Anda di halaman 1dari 12

VALIDAS

I Oleh :
Ni Luh Tu Widya Adnyani
19089016025
PENGEMBANGAN METODE ANALIS dan
VALIDASI MOTODE
A . Pengertian metode validasi
Validasi merupakan bagian dari program Penjaminan Mutu (Quality Assurance) sebagai upaya untuk memberikan jaminan terhadap khasiat
(efficacy), kualitas (quality) dan keamanan (safety) produk-produk industri farmasi.

B . Proses validasi :
 Validasi perangkat lunak
 Validasi perangkat keras atau instrument
 Validasi metode
 Kesesuaian sistem.

C . Kualifikasi
1 . Kualifikasisi instalasi
Proses kualifikasi instalasi dapat di bagi menjadi 2 langkah yaittu pre instalasi dan instalasi fisik. Selama pre instalasi semjua informasi yang
berhubungan, operasionalisasi, dan perwatan instrument harus di kaji.
2 . Kualifikasi operasional (operational qualification, OQ)
Proses OQ menjamin bahwa modul-modul yang menjelaskan secara spesifik sistem operasional instrumen telah sesuai dengan spesifikasi
yang ditentukan, misal akurasinya, linieritasnya, dan presisinya.
 3 . kualifikasisi kinerja (performance qualification, PQ)
 Proses PQ memverifikasi kinerja sistem. Uji PQ dilakukan di bawah kondisi penggunaan instrumen yang sebenarnya pada kisaran kerja
yang telah diantisipasi.
D . Pengembangan metode
1. Pengembangan Metode
Metode analisis biasanya didasarkan pada literatur yang sudah ada menggunakan instrumen yang sama atau
hampir sama. Saat ini jarang kita temui pengembangan suatu metode (misal KCKT) yang tidak menggunakan
pendekatan dengan menghubungkan atau membandingkan metode yang sedang eksis, Sebagai contoh, suatu
metode yang dibutuhkan untuk menetapkan kadar toluen dalam air mungkin diambil dari metode yang sudah
ada untuk penetapan kadar benzen dalam air.
2. Optimasi
Selama tahap optimasi, serangkaian kondisi awal yang mun cul pada tahap pertama pengembangan metode
harus dimaksi malkan (resolusi, bentuk puncak, jumlah lempeng, asimetri, kapa sitas, waktu elusi, batas
deteksi, batas kuantifikasi, dan keseluruhan kemampuan untuk melakukan kuantifikasi analit tertentu yang
dikehendak).
3 . Pendekatan Validasi Metode
Beberapa cara validasi Metode :
A. Metode spiking
1 . Metode spiking buta nol (zero-blind spiking method)
Pendekatan metode spiking buta nol ini melibatkan analis tung gal menggunakan suatu metode yang akan divalidasi untuk melaku
kan analisis suatu sampel yang mengandung level analit tertentu yang sudah diketahui, untuk dapat didemonstrasikan perolehan
kembali (recovery)-nya, presisinya, dan akurasinya.
2 . Metode spiking buta tunggal (single-blind spiking method)
Pendekatan metode spiking buta tunggal ini melibatkan satu analis yang menyiapkan sampel pada konsentrasi yang bervariasi
yang tidak diketahui konsentrasinya untuk diberikan kepada analis kedua yang juga melakukan analisis sampel. Hasil analisis kedua
analis ini selanjutnya dikumpulkan dan dibandingkan
3 . Metode spiking buta ganda (double-blind spiking method)
. Pendekatan metode spiking buta ganda ini melibatkan tiga analis. Analis pertama menyiapkan sampel pada konsentrasi yang
diketahui, analis kedua melakukan analisis sampel, dan analis ke. tiga (atau administrator) membandingkan kedua data yang diha.  
B. Metode Pendekatan dengan analisis bahan rujukan terstandar (standard reference material, SRM)
Analisiss dengan bahan referens baku atau sampel otentik pada umumnya merupakan pendekatan validasi yang diterima. USP,
NIST (National Institute of Standards and Technology) dan organisasi lain telah menyiapkan, menjamin, dan memasarkan berbagai
macam spesies analit dalam berbagai matriks sampel yang berbeda.Ketika menggunakan SRM, analis harus menunjukkan bahwa
metode yang digunakan memberikan pengukuran analit yang akurat dan teliti dalam matriks sampel tertentu.
C. Pendekatan kolaboratif antar laboratorium
Uji banding antar laboratorium mungkin merupakan prosedur yang paling diterima untuk melakukan
validasi metode analisis baru. Pendekatan ini sangat mahal dan membutuhkan waktu yang lama, bahkan
bisa sampai tahunan mulai dari permulaan validasi sampai akhir validasi
D. Pendekatan dengan membandingkan metode baru yang diterima
Membandingkan metode analisis yang akan divalidasi dengan metode analisis yang sudah ada yang telah
diterima merupakan suatu pendekatan lain untuk mengembangkan metode analisis. Pendekatan ini
biasanya dilakukan oleh analis tunggal, akan tetapi dapat juga dilakukan oleh 2 orang analis yang mana
sampel yang akan dikerjakan dipecah menjadi dua. Pendekatan ini juga meng. gunakan hasil-hasil yang
diperoleh dari metode analisis yang telah ada sebagai verifikasi untuk metode analisis baru yang akan diva
lidasi.
E . Validasi Metode Analisi
Validasisi metode menurut United States Pharmacopeia (USP) dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis akurat,
spesifik, reprodusibel, dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis. Suatu metode analisis harus divalidasi untuk
melakukan verifi kasi bahwa parameter parameter kinerjanya cukup mampu untuk mengatasi problem analisis.

F . Elemen elemen data yang di butuhkan untuk uji validasi


Baik USP maupun ICH telah memperkenalkan bahwa tidak selamanya parameter untuk mengevaluasi validasi metode diuji.
USP membagi metode-metode analisis ke dalam kategori yang terpisah, yaitu :
1. Penentuan kuantitatif komponen-komponen utama atau bahan aktif
2. Penentuan pengotor (impurities) atau produk-produk hasildegradasi
3. Penentuan karakteristik-karakteristik kinerja
4. Pengujian identifikasi
G . Protocol validasi metode
Prinsip prinsip umum dapat diaplikasikan untuk analisis yang lain dan metode yang lain, misalnya pengujian
kemurnian suatu obat dengan KCKT, dan juga penentuan pengotor dalam jumlah sekelumit dengan KCKT atau dengan
kromatografi gas.
• Pengujian komponen utama (bahan aktif dalam jumlah banyak) suatu sediaan farmasi.
1. Injeksikan sampel yang mengandung analit dan semua senyawa-senyawa yang terkait dengan analit.
2. Injeksikan sampel dan bahan-bahan tambahan lain (misalkan yang digunakan dalam suatu sediaan tablet).
3. Perlakukan bahan aktif senyawa obat pada kondisi-kondisi berikut (supaya waktunya efisien) sehingga suatu obat
akan terdegradasi 10-30 %.
a. HCI 0,1 N (kondisi asam)
b. NaOH 0,1 N (kondisi basa)
c. Dipanaskan sampai 50°C Csba.
d. Disinari dengan lampu ultraviolet
e. Ditambah dengan larutan hidrogen peroksida 3%
4. Kumpulkan puncak analit senyawa obat yang dituju.
a. sampel diinjeksikan kembali pada kromatografi yang berbeda (misalkan dengan KLT, KG, elektroforesis, dll)
b. Puncak dianalisis dengan menggunakan teknik spektra yang lain (IR, MS, NMR, dll) Tidak ada bukti
munculnya senyawa lain gl
5. Kumpulkan puncak analit senyawa obat dalam 3 bagian (awal,tengah,akhir)
6. Rubahlah kondisi-kondisi metode KCKT (persen pelarut organik dalam fase terbalik).
7. Ke dalam larutan matriks blanko suatu tablet (yang me ngandung semua bahan tambahan kecuali senyawa obat) .
8. Karakteristik ini haruslah dievaluasi sebagai bagian dari studi akurasi.
9. Siapkan larutan baku senyawa obat (lebih terpilih dalam pelarut fase gerak).
10. Secara individual, siapkan larutan senyawa obat dengan konsentrasi yang berbeda-beda (lebih terpilih dalam pelarut fase
gerak).
11. Ujilah suatu sampel senyawa obat beberapa kali dalam kisaran waktu yang berbeda, paling tidak dalam beberapa hari (lebih
terpilih dalam pelarut fase gerak).
12. Kisaran metode yang digunakan dapat ditentukan dari uji akurasi, linieritas, dan presisi di atas. Kisaran harus mencakup semua
level analisis rutin. Linieritas, akurasi, dan presisi harus sesuai dengan syarat-syarat yang disebut di atas untuk semua kisaran
level.
13. Dengan menggunakan larutan baku senyawa obat yang menghasilkan rasio signal to noise (S/N) paling sedikit 30, lakukan
pengenceran dan ukur dengan metode analisis, misalkan dengan KCKT.
14. Dengan menggunakan larutan baku senyawa obat yang menghasilkan rasio signal to noise (S/N) paling sedikit 30, lakukan
pengenceran sampel dan buatlah pengukuran berlipat (paling sedikit 6 kali injeksi masing-masing larutan yang konsentrasinya
berbeda) dengan metode analisis, misalkan dengan KCKT.
a. Rasio S/N kurang lebih 10.
b. Presisi (SD) terhitung untuk serangkaian 6 pengukuran < 3%.
15. Stabilitas sampel. Siapkan larutan baku senyawa obat pada matriks tablet dan analisislah larutan yang
sama beberapa kali. Jika hanya stabilitas jangka pendek yang dikehendaki, maka analisis dilakukan dalam 1
hari.
16. Stabilitas reagen. Cek stabilitas reagen-reagen yang kritis yang meliputi (tapi tidak hanya terbatas pada):
a. Pelarut-pelarut
b. Bufer-bufer
c. Tambahan-tambahan lainnya
17. Dengan cara yang serupa dengan studi stabilitas, larutan baku senyawa obat dengan matriks-nya harus
dianalisis secara sistematis dengan memvariasi kondisi-kondisi operasional. Kondisi-kondisi yang diuji harus
nelga mencakup (tapi tidak hanya terbatas pada):
A. Operator-operator yang berbeda pada laboratorium yang sama
B. Alat-alat yang berbeda pada laboratorium yang sama
C. Laboratorium-laboratorium yang berbeda
D. Pengubahan sumber reagen dan pelarut
E. Pengubahan kolom dengan yang baru (dengan jenis dan pabrik pembuat yang sama)
18. Rubahlah sedikit parameter-parameter pemisahan yang meliputi persentase pelarut organik († 2
sampai 5 %), kemiringan gradien yang digunakan dengan 2 sampai 5 %), suhu kolom (+1 sanpai 5°C),
pH bufer (sampai 0,5 unit pH), kekuatan ionik bufer, konsentrasi bahan-bahan tambahan dalam larutan
bufer dalam fase gerak. Kroma togram yang representatif harus disiapkan untuk menun jukkan
pengaruh-pengaruh variabel yang diukur diban dingkan dengan kondisi normal.

H . Verifikasi Metode
Verifikasi metode pada dasarnya berbeda dengan validasi metode. Verifikasi metode dilakukan pada
semua metode standar (metode baku) atau metode yang telah divalidasi pada waktu mula mula
digunakan dan pada jarak waktu tertentu secara berkala.
TERIMKASIH

Anda mungkin juga menyukai