterus <1 bulan >1 bulan >2 bulan >3 bulan
Riwayat Alergi :
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan
dan makanan.
Riwayat Kontrasepsi :
Pasien tidak memakai alat dan pil kontrasepsi
RIWAYAT OBSTETRI
•Pasien mengaku sudah kawin 2 kali, dengan suami sekarang 1
tahun, kawin pertama kali usia 20 tahun. Menikah kedua kali usia
23 tahun.
•Pasien mengatakan mengalami haid pertama (menarke) pada
usia 13 tahun. Pasien memiliki siklus haid yang teratur (±30hari).
HPHT : 28 Januari 2019
•Riwayat ANC : tidak pernah
•Riwayat USG: tidak pernah
•Riwayat KB : -
Riwayat kehamilan: GII PI A0
STATUS GENERALIS
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Frekuensi nadi : 80 x/menit
Frekuensi napas : 20 x/menit
Suhu : 36,5oC
Pemeriksaan Fisik Umum
Mata : anemis (-/-), ikterus (-/-)
Jantung : S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Ekstremitas : edema - - akral teraba hangat + +
- - + +
Riwayat
Abdomen :
Inspeksi: abdomen tampak mengalami pembesaran, tidak ada tanda-tanda
peradangan, bekas operasi (-).
Palpasi : teraba tinggi fundus uteri 3 jari di bawah umbilikus, balotement (-),
tidak teraba bagian janin, nyeri tekan (+). DJJ (-)
Inspekulo
Porsio ukuran normal, tampak licin, erosi (-), tampak jaringan mola, stolsel (+),
perdarahan aktif (-), massa (-), peradangan (-)
VT :
Dinding vagina normal, massa (-), porsio licin (+), teraba jaringan (+), nyeri
goyang porsio (-), Adneksa Parametrium Cavum Douglass dextra et sinistra dbn,
korpus uteri antefleksi, 19-20 minggu, lunak.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Darah Lengkap :
Hb : 12,1 g/dL n : 12-14 g/dL
Ht : 38,4 % n : 37- 47 %
Eritrosit : 4,35 juta/uL n : 4-5 juta/ uL
Lekosit : 7700/uL n : 5000-10000/uL
LED : 24 mm n : 0-15 mm
Trombosit : 224000/ uL n : 150000-400000/ uL
PT : 14,4 detik n : 12-18 detik
APTT : 32,1 detik n : 20-40 detik
HbSAg : (-)
Inspekulo
Porsio ukuran normal, tampak licin, erosi (-), tampak jaringan mola,
stolsel (+), perdarahan aktif (-), massa (-), peradangan (-)
VT :
Dinding vagina normal, massa (-), porsio licin (+), teraba jaringan (+),
nyeri goyang porsio (-), Adneksa Parametrium Cavum Douglass dextra et
sinistra dbn, korpus uteri antefleksi, 19-20 minggu, lunak
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
Mola Hidatidosa
PENATALAKSANAAN
Rencana Diagnosis
Cek β-HCG
PA
Rencana Terapi
Infus RL 20 tpm
Pro Kuretase
Rencana Monitoring
Observasi keadaan umum dan vital sign
Observasi perdarahan
KIE pasien dan keluarga
TINDAKAN KURETASE
Tindakan Kuretase : curetase
DIAGNOSIS :Molahidatidosa
Terapi:
• Amoxicilin 3x500 mg
• Asam Mefenamat 3x500 mg
• Transfusi darah PRC 350 cc
• Disarankan untuk menggunakan pil kontrasepsi
• Tidak hamil dulu sampai ± 12 bulan
Pada kasus ini, faktor resiko terjadinya kehamilan mola kemungkinan
dikarenakan keadaan sosioekonomi yang rendah, sehingga kekurangan
asupan protein dan asam folat. Kemungkinan penyebab lain masih belum
dapat diidentifikasi.
Pada pasien ini, ciri-ciri mola yang dapat dilihat antara lain perdarahan
uterus yang merupakan gejala utama pada kasus, gejala ini bervariasi mulai
dari spoting sampai perdarahan yang banyak. Pada pasien ini terjadi
ekspulsi spontan, sehingga jaringan mola dapat dilihat secara langsung, dan
penegakan diagnosis tidak sulit untuk dibuat. Ukuran uterus yang lebih
besar dari usia kehamilan normal tidak dapat dinilai dikarenakan telah
terjadi ekspulsi spontan jaringan mola. Selain itu, gejala lain yang
ditampakkan pasien yang dapat digali dari anamnesis yaitu hiperemesis
gravidarum, dimana ± 1 bulan sebelumnya pasien mengeluhkan mual
muntah >10x sehari, hal ini merupakan salah satu manifestasi klinis yang
ditimbulkan mola akibat peningkatan kadar beta HCG. Gerakan janin juga
tidak pernah dirasakan pasien selama hamil, dimana pada kehamilan
normal gerakan janin sudah mulai bisa dirasakan pada minggu ke 18-20.
Hasil pemeriksaan didapatkan status generalis tekanan darah
yang rendah, nadi sedikit meningkat namun masih dalam batas
normal, hal ini merupakan kompensasi dari perdarahan yang
terjadi. Status lokalis, didapatkan konjungtiva anemis, namun
pemeriksaan lain masih dalam batas normal. Pemeriksaan
obstetri, TFU dua jari di bawah umbilikus, sudah mengalami
penurunan karena ekspulsi spontan jaringan mola, djj tidak
dinilai, balotement (-), dan tidak teraba bagian janin. Hasil
pemeriksaan dengan inspekulo dan VT semakin mempertegas
diagnosis, dimana dengan inspekulo dapat terlihat pembukaan
servix dan jaringan mola. Pada VT teraba pula jaringan mola dan
korpus uteri dengan konsistensi lunak, ukuran 19-20 minggu.
Dalam pemeriksaan ini, USG digunakan untuk mengetahui
adanya jaringan mola yang masih tersisa dalam uterus. Untuk
penatalaksanaan, suction curetase dilakukan pada pasien ini dan
didapatkan darah keluar bersama cairan berwarna coklat dan
jaringan mola ± 75 gram. Ada tidaknya janin tidak dapat diketahui
dari temuan intra kuretase karena sebagian besar jaringan mola
sudah mengalami ekspulsi spontan. Tindakan suction curetage pada
pasien ini sudah tepat dilakukan dan perlu tindakan kuret ke-2 (7-10
hari berikutnya) untuk memastikan tidak ada jaringan mola yang
tersisa. Sebagai penatalaksanaan lanjutan pasien sebaiknya menunda
kehamilan selama 12 bulan dengan menggunakan kontrasepsi.
Tindakan histerektomi total bukan merupakan pilihan pada pasien
ini dikarenakan pasien dalam kasus ini tidak tergolong beresiko
tinggi yang memiliki kriteria usia lebih dari 30 tahun, paritas 4 atau
lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi pusat atau lebih.